Professional Documents
Culture Documents
Bab Ii
Bab Ii
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Bencana
1. Definisi Bencana
bencana disebabkan oleh faktor alam, faktor non alam, maupun faktor manusia sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa (UU No. 24 Tahun 2007). Definisi lain tentang
bencana yaitu kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis akibat
yang ditimbulkan oleh fenomena alam yang tidak normal, meliputi badai, hujan, dan salju
yang lebat, banjir, gelombang pasang laut, gempa, tsunami, letusan gunung api atau
kebakaran skala besar maupun peledakan bom (Forum Keperawatan Bencana, 2009).
Negara dengan frekuensi bencana yang tinggi di dunia salah satunya adalah
Indonesia. Indonesia merupakan negara kepulauan yang luasnya mencapai 1.919.440 km2
dengan populasi penduduk lebih dari 200 juta orang. Secara geografis, Indonesia terletak
India, dan lempeng Samudera Pasifik sehingga memiliki aktivitas seismik yang tinggi
(UNDP, 2007). Hal tersebut menyebabkan banyak wilayah Indonesia rentan terhadap
kejadian gempa bumi, bahkan tsunami. Selain itu, populasi penduduk yang padat disertai
ruang hidup yang semakin sempit menyebabkan risiko kebakaran meningkat. Selama 10
2. Klasifikasi Bencana
1
Bencana merupakan pertemuan dari tiga unsur, yaitu ancaman bencana, kerentanan,
dan kemampuan yang dipicu oleh suatu kejadian. Bencana dapat diklasifikasikan menjadi
gempa bumi dan dan gunung meletus. Bencana alam juga dikatakan sebagai peristiwa
yang terjadi akibat kerusakan atau ancaman ekosistem dan telah terjadi kelebihan
tsunami, letusan gunung merapi, topan, banjir, dll. Masing-masing bencana memiliki
b. Bencana non-alam (man made disaster), yaitu peristiwa non-alam yang meliputi
c. Bencana sosial, yaitu bencana yang diakibatkan oleh peristiwa akibat aktivitas
manusia yang meliputi konflik sosial antar kelompok atau antar komunitas
mengembangkan kebijakan yang sesuai, seperti tata ruang dan wilayah, prasyarat
bangunan, dan sebagainya. Natural hazard terdiri dari beragam bentuk seperti dapat
2
b. Human made hazard. Ini adalah hazard sebagai akibat aktivitas manusia yang
berbahaya, dan kegagalan infrastruktur. Bentuk dari hazard ini adalah polusi air
sehingga merusak sumber daya lingkungan dan keragaman hayati dan berakibat
3) Conflict adalah hazard karena perilaku kelompok manusia pada kelompok yang
lain sehingga menimbulkan kekerasan dan kerusakan pada komunitas yang lebih
luas.
a. Keterbatasan SDM. Tenaga yang ada umumnya mempunyai tugas rutin lain
b. Keterbatasan peralatan / sarana. Pusat pelayanan tidak disiapkan untuk jumlah korban
yang besar.
setiap tahapan, disesuaikan dengan jenis dan tngkat bahaya yang ditimbulkan
b. Efektif : sistem tanggap bencana harus tepat guna dan sesuai dengan kebutuhan
3
c. Terukur : semua ahapan dan tindakan harus terukur, yakni disesuaikan dengan
d. Tepat sasaran : sistem tnggap bencana harus sesuai dengan tujuan dan hasil akhir
yang diharapkan, artinya sistem tanggap bencana harus memuat kerangka tujuan
yang jelas sehinnga memiliki nilai fungsional yang positif dan dapat digunakan
secara berkelanjutan.
penting dalam kesiapsiagaan yakni adanya pereencanaan matang dan persiapan yang
Merupakan tahap pemulihan dari kerusakan yangb ditimbulkan oleh bencana. Dalam
tahap ini terbagi dua tahapan yakni pemulihan dan pengawasan yang bertujuan untuk
4
4. Model Manajemen Bencana
Bencana adalah hasil dari munculnya kejadian luar biasa (hazard) pada komunitas
yang rentan (vulnerable) sehingga masyarakat tidak dapat mengatasi berbagai implikasi
dari kejadian luar biasa tersebut. Manajemen bencana pada dasarnya berupaya untuk
bencana yaitu:
Model ini mungkin merupakan model yang paling popular karena terdiri dari tahap-
Model manajemen bencana ini membagi tahap kegiatan di sekitar bencana. Terdapat
dan setelah bencana. Model ini seringkali digabungkan dengan disaster management
continuum model.
c. Contract-expand model
Model ini berasumsi bahwa seluruh tahap-tahap yang ada pada manajemen bencana
dan early warning) semestinya tetap dilaksanakan pada daerah yang rawan bencana.
