Professional Documents
Culture Documents
Laporan 7 Mikro Enumerasi
Laporan 7 Mikro Enumerasi
Laporan 7 Mikro Enumerasi
PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
t: selang waktu
B: populasi awal
b: populasi setelahnya
Rumus perhitungan populasi sel
3
perhitungan pada cawan petri (total plate count atau TPC), perhitungan melalui
pengenceran, perhitungan jumlah terkecil atau terdekat (MPN methode), dan kalorimeter
(cara kekeruhan atau turbidimetri) (Carrol, 1964).
Menurut Lay (1994), cara untuk menentukan jumlah bakteri dalam suatu medium
dapat dilakukan dengan:
1. Jumlah bakteri secara keseluruhan (total cell counts), bila menggunakan cara ini
maka semua bakteri dalam medium tersebut akan terhitung baik yanghidup maupun
mati.
2. Jumlah bakteri hidup (viable counts), bila menggunakan cara ini maka sel hidup
saja yang di hitung sehingga lebih akurat.
Perhitungan secara langsung dilakukan secara mikroskopis, yaitu dengan
menghitung sel dibawah mikroskop. Setiap sel dalam suspensi contoh dengan volume yang
sangat sedikit dan telah diukur secara teliti, diukur dengan menggunakan slide khusus yaitu
kotak penghitung (counting chamber). Volume cairan yang terdapat pada tiap kotak kecil
pada kotak hitung dapat diketahui secara pasti sehingga jumlah sel dalam tiap kotak dapat
terlihat dan dihitung, jadi jumlah sel/ml larutan sel dapat diketahui (Buckle, 1987).
Menurut Jutono dkk (1980), perhitungan mikrobia secara langsung dilakukan
dengan cara menghitung jumlah sel yang hidup dan yang mati.Terdapat beberapa cara
yang dapat dilakukan, antara lain:
1. Counting chamber
Pada perhitungan ini menggunakan haemocytometer dimana 1 tetes
suspensi biakan mikrobia pada alat ini ditutupi dengan gelas penutup dan diamati
dibawah mikroskop. Jumlah sel mikrobia tiap cc dapat ditentukan dengan cara
menentukan jumlah dari sel rata-rata pada tiap petak yang volumenya telah
diketahui.
2. Pengecatan dan pengamatan mikroskopik
Pada cara ini, preparat mikroskopik dibuat pada gelas benda
kemudiansuspensi bahan atau biakan mikrobia yang volumenya telah
diketahuidiratakan diatas gelas benda pada luas tertentu. Preparat di cat dan
dihitung dengan cara mengukur garis tengahnya sehingga jumlah mikrobia
yangterdapat pada gelas benda dapat dihitung seluruhnya.
3. Filter membrane
Pada cara ini, suspensi bahan atau biakan mikrobia disaring, lalu disaring
lagi dengan menggunakan filter membran yang telah disterilkan. Jumlah sel dari
4
volume yang disaring dapat dihitung dari jumlah sel rata-ratatiap kesatuan luas
pada filter membrane.
Perhitungan langsung merupakan perhitungan yang dilakukan secara mikroskopis
dengan cara menghitung jumlah bakteri dalam satuan isi yang sangat kecil. Perhitungan ini
menggunakan alat yang di sebut haemocytometer (Ferdiaz, 1992).
Haemocytometer adalah ruang kaca atau gelas yang memiliki sisi-sisi ditinggikan
dengan penutup kecil tembus cahaya yang tepat 0,1 mm diatas lantai ruang (Hansen,
2013).
, dalam 1 kotak besar ditengah terbagi menjadi 26 kotak sedang dengan panjang 0,2
mm. Sehingga dalam 1 kotak besar terdapat 400 kotak kecil. Tiap ruang hitung memiliki
lebar 0,1 mm, tinggi sampel yang terletak antara gelasobjek dan gelas penutup adalah 0,2
mm (Ferdiaz, 1992).
