Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 19

PROPOSAL PROYEK GALIFU

SEMESTER GENAP 2017-2018

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN TANAMAN KEDELAI (Glycine max L.) DI


SUB DAS KALI LEDOK, DESA TAWANGSARI, KECAMATAN PUJON

OLEH
KELOMPOK 31

UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS PERTANIAN
MALANG
2018
PROPOSAL PROYEK GALIFU
SEMESTER GENAP 2017-2018

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN TANAMAN KEDELAI (Glycine max L.) DI


SUB DAS KALI LEDOK, DESA TAWANGSARI, KECAMATAN PUJON

PROPOSAL PROJECT GALIFU

ANGGOTA KELOMPOK 31

Firliya Khorulina 145040207111026


Iswati 145040201111081
Norma Yunita Sari 145040201111178
M. Faizal A. M. 145040207111003
M. Ilham Afrizal 145040201111183
Rimson Simbolon 145040200111089

UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS PERTANIAN
JURUSAN TANAH
MALANG
2018
LEMBAR PENGESAHAN
PROPOSAL PROYEK GALIFU

Judul : Evaluasi Kesesuaian Lahan Tanaman Kedelai (Glycine


max L.) di Sub DAS Kali Ledok, Desa Tawangsari,
Kecamatan Pujon
Kelompok : 31
Jurusan : Tanah
Program Studi : Agroekoteknologi

Disetujui,
Asisten ANLAND Asisten SISL Asisten MGKT

Widura Bintang S. Lugas Setiadji Marpratrama Ainur Rofik


145040200111077 135040207111040 135040201111430

i
DAFTAR ISI

COVER
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL ............................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang .................................................................................................. 1
1.2. Tujuan ............................................................................................................... 2
1.3. Alur Pikir ............................................................................................................ 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................ 4
2.1. Kondisi Umum Geografis Tawangsari ...............................................................
......................................................................... Error! Bookmark not defined.
2.2. Komoditas Kedelai (Glycine max) ...................................................................... 4
2.3. Evaluasi Lahan .................................................................................................. 4
2.4. Sistem Informasi Geografis ............................................................................... 7
2.5. Metode Matching ............................................................................................... 8
BAB I METODE .............................................................................................................. 9
3.1. Tempat dan Waktu ............................................................................................ 9
3.2. Alat dan Bahan .................................................................................................. 9
3.3. Tahapan Pelaksanaan Proyek........................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 11

ii
DAFTAR TABEL

No. Teks Halaman


1. Luas Desa Pujon Kidul berdasarkan penggunaan lahan ..................................................
....................................................................................................Error! Bookmark not defined.
2. Jumlah penduduk Desa Tawangsari berdasarkan mata pencarihan ..............................
....................................................................................................Error! Bookmark not defined.
3. Karakteristik Lahan.................................................................................................................. 6
4. Kualitas lahan yang dipakai pada metode evaluasi lahan menurut CSR/FAO (1983),
FAO (1983), dan Sys et al. (1993) ........................................................................................ 7
5. Alat dan Bahan ........................................................................................................................ 9

