Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 15

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Termodinamika merupakan ilmu mengenai energi, yang secara spesifik membahas
tentang hubungan antara energi panas dengan kerja. Seperti telah diketahui bahwa energi
didalam alam dapat terwujud dalam berbagai bentuk, selain energi panas dan kerja, yaitu
energi kimia, energi listrik, energi nuklir, energi gelombang elektromagnetik, enetgi akibat
gaya magnet, dll.
Energi dapat berubah dari satu bentuk ke bentuk lain, baik secara alami maupun
hasil rekayasa teknologi. Selain itu energi di alam semesta bersifat kekal tidak dapat
dibandingkan atau dihilangkan, yang terjadi adalah perubahan energi dari satu bentuk
menjadi bentuk lain tanpa ada pengurangan atau penambahan. Prinsip ini disebut sebagai
prinsip konservasi kekelan energi.
Termodinamika menerangkan hubungan kwantitatif antara panas dan bentuk energi
lain. Seperti yang diketahui semua bentuk energi dapat diubah menjadi panas, teteapi tak
semua bentuk energi maupun panas ini dapat diubah menjadi usaha atau kerja (work).
Misalnya saja suatu reaksi kimia, energi totalnya yang dikeluarkan, sebagian dapat
kita ubah menjadi kerja, tapi sebagian akan berupa panas yang diberikan kepada
sekelilingnya dan panas ini tak bisa kita ubah menjadi usaha. Seluruh pengetahuan
mengenai Termodinamika adalah berdasarkan 3 pernyataan yang disebut Hukum-hukum
Termodinamika.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah
sebagai berikut,
1. Bagaimanakah Hukum Termodinamika I ?
2. Bagaimanakah Hukum Termodinamika II ?
3. Bagaimanakah Hukum Termodinamika III ?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penulisan makalah ini adalah,
1. Menjelaskan Hukum Termodinamika I
2. Menjelaskan Hukum Termodinamika II
3. Menjelaskan Hukum Termodinamika III

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Hukum Termodinamika 1
Biasanya juga disebut: hukum kekekalan energi yang bunyinya sebagai berikut;
“Jumlah energi dalam suatu sistem yang terisolasi selalu tetap”.
Dengan perkataan lain, energy pada suatu sistem dapat diubah dari bentuk satu ke bentuk
yang lain, tapi ia tak dapat dibuat atau dihilangkan.
Energi ialah kemampuan mengadakan kerja. Dalam termodinamika energy yang
akan kita adalah energy yang dipunyai oleh suatu sistem, karena sistem itu mempunyai,
temperature, volume, tekanan dan senyawa kimia. Energi ini disebut energi dalam = E.
Jadi suatu sistem mempunyai jumlah energy dalam yang tetap, tapi kita tak pernah
perlu mengetahui jumlahnya, yang penting adalah perubahan dari energy dalam , bila ada
perubahan temperature,volume, perubahan (reaksi) kimia.

Perubahan dari energi dalam ini terjadi bila:


1. Suatu sistem melakukan kerja atau kerja dilakukan pada sistem tersebut.
2. Suatu sistem mengabsorpsi panas atau mengeluarkan panas.

 Simbol dari kerja (usaha) = W


Bila sistem melakukan kerjaterhadap sekelilingnya harga W = positif. Bila suatu kerja
dilakukan terhadap sistem tersebut harga W = negative.
 Simbol dari perubahan panas = q
Bila sistem memberikan panas dari sekitarnya maka harga q = positif.
 Simbol dari energi dalam adalah E.

Menurut Hukum Termodinamika I : Bila suatu sistem dalam keadaan mula-mula


mempunyai energy dalam E1, lalu berubah menjadi keadaan kedua sehingga
mempunyai Energi dalam 𝐄𝟐 maka :
E2 = E1 + q − W
E2 − E1 = ∆ E = q − W

Perubahan energy dalam =sebanding denganpanas yang diserap / dibebaskan oleh


sistem dikurangi kerja (usaha) yang dilakukan sistem.

