Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 6

ANALISIS FAUNA TANAH DENGAN METODE DEKANTASI KERING DI HUTAN

TAMAN NASIONAL BALI BARAT

LAPORAN KKL

Untuk memenuhi tugas Matakuliah Ekologi

Yang dibimbing oleh Prof. Dr. Ir. Suhadi, M.Si dan Drs. Agus Dharmawan, M.Si

Oleh
Kelompok 13/ Offering H 2016
Ainun Nadzifatun A. (160342606232)
Arik Anggara (160342606290)
Aulia Abdini (160342606242)
Gabriela Maria I. (160342606209)
Retno Elvinawati (160342606271)
Sendy Devi R. (160342606282)
Sulistya Ika R. (160342606299)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
April 2018
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
B. TUJUAN
C. MANFAAT
D. DEFINISIS OPERASIONAL

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

BAB III

METODE

Metode yang digunakan dalam penelitian ialah secara deskriptif (digunakan


untuk menggambarkan kondisi lingkungan di Taman Nasional Bali Barat) dan dengan
menggunakan pendekatan kuantitatif

A. WAKTU DAN TEMPAT


Penelitian dilaksanakan pada tanggal 30 Maret- 1 April 2018. Pengambilan sampel
tanah untuk metode Barles Turgreen dilaksanakan bersamaan dengan kegiatan
praktikum analisis vegetasi pada tanggal 30 Maret 2018 dengan masing masing
terdapat 4 ulangan. Pemasangan alat Barleese Tulgreen dilakukan pagi haridikawasan
dekat tenda pada tanggal 31 Maret 2018 dan pengambilan hasil dilaksanakan pada
siang hari. Kemudian ditutup botol serangga dan diidentifikasi digedung biologi 05
FMIPA UM.
B. ALAT DAN BAHAN
Alat :
1. Cetok
2. Set barles
3. Botol serangga
4. Lembar data
5. Alat tulis

Bahan :
1. Air
2. Alkohol
3. Plastik
4. Kertas label
C. CARA KERJA
BARLES TULGREEN

 Menyiapkan set Barles Tulgreen, dengan botol serangga yang telah berisi
alkohol
 Mengambil sampel tanah yang telah diambil pada plot 8, membagi secara rata
pada setiap ulangan (4 kali ulangan)
 Menjemur set barles tadi selama setengah hari
 Mengambil botol yang berisi alkohol kemudian ditetesi formalin dan ditutup
agar bisa diidentifikasi digedung biologi 05 FMIPA UM
 Memberi kertas label pada setiap ulangan
D. CARA ANALISIS
Pengambilan data dilakukan dengan cara mengidentifikasi spesies hewan tanah yang
telahditemukan pada plot 8. Kemudian data yang diperoleh dicari nilai
keanekaragaman, kemerataan, dan kekayaan jenis hewan yang ditemukan di Taman
Nasional Bali Barat, dengan cara
1. Indeks keanekaragaman Shanon – Wiener
𝐻 ′ = 𝛴 𝑃𝑖. ln 𝑃𝑖
Keterangan : H’ : indeks keanekaragaman
Pi : n/N
n : jumlah masing masing spesies
N : jumlah total spesies dalam sampel
2. Selanjutnya menghitung nilai kemerataan (Evennes)
𝐻′
𝐸=
𝐿𝑛 𝑆
Keterangan : E : indeks kemerataan

H’ : indeks keanekaragaman Shanon-Wiener

S : jumlah spesies
3. Selanjutnya menghitung indeks nilai kekayaan
𝑆−1
𝑅=
ln 𝑁
Keterangan : R : infeks kekayaan
S : jumlah spesies
N total individu dalam pengambilan sampel

BAB IV

DATA DAN ANALISIS

No Spesies Botol keterangan


A B C D
1 Collembola 1 1 1
Dari praktikum kami tentang set barles di Taman Nasional Bali Barat, diambil pada tanah
diplot terakhir yakni pada plot 8. Tanah yang telah diambil dijemur dibawah set alat barles
yang dibawahnya diberi alkohol. Tanah tadi dibagi menjadi 4 tempat, pada botol ketiga
ditemukan 1 spesies dengan total 1 yakni Collembola.

𝑛
Σ Pi=𝑁 Ln Pi -(Pi ln Pi) H E R

1 1 0 0 0 0 0
Pada perhitungan keanekaragamaan, kemerataan, dan kekayaan hewan epifauna di Taman
Nasional Bali Barat, maka nilai keanekaragam diperoleh dari total –(Pi.LnPi) sehingga
didapat perhitungan 0. Pada nilai kemerataan diperoleh dari nilai keanekaragamaan dibagi ln
S atau Ln dari jumlah spesies sehingga didapat perhitungan 0. Sedangkan nilai kekeyaan
diperoleh dari total spesies dikurangi 1 dibagi Ln jumlah keseluruhan spesies didapat
perhitungan 0.