iii
I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Tanaman pangan adalah tanaman yang menghasilkan sumber energi.
Tanaman pangan terdiri dari tanaman serealia maupun umbi-umbian. Tanaman
pangan terpenting ketiga setelah tanaman padi dan jagung adalah kedelai
(Adisarwanto, 2006).. Kedelai merupakan sumber protein nabati yang penting
untuk peningkatan gizi masyarakat, dan merupakan pilihan yang lebih terjangkau
dibandingkan dengan protein hewani, selain untuk industri pangan tanaman
kedelai dbutuhkan untuk industri pakan ternak (Sudaryanto dan Swastika, 2016).
Industri berbahan baku kedelai berkembang pesat di Indonesia yang
merupakan negara dengan jumlah penduduk yang besar, dikarenakan kebutuhan
akan komoditas kedelai sebagai bahan baku pangan maupun pakan ternak
meningkat setiap tahunnya. Namun produksi kedelai dalam negeri selama tiga
dasawarsa terakhir belum mampu memenuhi kebutuhan, dan harus dicukupi
dengan impor kedelai. Pemenuhan produksi kedelai di dalam negeri hanya sekitar
65,61% dari konsumsi domestik (FAO, 2013). Padahal, Indonesia mampu
berswasembada kedelai sebelum tahun 1975 (Swastika et al. 2000).
Swasembada pangan menjadi target utama program pembangunan
pemerintah tiga tahun ke depan, terutama pada tanaman padi, jagung, dan
kedelai. Melalui Program Upaya Khusus (UPSUS) tiga komoditas utama padi
jagung kedelai (pajale) pemerintah bertekad untuk mensukseskan kedaulatan
pangan. Strategi dan upaya pada kegiatan Upsus pajale dilakukan di daerah-
daerah sentra produksi pangan untuk peningkatan luas tanam dan produktivitas.
Program Upsus dilaksanakan serentak di beberapa provinsi di Indonesia yaitu,
Sulawesi Selatan, Jambi, Sumatera Utara, Jawa Timur, Jawa Tengah, Kalimantan
Tengah, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Selatan (Kurniawan, 2015).
Kecocokan suatu lahan untuk penggunaan tertentu atau kesesuaian dari
sebidang lahan untuk tujuan penggunaan atau komoditas spesifik disebut
kesesuaian lahan. Lebih spesifik lagi kesesuaian lahan ditinjau dari sifat-sifat fisik
lingkungan, yang terdiri dari iklim, topografi, tanah, hidrologi, dan/atau drainase
sesuai untuk komoditas tertentu yang produktif atau usaha tani (Kustamar, 2009).
Penilaian kesesuaian lahan dilakukan berdasarkan faktor pembatas untuk
memperoleh produksi yang optimal pada kondisi saat ini (aktual) dan atau setelah
diadakan perbaikan (potensial). Evaluasi kesesuaian lahan dilakukan pada kriteria
kelas kesesuaian lahan yang disusun berdasarkan persyaratan tumbuh tanaman
2

dengan sistem pencocokan (matching) antara karakteristik lahan (Land


Qualities/Land Characteristics) dan kualitas lahan (Djaenudin et al, 2011).
Menurut UU nomor 7 Tahun 2004, suatu wilayah daratan yang
merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang
berfungsi menampung, menyimpan, dan mengalirkan air yang berasal dari curah
hujan ke danau atau ke laut secara alami disebut sebagai DAS. Bagian dari DAS
yang menerima air hujan dan mengalirkannya melalui anak sungai ke sungai
utama merupakan definisi dari Sub Das, sehingga DAS terbagi di dalam Sub-sub
DAS. Kawasan Sub Das Kali Ledok terletak di Kecamatan Pujon memiliki luas
2.748,39 Ha. Tegalan atau lahan kering mendominasi penggunaan lahan pada
kawasan Sub Das Kali Ledok (Adlan, 2017).
Peningkatan kebutuhan kedelai setiap tahunnya, kecenderungan impor
kedelai, dan mendukung program pemerintah yang menggalakan kedaulatan
pangan, mendorong pemanfaatan teknologi sistem informasi geografis untuk
evaluasi kesesuaian lahan. Melalui penggunaan teknologi SIG dapat dilakukan
berbagai macam analisis wilayah yang salah satunya mendukung dalam
peningkatan produksi kedelai. Pemanfaatan sumberdaya lahan secara optimal
yang sesuai dengan daya dukungnya dapat dilakukan apabila tersedia informasi
kesesuaian lahan yang diperlukan (Kustamar, 2009).

1.2. Tujuan
1. Menganalisis potensi kesesuaian lahan menggunakan metode matching di
Sub Das Kali Ledok.
2. Mengetahui kelas kesesuaian lahan kedelai berdasarkan metode matching di
Sub Das Kali Ledok.
3. Mengetahui faktor pembatas kesesuaian lahan kedelai di Sub Das Kali Ledok.
3

1.3. Alur Pikir

Kebutuhan kedelai meningkat setiap tahun, pemenuhan


kebutuhan kedelai dilakukan melalui impor

Program pemerintah “UPSUS PAJALE” untuk kedaulatan pangan


komoditas pangan padi, jagung, dan kedelai

Evaluasi kesesuaian lahan Kedelai

Matching
 Kualitas dan karakteristik lahan
 Kriteria kelas kesesuaian lahan berdasarkan syarat tumbuh
tanaman

Teknologi sistem informasi geografis

Pemanfaatan sumberdaya lahan sesuai dengan daya dukung


lahan

= BATASAN PENELITIAN
II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Komoditas Kedelai (Glycine max L.)


