Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 27

FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 401936
SURAKARTA KESEHATAN ANAK
Umur : 7 tahun
ANAMNESIS Nama : An. DD
Ruang : Delima
Jenis Kelamin : Perempuan
Kelas : III

Nama lengkap : An. DD Jenis Kelamin : Perempuan


Tempat dan tanggal lahir : Ponorogo, 4 Juni 2010 Umur : 7 tahun
Nama Ayah : Tn. J Umur : 40 thn
Pekerjaan ayah : Buruh Tani Pendidikan ayah : SMP
Nama ibu : Ny. K Umur : 32 thn
Pekerjaan ibu : Ibu Rumah Tangga Pendidikan ibu : SMP
Alamat : Dukuh Tengah Ponorogo
Masuk RS tanggal : 26/01/2018 Diagnosis masuk : KDS

1
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 401936
SURAKARTA KESEHATAN ANAK

1. Pohon Keluarga

Keterangan :
: Laki-Laki

: Perempuan

: Pasien

RIWAYAT PRIBADI
Riwayat kehamilan dan persalinan
a. Riwayat kehamilan ibu pasien / ANC
Ny. K G2P2A0 Hamil saat usia 25 tahun. Ny. K rutin memeriksakan kehamilannya ke
bidan terdekat setiap bulan dan diberikan obat penambah darah dan vitamin. ibu tidak
pernah mual dan muntah berlebihan, tidak ada riwayat trauma maupun infeksi saat hamil,
sesak saat hamil (-), merokok saat hamil (-), kejang saat hamil (-). Tekanan darah ibu
dalam batasan normal. Berat badan ibu dinyatakan normal dan mengalami kenaikan berat
badan selama kehamilan. Perkembangan kehamilan dinyatakan normal.

2
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 401936
SURAKARTA KESEHATAN ANAK

b. Riwayat persalinan ibu pasien / NC


Ny. K melahirkan bayi tunggal pasien dibantu oleh bidan di Rumah sakit wilayah
ponorogo, umur kehamilan 39 minggu, persalinan terjadi secara normal dengan presentasi
kepala, bayi langsung menangis dengan berat lahir 2800 gram, tidak ditemukan cacat
bawaan saat lahir.
c. Riwayat paska lahir pasien / PNC
Bayi perempuan dengan BB 2800 gram, setelah lahir langsung menangis, warna kulit
kemerahan, bergerak secara aktif, tidak ada demam atau kejang. ASI keluar pada hari
pertama dan bayi langsung dilatih menetek. Bayi kontrol ke rumah sakit 1 kali dan
dinyatakan dalam keadaan baik.
Kesan : Riwayat ANC baik, riwayat persalinan normal, riwayat PNC baik.
d. Riwayat makanan
0-6 bulan : ASI eksklusif.
6 bulan- 2 tahun : ASI, makanan pendamping ASI
2 tahun sampai sekarang : susu formula, makanan tambahan
Kesan : Kualitas dan kuantitas cukup
e. Riwayat perkembangan dan kepandaian
Motorik Kasar Motorik Halus

Menggambar orang, memilih


Melompat dengan 1 kaki, berdiri
garis yang lebih panjang,
dengan 1 kaki, lompat jauh
mencontoh

Bahasa Personal sosial

Bicara semua dimengerti, Berpakaian tanpa bantuan,


menyebutkan warna, mengambil makan, bermain
mengartikan kata dengan teman-teman

Kesan : Motorik kasar, motorik halus, bahasa, dan personal sosial sesuai usia.

3
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 401936
SURAKARTA KESEHATAN ANAK

f. Riwayat Vaksinasi
Vaksin I II III IV V
Hepatitis B 0 hari 2 bulan 6 bulan - -
BCG 1 bulan - - - -
DTP 2 bulan 4 bulan 6 bulan 2 tahun 5 tahun
Polio 2 bulan 4 bulan 6 bulan 2 tahun 5 tahun
Campak 9 bulan 2 tahun 6 tahun - -
Kesan : Imunisasi dasar lengkap sesuai PPI
g. Sosial, ekonomi, dan lingkungan
- Sosial ekonomi
Ayah (40 tahun, buruh tani) dan ibu (32 tahun, ibu rumah tangga) penghasilan
keluarga± Rp 2.000.000,00/bulan dan keluarga merasa cukup untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari.
- Lingkungan
Rumah terdiri dari 2 kamar tidur, 1 ruang tamu, dan satu dapur dengan disertai 1 kamar
mandi yang berada didalam rumah. Rumah berlantai semen dengan ventilasi yang
cukup (terdapat 1 jendela tiap ruangan). Rumah ditempati oleh ayah, ibu, pasien dan
adik pasien. Sekeliling rumah masih berupa tanah. Air yang digunakan untuk
kebutuhan hidup berasal dari sumur. Disamping rumah terdapat gorong-gorong yang
sudah di timbun tetapi jika musim hujan selalu terdapat genangan air. Jarak rumah
pasien dengan tetangga berjarak 8-14 meter.

h. Anamnesis sistem
Cerebrospinal : sakit kepala (-), kejang (+), pusing (-)
Kardiovaskuler : sianosis (-), keringat dingin (-)
Respiratori : batuk (+), pilek (+), nyeri tenggorokan (-), sesak (-)
Gastrointestinal : mual (-), muntah (-), nyeri perut (-), BAB cair (-)
Urogenital : BAK (+), nyeri (-), gatal (-)
Muskuloskeletal : kelainan bentuk (-), nyeri sendi (-), nyeri otot (-), bengkak (-),
lemas (-)
4
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 401936
SURAKARTA KESEHATAN ANAK

Integumentum : bintik merah pada ekstremitas/petekie (-)


Otonom : demam (+)
Kesan : Terdapat masalah pada sistem cerebrospinal, otonom, respiratori, yaitu kejang,
demam, batuk dan pilek.