Cara yang paling cepat mengukur jumlah sel adalah metode berat kering. Metode
tersebut relatif mudah dilakukan, yaitu kultur disaringan atau disentrifugasi, kemudian
bagian yang disaring atau yang mengendap hasil sentrifugasi dikeringkan. Pada metode ini
5
juga tidak dapat membedakan sel yang hidup dan mati. Akan tetapi keterbatasan itu tidak
mengurangi manfaat metode tersebut dalam hal mengukur efesiensi fermentasi, karena
pertumbuhan diukur dengan satuan berat, sehingga dapat diperhitungkan dengan parameter
konsumsi substrat dan produksi senyawa yang diinginkan (Purwoko, 2007).
Rumus perhitungan berat kering:
6
2.2 Alat dan Bahan
Tabel 2.2 Nama alat dan bahan
No. Nama Alat Ukuran Jumlah Nama Bahan Konsentrasi Jumlah
1. Cuvet - 2 Mikroalga - -
2. Spektrofotometer - 1 EMB - 1
3. Colony counter Medium NA
- 1 padat pada - 15
cawan petri
4. Penjepit - 1
5. Sentrifuga - 1
6. Cawan petri - 15
7. Tabung reaksi - 15
8. Oven - 1
9. Haemocytometer - 1
10. Mikroskop - 1
11. Timbangan
- 1
analitik
12. Erlenmeyer - 2
13. Pompa vakum - 1
14. Spatula - 1
15. Batang L - 1
16. Tabung
250 ml 12
sentrifugasi
17. Corong buncher - 1
18. Erlenmeyer flask - 1
19. Kertas saring - 1
7
1. Cuci cuvet dengan air menggunakan botol semprot.
3. Nyalakan spektrofotometer.
3. Homogenkan.
8
berkisar 30-300.Hitung koloni dengan colony
counter. Lalu, lakukan perhitungan jumlah sel/ml.
2.3.4 Filtrasi
Tabel 2.3.4 Cara kerja filtrasi
No. Cara Kerja Gambar
1. Pasang pompa vakum ke tabung erlenmeyer flask.
9
2. Taruh kertas saring.
2.3.5 Haemocytometer
Tabel 2.3.5 Cara kerja haemocytometer
No. Cara Kerja Gambar
1. Siapkan alat dan bahan.
BAB III
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
11
Sampel ID Type Ex Conc WL700,0 Comments
1 Blanko Unknown ***** 1,705
2 1 Unknown ***** 0,007
3 b Unknown ***** 0,001
4 2 Unknown ***** 0,001
Pada pengenceran suatu sampel, didapati jumlah koloni sebesar 59. Maka jumlah
koloni/ml, yaitu
Jml koloni/ml=
Jml koloni/ml =
Jumlah bakteri =
3.2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan enumerasi. Enumerasi adalah teknik
perhitungan jumlah mikroba dalam suatu media tanpa mengidentifikasi jenis mikroba
(bakteri, jamur, yeast) yang bertujuan untuk menentukan jumlah sel dari suatu kultur
12
bakteri secara kuantitatif. Perhitungan sel bakteri terdiri atas 2 cara, yaitu perhitungan
langsung dan tidak langsung. Perhitungan langsung meliputi metode turbidimetri, total
count, dan berat kering. Perhitungan tidak langsung yaitu viable count.
Pada praktikum kali ini, metode enumerasi yang dilakukan adalah metode plate
count, metode berat kering, metode dengan menggunakan haemocytometer, perhitungan
waktu generasi bakteri, metode filtrasi dan metode dengan menggunakan spektrofotometer.