Kedelai (Glycline max L.) merupakan tanaman semusim berupa semak rendah,
berdaun lebat, dengan beragam morfologi. Pada tanaman kedelai mempunyai tinggi yang
berkisar dari 10 cm sampai 20 cm,dan mempunyai ciri yaitu cabang sedikit. Tanaman kedelai
dapat hidup di lahan sawah maupun pada kondisi kering. Tanaman Kedelai bisa tumbuh di
segala jenis tanah dan juga drainasi akan tetapi tanaman kedelai membutuhkan drainasi yang
lumayan sedkit tidak banyak drainasi ,curah hujan sekitar 100-400 mm/bulan, suhu udara
antara 23-30°C, kelembaban 60-70%, pH tanah 5,8-7 dan ketinggian kurang dari 600 m dpl.
Produktivitas tanaman kedelai pada tingkat nasional mempunyai rata –rata 1,3 t/ha-0,6-2 t/ha.
(Adisarwanto, 2006). Sampai saat ini, produktivitas kedelai nasional ditingkat petani rata-rata
1,3 t/ha dengan kisaran 0,6–2 t/ha. Sedangkan pada tingkat penelitian produksi tanaman
kedelai mencapai 1,7–3,2 t/ha, menurut kesuburan lahan dan penerapan teknologinya (Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian NAD, 2009).
Pada tahun 2015 pemerintah melaksanakan program untuk meningkatkan produksi
padi, jagung, kedelai, daging sapi, tebu, cabai dan bawang merah agar Indonesia mencapai
swasembada pangan. Pada Program Upaya Khusus (UPSUS) swasembada pangan telah
dilaksanakan sejak tahun 2015-2017 dan telah serentak dilaksanakan di beberapa provinsi
di Indonesia, salah satunya yaitu di Provinsi Jawa Timur (Kementrian Pertanian Republik
Indonesia, 2015). Pelaksanaan UPSUS meningkat pada produksi tanaman pangan. Busyra
(2016) menyatakan kegiatan UPSUS yang dilakukan yakni peningkatan areal sawah, jumlah
benih, jumlah pupuk, dan jumlah alsintan komoditas padi berdampak pada tingkat yaitu
produksi padi, jagung dan kedelai. Pelaksanaan UPSUS ini perlu melibatkan partisipasi aktif
petani dalam kegiatan pendampingan dan juga melibatkan banyak stakeholder baik
Kementrian Pertanian, Dinas, Petugas Penyuluh Lapangan, Bintara Pembina Desa,
Perguruan Tinggi dan lainnya agar dapat mencapai swasembada komoditas pangan yang
berkelanjutan (Wahyudi, 2015).

2.2. Evaluasi Lahan


2.3.1. Lahan
Lahan adalah bagian dari bentang alam (landscape) yang dapat dilihat dari kondisi
lingkungan fisik yaitu berupa iklim, topografi/relief, tanah, hidrologi, dan keadaan vegetasi
alami yang secara potensial akan berpengaruh terhadap penggunaan lahan (FAO, 1976).
Penggunaan lahan yang optimal mempunyai karakteristik dan kualitas lahannya karena
terdapat keterbatasan dalam penggunaan lahan yang sesuai dengan karakteristik dan
kualitas lahannya, dan pemanfaatan lahan secara lestari dan berkesinambungan. Evaluasi
lahan mempunyai sifat-sifat fisik dan lingkungan.
5

