Anak-Anak Kewang Yang Berfungsi Sebagai Polisi Hutan. Kewang Memegang

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 3

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Upaya pelestarian lingkungan hidup bagi masyarakat Maluku sudah di


laksanakan sejak dulu. Hal ini telah dibuktikan dengan salah satu budaya
masyarakat Maluku yang melarang pengambilan hasil potensi tertentu dengan
atau tanpa merusak lingkungan. Kegiatan larangan pengambilan hasil potensi ini
oleh masyarakat Maluku di kenal dengan sebutan ”SASI”. Sasi adalah suatu
tradisi masyarakat negeri di Maluku, untuk menjaga hasil-hasil potensi tertentu
baik darat maupun laut.

Peranan sasi memungkinkan sumber daya alam untuk terus menerus


tumbuh dan berkembang. Dengan kata lain, sumber daya alam hayati dan nabati
perlu di lestarikan dalam suatu periode tertentu untuk memulihkan pertumbuhan
dan perkembangan demi tercapainya hasil yang memuaskan (W. Pattanama &
M.Patipelony, 2003).

Dalam upaya pemeliharaan sumber daya alam sasi di awasi oleh lembaga-
lembaga adat seperti raja, ke-pala soa, saniri, kewang dan marinyo. Namun yang
lebih berperan dalam pemeliharaan sumber daya alam ini adalah kewang dan
anak-anak kewang yang berfungsi sebagai polisi hutan. Kewang memegang
peranan yang penting, karena merupakan salah satu unsur pemerintahan yang
bertugas untuk menjaga lingkungan baik di darat maupun di laut dari tangan
orang-orang yang tidak bertanggung jawab (Lakolo, 1988).

Secara harfiah sasi terbagi atas dua macam, yaitu sasi darat, meliputi sasi
hasil hutan, misalnya : Kayu, Rotan, Umbi-umbian. Kedua Sasi Laut, meliputi:
teripang, bia lola, mutiara, dan ikan. Secara hukum adat sasi juga di bagi atas dua
macam, meliputi ; hukum sasi adat dan hukum sasi denda. Yang di maksud
dengan hukum sasi adat adalah perbuatan yang dapat di pidana, sedangkan hukum
sasi denda adalah sejumlah peraturan yang mengandung cara-cara kewang
mempergunakannya, dalam hal ini kewenangannya untuk menerapkan pidana
(Lakolo, 1988).
Dalam pelaksanaannya tentu untuk menghasilkan sumberdaya perikan
yang maksimal maka perlu adanya pelestarian lingkungan dengan cara “
OPTIMALISASI MARINE PROTEC AREA BERBASIS HUKUM ADAT SASI
DALAM MENGOPTIMALKAN SUMBERDAYA PERIKANAN SDGs “

I.2 Tujuan

Dalam penulisan esai ini penulis bertujuan untuk ;


1. Mengoptimalkan sistem sasi
2. Melestarikan sumberdaya perikanan
3. Dan memamfaatkan sumberdaya perikan yang berkelanjutan

BAB II
ISI

Ketimpangan hukum yang mengatur tentang pemamfaatan sumberdaya


perikanan masih berdampak oleh masyarakat nelayan kecil, hal ini dapat dilihat
dalam pelaksanaanya yang mengakibatkan nelayan memiliki modal besar semakin
kaya
Di abad ke-21pemerintah negara indonesia saat ini di pacu dengan gencar-
gencarnya dalam mengeksplotasi sumberdaya alam. Hal ini juga telah di katakan
oleh presiden RI yang mengatakan bahwa ekspor indonesia masih kalah
khususnya di bidang perikanan dengan negara-negara tetangga baik vietnam,
philipina, singapura dll (kompas.com).
Pemamfaatan sumberdaya perikanan yang berlebihan juga akan
mempengaruhi ekositem di perairan yang akan menyebabkan ketidakseimbangan
dalam rantai makanan, sehingga perlu perlu adanya pembatasan dalam
memanfaatan sumberdaya perikan dengan cara “ PENERAPAN SISTEM SASI
SEBAGAI SOLUSI DALAM MELESTARIKAN DAN MEMAMFAATKAN
SUMBERDAYA PERIKANAN INDONESIA YANG BERKELANJUTAN “

menteri keuangan indonesia yang mengatakan bahwa “ sumber kekayaan bukan


lagi Emas, tapi data “. Hal ini akan

Tradisi sasi merupakan tradisi yang dilakukan masyarakat Maluku untuk


mengelola dan memelihara keseimbangan alam.

Hal ini di dasarkan atas kesadaran bahwa tanpa lingkungan mereka tidak dapat hidup
dengan layak, sehingga sasi harus dipertahankan oleh generasi ke generasi.

Peran sasi memungkinkan sumber daya alam untuk terus menerus tumbuh dan
berkembang. Dengan kata lain, sumber daya alam hayati dan nabati perlu di
lestarikan dalam suatu periode tertentu untuk memulihkan pertumbuhan dan
perkembangan demi tercapainya hasil yang memuaskan.

Hukum sasi terbagi atas dua macam, yaitu hukum sasi adat dan hukum sasi denda.
Yang di maksud dengan hukum sasi adat adalah perbuatan yang dapat di pidana,
sedangkan hukum sasi denda adalah sejumlah peraturan yang mengandung cara-
cara kewang mempergunakan kewenangannya untuk menerapkan pidana.

Bila sasi dilaksanakan, maka masyarakat dilarang untuk memetik buah-buah


tertentu di darat dan mengambil hasil tertentu dari laut selama jangka waktu yang di
tetapkan oleh pemerintah desa.

You might also like