Perbedaan pada kondisi bencana dan tidak bencana adalah pada saat bencana tahap
5
tertentu lebih dikembangkan (emergency dan relief) sementara tahap yang lain
bencana. Bila masyarakat tidak rentan maka bencana akan juga kecil
Model ini menekankan upaya manajemen bencana pada identifikasi risiko bencana
baik dalam bentuk kerentanan maupun hazard dan mengembangkan kapasitas untuk
yang terdiri dari dua kegiatan besar. Pertama adalah sebelum terjadinya bencana (pre
event) dan kedua adalah setelah terjadinya bencana (post event). Kegiatan setelah
bencana) ataupun disaster recovery. Kegiatan yang dilakukan sebelum terjadinya bencana
mitigation (mengurangi dampak bencana). Ada juga yang menyebut istilah disaster
reduction, sebagai perpaduan dari disaster mitigation dan disaster preparedness (Makki,
2006).
6
Rumusan penanggulangan bencana dari UU tersebut mengandung dua pengertian
dasar yaitu:
didasari risiko bencana dan diikuti tahap kegiatan pencegahan bencana, tanggap
1. Konsep Api
a. Teori Api
(2001:16) adalah suatu fenomena yang dapat diamati gejalanya yaitu adanya cahaya
deang cukup dari udara dan panas yang cukup. Apabila salah satu unsur dari segitiga
tersebut tidak berada pada keseimbangan yang cukup, maka api tidak akan terjadi.
Akan tetapi dalan studi lanjut mengenai fisika dan kimia, menyatakan bahwa
peristiwa pembakaran mempunyai tambahan teori lagi yang disebut dengan bidang
empat api (tetrahedron of fire). Teori ini mengemukakan dimana sisi dasar yang
keempat yaitu adanya suatu rantai reaksi pembakaran yaitu CO, CO₂, SO₂, asap dan
gas.
Untuk dapat berlangsungnya proses nyala api diperlukan adanya tiga unsur
pokok yaitu adanya unsur : bahan yang dapat terbakar (fuel), oksigen (O2) yang
cukup dari udara atau bahan oksidator dan panas yang cukup. Apabila salah satu
7
unsur tersebut tidak berada pada keseimbangan yang cukup, maka api tidak akan
terjadi.
Fenomena pada suatu bahan yang terbakar adalah terjadi perubahan bentuk dan
sifat-sifatnya yang semula menjadi zat baru, maka proses ini adalah perubahan secara
kimia. Proses pembakaran ditinjau dengan teori kimia adalah reaksi satu unsur atau
satu senyawa dengan oksigen yang disebut oksidasi atau pembakaran. Produk yang
terbentuk disebut oksida.
panas dan sinar. Reaksi kimia yang timbul termasuk jenis reaksi oksidasi. Menurut
8
Direktorat pengawasan keselamatan kerja Ditjen pembinaan pengawasan
ketenagakerjaan, 2001:8) Kebakaran adalah api yang tidak dikehendaki, boleh jadi
kebakaran adalah suatu reaksi oksidasi eksotermis yang berlangsung dengan cepat
dari suatu bahan bakar yang disertai dengan timbulnya api atau penyalaan. Bahan
bakar dapat berupa bahan padat, cair atau uap/gas akan tetapi bahan bakar yang
a. Faktor manusia
1) Pekerja
kebakaran.
ditentukan.
