Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 12

Modul 9

KEGIATAN REMEDIAL DAN KEGIATAN PENGAYAAN


Kegiatan belajar 1
Kegiatan remedial
A. Hakikat, Tujuan, dan Fungsi Kegiatan Remedial
1. Hakikat Kegiatan Remedial
Dalam Random House webster’s College Dictionary (1991) Remidial diartikan sebagai
kegiatan yang dilaksanakan untuk memperbaiki keterampilan yang kurang baik dalam suatu
bidang tertentu. Kegiatan remedial adalah kegiatan mebantu siswa dalam menguasai materi
pelajaran.

2. Tujuan dan Fungsi Remedial


Tujuan guru melaksanakan kegiatan remedial adalah membantu siswa yang mengalami
kesulitan menguasai kompetensi yang telah ditentukan agar mencapai hasil belajar yang lebih
baik. Secara umum tujuan kegiatan remediasi adalah sama dengan pembelajaran pada
umumnya yakni memperbaiki miskonsepsi siswa sehingga siswa dapat mencapai kompetensi
yang telah ditetapkan berdasarkan kurikulum yang berlaku. Secara khusus kegiatan remediasi
bertujuan membantu siswa yang belum tuntas menguasai kompetensi ditetapkan melalui
kegiatan pembelajaran tambahan. Melalui kegiatan remediasi siswa dibantu untuk mengatasi
kesulitan belajar yang dihadapinya.
Secara umum, pengajaran remedial bertujuan membantu siswa mencapai mencapai
hasil belajar sesuai dengan tujuan pengajaran yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Secara
khusus, pengajaran remedial bertujuan membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar agar
mencapai prestasi yang diharapkan melalui proses penyembuhan dalam aspek kepribadian atau
dalam proses belajar mengajar. Pengajaran remedial mempunyai fungsi yang penting dalam
proses pembelajaran. Beberapa fungsi pengajaran tersebut bila dirinci adalah sebagai berikut:

a. fungsi korektif, artinya melalui pengajaran remedial dapat diadakan perbaikan terhadap
sesuatu yang dipandang masih belum mencapai apa yang diharapkan dalam keseluruhan
proses pembelajaran. Hal-hal yang diperbaiki dan dibetulkan melalui pengajaran remedial
antara lain: perumusan tujuan, penggunaan metode mengajar, cara-cara belajar, materi dan
alat pengajaran, materi dan alat pengajaran, evaluasi dan segi-segi pribadi murid.
b. Fungsi pemahaman, artinya pengajaran remedial dapat membantu murid untuk lebih
menyesuaikan dirinya terhadap tuntutan kegiatan belajar. Murid dapat belajar sesuai
dengan keadaan dan kemampuan pribadinya sehingga mempunyai peluang yang lebih
besar untuk memperoleh prestasi belajar yang lebih baik.
c. Fungsi pengayaan, artinya bahwa materi pengajaran remedial dapat memperkaya
varian/jenis metode pengajaran. Materi yang disampaikan dalam pengajaran dalam
pengajaran tidak menggunakan metode pembelajaran yang digunakan dalam pengajaran
reguler, metode pembelajaran yang digunakan dalam pengajaran remedial lebih mengacu
pada materi yang telah lalu yang sulit dipahami, sehingga pengajaran lebih bersifat
pengayaan.
d. Fungsi akselerasi, artinya pengajaran remedial dapat membantu mempercepat proses
pembelajaran, karena pengajaran remedial memberi pengajaran khusus yang memudahkan
penangkapan materi oleh siswa-siswi yang mengalami kesulitan belajar untuk mengerti dan
menguasai materi sesuai dengan tujuan instruksional dan kurikuler sesuai waktu yang telah
ditentukan dalam kurikulum.
e. Fungsi terauputik, artinya secara langsungh maupun tidak langsung menyembuhkan atau
memperbaiki kondisi-kondisi kepribadian murid yang diperkirakan menunjukan ada
penyimpangan (bimbingan dan konseling).