5
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 401936
SURAKARTA KESEHATAN ANAK
Umur : 7 tahun
PEMERIKSAAN Nama : An. DD
Ruang : Delima
JASMANI Jenis Kelamin : Perempuan
Kelas : III
PEMERIKSAAN OLEH: Farah Mila Oktavia, S.Ked dan Baiq Selsilya Prapita N, S.Ked
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : tampak sakit sedang. Kesadaran : compos mentis
Vital Sign
TD : 100/60 mmHg
HR : 90x/menit
RR : 22x/menit
Suhu : 39,2 ºC
Status Gizi
BB/U : 17 kg / 7 thn
BB/U : gizi baik (-2SD sampai 2SD)
Kesimpulan : status gizi baik (menurut WHO)

PEMERIKSAAN KHUSUS
Kulit : petekie (-), erosi mukosa (-), ikterik (-), turgor kulit berkurang (-)
Kepala : ukuran normocephal, rambut panjang, lurus, berwarna hitam
Mata : ca (-/-), si (-/-), reflek cahaya (+/+), pupil isokor, mata cekung (-)
Hidung : sekret (+/+), epistaksis (-/-), nafas cuping hidung (-/-)
Telinga : normotia, serumen (-/-), sekret (-/-)
Mulut : berdarah (-), sianosis (-), lidah tifoid (-)
Leher : pembesaran limfonodi leher (-), massa (-) kaku kuduk (-)
Thorax : simetris, retraksi (-), ketinggalan gerak (-)
Cor
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis kuat angkat
Perkusi : batas kanan atas : SIC II linea parasternalis dextra
batas kanan bawah : SIC IV linea parasternalis dextra
batas kiri atas : SIC II linea parasternalis sinistra
batas kiri bawah : SIC V linea midclavicula sinistra

6
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 401936
SURAKARTA KESEHATAN ANAK

Auskultasi : BJ I-II normal reguler (+), bising jantung (-)


Paru
Pemeriksaan Kanan Kiri
Inspeksi Simetris Simetris
Ketinggalan gerak (-) Ketinggalan gerak (-)
Depan Retraksi dinding dada (-) Retraksi dinding dada (-)
Palpasi Fremitus (n) massa (-) Fremitus (n) massa (-)
Perkusi Sonor (+) Sonor (+)
Auskultasi SDV (+), Rh (-), Wh (-) SDV (+), Rh (-), Wh (-)
Inspeksi Simetris Simetris
Ketinggalan gerak (-) Ketinggalan gerak (-)
B
Palpasi Fremitus (n) Fremitus (n)
massa (-) massa (-)
Belakang Perkusi Sonor (+) Sonor (+)
Auskultasi SDV (+), Rh (-), Wh (-) SDV (+), Rh (-), Wh (-)
Kesan : Semua hasil pemeriksaan fisik paru normal
Abdomen
Inspeksi : distended (-), ruam (-)
Auskultasi : peristaltik normal
Perkusi : timpani (+)
Palpasi : turgor kulit kurang (-), nyeri tekan (-)
Hepar : tidak teraba membesar
Lien : tidak teraba membesar
Anogenital : tidak ada kelainan
Ekstremitas : akral hangat (+), deformitas (-), kaku sendi (-), sianosis (-),
edema (-), bintik merah (-)
Tungkai Lengan
Kanan Kiri Kanan Kiri
Gerakan : bebas bebas bebas bebas
Tonus : normal normal normal normal
Trofi : entrofi eutrofi eutrofi eutrofi
Klonus Tungkai : (-) (-) (-) (-)
Reflek fisiologis : biceps (++) normal, triceps (++) normal, reflek patella (++) normal

7
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 401936
SURAKARTA KESEHATAN ANAK

achiles (++) normal


Refleks patologis : babinski (-), chaddock (-), oppenheim (-), gordon (-), rosolimo (-)
Meningeal Sign : kaku kuduk (-), brudzinski k I (-), brudzinski II (-), brudzinski III (-)
brudzinski IV (-)
Sensibilitas : dalam batas normal
Kesan : extremitas superior et inferior dalam batas normal

PEMERIKSAAN LABORATORIUM DARAH LENGKAP DAN KIMIA DARAH


( 26 Januari 2018)
No Parameter Jumlah Satuan Nilai Rujukan
1. Leukosit 2.2 uL 4000-10000 /uL
2. Eritrosit 6.13 uL 3,5-5,5 / uL
3. Hemoglobin 12.0 gr/dl 11-16 g/dl
4. Hematokrit 35.5 % 37-54%
5. MCV 77.7 femtoliter 82-92 fl
6. MCH 26.3 Pikograms 27-31 pg
7. MCHC 33.8 g/dl 32-36 g/dl
8. Trombosit 90 uL 150.000-300.000/uL
9. Limfosit 1.6 % 20-40%
Kesan : Terjadi

