Professional Documents
Culture Documents
Laporan PKL LPPOM MUI Nasir Baru
Laporan PKL LPPOM MUI Nasir Baru
PENDAHULUAN
1
Menurut Ruku dkk. (2009) pengolahan pangan adalah rangkaian suatu
kegiatan terhadap bahan mentah untuk diubah bentuknya atau kompisisinya guna
memberikan nilai tambah, oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk
pengujian kadar air dan kadar abu terhadap Kue dodol, halwa dan bolu yang
dihasilkan pada industri rumah tangga di Kota Banda Aceh.
Penetapan kadar air dan kadar abu pada kue khas Aceh dan Mie Basah ini
ditetapkan syarat mutu SNI Biskuit adalah 2987-2015 dengan kadar air maksimal
65b/b dan kadar abu maksimum 0,05% b/bdan sedangkan syarat mutu kadar air
dan kadar abu pada mie basah menurut SNI adalah dengan kadar air maksimal
65% b/b dan2987-2015 kadar abu maksimum 0,05% b/b.
2
1.3.2 Tujuan Khusus
Adapun tujuan tujuan khusus dilakukan Praktek Kerja Lapangan adalah
untuk mengetahui kadar air dan kadar abu dalam kue lontong paris, bada retek,
dan mie basah.
3
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
4
Obatan dan Kosmetika (LPPOM) dan Badan Kajian Hukum dan Perundang-
Undangan (BKH). Hal ini Berdasarkan Pasal 28 ayat (1) dan (2) Qanun No. 2
Tahun 2009.
Sejak tahun 2014 sampai tahun 2018, LPPOM MPU Aceh telah
mengeluarkan 323 Sertifikat halal untuk berbagai pelaku usaha di Provinsi Aceh.
Sampai saat ini, LPPOM MPU Aceh terus berbenah memperbaiki Standar
Operasional Prosedur (SOP). Hal ini diharapkan agar Pelayanan yang diberikan
kepada masyarakat dalam proses sertifikasi halal. Dalam proses dan pelaksanaan
sertifikasi halal, LPPOM MPU Aceh bekerjasama dengan beberapa Instansi
terkait diantaranya DinasPariwisata danKebudayaan Aceh, Dinas Koperasi dan
UKM Aceh, Dinas Kesehatan Aceh, Dinas Kelautan dan Perikanan Aceh, dan
dinas-dinasterkait lainnya serta beberapa lembaga pendidikan seperti THP
Unsyiah, FKH Unsyiah, Akafarma Harapan Bangsa Banda Aceh,
FakultasPertanian USM, dan Kampus-kampus Lainya.
Susunan Kepengurusan LPPOM MPU Aceh adalah sebagai berikut:
Ketua : drh. Fakhrurrazi,M.P
Wakil ketua : Munardi, S.H.M.H
Sekretaris dan Kepala Laboratorium : Deni Candra,S.T.MT
Kabid Program & Perencanaan : Drs.Ahmad Ridwan,M.Si
Kabid Audit & Sistem Jaminan Halal : Nadia Rizka, S.T. M.M
Kabid Informasi dan Sosialisasi : Syamsuddin, SH
Analisa Laboratorium & staf Administrasi : 1. Mahlizar, S.T.
2. Subhan,S.Si
5
1.1.1 Visi dan Misi
a. Visi
Menjadi lembaga penjamin produk halal terpercaya dalam ruang
lingkup nasional dan internasional sehingga dapat memberikan
ketentraman bagi umat Islam serta menjadi pusat informasi halal dunia
sehingga mampu memberikan solusi yang diakui secara nasional dan
internasional
b. Misi
1. Membuat dan mengembangkan prosedur standar sistem
pemeriksaan halal.
2. Melakukan sertifikasi untuk semua produk halal yang diproduksi
dan atau yang beredar di masyarakat.
3. Memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang pentingnya
mengkonsumsi produk halal.
4. Memberikan Pelayanan informasi yang lengkap dan akurat
mengenai kehalalan produk.