BAB V

PEMBAHASAN

Dialam banyak ditemui hewan dengan bentuk dan ukuran yang beragam. Hewan
tersebut memiliki habitat masing-masing dengan kondisi yang berbeda-beda. Kondisi habitat
tempat tumbuh hewan akan mempengaruhi distribusi populasi hewan di permukaan bumi.
Habitat adalah lingkungan yang cocok yang ditempati suatu populasi hewan. Tanah yang ada
dipermukaan bumi merupakan salah satu habitat bagi hewan tanah baik epifauna maupun
infauna. Keberadaan dan kepadatan populasi suatu jenis fauna tanah di suatu daerah sangat
tergantung dari faktor lingkungan, yaitu lingkungan biotik dan lingkungan abiotik. Fauna
tanah merupakan bagian dari ekosistem tanah, oleh karena itu dalam mempelajari ekologi
fauna tanah faktor fisika-kimia tanah selalu diukur. Faktor-faktor yang mempengaruhi
keberadaan serangga tanah di hutan, adalah:
1) struktur tanah berpengaruh pada gerakan dan penetrasi
2) kelembaban tanah dan kandungan hara berpengaruh terhadap perkembangan
dalam daur hidup
3) suhu tanah mempengaruhi peletakan telur
cahaya dan tata udara mempengaruhi kegiatannya

Menurut Suin (1989) perkembangan hewan tanah tidak lepas dari beberapa faktor
biotik maupun abiotik pada habitatnya. Namun secara garis besar faktor abiotik yang
memiliki peran paling signifikan terhadap keberadaan organisme. Beberapa hal yang dapat
mempengaruhi keberadaan infauna tanah diantaranya pH tanah, kelembapan pori tanah dan
faktor abiotik lainnya. Faktor lingkungan yang paling essensial bagi perkembangan hewan
tanah adalah temperatur, cahaya, kelembapan dan jumlah makanan yang tersedia. Fauna
tanah berdasarkan ukuran tubuhnya menurut Wallwork (1970), dibagi menjadi tiga
kelompok, yaitu; mikrofauna (20 µ - 200 µ), mesofauna (200 µ - 1 cm) dan makrofauna
(lebih dari 1 cm). Kekayaan jenis menunjukkan jumlah spesies dalam susatu komunitas yang
dipelajari. Semakin banyak jenis spesies yang ada , disuatu daerah , semakin tinggi tingkat
kekayaanya.

Penelitian dilakukan di Taman Nasional Bali Barat, pengambilan sampel infauna


tanah dilakukan melalui metode barless. Berdasarkan pengambilan data, diperoleh analisis
data berupa penemuan satu spesies saja berupa colembola. Collembola, organisme yang
hidup bebas yang suka kondisi lembab. Mereka tidak langsung terlibat dalam dekomposisi
bahan organik, tetapi berkontribusi secara tidak langsung melalui fragmentasi bahan organik
dan kontrol komunitas mikroba tanah. Kriteria yang digunakan untuk menginterprtasikan
kemerataan Evennes yaitu <3,5= kekayaan jenis rendah ; 3,5-5 = kekayaan jenis sedang ; >5
= kekayaan jenis tinggi (Maugran,1988). Pada praktikum yang dilaksanakan di Taman
Nasional Bali Barat baik nilai keanekaragaman (H), kemerataan (E), dan kekayaan (R)
memiliki nilai yang rendah yakni sama dengan 0 (nol). Artinya pada spesies tersebut
tergolong rendah tingkat keberadaannya.
Kemudian adapula faktor abiotik yang ada pada Taman Nasional Bali Barat.
Temperatur suhu sangat mempengaruhi aktivitas mikrobial tanah. Pada temperatur yang
dibawah 10o C aktivtas mikrobial terbatas. Laju otimum biota tanah yang menguntungkan
terjadi pada suhu 18-30o C. Nitrifikasi berlangsung optimum pada temperatur sekitar 30 o C,
pada suhu diatas 30o C lebih banyak unsur K tertukar dibebaskan pada temperatur rendah
(Hanafiah,2007). Pada pengamatan faktor abiotik di Taman Nasional Bali Barat, temperatur
suhu tanah pada plot plot 8, 32o C dan kelembaban tanah termasuk dry kemudian suhu
tanah 350 𝐶 kelembaban udara 70%. Bisa dikatakan hasil pengamatan diatas dapat
disimpulkan bahwa faktor-faktor abiotik berpengaruh pada keberadaan serangga tanah di
Taman Nasional Bali Barat, karena dari ciri-ciri Collembola yang memiliki habitat dalam
tanah yang banyak mengandung bahan organik yang tinggi. Sedangkan pada tanah diplot 8
tergolong kering sehingga Collembola susah tumbuh dengan baik yang menyebabkan
keanekaraman, kemerataan, dan kekayaan dari Collembola tergolong rendah.

BAB VI

PENUTUP

A. KESIMPULAN
B. SARAN
Pada saat praktikum tanah yang diambil mungkin kurang dalam sehingga hewan
infauna yang akan diidentifikasi atau yang didapat hanya satu, apalagi kemungkinan
hewan infauna yang ditaruh dalam plastik sempat ditekan tekan yang kemungkinan
menyebabkan hewan mati jadi disarankan ketika melakukan praktikum lebih berhati
hati.

DAFTAR RUJUKAN

Arief, A. 2001. Hutan dan Kehutanan. Jakarta : Kanisius

Darmawan, Agus, dkk. 2005 Ekologi Hewan. Malang : FMIPA UM

Suin, N.M.1989. Ekologi Hewan Tanah. Jakarta : Bumi Aksara.

Wallwork, J.A. 1970. Ecology of Soil Animal. London Mc : Graw Hill Book Company. pp.
58 - 74.

LAMPIRAN

You might also like