RINGKASAN ANAMNESIS
 Pasien anak perempuan usia 7 tahun diantar keluarganya pukul 14.30 ke IGD RSUD dr.
Harjono Ponorogo karena kejang sejak kurang lebih 1 jam sebelum masuk RS, kejang terjadi
sebanyak 1 kali. Lamanya kejang sekitar 10 menit. Selain itu, didapatkan demam yang terjadi
sejak kurang lebih 1 hari sebelum masuk RS. Demam tinggi muncul tiba-tiba dan dirasakan
terus-menerus. Selain itu, pasien juga mengeluh batuk dan pilek sejak kurang lebih 1 hari
sebelum masuk RS bersamaan dengan demam. Batuk tidak berdahak. tidak ada sakit telinga
maupun cairan yang keluar dari telinga. BAB dan BAK normal.

8
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 401936
SURAKARTA KESEHATAN ANAK

 Terdapat riwayat penyakit serupa yang pernah dialami pasien


 Tidak terdapat riwayat penyakit pada keluarga
 Tidak terdapat riwayat penyakit pada lingkungan yang berhubungan dengan penyakit pasien
sekarang
 Riwayat ANC baik, persalinan normal, riwayat PNC baik.
 Pasien dahulu mendapatkan ASI eksklusif.
 Imunisasi dasar lengkap berdasarkan PPI, dan sudah mendapat ulangan.
 Perkembangan dan kepandaian baik.
 Terdapat masalah pada sistem cerebrospinal, otonom, respiratori yaitu kejang, demam, batuk
dan pilek
 Keadaan sosial ekonomi cukup dan kondisi lingkungan rumah kurang baik.

RINGKASAN PEMERIKSAAN FISIK


 KU: tampak sakit sedang. Kesadaran : compos mentis
 Vital sign : TD : 100/60. Nadi 90 x /menit. RR 22 x/menit. Suhu :39,2 ºC
 Status gizi baik menurut WHO
 Kepala : normocephal
 Mata : ca (-/-), si (-/-), reflek cahaya (+/+), pupil isokor, mata cekung (-)
 Hidung : sekret (+/+), epistaksis (-/-), nafas cuping hidung (-/-)
 Telinga : normotia, serumen (-/-), sekret (-/-)
 Mulut : berdarah (-), sianosis (-), lidah tifoid (-)
 Leher : pembesaran limfonodi leher (-), massa (-) kaku kuduk (-)
 Pemeriksaan thorax : SDV (+/+), ronkhi (-/-), weezing (-/-)
 Abdomen : distensi (-), peristaltik normal
 Extremitas superior et inferior dan status neurologis dalam batas normal

LABORATORIUM
Darah Lengkap : terjadi penurunan jumlah leukosit, hematokrit dan trombosit.

9
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 401936
SURAKARTA KESEHATAN ANAK

DAFTAR MASALAH AKTIF / INAKTIF


AKTIF
 Kejang
 Demam
 Batuk
 Pilek

INAKTIF
 Masalah lingkungan

DIAGNOSA KERJA
- Kejang Demam Sederhana
- ISPA
DD: Kejang demam kompleks

RENCANA PENGELOLAAN
Rencana Tindakan
 Tirah baring
 Monitoring kondisi umum
 Obat antipiretik atau kompres
 Monitoring suhu, jumlah trombosit dan hematokrit
 Cukupi intake cairan baik peroral maupun parenteral
Rencana Terapi
IVFD RL 12 tpm
Inj. Cefraz 3x300mg
Inj. Vit C 1x100mg
Rencana Evaluasi
1. Obsevasi Keadaan Umum dan Vital Sign
2. Pemeriksaan laboratorium ulang (Darah lengkap)

10
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 401936
SURAKARTA KESEHATAN ANAK

Rencana Edukasi
1. Informasi mengenai penyakit yang berkaitan dengan penyakit yang diderita serta akibat yang
mungkin dapat terjadi.
2. Menjaga kebersihan diri, rumah dan lingkungan
3. Motivasi untuk kontrol pasca perawatan di RS
PROGNOSIS
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad fungsionam : ad bonam
Quo ad sanam : ad bonam

11
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 401936
SURAKARTA KESEHATAN ANAK

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
KEJANG DEMAM
A. Definisi
Kejang demam merupakan kelainan neurologis akut yang paling sering
dijumpai pada anak yang terjadi pada suhu badan yang tinggi yang disebabkan oleh
kelainan ekstrakranial. Derajat tinggi suhu yang dianggap cukup untuk diagnosa
kejang demam adalah 38 derajat celcius di atas suhu rektal atau lebih. Anak yang
pernah mengalami kejang tanpa demam, kemudian kejang demam kembali tidak
termasuk dalam kejang demam. Kejang demam harus dibedakan dengan epilepsi,
yaitu yang ditandai dengan kejang berulang tanpa demam.
Pada umumnya kejang demam terjadi pada rentang waktu 24 jam dari awal
mulai demam. Pada saat kejang anak kehilangan kesadarannya dan kejang dapat
bersifat fokal atau parsial. Bentuk kejang dapat berupa klonik, tonik, maupun tonik-
klonik. Kejang dapat berlangsung selama 1-2 menit tapi juga dapat berlangsung lebih
dari 15 menit.