2.3.2. Penggunaan Lahan


Penggunaan lahan pertanian dapat dibedakan meliputi: tanaman semusim, tanaman
tahunan dan tanaman permanen. Pada penggunaan tanaman semusim diprioritaskan untuk
menanam tanaman dengan menggunakan sistem rotasi atau menggunakan Tumpang sari
yang bertujuan agar masyarakat bisa memanen tanaman sesuai periode. Sedangkan
Penggunaan lahan tanaman tahunan adalah penggunaan lahan yang mempunyai jangan
waktu panenya lama contoh pada tanaman pekebunan tebu. Penggunaan lahan secara
permanen adalah suatu lahan yang tidak dipakai sebagai lahan pertanian, contoh sebagai
hutan, perkotaan, desa, dan pelabuhan. penggunaan lahan dapat dipakai untuk keperluan
evaluasi lahan seperrti tanaman pangan (serealia, umbi-umbian, dan kacang-kacangan),
tanaman hortikultura (sayuran, buah-buahan, dan tanaman hias), tanaman
industri/perkebunan dan tanaman rempah dan obat-obatan.(FAO, 1976)
2.3.3. Karakteristik Lahan
Karakteristik lahan adalah sifat lahan yang dapat diukur atau diestimasi. Karakteristik
penggunaan lahan digunakan sebagai temperatur udara, curah hujan, lamanya masa kering,
kelembaban udara, drainase, tekstur, bahan kasar, kedalaman tanah, ketebalan gambut,
kematangan gambut, kapasitas tukar kation liat, kejenuhan basa, pH H20, C-organik,
salinitas, alkalinitas, kedalaman bahan sulfidik, lereng, bahaya erosi, genangan, batuan di
permukaan, dan singkapan batuan seperti pada Tabel 3.
6

Tabel 1. Karakteristik Lahan


Nomer Istilah Penjelasan
1 Curah Hujan Merupakan curah hujan rerata tahunan dan dinyatakan
dalam mm
2 Lamanya masa kering Merupakan jumlah musim kemarau berturut-turut dalam
setahun dengan jumlah curah hujan kurang dari 60 mm
3 kelembaban udara Merupakan kelembaban udara rerata tahunan dan
dinyatakan dalam %
4 Drainase Merupakan pengaruh laju perkolasi ke dalam air tanah
terhadap aerasi udara dalam tanah
5 Tekstur Menyatakan istilah dalam distribusi partikel tanah halus
dengan ukuran <2 mm
6 Bahan kasar Menyatakan volume dalam % dan adanya bahan kasar
dengan ukuran >2 mm
7 Kedalaman tanah Menyatakan dalamnya lapisan tanah dalam cm yang
dapat dipakai untuk perkembangan perakaran dari
tanaman yang dievaluasi
8 Ketebalan gambut Digunakan pada tanah gambut dan menyatakan
tebalnya lapisan gambut dalam cm dari permukaan
9 Kematangan gambut Digunakan pada tanah gambut dan menyatakan tingkat
kandungan seratnya dalam bahan saprik, hemik atau
fibrik, makin

10 KTK liat Menyatakan kapasitas tukar kation dari fraksi liat


11 Kejenuhan basa Jumlah basa-basa (NH4OAc) yang ada dalam 100 g
contoh tanah.
12 Reaksi tanah (pH) Nilai pH tanah di lapangan. Pada lahan kering
dinyatakan dengan data laboratorium atau pengukuran
lapangan, sedang pada tanah basah diukur di lapangan
8
13 C-organik Kandungan karbon organik tanah.
14 Salinitas Kandungan garam terlarut pada tanah yang
dicerminkan oleh daya hantar listrik.
15 Alkalinitas Kandungan natrium dapat ditukar
16 Kedalaman bahan Dalamnya bahan sulfidik diukur dari permukaan tanah
sulfidik sampai batas atas lapisan sulfidik.
17 Lereng Menyatakan kemiringan lahan diukur dalam % bahaya
erosi : bahaya erosi diprediksi dengan memperhatikan
adanya erosi lembar permukaan (sheeterosion), erosi
alur (reel erosion), dan erosi parit (gully erosion), atau
dengan memperhatikan permukaan tanah yang hilang
(rata-rata) per tahun
18 Genangan Jumlah lamanya genangan 18dalam bulan selama satu
tahun
19 Batuan di permukaan Volume batuan (dalam %) yang ada di permukaan
tanah/lapisan olah
20 Singkapan batuan Volume batuan (dalam %) yang ada dalam solum tanah
21 Sumber air tawar Tersedianya air tawar untuk keperluan tambak guna
mempertahankan pH dan salinitas air tertentu
22 perbedaan permukaan air pada waktu pasang dan surut
amplitudo pasang- (dalam meter)
surut
23 Oksigen Ketersediaan oksigen dalam tanah untuk keperluan
pertumbuhan tanaman/ikan
7