6
Manajemen LPPOM MPU Aceh adalah melaksanakan audit halal terhadap
prusahaan yang bermohon untuk di audit kepada LPPOM MPU Aceh. Berkas
berkas yang wajib dilampirkan diantaranya :
1. permohonan sertifikasi
permohonan harus mengisi format permohonan resmi yang telah disediakan
oleh LPPOM MPU Aceh
2. Manual sistem Jaminan Halal( SJH )
SJH adalah suatu system manajemen yang disusun, diterapkan dipelihara oleh
perusahaan pemegang sertifikat halal untuk menjaga kesinambungan proses
produksi halal sesuai dengan kententuan LPPOM MPU Aceh. SJH ini diisi
oleh perusahaan pemohon dan harus di implimentasikan pada setiap alur dan
pacsa proses produksi sebagai bukti komitmen perusahaan.
3. Daftar Bahan Baku yang digunakan pemohon wajib mengisi format daftar
bahan baku dari Produk yang akan disertifikasi tanpa ada satu bahan pun
yang ditutup tutupi dan auditor LPPOM MPU wajib merahasiakan daftar ini
sesuai dengan kode etik yang berlaku.
4. Matriks Bahan Baku untuk setiap jenis produk
Pemohon wajib mengisi format matriks bahan baku setiap jenis produk yang
akan disertifikasi tanpa ada satu bahan pun yang ditutup tutupi dan auditor
LPPOM MPU wajib merahasiakan daftar ini sesuai dengan kode etik yang
berlaku.
5. Alur Proses Produksi
Pemohon wajib menginformasikan alur proses produksi yang digunakan
dalam menghasilkan produk yang akan disertifikasi.
6. Surat pernyataan fasilitas produksi bebas dari unsur Haram
Pemohon wajib mengisi surat pernyaatn ini sebagai bukti komitmen untuk
tidak menggunakan bahan-bahan dan semua fasilitas produksi yang terkait
dengan aktifitas.
7. Surat pengangkatan Auditor Internal Pemohon wajib mengisi surat
pernyataan akan mengangkat auditor sebagai bukti komitmen untuk tidak
menjamin aktifitas produksi yang halal.
7
2.2 Kue Khas Aceh dan Mie Basah
Kue khas Aceh dan Mie Basah merupakan makanan yang dikonsumsi
oleh masyarakat Aceh dengan cita rasa yang khas. Propinsi Aceh merupakan salah
satu propinsi dengan beragam suku bangsa. Di Propinsi Aceh ada beberapa kue
tradisional yang sudah menjadi kue khas. Adapun kue yang sudah menjadi khas
Aceh diantaranya Lontong Paris, Bada Retek, dan Mie Aceh (mie basah). Kue ini
umumnya terbuat dari adonan tepung ketandan beras ketan. Kue khas ini selalu
disajikan pada acara-acara kemasyarakatan di Aceh (Sungkar, M. 2015).
8
Pembuatan kue dan mie aceh seperti lontong paris, bada retek, dab mie
basah perlu dijaga keamanan dan kualitasnya. Kue khas Aceh dan mie basah ini
umumnya dijual di pasaran dan pinggir jalan. Supaya kue dan mie tahan lama dan
bebas dari abu anorganik, konsumen harus memastikan pangan yang dijualnya
aman dari kadar air dan kadar abu dengan menuruti peraturan SNI 1992. Untuk
menentukan kadar air dan kadar abu biasanya menggunakan analisa kuantitatif
dengan menggunakan metode gravimetric. Fungsi digunakan metode gravimetric
yaitu untuk mengetahui mutu dari kue khas aceh ini.
9
kuantitatif sehingga senyawa yang dianalisis dapat dihitung jumlahnya (Sumardjo,
1997).
Metode yang digunakan dalam menentukan kadar air dan kadar abu pada
percobaan ini adalah metode gravimetric. Zat-zat yang diendapkan dan bentuk
yang pada akhirnya ditimbang, dituliskan dalam daftar. Sebagai tambahan dari
zat-zat anorganik, senyawa-senyawa organic telah dianalisa dengan teknik
gravimetric. (Underwood, 1980).