B. Epidemiologi
Insiden terjadinya kejang demam terutama pada golongan anak umur 6 bulan
sampai 4 tahun. Hampir 3 % dari anak yang berumur di bawah 5 tahun pernah
menderita kejang demam. Kejang demam lebih sering didapatkan pada laki-laki
daripada perempuan. Hal tersebut disebabkan karena pada wanita didapatkan
maturasi serebral yang lebih cepat dibandingkan laki-laki.
Jumlah penderita kejang demam diperkirakan mencapai 2 – 4% dari jumlah
penduduk di AS, Amerika Selatan, dan Eropa Barat. Namun di Asia dilaporkan
penderitanya lebih tinggi. Sekitar 20% di antara jumlah penderita mengalami kejang

12
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 401936
SURAKARTA KESEHATAN ANAK

demam kompleks yang harus ditangani secara lebih teliti. Bila dilihat jenis kelamin
penderita, kejang demam sedikit lebih banyak menyerang anak laki-laki.

C. Etiologi
Etiologi dan pathogenesis kejang demam sampai saat ini belum diketahui,
akan tetapi umur anak, tinggi dan cepatnya suhu meningkat mempengaruhi terjadinya
kejang. Faktor hereditas juga mempunyai peran yaitu 8-22% anak yang mengalami
kejang demam mempunyai orang tua dengan riwayat kejang demam pasa masa
kecilnya.

Semua jenis infeksi bersumber di luar susunan saraf pusat yang menimbulkan
demam dapat menyebabkan kejang demam. Penyakit yang paling sering
menimbulkan kejang demam adalah infeksi saluran pernafasan atas terutama
tonsillitis dan faringitis, otitis media akut (cairan telinga yang tidak segera
dibersihkan akan merembes ke saraf di kepala pada otak akan menyebabkan kejang
demam), gastroenteritis akut, exantema subitum dan infeksi saluran kemih. Selain itu,
imunisasi DPT (pertusis) dan campak (morbili) juga dapat menyebabkan kejang
demam.

D. Patofisiologi
Sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah
menjadi CO2 dan air. Sel dikelilingi oleh membran yang terdiri dari permukaan dalam
yaitu lipoid dan permukaan luar yaitu ionik. Dalam keadaan normal membran sel
neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh
ion natrium (Na+) dan elektrolit lainnya, kecuali ion klorida (Cl-). Akibatnya
konsentrasi ion K+ dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi Na+ rendah, sedang di luar
sel neuron terdapat keadaan sebalikya. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di
dalam dan di luar sel, maka terdapat perbedaan potensial membran yang disebut

13
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 401936
SURAKARTA KESEHATAN ANAK

potensial membran dari neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial membran


diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K ATP-ase yang terdapat pada permukaan
sel.
Keseimbangan potensial membran ini dapat diubah oleh :
 Perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraselular
 Rangsangan yang datang mendadak misalnya mekanisme, kimiawi atau aliran
listrik dari sekitarnya
 Perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau keturunan
Pada keadaan demam kenaikan suhu 1oC akan mengakibatkan kenaikan
metabolisme basal 10-15 % dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Pada anak
3 tahun sirkulasi otak mencapai 65 % dari seluruh tubuh dibandingkan dengan orang
dewasa yang hanya 15 %. Oleh karena itu kenaikan suhu tubuh dapat mengubah
keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi
dari ion kalium maupun ion natrium akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas
muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas ke seluruh sel maupun ke
membran sel sekitarnya dengan bantuan “neurotransmitter” dan terjadi kejang.
Kejang demam yang berlangsung lama (lebih dari 15 menit) biasanya disertai apnea,
meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot skelet yang
akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat disebabkan oleh
metabolisme anerobik, hipotensi artenal disertai denyut jantung yang tidak teratur dan
suhu tubuh meningkat yang disebabkan makin meningkatnya aktifitas otot dan
mengakibatkan metabolisme otak meningkat.

E. Klasifikasi
Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia, membagi kejang demam menjadi dua
yaitu :
1. Kejang demam sederhana (harus memenuhi semua kriteria berikut)

14
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 401936
SURAKARTA KESEHATAN ANAK

- Berlangsung singkat
- Umumnya serangan berhenti sendiri dalam waktu < 15 menit
- Bangkitan kejang tonik, tonik-klonik tanpa gerakan fokal
- Tidak berulang dalam waktu 24 jam
2. Kejang demam kompleks (hanya dengan salah satu kriteria berikut)
- Kejang berlangsung lama, lebih dari 15 menit
- Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului dengan
kejang parsial
- Kejang berulang 2 kali atau lebih dalam 24 jam, anak sadar kembali di
antara bangkitan kejang.