3. Perbedaan kegiatan remedial dengan pembelajaran biasa


Secara sepintas kegiatan remedial tidak jauh berbeda dengan pembelajaran biasa. Guru
harus merumuskan tujuan pembelajaran, mengembangkan alat evaluasi, memilih dan
mengorganisasikan materi pelajaran, dll. Tetapi kalau kita kaji lebih dalam, kedua bentuk
pembelajran tersebut berbeda. Perbedaan kegiatan remedial dengan pembelajaran biasa.
Komponen Pembelajaran Biasa Kegiatan Remedial
Pembelajaran
TUJUAN Berlaku bagi semua siswa Bersifat individu
(klasikal)
MATERI Sama untuk semua siswa Sesuai dengan kesulitan siswa
KEGIATAN 1. Diikuti semua siswa 1. Diikuti oleh siswa yang bermasalah
PEMBELAJARAN2. Metode dan media bersifat2. Metode dan media bersifat individual
klasikal atau kelompok.
EVALUASI Sama untuk semua siswa Bersifat individual atau kelompok.

Agar menjadi lebih jelas, marilah kita kaji perbedaan kegiatan remedial dari
pembelajaran biasa dengan menganalisis komponen-komponen suatu pembelajaran.
Komponen-komponen tersebut adalah:

a. Tujuan Pembelajaran
Rumusan tujuan bersifat individual. Kegiatan pembelajaran dilaksanakan untuk
mencapai kompetensi atau tujuan yang telah ditetapkan. Dalam pembelajaran biasa, tujuan
pembelajaran yang dirumuskan guru berlaku bagi semua siswa. Jadi, bersifat klasikal.
Sementara itu, dalam kegiatan remedial tujuan pembelajaran yang dirumuskan guru bersifat
individual, tergantung pada kesulitan siswa. Tujuan pembelajaran yang harus dikuasai siswa A
mungkin berbeda dari tujuan pembelajaran yang harus dikuasai siswa B, tergantung pada
kompetensi atau tujuan pembelajaran yang belum dikuasai.
b. Materi Pembelajaran
Materi sesuai dengan kesulitan yang dihadapi. Materi pelajaran dipilih dan
diorganisasikan berdasarkan tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Materi yang dibahas
dalam remedial akan berbeda antara materi untuk siswa yang satu dengan siswa yang lainnya,
sesuai dengan kesulitan yang dihadapinya.
c. Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran dalam kegiatan remedial akan berbeda dari kegiatan
pembelajaran biasa. Dalam pembelajaran biasa, yang berpartisipasi adalah seluruh siswa. Guru
memperlakukan siswa semua sama. Sementara itu, dalam kegiatan remedial, pembelajaran
hanya diikuti oleh siswa-siswa yang memiliki kesulitan belajar tertentu. Kegiatan remedial ini
dapat dilakukan secara individu atau kelompok sesuai dengan kesulitan dan karakteristik siswa
yang mengikuti kegiatan remedial.
d. Evaluasi
Alat evaluasi bersifat individual dan kelompok. Evaluasi dilaksanakan untuk
mengetahui tingkat keberhasilan pembelajaran yang dilaksanakan. Alat evaluasi yang
digunakan untuk kegiatan pembelajaran biasanya bersifat klasikal sedangkan dalam kegiatan
remedial alat evaluasiya bersifat individual atau kelompok.
Dari uraian tersebut dapat disimpulan bahwa pembelajaran biasa menerapkan
pendekatan klasikal, sedangkan kegiatan remedial menerapkan pendekatan individual atau
kelompok.

B. Pendekatan dalam Kegiatan Remedial


Secara garis besar ada 2 macam pendekatan yang dapat ditempuh (Ross & Stanley),
yaitu pendekatan kuratif dan preventif. Sedangkan Warkitri dkk.(1991)menambahkan satu lagi
yaitu yang bersifat pengembangan.

1. Pendekatan Bersifat Preventif


Pada pendekatan preventif ditujukan kepada siswa yang diperkirakan mempunyai
kesulitan berdasarkan informasi yang diperoleh. Sehingga langkah ini merupakan antisipasi
atau pencegahan agar apa yang mungkin terjadi dapat dicegah. Pendekatan ini disebut juga
sebagai pencegahan. Siswa yang digolongkan dalam usaha tersebut adalah mereka yang
diperkirakan dapat menyelesaikan program belajar lebih cepat dari waktu yang direncanakan,
atau mereka yang diperkirakan akan lebih lambat dari waktu yang telah diprogramkan.
Pelaksanaannya dapat dilakukan secara kelompok maupun secara individual tergantung pada
siswanya.

