Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ikan Nila (Oreochromis niloticus)


Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan ikan air tawar yang termasuk
dalam famili Cichlidae dan merupakan ikan asal Afrika (Boyd, 2004). Ikan ini
merupakan jenis ikan yang di introduksi dari luar negeri, ikan tersebut berasal dari
Afrika bagian Timur di sungai Nil, danau Tangayika, dan Kenya lalu dibawa ke
Eropa, Amerika, Negara Timur Tengah dan Asia. Di Indonesia benih ikan nila
secara resmi didatangkan dari Taiwan oleh Balai Penelitian Perikanan Air Tawar
pada tahun 1969. Ikan ini merupakan spesies ikan yang berukuran besar antara 200 -
400 gram, sifat omnivora sehingga bisa mengkonsumsi makanan berupa hewan dan
tumbuhan (Amri dan Khairuman, 2003).
Ikan nila merupakan jenis ikan air tawar yang mempunyai nilai konsumsi
cukup tinggi. Bentuk tubuh memanjang dan pipih ke samping dan warna putih
kehitaman atau kemerahan. Ikan nila berasal dari Sungai Nil dan danau-danau
sekitarnya. Sekarang ikan ini telah tersebar ke negara-negara di lima benua yang
beriklim tropis dan subtropis. Di wilayah yang beriklim dingin, ikan nila tidak dapat
hidup baik (Sugiarto, 1988).

2.1.1 Klasifikasi Ikan Nila (Oreochromis niloticus)

Menurut Saanin (1984), klasifikasi ikan nila (Oreochromis niloticus) yaitu :


Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Osteichtyes
Subkelas : Acanthopterygii
Ordo : Percomorphi
Subordo : Percoidea
Famili : Cichlidae
Genus : Oreochromis
Spesies : Oreochromis niloticus
Gambar 2.1 Ikan nila (Oreochromis niloticus)
Sumber : Saanin (1968)

2.1.2 Morfologi Ikan Nila (Oreochromis niloticus)


Morfologi ikan nila (Oreochromis niloticus) menurut Saanin (1968),
mempunyai ciri-ciri bentuk tubuh bulat pipih, punggung lebih tinggi, pada badan
dan sirip ekor (caundal fin) ditemukan garis lurus (vertikal). Pada sirip punggung
ditemukan garis lurus memanjang. Ikan Nila (oreochormis niloticus) dapat hidup
diperairan tawar dan mereka menggunakan ekor untuk bergerak, sirip perut, sirip
dada dan penutup insang yang keras untuk mendukung badannya. Nila memiliki
lima buah Sirip, yaitu sirip punggung (dorsal fin), sirip data (pectoral fin) sirip perut
(ventral fin), sirip anal (anal fin), dan sirip ekor (caudal fin). Sirip punggungnya
memanjang dari bagian atas tutup ingsang sampai bagian atas sirip ekor. Terdapat
juga sepasang sirip dada dan sirip perut yang berukuran kecil dan sirip anus yang
hanya satu buah berbentuk agak panjang. Sementara itu, jumlah sirip ekornya hanya
satu buah dengan bentuk bulat.
Ikan nila merupakan ikan konsumsi yang umum hidup di perairan tawar,
terkadang ikan nila juga ditemukan hidup di perairan yang agak asin (payau). Ikan
nila mempunyai kemampuan tumbuh secara normal pada kisaran suhu 14-38°C
dengan suhu optimum bagi pertumbuhan dan perkembangannya yaitu 25-30°C.
Pada suhu 14°C atau pada suhu tinggi 38°C pertumbuhan ikan nila akan terganggu.
Pada suhu 6°C atau 42°C ikan nila akan mengalami kematian. Kandungan oksigen Commented [u1]: sumber?????????????

yang baik bagi pertumbuhan ikan nila minimal 4mg/L, kandungan karbondioksida
kurang dari 5mg/L dengan derajat keasaman (pH) berkisar 5-9 (Amri, 2003).
Menurut Santoso (1996), pH optimum bagi pertumbuhan nila yaitu antara 7-8 dan
warna di sekujur tubuh ikan dipengaruhi lingkungan hidupnya. Bila dibudidayakan
di jaring terapung (perairan dalam) warna ikan lebih hitam atau gelap dibandingkan
dengan ikan yang dibudidayakan di kolam (perairan dangkal).