2) Pengelola
9
a) Sikap pengelola yang tidak memperhatikan keselamatan kerja.
c) Sistem dan prosedur kerja tidak diterapkan dengan baik, terutama kegiatan
lain.
d) Tidak adanya standar atau kode yamg dapat diandalkan atau penerapannya
1) Proses fisik/mekanis
Yaitu dimana 2 (dua) faktor penting yang menjadi peranan dalam proses
ini ialah timbulnya panas akibat kenaikan suhu atau timbulnya bunga api akibat
2) Proses kimia
3) Tegangan listrik
terjadinya kebakaran yaitu karena hubungan pendek yang menimbulkan panas dan
10
c. Faktor Alam
Salah satu faktor penyebab adanya kebakaran dan peledakan akibat faktor
alam adalah : Petir dan gunung meletus yang dapat menyebabkan kebakaran hutan
yang luas dan juga perumahan – perumahan yang dilalui oleh lahar panas dan lain –
lain.
b. Fenomena kebakaran
Fenomena kebakaran atau gejala pada setiap tahapan mulai awal terjadinya
penyalaan sampai kebakaran padam, dapat diamati beberapa fase tertentu seperti source
energy, initiation, growth, flashover, full fire dan bahaya-bahaya spesifik pada peristiwa
kebakaran seperti : back draft, penyebaran asap panas dan gas dll. Tahapan - tahapan
1. Tidak diketahui kapan dan dimana awal terjadinya api/kebakaran, tetapi yang pasti
ada sumber awal pencetusnya (source energy), yaitu adanya potensi energi yang
tidak terkendali.
2. Apabila energi yang tidak terkendali kontak dengan zat yang dapat terbakar, maka
akan terjadi penyalaan tahap awal (initiation) bermula dari sumber api/nyala yang
relatif kecil
3. Apabila pada periode awal lebakaran tidak terdeteksi, maka nyala api akan
berkembang lebih besar sehingga api akan menjalar bila ada media disekelilingnya
4. Intensitas nyala api meningkat dan akan menyebarkan panas kesemua arah secara
konduksi, konveksi dan radiasi, hingga pada suatu saat kurang lebih sekitar setelah 3-
11
10 menit atau setelah temperatur mencapai 300ºC akan terjadi penyalaan api serentak
5. Setelah flashover, nyala api akan membara yang disebut periode kebakaran mantap
mencapai 600-1000ºC. Bangunan dengan struktur konstruksi baja akan runtuh pada
4. Klasifikasi Kebakaran
jenis bahayanya, dengan adanya klasifikasi tersebut akan lebih mudah, cepat dan lebih
tepat dalam pemilihan media pemadam yang digunakan untuk memadamkan kebakaran.
kebakaran :1997:14).
Menurut Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi (2004:24) terdapt dua versi
standar klasifikasi jenis kebakaran yang sedikit agak berbeda. Klasifikasi jenis kebakaran
menurut standar inggris yaitu LPC (Loss Prevention Committee) menetapkan klasifikasi
kebakaran dibagi dalam dua klas A, B, C, D, E sedangkan Standar Amerika yaitu NFPA
a. Bahan padat kecuali logam, seperti kayu, arang, kertas, tekstil, plastik dan sejenisnya
b. Bahan padat kecuali logam, seperti kayu, arang, kertas, tekstil, plastik dan sejenisnya
12
c. Bahan cair dan gas, seperti bensin, solar, minyak tanah, aspal, gemuk alkohol gas
g. Bahan logam, seperti Magnesium, aluminium, kalsiun dan lain – lain D Bahan
sebagai berikut :
a. Kelas A : Bahan padat selain logam yang kebanyakan tidak dapat terbakar dengan
sendirinya, kebakaran kelas A ini akibat panas yang datang dari luar, molekul –
molekul benda padat terurai dan membentuk gas dan gas lainlah yang terbakar, hal
kebakaran ini menimbulkan panas dan selanjutnya mengurai lebih banyak molekul –
molekul dan menimbulkan gas akan terbakar. Sifat utama dari kebakaran benda padat
adalah bahan bakarnya tidak mengalir dan sanggup menyimpan panas yang banyak
b. Kelas B : Seperti bahan cairan dan gas tak dapat terbakar dengan sendirinya diatas
cairan pada umunya terdapat gas, dan gas ini yang dapat terbakar. Pada bahan bakar
cair ini suatu bunga api kecil sanggup mencetuskan api yang akan meninbulkan
kebakaran. Sifat cairan ini adalah mudah mengalir dan menyalakan api ketempat
lain.