2. Pendekatan yang Bersifat Kuratif


Tindakan pengajaran dikatakan bersifat kuratif bilamana diberikan setelah selesainya
program PBM utama diselenggarakan. Tindakan tersebut dilakukan setelah melihat kenyataan
bahwa ada seseorang atau sebagian siswa bahkan sebagian besar siswa yang dipandang tidak
mampu untuk menyelesaikan program PBM yang bersangkutan secara sempurna sesuai dengan
kriteria yang telah ditetapkan. Program tersebut dapat dilihat setiap kali pertemaan, setiap
satuan unit pelajaran, atau satuan waktu (mingguan, bulanan bahkan triwulan atau semesteran).
Dengan ciri-ciri antara lain prestasi di bawah rata-rata kelas, bahkan siswa yang
mempunyai prestasi tinggi di atas rata-rata juga perlu mendapatkan perhatian dengan
memberikan tambahan pelajaran ekstra. Sebab selain untuk meningkatkan prestasi secara
optimal, juga untuk menyalurkan kepada kesibukan. Karena siswa ini lebih cepat
menyelesaikan tugas dibandingkan dari temannya. Selama menanti teman-teman lain yang
sedang bekerja atau menyelesaikan tugas berikan tambahan, kalau tidak dia mungkin sekali
akan mengganggu teman yang bekerja, atau berkeliaran. Yang jelas prestasi atau kemampuan
yang dimiliki lebih tersebut akan ditingkatkan secara maksimal. Justru di kelas-kelas anak yang
demikian kurang mendapatkan perhatian guru kelas / bidang studi.
Untuk dapat mencapai sasaran tersebut beberapa tehnik yang dipergunakan dengan
pendekatan : pengulangan (repotition), pengayaan (enrichment), dan pengukuhan (Re
inforcement) serta pencepatan (acceleration).
3. Pendekatan Pengajaran Remidi bersifat Pengembangan (Developmental)
Seperti yang dikemukakan oleh dinkmeyer dan Caldwell ada satu pendekatan lainnya
yaitu pengembangan. (Developmental). Pada dasarnya pendekatan kuratif diberikan sesudah
berlangsungnya proses belajar pendekatan preventif dilakukan sebagai tindak lanjut dari
perkiraan sebelum terjadinya kesulitan belajar, maka pada pengembangan merupakan tindak
lanjut yang dilakukan selama proses belajar berlangsung (during teaching diagnostik). Tujuan
utamanya agar siswa dapat segera mengatasi hambatan atau kesulitan yang mungkin akan
dialaminya. Pelaksanaannya dapat diberikan berupa pemberial self instructional audio, modul,
tutorial dan sebagainya.

C. Jenis-jenis kegiatan Remidial :


1. Mengajarkan kembali
2. Menggunakan alat peraga
3. Kegiatan kelompok
4. Tutorial
5. Sumber belajar yang relevan

D. PrinsipPelaksanaan Kegiatan Remedial


1. Apabila terdapat beberapa orang siswa yang mengalami kesuliatan yang sama, maka
kegiatan remedial hendaknya diberikan terhadap kelompok siswa secara bersama-
sama.
2. Proporsi bantuan yang diberikan ssuai dengan kesulitan yang dihadapi siswa
3. Dapat dilaksanakan sdendiri oleh guru, guru bersama siswa, atau meminta bantua siswa
lain
4. Metode yang diterapkan hendaknya sesuai dengan tingkat kemampuan siswa, serta
dapat membangkitkan motivasi siswa.

E. Prinsip Pemilihan Kegiatan


1. Memanfaatkan latihan khusus
2. Menekankan segi kekuatan yang dimiliki siswa
3. Memanfaat penggunaan media yang multi-sensori
4. Memanfaatkan permainan sebagai sarana belajar.

F. Prosedur Kegiatan Remedial


Dalam melaksanakan kegiatan remedial sebaiknya mengikuti langkah-langkah
sebagai berikut :
1. Analisis Hasil Diagnosis
Diagnosis kesulitan belajar adalah suatu proses pemeriksaan terhadap siswa yang
diduga mengalami kesulitan dalam belajar. Melalui kegiatan diagnosis guru akan mengetahui
para siswa yang perlu mendapatkan bantuan. Untuk keperluan kegiatan remedial, tentu yang
menjadi fokus perhatian adalah siswa-siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar .

2. MenemukanPenyebab Kesulitan
Setelah guru mengetahui siswa-siswa mana yang harus mendapatkan remedial,
informasi selanjutnya yang harus diketahui guru adalah topik atau materi apa yang belum
dikuasai oleh siswa tersebut. Sebelum merancang kegiatan remedial, terlebih dahulu harus
mengetahui mengapa siswa mengalami kesulitan dalam menguasai materi pelajaran.

3. Menyusun Rencana Kegiatan Remedial


Setelah diketahui siswa-siswa yang perlu mendapatkan remedial, topik yang belum
dikuasai setiap siswa, serta faktor penyebab kesulitan, langkah selanjutnya adalah menyusun
rencana pembelajaran. Sama halnya pada pembelajaran pada umumnya, komponen-komponen
yang harus direncanakan dalam melaksanakan kegiatan remedial adalah sebagai berikut;
a. Merumuskan indikator hasil belajar
b. Menentukan materi yang sesuai engan indikator hasil belajar
c. Memilih strategi dan metode yang sesuai dengan karakteristik siswa
d. Merencanakan waktu yang diperlukan
e. Menentukan jenis, prosedur dan alat penilaian.

4. Melaksanakan Kegiatan Remedial


Setelah kegiatan perencanaan remedial disusun,langkah berikutnya adalah
melaksanakan kegiatan remedial. Sebaiknya pelaksanaan kegiatan remedial dilakukan sesegera
mungkin, karena semakin cepat siswa dibantu mengatasi kesulitan yang dihadapinya, semakin
besar kemungkinan siswa tersebut berhasil dalam belajarnya.

5. Menilai Kegiatan Remedial


Untuk mengetahui berhasil tidaknya kegiatan remedial yang telah dilaksanakan, harus
dilakukan penilaian. Penilaian ini dapat dilakukan dengan cara mengkaji kemajuan belajar
siswa.Apabila siswa mengalami kemauan belajar sesuai yang diharapkan, berarti kegiatan
remedial yang direncanakan dan dilaksanakan cukup efektif membantu siswa yang mengalami
kesulitan belajar. Tetapi, apabila siswa tidak mengalami kemajuan dalam belajarnya berarti
kegiatan remedial yang direncanakan dan dilaksanakan kurang efektif.

6. Strategi dan Teknik Remedial


Beberapa teknik dan strategi yang dipergunakan dalam pelaksanaan pembelajaran
remedial antara lain, (1) pemberian tugas/pembelajaran individu (2) diskusi/tanya jawab (3)
kerja kelompok (4) tutor sebaya (5) menggunakan sumber lain.
(Ditjen Dikti, 1984; 83).
KEGIATAN BELAJAR 2
KEGIATAN PENGAYAAN
A. Hakikat Pembelajaran Pengayaan
Kegiatan pengayaan adalah suatu kegiatan yang diberikan kepada siswa kelompok
cepat agar mereka dapat mengembangkan potensinya secara optimal dengan memanfaatkan
sisa waktu yang dimilikinya. Pengayaan merupakan pembelajaran tambahan dengan tujuan
untuk memberikan kesempatan pembelajaran baru bagi peserta didik yang memiliki kelebihan
sedemikain rupa sehingga mereka dapat mengoptimalkan perkembangan minat, bakat, dan
kecakapannya.
Pembelajaran pengayaan berupaya mengembangkan keterampilan berpikir, kreativitas,
keterampilan memecahkan masalah, eksperimentasi, inovasi, penemuan, keterampilan seni,
keterampilan gerak, dsb. Pembelajaran pengayaan memberikan pelayanan kepada peserta didik
yang memiliki kecerdasan lebih dengan tantangan belajar yang lebih tinggi untuk membantu

B. Jenis Kegiatan Pengayaan


Dalam merancang dan melaksanakan kegiatan pengayaan, guru menerapkan
pendekatan individu. Kegiatan pengayaan lebih bersifat fleksibel dibandingkan
dengan kegiatan remedial. Artinya, kegiatan pengayaan dalam rangka memanfaatkan sisa
waktu merupakan kegiatan yang menyenangkan dan dapat merangsang kreatifitas siswa secara
mandiri.
Ada beberapa kegiatan yang dapat dirancang dan dilaksanakan oleh guru dalam
kaitannya dengan pengayaan. Berikut ini adalah beberapa kegiatan pengayaan yang
dikemukakan oleh Julaeha (2007):

1. Tutor Sebaya
Selain efektif dalam kegiatan remedial, tutor sebaya juga efektif digunakan dalam
kegiatan pengayaan. Melalui keiatan tutor sebaya, pemahaman siswa terhadap suatu konsep
akan meningkat karena selain mereka harus menguasai konsep yang akan dijelaskan mereka
juga harus mencari teknik menjelaskan konsep tersebut kepada temannya. Selain itu tutor
sebaya juga dapat mengembangkan kemampuan kognitif tingkat tinggi.