Pada metode plate count, kultur diencerkan sampai batas yang diinginkan. Kultur
encer ditumbuhkan kembali pada media, sehingga diharapkan setiap sel tumbuh menjadi 1
koloni beberapa saat berikutnya. Akan tetapi, cara ini memiliki keterbatasan, yaitu jumlah
sel terhitung biasanya lebih kecil dari sebenarnya (kemungkinan besar 1 koloni dapat
berasal dari lebih dari 2 sel) dan tidak dapat diaplikasikan pada bakteri yang tumbuh
lambat. Pada metode ini yang perlu diperhatikan adalah jumlah sel bakteri harus berjumlah
30-300. Pengamatan pada metode plate count dilakukan secara kontinyu dengan rentang
waktu tertentu, koloni yang tumbuh pada medium agar NA padat yang memenuhi syarat
dapat dihitung dengan colony counter. Kemudian untuk mendapatkan besaran atau nilai
jumlah sel/ml dapat dihitung dengan rumus yang telah ditetapkan. Setelah jumlah sel/ml
dan waktu telah diketahui, maka dapat dibuat kurva pertumbuhan bakteri dengan jumlah
sel/ml pada sumbu y dan waktu pada sumbu x.
Pada praktikum kali ini didapati hasil bahwa yang memenuhi syarat untuk
dilakukannya perhitungan plate count adalah larutan yang memiliki faktor pengenceran
, karena terdapat 59 koloni yang terhitung oleh colony counter. Dan dari hasil
13
Pada praktikum kali ini didapati hasil bahwa berat mikrobanya sebesar 0,0081 gr,
sehingga setelah dilakukan perhitungan, didapati hasil jumlah mikroba adalah 32,4 mg/L.
Kemudian metode dengan menggunakan haemocytometer atau yang lebih sering
disebut dengan metode total count. Total count memerlukan mikroskop dan wadah yang
diketahui volumenya. Jika setetes kultur dimasukkan ke dalam wadah (misalnya
hemasitometer) yang telah diketahui volumenya, maka jumlah sel dapat dihitung. Akan
tetapi, cara ini memiliki keterbatasan, yaitu tidak dapat digunakanpada jumlah sel yang
sangat sedikit (kurang dari 106 sel/ml).
Pengamatan pada metode yang menggunakan haemocytometer dilakukan secara
kontinyu dengan rentang waktu tertentu, jumlah sel yang hidup dapat dilihat pada
mikroskop dengan perbessaran yang kuat dan selanjutnya dihitung dengan rumus yang
telah ditetapkan. Dari perhitungan tersebut akan didapati jumlah sel/ml, sehingga dapat
dibuat kurva pertumbuhan bakteri dengan jumlah sel/ml pada sumbu y dan waktu pada
sumbu x.
Untuk melakukan metode filtrasi, terdapat beberapa syarat, yaitu larutan yang akan
di filtrasi tidak boleh terlalu kental (encer) dan larutan yang akan difiltrasi haru memiliki
kerapatan yang sangat rendah. Pengamatan pada metode filtrasi dilakukan secara kontinyu
dengan rentang waktu tertentu, jumlah bakteri yang terdapat pada kertas saring yang
berada di EMB dapat dihitung dengan colony counter. Kemudian, lakukan perhitungan
dengan rumus yang telah ditentukan sehingga didapati besaran atau nilai dari jumlah
sel/ml. Setelah besaran jumlah sel/ml diketahui, kita dapat membuat kurva pertumbuhan
bakteri dengan waktu pada sumbu x dan jumlah sel/ml pada sumbu y.
Lalu metode dengan menggunakan spektrofotometer. Metode spektrofotometer ini
sering disebut metode turbidimetri. Secara rutin jumlah sel bakteri dapat dihitung dengan
cara mengetahui kekeruhan (turbiditas) kultur. Semakin keruh suatu kultur, semakin
banyak jumlah selnya. Prinsip dasar metode turbidimetri adalah jika cahaya mengenai sel,
maka sebagian cahaya diserap dan sebagian cahaya diteruskan. Jumlah cahaya yang
diserap proposional (berbanding lurus) dengan jumlah sel bakteri atau jumlah cahaya yang
diteruskan berbanding terbalik dengan jumlah sel bakteri. Semakin banyak jumlah sel,
semakin sedikit cahaya yang diteruskan. Metode ini mempunyai kelemahan, yaitu tidak
dapat membedakan antara sel mati dan sel hidup. Pada metode yang menggunakan
spektorofotometer ini juga dapat dibuat kurva pertumbuhan bakteri dengan jumlah sel/ml
pada sumbu y dan waktu pada sumbu x jika data yang dibutuhkan tersedia dan lengkap.