2.3.4. Kualitas Lahan


Kualitas lahan mempunyai sifat pengenal atau sifat kompleks. kualitas lahan
mempunyai keragaan (performance) yang berpengaruh terhadap kesesuaiannya yang terdiri
atas satu atau lebih karakteristik lahan (land characteristics). Kualitas lahan bisa diukur
secara langsung di lapangan, tetapi pada umumnya ditetapkan dari pengertian karakteristik
lahan (FAO, 1976).
Tabel 2. Kualitas lahan yang dipakai pada metode evaluasi lahan menurut CSR/FAO (1983),
FAO (1983), dan Sys et al. (1993).
CSR/FAO, 1983 FAO, 1983 Sys et.al., 1993
Temperatur Kelembaban Sifat iklim
Ketersediaan air Ketersediaan hara Topografi
Ketersediaan oksigen Ketersediaan oksigen Kelembaban
Media perakaran Media untuk perkembangan akar Sifat fisik tanah
Retensi hara Kondisi untuk pertumbuhan Sifat kesuburan tanah
Toksisitas Kemudahan diolah Salinitas/alkalinitas
Sodisitas bahaya Salinitas dan alkalinitas/ toksisitas
sulfidik bahaya Retensi terhadap erosi
erosi Penyiapan Bahaya banjir
lahan Temperatur
Energi radiasi dan fotoperiode
Bahaya unsur iklim (angin,
kekeringan)
Kelembaban udara
Periode kering untuk pemasakan
(Ripening) tanaman

2.3. Sistem Informasi Geografis


GIS (Geographic Information System) adalah merupakan suatu program dari
komputer, yang digunakan untuk suatu bidang pekerjaan seperti perencanaan, inventarisasi,
monitoring, dan pengambilan keputusan. Bidang aplikasi GIS banyak manfaatnya untuk dunia
luas seperti urusan militer sampai persoalan yang akan digunakan sebagai pengantaran
barang, (Prahasta, 2002 & Aziz, 2005).
GIS (Geographic Information System) merupakan suatu alat untuk mengelola seperti
untuk (input, manajemen, proses dan output) data spasial atau data yang bereferensi
geografis. Setiap data yang terdapat di permukaan bumi dapat disebut sebagai data spasial
bereferensi geografis. Misalnya data kepadatan penduduk suatu daerah, data jaringan jalan,
data vegetasi dan sebagainya (Nuckols, 2004). GIS terdiri atas tiga bagian (subsistem), yaitu
subsistem masukan data (input data), manipulasi dan analisis data, menyajikan data (output
data). Subsistem masukan Data (Input Data) yang berfungsi sebagai alat yang akan
memasukkan dan mengubah data yang asli ke bentuk yang dipakai dalam GIS.
Pada dasarnya semua data geografi diubah dulu menjadi data digital, sebelum
dimasukkan ke komputer. Data digital memiliki kelebihan dibandingkan dengan peta (garis,
area) karena jumlah data yang disimpan lebih banyak dan pengambilan kembali lebih cepat.
8

Terdapat dua macam data yaitu data spasial dan data atribut. Data spasial (keruangan),
merupakan data yang menunjukkan ruang, lokasi atau tempat-tempat di permukaan bumi.
Data spasial berasal dari peta analog, foto udara dan penginderaan jauh dalam bentuk cetak