F. Manifestasi Klinis
Terjadinya bangkitan kejang pada bayi dan anak kebanyakan bersamaan
dengan kenaikan suhu badan yang tinggi dan cepat yang disebabkan oleh infeksi di
luar susunan saraf pusat, otitis media akuta, bronkitis, furunkulosis dan lain-lain.
Serangan kejang biasanya terjadi dalam 24 jam pertama sewaktu demam, berlangsung
singkat dengan sifat bangkitan dapat berbentuk tonik-klonik, tonik, klonik, fokal atau
akinetik. Umumnya kejang berhenti sendiri. Namun anak akan terbangun dan sadar
kembali setelah beberapa detik atau menit tanpa adanya kelainan neurologik.
Gejala yang timbul saat anak mengalami kejang demam antara lain : anak
mengalami demam (terutama demam tinggi atau kenaikan suhu tubuh yang terjadi
secara tiba-tiba), kejang tonik-klonik atau grand mal, pingsan yang berlangsung
selama 30 detik-5 menit (hampir selalu terjadi pada anak-anak yang mengalami
kejang demam). Kejang dapat dimulai dengan kontraksi yang tiba-tiba pada otot
kedua sisi tubuh anak. Kontraksi pada umumnya terjadi pada otot wajah, badan,
tangan dan kaki. Anak dapat menangis atau merintih akibat kekuatan kontaksi otot.
Anak akan jatuh apabila dalam keadaan berdiri.

15
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 401936
SURAKARTA KESEHATAN ANAK

Postur tonik (kontraksi dan kekakuan otot menyeluruh yang biasanya


berlangsung selama 10-20 detik), gerakan klonik (kontraksi dan relaksasi otot yang
kuat dan berirama, biasanya berlangsung selama 1-2 menit), lidah atau pipinya
tergigit, gigi atau rahangnya terkatup rapat, inkontinensia (mengeluarkan air kemih
atau tinja diluar kesadarannya), gangguan pernafasan, apneu (henti nafas), dan
kulitnya kebiruan.
Saat kejang, anak akan mengalami berbagai macam gejala seperti :
1. Anak hilang kesadaran
2. Tangan dan kaki kaku atau tersentak-sentak
3. Sulit bernapas
4. Busa di mulut
5. Wajah dan kulit menjadi pucat atau kebiruan
6. Mata berputar-putar, sehingga hanya putih mata yang terlihat.

G. Diagnosis
Diagnosis kejang demam dapat ditegakkan dengan menyingkirkan penyakit-
penyakit lain yang dapat menyebabkan kejang, di antaranya: infeksi susunan saraf
pusat, perubahan akut pada keseimbangan homeostasis, air dan elektrolit dan adanya
lesi struktural pada sistem saraf, misalnya epilepsi. Diperlukan anamnesis,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan penunjang yang
menyeluruh untuk menegakkan diagnosis ini.
1. Anamnesis
- waktu terjadi kejang, durasi, frekuensi, interval antara 2 serangan kejang
- sifat kejang (fokal atau umum)
- Bentuk kejang (tonik, klonik, tonik-klonik)
- Kesadaran sebelum dan sesudah kejang (menyingkirkan diagnosis
meningoensefalitis)

16
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 401936
SURAKARTA KESEHATAN ANAK

- Riwayat demam ( sejak kapan, timbul mendadak atau perlahan, menetap atau
naik turun)
- Menentukan penyakit yang mendasari terjadinya demam (ISPA, OMA, GE)
- Riwayat kejang sebelumnya (kejang disertai demam maupun tidak disertai
demam atau epilepsi)
- Riwayat gangguan neurologis (menyingkirkan diagnosis epilepsi)
- Riwayat keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan
- Trauma kepala

2. Pemeriksaan fisik
- Tanda vital terutama suhu
- Manifestasi kejang yang terjadi, misal : pada kejang multifokal yang
berpindah-pindah atau kejang tonik, yang biasanya menunjukkan adanya
kelainan struktur otak.
- Kesadaran tiba-tiba menurun sampai koma dan berlanjut dengan hipoventilasi,
henti nafas, kejang tonik, posisi deserebrasi, reaksi pupil terhadap cahaya
negatif, dan terdapatnya kuadriparesis flasid mencurigakan terjadinya
perdarahan intraventikular.
- Pada kepala apakah terdapat fraktur, depresi atau mulase kepala berlebihan
yang disebabkan oleh trauma. Ubun –ubun besar yang tegang dan membenjol
menunjukkan adanya peninggian tekanan intrakranial yang dapat disebabkan
oleh pendarahan sebarakhnoid atau subdural. Pada bayi yang lahir dengan
kesadaran menurun, perlu dicari luka atau bekas tusukan janin dikepala atau
fontanel anterior yang disebabkan karena kesalahan penyuntikan obat anestesi
pada ibu.
- Terdapatnya stigma berupa jarak mata yang lebar atau kelainan kraniofasial
yang mungkin disertai gangguan perkembangan kortex serebri.

17
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 401936
SURAKARTA KESEHATAN ANAK

- Transluminasi kepala yang positif dapat disebabkan oleh penimbunan cairan


subdural atau kelainan bawaan seperti parensefali atau hidrosefalus.
- Pemeriksaan untuk menentukan penyakit yang mendasari terjadinya demam
(ISPA, OMA, GE)
- Pemeriksaan refleks patologis
- Pemeriksaan tanda rangsang meningeal (menyingkirkan diagnosis
meningoensefalitis)

3. Pemeriksaan laboratorium
- Darah tepi lengkap
- Elektrolit, glukosa darah. Diare, muntah, hal lain yang dapat mengganggu
keseimbangan elektrolit atau gula darah.
- Pemeriksaan fungsi hati dan ginjal untuk mendeteksi gangguan metabolisme
- Kadar TNF alfa, IL-1 alfa & IL-6 pada CSS, jika meningkat dapat dicurigai
Ensefalitis akut / Ensefalopati.