13
c. Kelas C : Kebanyakkan pada peralatan listrik yang bertegangan, yang mana
sebenarnya kelas C ini tidak lain kebakaran kelas A dan kelas B atau kombinasi
dimana ada aliran listrik. Kelas C perlu diperhatikan dalam memilih jenis media
pemadam yaitu tidak menghantar listrik untuk melindungi orang yang memadamkan
dan potassium. Pada kebakaran jenis ini perlu dengan alat atau media khusus untuk
memadamkannya.
Peristiwa kebakaran adalah kejadian yang sangat merugikan bagi manusia secara
individual, kelompok sosial, maupun negara. Secara keseluruhan kerugian dapat berupa
korban manusia, kerugian harta benda ekonomi maupun dampak sosial. (Depertemen
Tenaga Kerja, 1997). Peristiwa kebakaran yang terjadi dapat menimbulkan beberapa
cara radiasi, sehingga benda – benda sekelilingnya menjadi panas, akibatnya benda
tersebut akan menyala jika titik nyalanya terlampaui. Untuk menghindari hal tersebut,
b. Bahaya ledakan
Bahaya ledakan dapat terjadi saat kebakaran, diantara bahan yang terbakar
dan mudah meledak, misalnya terdapat tabung gas bertekanan. Pada saat pemadaman,
harus diupayakan agar selalu waspada akan bahaya ledakan yang mungkin terjadi.
14
c. Bahaya asap
tergantung dari jenis bahan yang terbakar dan temperatur kebakaran tersebut.
1) Pada suatu ruangan tertutup, ketebalan asap akan mengganggu pandangan yang
berakibat kehilangan arah saat penyelamatan diri dan tertutupnya tanda arah
mengganggu pernapasan.
d. Bahaya gas
Adanya gas berbahaya dan beracun sebagai produk pembakaran, bahan kimia,
atau bahan lainnya harus diwaspadai. Gas tersebut dapat menyebabkan iritasi, sesak
Colling (1990) bahwa “Gas beracun yang biasanya dihasilkan oleh proses kebakaran
yaitu HCN, NO₂, NH₃, HCl, dan lain – lain. Gas beracun tersebut dapat meracuni
paru – paru dan menyebabkan iritasi pada saluran pernapasan dan mata. Sedangkan
gas lain yang beracun, seperti CO₂ dan H₂S dapat mengurangi kadar oksigen diudara.
Pada keadaan normal, kadar oksigen diudara sekitar 21 %, kadar oksigen diudara
akan berkurang pada saat terjadi kebakaran karena oksigen diudara kurang dari 16 %,
orang akan lemas dan tidak dapat mengenali bahaya yang ada disekitarnya.
15
6. Jenis Media Pemadaman Kebakaran
1) Hydrospray
Alat pemadam dengan air ini umumnya digunakan untuk kebakaran kelas A.
Alat ini biasanya dilengkapi dengan penera untuk mengetahui tekanan air. Penera
berwarna hijau menunjukkan alat aman untuk digunakan, sedangkan warna merah
menunjukkan tekanan sudah berkurang.
2) Drychemical Powder
Jenis bubuk kering digunakan untuk kelas A,B, C dan D, sedang sifat
pemadaman jenis bubuk kering antara lain :
a) Menyerap panas dan mendinginkan obyek yang terbakar.
d) Menutup dengan cara melekat pada obyek yang terbakar karena adanya reaksi
f) Tidak berbahaya.
h) Dapat berakibat korosi dan kerusakan pada mesin ataupun perangkat elektronik.
16
3) Gas Cair Hallon Free/AF 11/Halotron 1
Alat pemadam gas cair ini bisa digunakan untuk semua jenis klasifikasi
kebakaran. Sifat alat pemadam ini antara lain :
Bukan penghantar listrik
4) Carbon dioksida
Racun api CO2 ini cocok dan efektif digunakan untuk pemadaman api kelas B
dan C. Sifat-sifatnya antara lain :
a. Bersih tidak meninggalkan bekas.