2. Mengembangkan Latihan
Siswa kelompok cepat dapat diminta untuk mengembangkan latihan praktis yang dapat
dilaksanakan oleh teman-temannya yang lambat. Kegiatan ini dapat dilakukan untuk
pendalaman materi yang menuntut banyak latihan, misalnya pada mata pelajaran matematika.
Guru juga bisa meminta siswa kelompok cepat untuk membuat soal-soal latihan beserta
jawabannya yang akan digunakan dalam kegiatan remedial atau sebagai bahan latihan dalam
kegiatan tutor sebaya.

3. Mengembangkan Media dan Sumber Pembelajaran


Siswa kelompok cepat diberi kesempatan untuk membuat hasil karya berupa model,
permainan atau karya tulis yang berkaitan dengan materi yang dipelajari yang kemudian
dimanfaatkan sebagai sumber belajar bagi siswa kelompok lambat.
4. Melakukan Proyek
Keterlibatan siswa dalam suatu proyek atau mempersiapkan suatu laporan khusus
berkaitan dengan materi yang sedang dipelajari merupakan kegiatan pengayaan yang paling
menyenangkan. Kegiatan ini mampu meningkatkan motivasi belajar, kesempatan
mengembangkan bakat, dan menambah wawasan baru bagi siswa kelompok cepat.

5. Memberikan Permainan, Masalah atau Kompetensi Antarsiswa


Dalam kegiatan ini, guru dapat memberikan tugas kepada siswa untuk memecahkan
suatu masalah atau permainan yang berkaitan dengan materi pelajaran agar mereka merasa
tertantang. Melalui kegiatan ini, mereka akan berusaha untuk memecahkan masalah atau
permainan dan mereka juga akan belajar satu sama lain dengan membandingkan strategi/teknik
yang mereka gunakan dalam memecahkan permasalahan atau permainan yang diberikan.

C. Faktor Yang Harus Diperhatikan


1. Faktor Siswa
Setiap siswa memiliki minat yang berbeda. Hal ini sangat perlu diperhatikan
oleh guru dalam memilih dan menentukan kegiatan pengayaan. Kesesuaian kegiatan
pengayaan dengan minat siswa akan memacu siswa untuk lebih berhasil dalam belajarnya. Jika
kegiatan yang dipilih tidak sesuai dengan minatnya maka semangat siswa akan melemah dalam
mempelajari sesuatu.

2. Faktor Manfaat Edukatif


Faktor penting kedua yang perlu diperhatikan oleh guru adalah
kebermanfaatan kegiatan pengayaan itu sendiri. Jangan sampai kegiatan pengayaan yang
dilaksanakan merugikan siswa atau menimbulkan kesulitan bagi siswa dan mengganggu
proses perkembangannya. Sebaiknya kegiatan pengayaan yang dilaksanakan benar-benar
bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada siswa dalam mengembangkan potensinya.
Sehingga bermanfaat dalam menambah pengetahuan, keterampilan, dan nilai/sikap siswa.

3. Faktor Waktu
Kegiatan pengayaan diberikan untuk mengembangkan potensi siswa dengan
memanfaatkan kelebihan waktu pada saat siswa lain melakukan kegiatan remedial.
Jika siswa yang lambat telah menguasai kompetensi sesuai harapan dan
kegiatan pembelajaran biasa akan dilaksanakan/dilanjutkan, maka secara terprogram kegiatan
pengayaan untuk kelompok siswa cepat harus segera berakhir.
Sementara itu Arikunto (1986), juga dalam Julaeha (2007:9.38) menyebutkan faktor-
faktor penting lainnya yang juga harus diperhatikan oleh guru dalam menentukan dan memilih
kegiatan pengayaan. Faktor-faktor tersebut antara lain:
a. Siswa lebih menyukai kegiatan di luar kelas
b. Siswa lebih suka beraktivitas dari pada hanya berteori di belakang meja
c. Kegiatan menemukan sendiri sesuatu yang baru lebih merangsang
minat siswadibanding kegiatan yang sifatnya penjelasan
d. Kegiatan yang dengan cepat dapat menunjukkan hasil, lebih disukai siswa dari pada
kegiatan yang menuntut penggunaan waktu yang relatif lama.
MODUL 10
PENGELOLAAN KELAS

KEGIATAN BELAJAR 1
HAKIKAT PENGELOLAAN KELAS

Dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran, guru dihadapkan pada masalah-masalah


pembelajaran dan pengelolaan kelas. Untuk mengatasi masalah pembelajaran dituntut
pendekatan yang berbeda dengan pendekatan untuk mengatasi masalah pengelolaan kelas.