2.4. Metode Matching (Pendekatan)

Evaluasi lahan merupakan suatu dari kegiatan lanjutan mulai dari survei , sumber
daya lahan lainnya, pemetaan tanah sampai dengan pendekatan interpretasi data tanah
(FAO, 1976). Klasifikasi kesesuaian memiliki tahap pertama didasarkan terdapat kesesuaian
lahan untuk jenis penggunaan yang telah diseleksi sejak awal kegiatan survei, contohnya
lahan sawah tegalan sampai dengan lahan perkebunan. Kegiatan pelaksanaan Evaluasi
lahan dibedakan menjadi tiga, yaitu: tingkat tinjau skala 1:250.000 atau lebih kecil; semi detil
skala 1:25.000 sampai 50.000; dan detil skala 10.000 sampai 25.000 atau lebih besar. Jenis,
jumlah, dan kualitas data yang dihasilkan dari ketiga tingkat pemetaan yang bervariasi,
sehingga penyajian data hasil evaluasi lahan yang sesuai misalnya : pada tingkat tinjau
didalam tedapat ordo, tingkat semi detil didalam terdapat kelas/Subkelas, dan pada tingkat
detil didalam tedapat Subkelas/Subunit (Balai Besar Penelitian Dan Pengembangan
Sumberdaya Lahan Pertanian, 2011).
Kesesuaian lahan dilaksanakan dengan cara mencocokkan (matching) yaitu data
tanah dan fisik lingkungan dengan tabel rating kesesuaian lahan yang telah disusun dan
memenuhi penggunaan lahan yang cukup memenuhi persyaratan tumbuh/hidup mulai dari
komoditas pertania ,konservasi, dan pengelolaan. Hukum proses Matching minimum dipakai
untuk menentukan faktor pembatas kelas subkelas dan kesesuaian lahannya. Kesesuaian
lahan menetapkan keadaan aktual (kesesuaian lahan aktual) atau keadaan potensial
(kesesuaian lahan potensial). setelah keadaan potensial dicapai maka dilaksanakan lagi
upaya upaya untuk melakukan perbaikan (Improvement = I) pada setiap faktor pembatas
agar mencapai keadaan potensial. Pada tanaman kedelai menggunakan kelas kesesuaian
lahan tanaman kedelai dari Balai Besar Penelitian Dan Pengembangan Sumberdaya Lahan
Pertanian yang telah terlampir Balai Besar Penelitian Dan Pengembangan Sumberdaya
Lahan Pertanian, 2011).
III METODE

3.1. Tempat dan Waktu


Lokasi proyek berada di sub DAS Kali Ledok, Desa Tawangsari, Kecamatan Pujon,
Kabupaten Malang, Jawa Timur. Dilaksanakan pada bulan Februari hingga bulan Mei 2018.

3.2. Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan adalah sebagai berikut:
Tabel 3. Alat dan Bahan
No Alat Bahan Kegiatan
1 Software ArcGIS 10.3 Peta rupabumi 1508-324 Pembuatan peta pra
Pujon skala 1:25.000 survei
Peta Geologi 1608-1
Malang skala 1:100.000
Peta SPL
Peta Sub-DAS Kali Ledok
Peta Administrasi
Peta Penggunaan Lahan
Peta Geologi
Peta Lereng
Peta Landform
Peta Project
2 Stereoskop dan pen ohp Foto udara Pujon skala Pembuatan
1:50.000 Interpretasi foto udara
3 Survei set (Klinometer, Air Pengamatan morfologi
Munsell color, Pisau dan fisiografi
lapang, Botol semprot,
Sabuk profil, Meteran,
Kompas,
GPS
Form Pengamatan
KTT
Cangkul
Bor Tanah
Sekop
Alat Tulis
Kamera

3.3. Tahapan Pelaksanaan Proyek


3.3.1. Pra survei
3.3.1.1. Pengumpulan Data
Persiapan kegiatan pra survei adalah dengan mengumpulkan data yang akan
digunakan saat survei. Data yang diperlukan ad
alah peta RBI Pujon dengan skala 1:25.000, Citra landsat 8 yang didownload dari
USGS. Selain itu, pengumpulan data curah hujan dan foto udara daerah Pujon dengan skala
1:50.000.
10