14
Pada praktikum kali ini panjang gelombang yang dipakai pada spektrofotometer
sebesar 700 nm dan menggunakan sampel mikroalga. Didapati hasil bahwa pada tabel
sampel spektrofotometer hanya tertera besaran absorban saja. Itu terjadi, karena tidak
adanya kontrol atau pembanding, sehingga konsentrasi mikroalga pada tabel sampel tidak
dapat diketahui.
Pertumbuhan dapat diamati dari meningkatnya jumlah sel atau massa sel (berat
kering sel). Pada umumnya bakteri dapat memperbanyak diri dengan pembelahan biner,
yaitu dari satu sel membelah menjadi 2 sel baru, maka pertumbuhan dapat diukur dari
bertambahnya jumlah sel. Waktu yang diperlukan untuk membelah diri dari satu sel
menjadi dua sel sempurna inilah yang disebut waktu generasi.
BAB IV
SIMPULAN
Pada praktikum “Enumerasi” ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
15
1. Haemacytometer dapat digunakan untuk melakukan perhitungan sel secara cepat
dan dapat digunakan untuk konsentrasi sel yang rendah.
2. Metode dengan menggunakan haemocytometer tidak dapat digunakan pada jumlah
sel yang sangat sedikit (kurang dari 106 sel/ml).
3. Metode dengan menggunakan spektrofotometer mempunyai kelemahan, yaitu tidak
dapat membedakan antara sel mati dan sel hidup.
4. Metode filtrasi hanya dapat digunakan untuk larutan yang tidak terlalu kental dan
memiliki kerapatan yang sangat rendah.
5. Metode plate count memiliki keterbatasan, yaitu jumlah sel terhitung biasanya lebih
kecil dari sebenarnya (kemungkinan besar 1 koloni dapat berasal dari lebih dari 2
sel) dan tidak dapat diaplikasikan pada bakteri yang tumbuh lambat.
6. Syarat agar dapat dilakukannya perhitungan jumlah sel/ml pada metode plate count
adalah jumlah koloni harus berkisar 30-300.
7. Bakteri bereproduksi dengan cara pembelahan biner, yaitu 1 sel bakteri akan
membelah menjadi 2 sel, kemudian 2 sel bakteri tersebut mengalami pembelahan
menjadi 4 sel dan seterusnya. Sehingga jumlah populasi akhir bakteri dapat dicari
dengan mengalikan populasi awal baakteri dengan dua pangkat jumlah generasi.
DAFTAR PUSTAKA
16
Dwidjoseputro. 1990. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: Djambatan.
Ferdiaz, S. 1992. Mikrobiologi Pangan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Hansen, P. J. 2013.Counting of Bacterial Colony Forming Units for Direct Enumeration of
Viable and Total Bacteria in Drinking Water. Departement of Civil Engineering
Journal of Microbiological Methods Canada, 37: 77-79. Jakarta.
Jannasch, H. W. dan G. E. Jones. 1959. Bacterial Population in Sea Water as Determined
by Different Methods of Enumeration. Limnal. Oceanogr.4: 128-139.
Purwoko,Tjahjadi. 2007. Fisologi Mikroba. Jakarta: Bumi Aksara.
Jutono, J., S. Soedarsono, S. Hartadi, dkk. 1980. Pedoman Praktikum Mikrobiologi Umum.
Departemen Mikrobiologi Fakultas Pertanian UGM, Yogyakarta.
Lay, W. B. 1994. Analisis Mikroba di Laboratorium. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Penn, C. 1991. Mikrobiologi Dasar dalam Praktek: Teknik dan Prosedur Dasar
Laboratorium. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
S., Kezia. Laporan Mikrobiologi Enumerasi Bakteri (Perhitungan
Bakteri).https://www.academia.edu/25414202/LAPORAN_MIKROBIOLOGI_Enu
merasi_Bakteri_perhitungan_bakteri_. Diakses pada tanggal 19 November 2016
pukul 11.50 WIB.
17