A. PENGERTIAN PENGELOLAAN KELAS

Pengelolaan kelas (classroom management) dapat di defenisikan beragam, tergantung


dari sudut pandang yang dipakai. Pendekatan otoriter (authority approach)memandang
pengelolaan kelas sebagai kegiatan guru untuk mengontrol tingkah laku siswa. Tugas guru
menciptakan dan memelihara aturan didalam kelas melalui penerapan disiplin (weber, 1977).
Guru yang menganut pendekatan otoriter akan menghukum setiap siswa yang melanggar
disiplin kelas.
Kebalikan dari pendekatan otoriter adalah pendekatan permisif (permissive
approach) yang memaksimalkan kebebasan siswa. Peran guru membantu siswa merasakan
kebebasan untuk melakukan apa yang mereka inginkan kapanpun mereka mau (weber, 1977)
Disamping kedua pengertian tersebut, Weber (1977) mengemukakan tiga pengertian lain dari
pengelolaan kelas, yaitu:
Pertama, pengelolaan kelas adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan guru untuk
mendorong munculnya tingkah laku siswa yang diharapkan dan menghilangkan tingkah laku
yang tidak diharapkan. Pendekatan ini didasarkan pada modifikasi tingkah laku (behavior
modification approach).peran guru membantu siswa mempelajari tingkah laku yang
diharapkan melalui penerapan prinsip-prinsip yang berasal dari teori penguatan.
Kedua, pengelolaan kelas adalah serangkaian kegiatan yang dilaksan akan guru untuk
mengembangkan hubungan interpersonal yang baik dan iklim sosio-emosional kelas yang
positif / pendekatan iklim sosio-emosional (socio emotional climate approach). Peran guru
menciptakan hubungan interpersonal yang sehat, baik antara guru dan siswa maupun antara
siswa dan siswa.
Ketiga, pengelolaan kelas adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan guru untuk
menciptakan dan memelihara organisasi kelas yang efektif. Pengertian ini
berdasarkanpendekatan proses kelompok (group-process approach) dimana tugas guru adalah
membantu mengembangkan dan melaksanakan system kelas yang efektif
Dari ketiga pengertian pengelolaan kelas tersebut, tidak satupun yang paling baik karena guru
tidak harus terikat pada satu pengertian pengelolaan kelas dalam menciptakan dan memelihara
kondisi kelas yang memungkinkan siswa-siswa dapat belajar.
Gabungan dari ketiganya: Pengelolaan kelas adalah serangkaian tindakan guru yang
ditujukan untuk mendorong munculnya tingkah laku siswa yang diharapkan dan
menghilangkan tingkah laku siswa yang tidak diharapkan, menciptakan hubungan
interpersonal yang baik dan iklim sosio-emosional yang positif, serta menciptakan dan
memelihara organisasi kelas yang produktif dan efektif. Secara singkat: pengelolaan kelas
adalah usaha guru untuk menciptakan, memelihara dan mengembangkan iklim belajar yang
kondusif.
Sejalan dengan Winzer (1995) pengelolaan kelas adalah cara-car yang ditempuh guru
dalam menciptakan lingkungan kelas agar tidak terjadi kekacauan dan memberikan
kesempatan pada siswa untuk mencapai tujuan alademis dan sosial.

B. PERBEDAAN PENGELOLAAN KELAS DARI PEMBELAJARAN

Pembelajaran adalah segala kegiatan yang dilakukan guru untuk memudahkan siswa
mencapai tujuan yang telah ditetapkan, diantaranya melakukan diagnosis kebutuhan siswa,
rencana pembelajaran, menyajikan informasi, mengajukan pertanyaan dan menilai kemajuan
belajar siswa.
Pengelolaan kelas adalah segala kegiatan guru yang dilakukan untuk menciptakan dan
memelihara kondisi kelas yang memungkinkan terjadinya proses pembelajaran yang efektif.
Guru yang efektif harus mampu membedakan antara masalh-masalah pembelajaran yang
membutuhkan pemecahan pembelajaran dengan masalah-masalah pengelolaan kelas yang
membutuhkan pemecahan pengelolaan kelas.