NOTES: TAMBAHKAN LAGI! REPRODUKSI, HABITAT,


PERSEBARAN

2.2 Respirasi
Respirasi dapat diartikan sebagai proses peningkatan oksigen dan pengeluaran
karbondioksida oleh darah melalui permukaan alat pernafasan organisme dengan
lingkungannya atau merupakan proses yang dilakukan oleh organisme untuk
menghasilkan energi dari hasil metabolisme (Triastuti et.al, 2009). Untuk dapat
bernapas maka diperlukan organ pernapasan. Pada ikan, proses pernapasan
umumnya dilakukan dengan menggunakan insang (branchia). Commented [u2]: TAMBAHKAN GAMBAR PROSES RESPIRASI
PADA IKAN
Insang berbentuk lembaran-lembaran tipis berwarna merah muda dan selalu
lembap. Bagian terluar dari insang berhubungan dengan air, sedang bagian dalam
berhubungan erat dengan kapiler-kapiler darah. Tiap lembaran insang terdiri dari
sepasang filamen dan tiap filamen mengandung banyak lapisan tipis (lamela). Pada
filamen terdapat pembuluh darah yang memiliki banyak kapiler, sehingga
memungkinkan O2 berdifusi masuk dan CO2 berdifusi keluar. Insang ikan juga
mengalami perkembangan sebagaimana organ-organ lainnya. Pada stadium larva,
insang belum sempurna dan belum dapat berfungsi. Untuk dapat bernafas, larva
ikan biasanya menggunakan kantung telur (yolk sac) atau pada beberapa ikan
tertentu menggunakan insang luar.

Insang ikan terdiri dari beberapa bagian, yaitu:


1. Filamen insang (hemibranchia = gill filament), berwarna merah, terdiri dari
jaringan lunak, berbentuk seperti sisir, melekat pada lengkung insang. Banyak
mengandung kapiler-kapiler darah sebagai cabang dari arteri branchialis dan
merupakan tempat terjadinya pengikatan oksigen terlarut dari dalam air.
2. Tulang lengkung insang (arcus branchialis = gill arch), merupakan tempat
melekatnya filamen dan tapis insang, berwarna putih, dan memiliki saluran
darah (arteri afferent dan arteri efferent) yang memungkinkan darah dapat
keluar dan masuk ke dalam insang.
3. Tapis insang (gill rakers), berupa sepasang deretan batang tulang rawan yang
pendek dan sedikit bergerigi, melekat pada bagian depan dari lengkung insang,
berfungsi untuk menyaring air pernapasan. Pada ikan-ikan herbivora pemakan
plankton, tapis insangnya rapat dan ukurannya panjang. Hal ini sesuai dengan
fungsinya sebagai alat penyaring makanan. Sedangkan pada ikan-ikan
karnivora, tapis insang tersebut jarang-jarang dan berukuran pendek Commented [u3]: TAMBAHKAN GAMBAR BENTUK BENTUK
INSANG PADA IKAN DAN LENGKAPI DENGAN SUMBERNYA