Adapun persyaratan yang harus dipenuhi agar metode gravimetrik
berhasil, yaitu :
1. Proses pemisahan hendaknya cukup sempurna sehingga kuantitas analit
yang tak terendapkan secara analitis tak dapat dideteksi (biasanya 0,1 mg
atau kurang, dalam menetapkan penyusunan utama dari suatu makro).
10
kering membutuhkan sedikit ketelitian dan mampu menganalisa bahan lebih
banyak daripada pengabuan basah. Pengabuan kering dapat dapat dilakukan untuk
menganalisa kandungan Ca, P, dan Fe, akan tetapi kehilangan K dapat terjadi
apabila suhu yang digunakan terlalu tinggi (Anton dkk, 1989).
Berdasarkan kegunaannya dalam aktivitas kehidupan, abu organik biasa
disebut mineral (logam) dibagi menjadi dua golongan, yaitu mineral logam
esensial dan nonesensial. Logam esensial diperlukan dalam proses fisiologis
manusia dan hewan, sehingga logam golongan ini merupakan unsur nutrisi
penting yang jika kekurangan dapat menyebabkan kelainan proses fisiologis atau
disebut penyakit defisiensi mineral. Mineral ini biasanya terikat dengan protein,
termasuk enzim untuk proses metabolisme tubuh, yaitu kalsium (Ca), fosforus
(P), kalium (K), natrium (Na), klorin (Cl), sulfur (S), magnesium (Mg), besi (Fe),
tembaga (Cu), seng (Zn), mangan (Mn), kobalt (Co), iodin (I), dan selenium (Se).
Logam nonesensial adalah golongan logam yang tidak berguna, atau belum
diketahui kegunaannya dalam tubuh manusia dan hewan, sehingga hadirnya unsur
tersebut lebih dari normal dapat menyebabkan keracunan. Logam tersebut bahkan
sangat berbahaya bagi makhluk hidup, seperti timbal (Pb), merkuri (Hg), arsenik
(As), kadmium (Cd), dan aluminium (Al). Kadar abu anorganik yang berbahaya
ini biasanya akibat pencemaran udara, asap kendaraan, dan tempat pengolahan.
Kemasan yang terbuka juga bisa mengakibatkan mudahnya masuk abu anorganik.
11
BAB III
METODOLOGI PENGUJIAN
12
3.4.2 Penetapan Kadar Abu
Sampel dihaluskan sebanyak 5gram, Panaskan krus porselen di dalam
oven temperature 1100C selama 15menit dan dinginkan dalam desikator selama
15 menit. Timbang berat kosong krus porselen dan sampel. Masukkan kedalam
tanur sampai menjadi abu dengan suhu 500 0C-600 0C dan dinginkan dalam
desikator selama 15 menit. Timbang berat cawan dan yang telah di furnes
menggunakan neraca digital untuk mengetahui berat abu pada sampel (SNI,
1992).
Keterangan: Cara kerja di atas juga dilakukan terhadap sampel lontong paris,bada
retek dan mie aceh.