C. PENTINGNYA PENGELOLAAN KELAS DALAM PROSES PEMBELAJARAN

Mungkinkah seorang siswa dapat belajar dengan baik apabila ia merasa bahwa dirinya
belum dapat diterima oleh teman-teman di kelasnya? Tentu saja jawabannya, tidak! Oleh
karena itu, salah satu tugas guru dalam membantu siswa belajar ialah menciptakan situasi kelas
yang hangat, aman dan sehat. Situasi kelas yang penuh keakraban akan memberikan rasa aman
dan kebebasan kepada siswa untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran hingga
tercapainya tujuan pembelajaran.
KEGIATAN BELAJAR 2
PENATAAN LINGKUNGAN KELAS

Keadaan ruang kelas dapat mempengaruhi kegiatan pembelajaran. Sela9in itu,


hubungan sosio-emosional antara guru-siswa dan siswa-siswa juga dapat mempengaruhi
kelancaran kegiatan pembelajaran.

A. PENATAAN LINGKUNGAN FISIK KELAS


Pengelolaan kelas yang efektif bermula dari penataan ruangan kelas dan isinya.
Penataan lingkungan kelas yang tepat berpengaruh terhadap tingkat keterlibatan dan partisipasi
siswa dalam proses pembelajaran (Winzer, 1995)

1. Prinsip-prinsip Penataan Lingkungan Fisik Kelas


Lingkungan fisik kelas yang baik adalah ruangan kelas yang menarik, efektif serta
mendukung siswa dan guru dalam proses pembelajaran. Tujuan utama penataan lingkungan
fisik kelas ialah mengarahkan kegiatan siswa dan mencegah munculnya tingkah lakusiswa
yang tidak diharapkan melalui penataan tempat duduk, perabot, pajangan dan barang-barang
lainnya.
Menurut Louisell (1992), ketika menata lingkungan fisik kelas, guru harus
mempertimbangkan 5 hal :
a. Keleluasaan pandangan (visibility
Artinya penempatan atau penataan barang-barang didalam kelastidak mengganggu
pandangan siswa dan gurusehingga siswa secara leluasa dapat memandang guru atau benda
atau kegiatan yang sedang berlangsung.
b. Mudah dicapai (accessibility)
Barang-barang yang digunakan siswa dalam pembelajaran diletakkan pada tempat yang
dapat dengan mudah dijangkau oleh siswa.
c. Keuiwesan (flexibility)
Mudah untuk menata dan memindahkan baran-barang untuk kegiatan pembelajaran yang
akan dilakukan oleh siswa dan guru.
d. Kenyamanan
Prinsip kenyamanan berkenaan dengan temperature ruangan, cahaya, suara dan kepadatan
kelas.
e. Keindahan
Prinsip ini berkenaan dengan usaha guru menata ruangan kelasyang menyenangkan dan
kondusif bagi kegiatan pembelajaran. Kelas yang indah dan menyenangkan
menggambarkan harapan guruterhadap prosesbelajar yang harus dilakukan dan tingkah
laku siswa selama kegiatan pembelajaran.

2. Penataan Tempat Duduk


Setiap strategi pembelajaran yang diterapkan guru menuntut tatanan tempat duduk yang
berbeda-beda. Dengan kata lain, guru harus menata tempat duduk siswa untuk memperlancar
kegiatan pembelajaran. Pengaturan tempat duduk berpengaruh pada waktu yang digunakan
siswa untuk mengerjakan tugas-tugas (Winzer, 1995). Hasil penelitin (Louisell, 1992)
menunjukkan bahwa tempat duduk yang ditata berjejer menghadap guru meningkatkan jumlah
kerja yang dilakukan siswa.
B. PENATAAN LINGKUNGAN PSIKO-SOSIAL KELAS
Winzer (1995) menyatakan bahwa iklim psiko-sosial kelas berpengaruh terhadap hasil
belajar, konsep diri, rasa harga diri, dan sikap siswa terhadap sekolah. Iklim psiko-sosial
kelas berkenaan dengan hubungan sosial-pribadi antara guru dan siswa serta antara siswa.
Hubungan yang harmonis ini akan menciptakan iklim psiko-sosial kelas yang sehat dan
efektif bagi berlangsungnya proses pembelajaran.