2.3 Osmoregulasi
Osmoregulasi merupakan upaya yang dilakukan organisme dalam mengatur
tekanan internal dalam tubuh untuk menyesuaikan diri dengan tekanan eksternal di
lingkungan perairan. Sugiri (1999) menyatakan bahwa adaptasi fisiologis adalah
kemampuan organisme hewan air untuk menyesuaikan fungsi organ tubuh
merupakan. Kemampuan adaptasi fisiologis yang dapat dilakukan oleh ikan nila
adalah menyesuaikan diri terhadap rentang salinitas yang lebar (eurihaline)
(Perschbacher, 1992). Ikan air tawar (contoh: ikan nila), kondisi cairan internal
tubuhnya bersifat hipertonis terhadap lingkungan. Cairan internal pada vertebrata air
tawar mencapai 10 ppt, hal ini bisa mengakibatkan cairan internal di dalam tubuh
keluar dengan cara difusi melalui sel permeabel atau alat eksresi, seperti insang,
kulit dan ginjal. Selain itu, ikan air tawar bisa mengalami pemasukan air yang
berlebihan (Sugiri, 1999).
Laju aliran urin pada vertebrata air tawar jauh lebih tinggi daripada yang
dialami oleh hewan laut. Akan tetapi, pengeluaran urin juga menyebabkan
pengeluaran ion. Ikan air tawar memiliki peluang yang besar untuk memasukkan air
ke dalam tubuhnya, terutama melalui insang. Sebagai pengganti garam yang hilang,
hewan tersebut akan mengambil garam melalui insang dengan cara transpor aktif.
Dalam hal ini, insang berfungsi sebagai alat untuk memasukkan garam ke dalam
tubuh dengan cara transpor aktif, sekaligus untuk membuang kelebihan garam
secara difusi. Penggantian ion yang terlepas ke dalam air dapat dilakukan dengan
makan, namun sumber masukan ion yang utama adalah transpor aktif melalui
insang (Isnaini, 2000). Commented [u4]: TAMBAHKA MEKANISME/GAMBAR+SUMBER

Bagian insang yang berperan dalam proses transpor aktif dan osmoregulasi
adalah sel chloride yang terletak pada dasar lembaran-lembaran insang. Sel chloride
sebagai regulator ion pada epitel insang berfungsi mengambil NaCl, Na2+ dan
menyeimbangkan asam basa pada proses adaptasi air laut pada ikan nila (Sharaf,
2004). Takashima (1995) menyatakan bahwa sidat air tawar yang diadaptasikan dari
perairan tawar menuju perairan laut membutuhkan waktu 2 - 4 hari untuk
penyesuaian sel chloride pada insang atau 7 - 10 hari untuk meningkatkan sel
chloride. Insang berkembang menjadi tipe insang yang sesuai untuk air laut dalam
waktu satu bulan setelah proses aklimatisasi. Semakin jauh perbedaan tekanan
osmotik antara tubuh dan lingkungan, semakin banyak energi metabolisme yang
dibutuhkan untuk melakukan osmoregulasi sebagai upaya adaptasi, hingga batas
toleransi yang dimilikinya. Dengan kata lain salinitas air sangat berpengaruh
terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup hewan air (Isnaini, 2000).