4. Pemeriksaan penunjang
- Lumbal Pungsi jika dicurigai adanya meningitis, umur kurang dari 12 bulan
sangat dianjurkan, dan umur di antara 12-18 bulan dianjurkan.
- EEG, tidak dapat mengidentifikasi kelainan yang spesifik maupun
memprediksi terjadinya kejang yang berulang, tapi dapat dipertimbangkan
pada KDK. Tetapi beberapa ahli berpendapat EEG tidak sensitif pada anak < 3
tahun.
- CT-scan atau MRI hanya dilakukan jika ada indikasi, misalnya: kelainan
neurologi fokal yang menetap (hemiparesis) atau terdapat tanda peningkatan
tekanan intrakranial.

18
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 401936
SURAKARTA KESEHATAN ANAK

H. Diagnosis Banding
Menghadapi seorang anak yang menderita demam dengan kejang, harus
dipikirkan apakah penyebab kejang itu di dalam atau diluar susunan saraf pusat.
Kelainan di dalam otak biasanya karena infeksi, misalnya meningitis, ensefalitis,
abses otak, dan lain-lain.oleh sebab itu perlu waspada untuk menyingkirkan dahulu
apakah ada kelainan organis di otak.
Menegakkan diagnosa meningitis tidak selalu mudah terutama pada bayi dan
anak yang masih muda. Pada kelompok ini gejala meningitis sering tidak khas dan
gangguan neurologisnya kurang nyata. Oleh karena itu agar tidak terjadi kekhilafan
yang berakibat fatal dapat dilakukan pemeriksaan cairan serebrospinal yang
umumnya diambil melalui pungsi lumbal.
Baru setelah itu dipikirkan apakah kejang demam ini tergolong dalam kejang
demam atau epilepsi yang dprovokasi oleh demam.

Tabel Diagnosa Banding


No Kriteria Banding Kejang Epilepsi Meningitis
Demam Ensefalitis

1. Kejang Pencetusnya Tidak berkaitan Salah satu


demam dengan demam gejalanya demam
2. Kelainan Otak (-) (+) (+)
3. Kejang berulang (+) (+) (+)
4. Penurunan kesadaran (+) (-) (+)

I. Penatalaksanaan
Dalam penanggulangan kejang demam ada 4 faktor yang perlu dikerjakan, yaitu :
1. Mengatasi kejang secepat mungkin

19
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 401936
SURAKARTA KESEHATAN ANAK

Biasanya kejang demam berlangsung singkat dan pada waktu datang, kejang sudah
berhenti. Apabila pasien dating dalam keadaan kejang, obat paling cepat untuk
menghentikan kejang adalah diazepam yang diberikan secara intravena dengan
dosis 0,3-0,5 mm/kgBB perlahan-lahan dengan kecepatan 1-2mg.menit atau dalam
waktu 3-5 menit. Obat yang praktis dan dapat diberikan oleh orang tua di rumah
atau yang sering digunakan di rumah sakit adalah diazepam rektal. Dosis diazepam
rektal adalah 0,5-0,75 mg/kgBB atau diazepam rektal 5 mg untuk anak dengan
berat badan kurang dari 10 kg, dan 10 mg untuk berat badan lebih dari 10kg. atau
diazepam rektal dengan dosis 5 mg untuk anak di bawah usia 3 tahun atau 7,5 mg
mg untuk anak diatas usia 3 tahun.
Jika kejang masih berlanjut :
1. Pemberian diazepam 0,2 mg/kgBB per infus diulangi. Jika belum terpasang
selang infus, 0,5 mg/kg per rektal
2. Pengawasan tanda-tanda depresi pernapasan
Jika kejang masih berlanjut :
1. Pemberian fenobarbital 20-30 mg/kgBB per infus dalam 30 menit
2. Pemberian fenitoin 10-20mg/kgBB per infus dalam 30 menit dengan
kecepatan 1 mg/kgBB/menit atau kurang dari 50mg/menit.
Jika kejang masih berlanjut, diperlukan penanganan lebih lanjut di ruang
perawatan intensif dengan thiopentone dan alat bantu pernapasan. Bila kejang
telah berhenti, pemberian obat selanjutnya tergantung dari jenis kejang demam
sederhana atau kompleks dan faktor risikonya.

2. Pengobatan penunjang
Pengobatan penunjang dapat dilakukan dengan memonitor jalan nafas,
pernafasan, sirkulasi dan memberikan pengobatan yang sesuai. Sebaiknya semua
pakaian ketat dibuka, posisi kepala dimiringkan untuk mencegah aspirasi lambung.