13
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Hasil Pengamatan
Berdasarkan hasil pengujian, maka kadar air pada kue khas Aceh dapat
dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 4.1.1 Data Kadar Air
Ketentuan
NO Bahan Kadar Air % Keterangan
SNI %
1 Lontong Paris Maks 5 3% Memenuhi Syarat
2 Lontong Paris Maks 5 3% Memenuhi Syarat
3 Bada Retek Maks 5 5% Memenuhi Syarat
4 Bada Retek Maks 5 5% Memenuhi Syarat
5 Mie Peniti Maks 35 56% Memenuhi Syarat
6 Mie Peniti Maks 35 56% Memenuhi Syarat
7 Mie BP Maks 35 51% Memenuhi Syarat
8 Mie BP Maks 35 51% Memenuhi Syarat
9 Mie LH Maks 35 55% Memenuhi Syarat
10 Mie LH Maks 35 55% Memenuhi Syarat
11 Mie Barata Maks 35 50% Memenuhi Syarat
12 Mie Barata Maks 35 51% Memenuhi Syarat
13 Mie Lamdingin Maks 35 54% Memenuhi Syarat
14 Mie lamdingin Maks 35 54% Memenuhi Syarat
Sumber LAB LPPOM Banda Aceh, 2018
14
Berdasarkan hasil pengujian, maka kadar abu pada kue khas Aceh dapat dilihat
pada tabel dibawah ini :
Tabel 4.1.2 Data Kadar Abu
Ketentua
No Bahan Kadar Abu % Keterangan
n SNI %
1 Lontong Paris Maks 1,6 1,0 Tidak Memenuhi Syarat
2 Lontong Paris Maks 1,6 1,0 Tidak Memenuhi Syarat
3 Bada Retek Maks 1,6 0,1 Memenuhi Syarat
4 Bada Retek Maks 1,6 1,1 Tidak Memenuhi Syarat
5 Mie Peniti Maks 3 0,8 Tidak Memenuhi Syarat
6 Mie Peniti Maks 3 0,8 Tidak Memenuhi Syarat
7 MieBlang Padang Maks 3 1,6 Tidak Memenuhi Syarat
8 Mie Blang Padang Maks 3 1,5 Tidak Memenuhi Syarat
9 Mie Lhong Raya Maks 3 0,8 Tidak Memenuhi Syarat
10 Mie Lhong Raya Maks 3 0,8 Tidak Memenuhi Syarat
11 Mie Barata Maks 3 0,5 Memenuhi Syarat
12 Mie Barata Maks 3 0,6 Tidak Memenuhi Syarat
13 Mie Lamdingin Maks 3 0,8 Tidak Memenuhi Syarat
14 Mie lamdingin Maks 3 0,9 Tidak Memenuhi Syarat
Sumber LAB LPPOM Banda Aceh, 2018
`
4.2 Pembahasan
4.2.1 Kadar Air
Kadar air dalam bahan pangan ikut menentukankesegaran dan daya awet
bahan pangan tersebut. Kadar air yang tinggi mengakibatkan mudahnya bakteri,
kapang dan khamir untuk berkembang biak sehingga akan terjadi perubahan pada
bahan pangan (sandjaja, 2009).
Pada pengujian ini sampel yang diuji kadar air dan kadar abu adalah
lontong paris, bada retek, dan mie basah. Menurut Standar Nasional Indonesia
(SNI) tahun 2015, lontong paris dan bada retek memiliki parameter kadar air
maksimum adalah 65% dan kadar abu 0,05%, sedangkan SNI 2987-2015 untuk
mie basah memiliki parameter kadar air adalah65% dan kadar abu minimal
0,05%.
Daripengujiandidapatkan kadar air pada Lontong Paris3%, Bada Retek
5%, Mie Peniti 56%, Mie Blang Padang 51%, Mie Lhong Raya 55%, Mie Barata
50%, dan Mie Lamdingin 54%. Data ini menunjukkan bahwa kadar air dalam
15
lontong paris, bada retek dan mie basahmemenuhi syarat, menurut SNImemenuhi
syarat yaitu 65%.
Pengujian didapatkan kadar abu pada Lontong Paris 1,00%, Bada Retek
0,16%, Mie Peniti 0,81%, Mie Blang Padang 1,66%, Mie Lhong Raya 0,89%,
Mie Barata 0,52%, dan Mie Lamdingin 0,89%. Data ini menunjukkan bahwa
kadar abu, bada retek dan mie barata memenuhi syarat, yaitu tidak
melebihiketentuan SNI yang telah ditentukan,0,05%, SNI 2987-2015 ,mie basah
abu minimal 0,05%.
Dari hasil analisis menunjukkan bahwa lontong paris dan bada retek
mempunyai kadar air sesuai dengan standar SNI sedangkan mie basah tidak sesuai
dengan ketentuan SNISNI 2987-2015 dan kadar abu semua sampel sesuai dengan
SNI 2987-2015. Kadar air yang tinggi tentu akan mempengarugi mutu produk.