2.4 Darah Ikan


Secara umum sistem peredaran darah pada ikan mirip sistem hidraulis yang
terdiri atas sebuah pompa, pipa, katup, dan cairan. Meskipun, jantung teleostei
terdiri atas empat bagian. Namun pada kenyataanya mirip dengan satu silinder atau
pompa piston tunggal. Untuk menjamin aliran darah terus berlangsung, maka daerah
dipompa dengan perbedaan tekanan. Tekanan jantung lebih besar dari tekanan
arteri, dan tekanan arteri lenih besar dari tekanan arterionale. Akibat adanya
perbedaan tekanan maka aliran darah dapat terjadi (Soewolo, 2005).
Ada dua jenis energi yang disalurkan ke darah pada setiap kontraksi jantung,
yaitu: (1) energi kinetik yang menyebabkan darah mengalir dan (2) energi potensial
yang tersimpan dalam pembuluh darah dan menimbulkan tekanan darah. Selain itu,
aliran darah juga dipengaruhi oleh viskositas darah. Bila viskositas darah meningkat
maka aliran darah akan melambat. Kontrol terhadap jantung, didasarkan pada dua
mekanisme, yakni adrenergik dan cholinergik. Adrenergik merangsang jantung
berkontraksi, sedangkan cholinergik menyebabakan relaksasi. Kedua proses yang
saling bertentangan ini menyebabkan jantung dapat memompa darah dan
mengisinya kembali. Darah dipompa keluar selama kontraksi ventrikel (systole) dan
diikuti oleh periode relaksasi dan pengisian kembali (diastole) ( Sukiya, 2005). Commented [u5]: TAMBAHKAN GAMBAR PROSES PEREDARAN
DARAH PADA IKAN!
Sistem peredaran darah ikan bersifat tunggal, artinya hanya terdapat satu jalur
sirkulasi peredaran darah. Start dari jantung, darah menuju insang untuk melakukan
pertukaran gas. Selanjutnya, darah dialirkan ke dorsal aorta dan terbagi ke segenap
organ-organ tubuh melalui saluran-saluran kecil. Selain itu, sebagian darah dari
insang kadang langsung kembali ke jantung. Hal ini terjadi bilamana tidak semua
output cardiac dibutuhkan untuk menuju ke dalam dorsal aorta dan pembuluh eferen
yang lain. Pada bagian lain, yaitu berawal dari insang pertama, sebelum
dihubungkan ke sistem vena. Peranan kedua organ ini mungkin sebagai ventilasi
kontrol dan untuk sekresi gas ke cairan mata ( Soewolo, 2005).
Darah merupakan suatu fluida yang berisi beberapa bahan terlarut dan
erythrocyte, leucocyte dan beberapa bahan lain yang tersuspensi. Darah berfungsi
mengedarkan suplai makanan kepada sel-sel tubuh, membawa oksigen ke jaringan
jaringan tubuh, membawa hormon dan enzim ke organ yang memerlukan.
Pertukaran oksigen terjadi dari air dengan karbondioksida terjadi pada bagian
semipermeabel yaitu pembuluh darah yang terdapat di daerah insang. Selain itu di
daerah insang terjadi pengeluaran kotoran yang bernitrogen ( Soewolo, 2005). Commented [u6]: TAMBAHKAN BENTUK BENTUK
DARAH+GAMBAR DARAH+SUMBER+LENGKAP
Dorsal aorta adalah sumber darah terbesar pada tubuh. Dari sini darah di
suplai ke kepala, otot badan, ginjal dan semua organ pencernaan melalui pembuluh
kapiler. Ada tiga rute pengembalian jantung, yakni pertama, dari otak, darah
kembali ke jantungmelalui vena cardinal anterior yang berhubungan dengan vena
cardinal anterior yang berhubungan dengan vena cardinal umum. Di sini, juga
bertemu darah dari vena cava posterior, yakni darah dari vena caudal yang telah
melalui sistem renal portal. Kedua, dari organ visceral, darah kembali ke jantung
melalui vena hepatik. Terakhir, dari insang, darah dikembalikan ke jantung melalui
vena branchial ( Sukiya, 2005).

2.5 Survival Rate


Survival rate atau biasa dikenal dengan SR dalam perikanan budidaya
merupakan indeks kelulushidupan suatu jenis ikan dalam suatu proses budidaya dari
mulai awal ikan ditebar hingga ikan dipanen (Effendi, 1979).

Nilai SR ini dihitung dalam bentuk angka persentase, mulai dari 0 – 100 %.

Rumusnya yaitu : SR = Nt/No x 100

Keterangan :
SR adalah tingkat kelangsungan hidup (%)
No adalah jumlah ikan pada awal penelitian (ekor)
Nt adalah jumlah ikan yang hidup pada akhir penelitian (ekor)

SR ini merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan dalam kegiatan


budidaya ikan. jika ikan yang hidup saat panen banyak dan yang mati hanya sedikit
tentu nila SR akan tinggi, namun sebaliknya jika jumlah ikan yang mati banyak
sehingga jumlah ikan yang masih hidup saat dilakukan pemanenan tinggal sedikit
tentu nilai SR ini akan rendah (Effendi, 1979). Commented [u7]: TAMBAHKAN LAGI

NOTES: SAAT ACC SELANJUTNYA, LENGKAPI DENGAN DAPUS DAN


HARUS SUDAH LENGKAP SELENGKAP-LENGKAPNYA. SEMANGAT
YOGA!

You might also like