20
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 401936
SURAKARTA KESEHATAN ANAK

Penting sekali mengusahakan jalan nafas yang bebas agar oksigenasi terjamin,
kalau perlu dilakukan intubasi atau trakeostomi. Pengisapan lender dilakukan
secara teratur dan pengobatan ditambah dengan pemberian oksigen. Cairan
intavena sebaiknya diberikan dan dimonitor sekiranya terdapat kelainan metabolik
atau elektrolit. Fungsi vital seperti kesadaran, suhu, tekanan darah, pernafasan dan
fungsi jantung diawasi secara ketat.
Pada demam, pembuluh darah besar akan mengalami vasodilatasi, manakala
pembuluh darah perifer akan mengalami vasokontrisksi. Kompres es dan alkohol
tidak lagi digunakan karena pembuluh darah perifer bisa mengalami vasokontriksi
yang berlebihan sehingga menyebabkan proses penguapan panas dari tubuh pasien
menjadi lebih terganggu. Kompres hangat juga tidak digunakan karena walaupun
bisa menyebabkan vasodilatasi pada pembuluh darah perifer, tetapi sepanjang
waktu anak dikompres, anak menjadi tidak selesa karena dirasakan tubuh menjadi
semakin panas, anak menjadi semakin rewel dan gelisah. Menurut penelitian,
apabila suhu penderita tinggi (hiperpireksi), diberikan kompres air biasa. Dengan
ini, proses penguapan bisa terjadi dan suhu tubuh akan menurun perlahan-lahan.
Tidak ditemukan bukti bahwa penggunaan antipiretik mengurangi resiko
terjadinya kejang demam, namun para ahli di Indonesia sepakat bahwa antipiretik
tetap dapat diberikan. Dosis parasetamol yang digunakan adalah 10 – 15
mg/kgBB/kali diberikan 4 kali sehari dan tidak lebih dari 5 kali. Dosis ibuprofen 5
– 10 mg/kgBB/kali, 3 – 4 kali sehari.

3. Memberikan pengobatan rumat


Setelah kejang diatasi harus disusul dengan pengobatan rumat dengan cara
mengirim penderita ke rumah sakit untuk memperoleh perawatan lebih lanjut.
Kejang demam kompleks merupakan salah satu indikasi seorang pasien untuk
dirawat di rumah sakit selain adanya hiperpireksia, pasien < 6 bulan, kejang

21
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 401936
SURAKARTA KESEHATAN ANAK

demam yang pertama kali, dan terdapat kelainan neurologis. Pengobatan ini dibagi
atas dua bagian, yaitu:
 Profilaksis intermitten
Untuk mencegah terulangnya kejang di kemudian hari, penderita kejang
demam diberikan obat campuran anti konvulsan dan antipiretika yang harus
diberikan kepada anak selama episode demam. Antipiretik yang diberikan adalah
paracetamol dengan dosis 10-15mg/kg/kali diberikan 4 kali sehari atau ibuprofen
dengan dosis 5-10mg/kg/kali, 3-4 kali sehari. Antikonvulsan yang ampuh dan
banyak dipergunakan untuk mencegah terulangnya kejang demam ialah diazepam,
baik diberikan secara rectal dengan dosis 5 mg pada anak dengan berat di bawah
10kg dan 10 mg pada anak dengan berat di atas 10kg, maupun oral dengan dosis
0,3 mg/kg setiap 8 jam pada saat tubuh ≥ 38,50C. Profilaksis intermitten ini
sebaiknya diberikan sampai kemungkinan anak untuk menderita kejang demam
sedehana sangat kecil yaitu sampai sekitar umur 4 tahun. Fenobarbital,
karbamazepin dan fenition pada saat demam tidak berguna untuk mencegah kejang
demam.
 Profilaksis jangka panjang
Profilaksis jangka panjang gunanya untuk menjamin terdapatnya dosis
teurapetik yang stabil dan cukup di dalam darah penderita untuk mencegah
terulangnya kejang di kemudian hari. Pengobatan jangka panjang dapat
dipertimbangan jika terjadi hal berikut:
1. Kejang demam ≥ 2 kali dalam 24 jam
2. Kejang demam terjadi pada umur < 12 bulan
3. Kejang demam ≥ 4 kali per tahun

22
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 401936
SURAKARTA KESEHATAN ANAK

Obat yang dipakai untuk profilaksis jangka panjang ialah:


1). Fenobarbital
Dosis 4-5 mg/kgBB/hari. Efek samping dari pemakaian fenobarbital jangka
panjang ialah perubahan sifat anak menjadi hiperaktif, perubahan siklus tidur
dan kadang-kadang gangguan kognitif atau fungsi luhur.
2). Sodium valproat / asam valproat
Dosisnya ialah 20-30 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis selama 1-2 tahun dan
dihentikan secara bertahap selama 1-2 bulan. Efek samping yang dapat terjadi
adalah gejala toksik berupa rasa mual, kerusakan hepar, pankreatitis.
3). Fenitoin
Diberikan pada anak yang sebelumnya sudah menunjukkan gangguan sifat
berupa hiperaktif sebagai pengganti fenobarbital. Hasilnya tidak atau kurang
memuaskan. Pemberian antikonvulsan pada profilaksis jangka panjang ini
dilanjutkan sekurang-kurangnya 3 tahun seperti mengobati epilepsi.
Menghentikan pemberian antikonvulsi kelak harus perlahan-lahan dengan jalan
mengurangi dosis selama 3 atau 6 bulan.