Produk dengan kadar air yang tinggi akan mudah bagi bakteri untuk berkembang
didalamnya, kadar air dan kadar abu dalam kue khas aceh yang sudahdiuji sesuai
dengan syarat mutu menurut SNI yang menunjukkan bahwa kue khas Aceh ini
layak konsumsi. Kadar air pada mie basah tidak sesuai dengan ketentuan SNI
2987-2015, sedangkan kadar abu yang lebih tinggi pada bada retek uji 2
dikarenakan ada kesalahan teknis ketika penimbangan atau penyimpanan dalam
desikator. Desikator sulit dibuka, karena sampel yang dimasukkan terlalu panas.
Sulitnya tutup desikator dibuka, maka penguji membuka secara paksa, sehingga
kadar abu sedikit tumpah. Kadar abu merupakan zat sisa hasil pembakaran bahan
organik. Abu organik merupakan abu yang habis diserap tubuh, sedangkan abu
anorganik adalah abu yang tidak habis diserap oleh tubuh.
16
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil uji kadar air dan kadar abu pada kue khas Aceh dapat
disimpulkan bahwa;
1. Kadar air yang dihasilkan dalam pengujian ini pada semua sampel
Memenuhi Syarat sedangkan pada.
2. Kadar abu yang dihasilkan dalam pengujian ini pada Bada Retek, mie
barata memenuhi, syarat sedangkan lontong paris dan mie basah lain nya
tidak memenuhi syarats.
5.2 Saran
Berdasarkan Praktek Kerja Lapangan (PKL) yang telah dilakukan di
LPPOM Aceh, ada beberapa sarandiantaranya:
1. Diharapkan adanya jalinan komunikasi yang baik dan kesinambungan
antara pihak instansi dan mahasiswa AKAFARMA.
2. Setelah melakukan Praktek Kerja Lapangan(PKL) mahasiswa harus
menjaga nama baik almamater dan instansi tempat pelaksanaanya
Praktek Kerja Lapangan.
3. Diharapkan kepada semua instansi yang terkait untuk selalu menjaga
mutu produk hasil sertifikasi terjamin aman dan halal.
17
DAFTAR PUSTAKA
Muchtadi, Pulpi dan Astawan. 1992. Metode Kimia Biokimia Dan Biologi Dalam
Evaluasi Nilai Gizi Pangan Olahan. Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan. Universitas Pangan Dan Gizi Institut Pangan: Bogor.
18
LAMPIRAN
Sampel
» Panaskan cawan dalam oven (1100 C) selama 15 menit.
» Cawan didinginkan dalam desikatos selama 15 menit.
» Timbang berat kosong cawan.
» Timbang bahan sebanyak 5 gram.
» Panaskan cawan dan bahan dalam oven 1100C selama 6 jam.
» Dinginkan dalam desikator selama 15 menit.
» Timbang berat cawan + bahan dan timbang
Hasil
Keterangan: Skema kerja di atas juga dilakukan terhadap sampel lontong paris,
bada retek dan mie basah.
19
Lampiran III Cara kerja Penetapan Kadar Abu
Sampel
» Sampel dihaluskan sebanyak 5gram, Panaskan krus porselen di dalam
oven temperature 1100C selama 5menit dan dinginkan dalam desikator
selama 15 menit
» Timbang berat kosong Lontong Paris dan Bada Retek sebanyak 5
gram
» Masukkan kedalam furnes selama 20 menit dengan suhu 500 0C
-600 0C dan dinginkan dalam desikator selama 15 menit.
» Timbang berat cawan yang telah di furnes menggunakan neraca
digital untuk mengetahui berat abu pada sampel
Hasil
Keterangan: Skema kerja di atas juga dilakukan terhadap sampel Lontong Paris,
Bada Retek, dan Mie Basah.
20
Lampiran V Gambar Kerja
21