1. Karakteristik Guru
Keberhasilan guru dalam mengelola iklim psiko-sosial kelas dipengaruhi oleh
karakteristik guru itu sendiri. Beberapa karakteristik yang harus dimiliki guru untuk terciptanya
iklim psiko-sosial kelas :
a. Disukai oleh siswanya
Sifat guru yang memungkinkan disenangi ialah periang, ramah, tulus hati, dan
mendengarkankeluhan siswa serta percaya diri.
b. Memiliki persepsi yang realistic tentang dirinya dan siswanya
Guru yang memiliki pandangan realistikterhadapkemampuan siswanya dan dirinya dapat
menghambat efektivitas kegiatan pembelajaran. Guru yang terlalu memandang rendah
kemampuan siswanya akan mengembangkan kegiatan pembelajaran yang membosankan.
Guru yang memandang rendah kemampuan dirinya akan menunjukkan kurang percaya diri.
Guru harus menerima segala kekurangan dan kelebihan yang dimiliki siswanya. Disisi lain,
guru juga berusaha meningkatkan kelebihan yang dimiliki siswa. Guru yang penuh
perhatian, selalu memuji dan mempercayai siswa dapat menciptakan lingkungan psiko-
sosial kelas yang memungkinkan siswa untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran.
c. Akrab dengan siswa dalam batas hubungan guru-siswa
Guru perlu menyediakan waktu untuk mengenal siswa lebih banyak. Berbincang-bincang
dengan siswa diluar waktu sekolah tentang keluarga, hobi dan sebagainya akan banyak
memberikan informasi kepada guru . namun perlu diingat bahwa hubungan yang terlalu
dekat dengan siswa perlu dihindari agar siswa tetap menghormati dan menghargai guru.
d. Bersikap positif terhadap pertanyaan / respon siswa
Sikap positif guru terhadap pertanyaan siswa akan muncul apabila guru memang menguasai
materi yang sedang dibahas
e. Sabar, teguh dan tegas
Sebagai guru kita dituntut untuk sabr. Bila kita tidak sabar, siswa akan merasa ketakutan
untuk mengajukan masalh yang dihadapi. Selain itu, guru juga harus teguh dan tegas dalam
memegang aturan.

2. Hubungan Sosial Antarsiswa


Hubungan sosial yang kurang baik antarsiswa dapat mengganggu lancarnya kegiatan
pembelajaran. Apabila hubungan sosial antarsiswa terbina dengan baik, maka apabila ada
temannya yang mengalami masalah, mereka akan membantunya. Perasaan ini bisa tumbuh
pada diri siswa dengan cara memberikan kesempatan pada mereka untuk belajar kelompok.
Melalui kegiatan belajar kelompok siswa diharapkan akan dapat saling menerima serta
menghargai kekurangan dan kelebihan masing-masing.
Agar kegiatan kelompok dapat berhasil dengan baik , perhatikan hal berikut (Weber,
1977)
a. Perilaku yang diharapkan
Perilaku yang diharapkan harus dinyatakan kepada siswa dengan jelas, pasti dan realistik.
b. Fungsi kepemimpinan
Mengacu pada upaya untuk memperlancar tercapainya tujuan kegiatan kelompok. Guru
menciptakan kegiatan kelompok yang tidak di dominasi oleh seorang atau beberapa orang
siswa tetapi kepada semua anggota kelompok untuk bekerja sama.
c. Pola persahabatan siswa
Memebentuk hubungan interpersonal antar siswa, menunjukkan keakraban satu sama lain
d. Norma / aturan
Sebagai pedoman bagi anggota kelompok tentang apa yang harus mereka lakukan dan
bagaimana tindakan mereka terhadap anggota lain
e. Kemampuan berkomunikasi
Mengacu pada kemampuan verbal dan nonverbal dalam menyampaikan ide kepada orang
lain dan menangkap ide orang lain
f. Kebersamaan
Memiliki rasa kebersamaan sehingga mererka merasa bahwa tugas kelompok adalah
tanggung jawab mereka semua.

Begitu pentingnya keenam aspek tersebut, guru harus menjelaskan pentingnya keenam
aspek tersebut kepada siswa sehingga siswa berusaha menerapkannya.

You might also like