4. Mencari dan mengobati penyebab


Penyebab dari kejang demam baik sederhana maupun kompleks biasanya
infeksi traktus respiratorius bagian atas dan otitis media akut. Pemberian antibiotik
yang tepat dan kuat perlu untuk mengobati infeksi tersebut. Secara akademis pada
anak dengan kejang demam yang datang untuk pertama kali sebaiknya dikerjakan
pemeriksaan pungsi lumbal. Hal ini perlu untuk menyingkirkan faktor infeksi di
dalam otak misalnya meningitis. Apabila menghadapi penderita dengan kejang lama,
pemeriksaan yang intensif perlu dilakukan, yaitu pemeriksaan pungsi lumbal, darah
lengkap, misalnya gula darah, kalium, magnesium, kalsium, natrium, nitrogen, dan
faal hati.

23
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 401936
SURAKARTA KESEHATAN ANAK

J. Prognosis
1. Kematian. Dengan penanganan kejang yang cepat dan tepat, prognosa
biasanya baik, tidak sampai terjadi kematian. Dalam penelitian ditemukan
angka kematian KDS 0,46 % s/d 0,74 %.
2. Terulangnya Kejang. Kemungkinan terjadinya ulangan kejang kurang lebih 25
s/d 50 % pada 6 bulan pertama dari serangan pertama.
3. Epilepsi. Angka kejadian Epilepsi ditemukan 2,9 % dari KDS dan 97 % dari
kejang demam kompleks. Resiko menjadi Epilepsi yang akan dihadapi oleh
seorang anak sesudah menderita KDS tergantung kepada faktor :
a. riwayat penyakit kejang tanpa demam dalam keluarga
b. kelainan dalam perkembangan atau kelainan sebelum anak menderita
KDS
c. kejang berlangsung lama atau kejang fokal.

Bila terdapat paling sedikit 2 dari 3 faktor di atas, maka kemungkinan


mengalami serangan kejang tanpa demam adalah 13 %, dibanding bila hanya
didapat satu atau tidak sama sekali faktor di atas.
4. Hemiparesis. Biasanya terjadi pada penderita yang mengalami kejang lama
(berlangsung lebih dari setengah jam) baik kejang yang bersifat umum
maupun kejang fokal. Kejang fokal yang terjadi sesuai dengan
kelumpuhannya. Mula-mula kelumpuhan bersifat flacid, sesudah 2 minggu
timbul keadaan spastisitas. Diperkirakan + 0,2 % KDS mengalami hemiparese
sesudah kejang lama.
5. Retardasi Mental. Ditemuan dari 431 penderita dengan KDS tidak mengalami
kelainan IQ, sedang kejang demam pada anak yang sebelumnya mengalami
gangguan perkembangan atau kelainan neurologik ditemukan IQ yang lebih

24
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 401936
SURAKARTA KESEHATAN ANAK

rendah. Apabila kejang demam diikuti dengan terulangnya kejang tanpa


demam, kemungkinan menjadi retardasi mental adalah 5x lebih besar.

25
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 401936
SURAKARTA KESEHATAN ANAK

DAFTAR PUSTAKA

1. Haslam Robert H. A. Sistem Saraf, dalam Ilmu Kesehatan Anak Nelson, Vol.
3, Edisi 15. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. 2000; XXVII : 2059 –
2060
2. Hendarto S. K. Kejang Demam. Subbagian Saraf Anak, Bagian Ilmu
Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, RSCM, Jakarta.
Cermin Dunia Kedokteran No. 27. 1982 : 6 – 8.
3. Behrman dkk, (e.d Bahasa Indonesia), Ilmu Kesehatan Anak. Edisi 15, EGC,
2000. Hal 2059-2067.
4. Pusponegoro HD, Widodo DP, Sofyan I. Konsensus Penatalaksanaan Kejang
Demam. Unit Kerja Koordinasi Neurologi Ikatan Dokter Anak Indonesia,
Jakarta. 2006 : 1 – 14.
5. Price, Sylvia, Anderson. Patofisiologi, Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.
EGC, Jakarta 2006.
6. Febrile Seizures: Causes, Symptoms, Diagnosis and Treatment. Diunduh pada
tanggal 23 April 2012. Didapatkan dari:
www.medicinenet.com/febrile_seizures/article.htm
7. Mary Rudolf, Malcolm Levene. Pediatric and Child Health. Edisi ke-2.
Blackwell pulblishing; 2006. Hal 72-90.
8. Rudolph AM. Febrile Seizures. Rudoplh Pediatrics. Edisi ke-20. Appleton
dan Lange, 2002
9. Pudjaji AH, Hegar B, Handryastuti, Idris NS, Gandaputra EP, Harmoniati ED.
Pedoman pelayanan medis. Ikatan Dokter Anak Indonesia; Jakarta. 2010. h.
150-2.
10. Ministry of health service. Guidelines and protocols febrile seizure. British
columbia medical association. 2010.

26
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 401936
SURAKARTA KESEHATAN ANAK

11. Febrile Seizures Fact Sheets: National Institutes of Neurology and Stroke
Diunduh pada tanggal 23 April 2012. Didapatkan dari:
www.ninds.nih.gov/disorders/febrile_seizures/detail_febrile_seizures.htm

27

You might also like