17
g. Tekanan kerja sangat besar.
Racun api berupa busa hanya digunakan untuk jenis kebakaran kelas A dan B. Cara
kerjanya menyelimuti dan membasahi obyek yang terbakar. Jika obyek yang terbakar
benda cair, racun api busa ini bekerja menutup permukaan zat cair. Sifat lainnya yaitu
penghantar arus listrik sehingga tidak dapat digunakan pada ruang yang berisi
peralatan komponen listrik.
6) Fire Sprinkler System
Alat ini biasanya terinstal didalam gedung dan bersifat mengandung Hg. Mekanisme
kerja sprinkler yaitu secara otomatis akan mengeluarkan air bila kepala sprinkler
terkena panas. Prinsip dasar alat ini adalah mampu menyerap kalor yang dihasilkan
dari bahan yang terbakar.
7) Hydrant
Digunakan untuk jenis api kelas A dan B. Secara ringkas, penggunaan media racun
api berdasarkan klasifikasi bahan terbakar jadi begini
:
Agar bisa bekerja cepat dalam keadaan darurat perlu diperhitungkan persyaratan dan cara
pemasangan APAR (Alat Pemadam Api Ringan) yang antara lain :
18
1) Tempat mudah dilihat dan dijangkau, tidak boleh digembok atau diikat mati.
4) Jenis media dan ukuran sesuai dengan klasifikasi kebakaran dan beban api.
19
5) Beritahu petugas emergensi mengenai alasan pengosongan ruangan
(sekering) yang sesuai dengan daya tersambung, jangan dilebihkan atau dikurangi.
b. Kabel-kabel listrik yang terpasang di dalam rumah jangan dibiarkan ada yang
terkelupas atau dibiarkan terbuka. Perbaiki dan lindungi kabel-kabel tersebut, kalau
c. Jauhkan sumber-sumber listrik seperti stop kontak, saklar dan kabel-kabel listrik dari
jangkauan anak-anak.
d. Biasakan menggunakan material listrik, seperti kabel, saklar, stop kontak, steker
(kontak tusuk) yang telah terjamin kualitasnya dan berlabel SNI (Standar Nasional
e. Pangkaslah sebagian daun, ranting dan cabang dari pepohonan yang berada di
halaman rumah, jika bagian pohon itu sudah mendekati atau menyentuh jaringan
listrik.
f. Hindari pemasangan antene televisi yang terlalu tinggi yang bisa mendekati atau
g. Gunakan listrik yang memang hak untuk bangunan atau rumah kita. Jangan sekali-
kali mencoba mencantol listrik, mengutak-atik KWH Meter atau menggunakan listrik
menggunakan listrik.
20
i. Jangan bosan-bosan untuk mengingatkan anak-anak kita agar tidak bermain layang-
j. Bisa ditambahkan disini adalah pemasangan ELCB (earth leakage circuit breaker)
yang sekarang telah banyak digantikan dengan GFI (ground fault interrupter) atau
apabila ada kebocoran arus listrik atau apabila ada orang yang tersengat listrik.
Kebanyakan piranti ini dipasang di kamar mandi (stop kontak untuk hair dryer atau
electric shaver/pencukur kumis) atau service room (tempat mesin cuci), yang pada
b. Ganti alat listrik jika menyebabkan sengatan listrik bahkan kecil, terlalu panas, celana
c. Jauhkan peralatan listrik dari lantai yang basah dan counter; membayar perawatan
d. Beli produk listrik dievaluasi oleh laboratorium yang diakui secara nasional, seperti
e. Jika sebuah alat memiliki steker tiga cabang, menggunakannya hanya di outlet tiga
slot. Jangan pernah memaksa untuk masuk ke stopkontak dua-slot atau kabel ekstensi.
21
f. Jangan biarkan anak bermain dengan atau sekitar peralatan listrik seperti pemanas
h. Gunakan kabel ekstensi listrik dengan bijak; tidak pernah overload kabel ekstensi
i. Segera mematikan, kemudian secara profesional mengganti, saklar lampu yang panas
22