3.3.1.2. Pembuatan Peta


Peta yang akan digunakan adalah peta RBI daerah Pujon dengan skala 1:25.000,
Peta Geologi 1608-1 Malang skala 1:100.000. Peta RBI Pujon diolah dengan software
ArcGIS 10.3 yang menghasilkan peta administrasi Pujon. Peta penggunaan lahan diperoleh
dari citra landsat 8 yang didownload dari USGS kemudian diolah dengan menggunakan
software PCI. Selain itu, pembuatan peta curah hujan diperoleh dari data curah hujan, lereng,
hillshade, geologi, jenis tanah, dan landform diolah dengan software ArcGIS 10.3.
Menyiapkan peta kerja atau peta survei sebagai acuan penentuan titik pengamatan dan
pengambilan sampel, yang dilakukan dengan pembuatan Satuan Peta Lahan (SPL) yang
didapatkan dari tumpang susun Peta Geologi, Peta Penggunaan lahan, dan Peta Lereng.
3.3.1.3. Pembuatan Stereotriplet
Foto udara yang digunakan dalam membuat stereotriplet dengan skala 1:50.000.
Foto udara kemudian dideliniasi untuk mengetahui landform, pola drainase, dan landuse di
daerah Pujon.
3.3.2. Kegiatan Survey
Tahap pertama pengambilan sampel tanah yang diambil disetiap titik pengamatan,
pada setiap SPL (satuan peta lahan) untuk mengamati kondisi tanah, geologis geomorfologis
dan topografi di Sub DAS Kali Ledok. Mencocokkan (matching) hasil sampel data tanah dan
fisik lingkungan dengan tabel rating kesesuaian lahan yang telah disusun berdasarkan
persyaratan penggunaan lahan mencakup persyaratan tumbuh/hidup komoditas pertanian
yang bersangkutan, pengelolaan dan konservasi. Hasil dari kegiatan tahap pertama ditindak
lanjuti dengan analisis aspek ekonomi dan sosialnya yaitu dengan melakukan wawancara
kepada petani.
3.3.3. Metode Analisis Data
Hasil pencocokan kualitas tanaman dengan syarat tumbuh tanaman akan
menunjukkan kelas kesesuaian lahan untuk tanaman kedelai. Hasil tersebut akan
menunjukkan faktor pendorong dan pembatas lahan kering untuk budidayatanaman kedelai
di Desa Tawangsari. Produktivitas dideskripsikan berdasarkan hasil wawancara dengan
petani.
11

DAFTAR PUSTAKA

Adisarwanto, T. 2006. Budidaya dengan Pemupukan yang Efektif dan Pengoptimalan Peran
Bintil Akar Kedelai. Jakarta:Penebar.Swadaya.
Adlan, Rahmad, 2017. Etnoekologi Masyarakat Desa Tawangsari Kecamatan Pujon
Kabupaten Malang (Skripsi). Jurusan Kehutanan. Universitas Muhammadiyah
Malang.
Balai Besar Penelitian Dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian. 2011. Petunjuk
Teknis Evaluasi Lahan Untuk Komoditas Pertanian Edisi Kedua. Bogor : Balai Besar
Penelitian Dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Nad. 2009. Budidaya Tanaman Kedelai. Badan
Ketahanan Pangan Dan Penyuluh Pertanian Aceh. [online]
http://nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/modul/13-
Brosur_kedelai1.pdf. Diakses pada tanggal 27 Februari 2018.
Busyra, R. G. 2016. Dampak Program Upaya Khusus (UPSUS) Padi Jagung Kedelai
(PAJALE) Pada Komoditas Padi Terhadap Perekonomian Kabupaten Tanjung
Jabung Timur. Jurnal Media Agribisnis (MeA) 1 (1) : 12-27.
FAO. 1976. A Framework for Land Evaluation. Soil Resources Management and Conservation
Service Land and Water Development Division. FAO Soil Bulletin No. 32. FAO-UNO,
Rome.
FAO. 1983. Guidelines Land Evaluation for Rainfed Agriculture. Soil Resources Management and
Conservation Service Land and Water Development Division. FAO Soil Bulletin No 52.
FAO-UNO, Rome.
Djaenudin, D., H., Marwan, H., Subagjo. 2011. Petunjuk Teknis Evaluasi Lahan untuk
Komoditas Pertanian. Bogor: Balai Besar Penelitian dan Pengembangan
Sumberdaya Lahan Pertanian
Kementerian Pertanian Republik Indonesia, 2015. Modul Pendampingan Mahasiswa Dalam
Rangka Upaya Khusus Peningkatan Produksi Padi, Jagung dan Kedelai. Jakarta :
Kementerian Pertanian.
Kurniawan, Hakim. 2015. Upaya Khusus (UPSUS) Swasembada Pangan 2015-2017 (Artikel).
Biogen Litbang Pertanian. http://biogen.litbang.pertanian.go.id/2015/02/upaya-
khusus-upsus-swasembada-pangan-2015-2017/ diakses 28 februari 2018
Kustamar. 2009. Analisa Potensi Lahan Untuk Komoditas Tanaman Kedelai Di Kabupaten
Situbondo. Malang. FTSP Malang. Spectra. VII(14): 61-71
Nuckols, J. R., Ward, M. H., & Jarup, L. 2004. Using Geographic Information Systems for
Exposure Assessment in Environmental Epidemiology Studies. Environmental
Health Perspectives, 112(9), 1007–1015. doi:10.1289/ehp.6738.
Prahasta, E. 2002. Sistem Informasi Geografis Konsep-Konsep Dasar. Bandung:Penerbit
Informatika.
Sudaryanto, Tahlim dan Dewa K.S. Swastika. 2016. Ekonomi Kedelai di Indonesia. Bogor:
Pusat Analisis Sosial-Ekonomi dan Kebijakan Pertanian.
http://balitkabi.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2016/03/dele_1.tahlim-
1.pdf diakses 28 februari 2018
Sys, C., E. Van Ranst, J. Debaveye, and F. Beernaert. 1993. Land Evaluation. Crop
Requirements Part III. Agricultural Publication No. 7. General Administration for
Development Corp. 1050 Brussels-Belgium.
12

Wahyudi, D. 2015. Urgensi pendampingan terhadap tingkat partisipasi petani dalam


pelaksanaan program swasembada dan swasembada berkelanjutan di Kota
Padangsidimpuan. Agrica Ekstensia 10 (1) : 57-63.
13

LAMPIRAN
Lampiran 1. Kelas Kesesuaian Lahan Tanaman Kedelai
Persyaratan penggunaan/ Kelas kesesuaian lahan
Karakteristik Lahan
S1 S2 S3 N
Temperatur (tc)
Temperatur rerata (°C) harian 26-30 18-32 - >32
< 18
Ketersediaan air (wa)
Curah hujan (mm) 2.000-3.000 3.000- - > 5.000
5.000
1.000- - < 1.000
2.000
Ketersediaan oksigen (Oa)
Drainase Baik, sedang Agak Terhambat, Sangat
terhabat agak cepat terhanbat,
cepat
Media perakaran (rc)
Tekstur agak halus, halus, sangat kasar
sedang agak halus*
kasar
Bahan kasar (%) < 15 15 - 35 35 - 55 > 55

Kedalaman tanah (cm) > 75 50 - 75 25 - 50 < 25


Gambut
Ketebalan (cm) < 60 60-140 140-200 >200
Ketebalan (cm),jika ada sisipan <140 140-200 200-400 >400
bahan mineral/

Pengkayaan

Kematangan saprik+ saprik, hemik, fibrik


hemik+ fibrik+
Retensi hara (nr)
KTK liat (cmol) > 16 ≤ 16
Kejenuhan basa (%) > 50 35 - 50 < 35
pH H2O 5,0 - 7,0 4,0 - 5,0 < 4,0
7,0 - 7,5 > 7,5
C-organik (%) > 0,4 ≤ 0,4
Toksisitas (xc)
Salinitas (dS/m) <5 5-8 8 - 10 > 10
Sodisitas (xn)

Alkalinitas/ESP (%) < 10 10 - 15 15 - 20 > 20


Bahaya sulfidik (xs)
Kedalaman sulfidik (cm) > 100 75 - 100 40 - 75 < 40
Bahaya erosi (eh)
Lereng (%) < 8 sangat 0 - 15 15 - 30 > 30 sangat
rendah -
Bahaya erosi rendah sedang berat Berat
Bahaya banjir (fh)
Genangan F0 - F1 >F1
14

Penyiapan lahan (lp)


Batuan di permukaan (%) <5 5-15 15-40 >40
Singkapan batuan (%) <5 5-15 15-25 < 25
Sumber: Balai Besar Penelitian Dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertania, 2011

You might also like