2
Energi dalam dari suatu gas ideal dengan massa tertentu pada temperatur yang tak
tergantung dari volumenya. Bila gas ini melakukan kerja (usaha), ia akan megembang dan
temperature tetap akan mengabsorpsi panas. Bila tak ada perubahan temperature, berarti:
∆E=O
maka q − W = O → W − q, berarti kerja yang dilakukan = panas yang
diabsorbsi.
Bila pada gas ideal diberikan panas pada volume tetap, berarti tak ada kerja yang
dilakukan W = O ∆E = q − O → ∆ E = q, berarti : kenaikna pada energi dalam (dibuktikan
dengan adanya knaikan temperature) = panas yang diabsorpsi.

Proses adibatik :
Suatu proses dimana waktu terjadi perubahan sistem takada pertukaran panas
dengansekitarnya, berarti q = O ∆ E = −Wq
Contohnya : gas yang ditempatkan dalam ruangan yang diisolasinyabaik, sehingga
tak ada panas yang keluar.
∆ E = q V berlaku juga untuk reaksi kimia, asal saja tak ada energi listrik atau
lainnya pada reaksi ini.
Jadi : pada reaksi kimia dengan volume yang tetap, maka panas yang dikeluarkan =
pengurangan dari enegi dalam reaksi tersebut.
Misalnya :reaksi C + O2 → CO2
Pada 25℃ panas penguapan = − 94,030 kalori, tanda (−) berarti panas dikeluarkan.

Dari sini dapat kita ambil kesimpulan bahwa : energy dalam dari 44 g CO2/25℃
berkurang sebesar 94,030 kalori dari jumlah internal energy 12 g C dan 32 g O2 pada
temperature yang sama. Kerja maksimum dapat dihasilkandari suatu proses bila prose situ
reversible.
Misalnya suatu gas ideal dengan n mole dan p, v, T, maka perubahan yang reversible
dari gas ini pada T konstan dari p1, v1 ke p2, v2, menghasilkan kerja maksimum.
P2
Wmaks = n RT ln
P1
P2
Wmaks = −2,303 n RT log
P1

Bila P2 < P1Wmax positif, berarti gas melakukan kerja waktu mengembang. Bila P2

3
> P1 Wmax negative berarti kerja dilakukan pada gas tersebut dengan jalan
memampatkan.
Contoh: beberapa kerja maksimum yang dapat diperoleh dari pengembangan gas
ideal 1 mole pada t = 18℃ dari 4 atm ke 1 atm?
P2
Wmaks = 2,303 nRT log
P1
jaules 1 atm
= −2,303 x 1 mole x 8,313 x 291 °K x log
mole x °K 4 atm
= 3,36 x 103 joules.

Enthalpy (Entalpi)
Seperti telah dikatakan E = qv volume tetap.
Lebih banyak dijumpai perubahan pada tekanan tetap, sebab dilakukan pada tekanan
atmosfor. Pada p tetap bila V >> maka panas yang dibsorpsi =energi dalam + panas yang
dipakai untuk merubah volume tersebut, ini sema dengan entalpi (panas yang dikandung)
oleh sistem.
Simbol Entalpi H → H = E + pV
Tapi yang dipakai hanya perubahan entalpi ( panas reaksi )
∆ H = ∆ E + ∆ pV
Pada P tetap kenaikan entalpi = panas yang diabsorpsi
∆ H = ∆ E + ∆ pV = q p
>
Pada P tetap ini ∆ H = q p ∆ E, tergantung dari tanda

B. Hukum termodinamika II
1. Panas akan mengalir secara spontan dari suatu sistem yang mempunyai temperatur yang
lebih tinggi ke sistem yang mempunyai temperatur lebih rendah.
2. Semua sistem akan berusaha mencapai keadaan maksimum dan sistem yang spontan
akan dapat mendekati keadaan ini.
3. Dalam hal terjadi perubahan yang spontan maka energi dalam dari suatu sistem akan
lebih sukar untuk melakukan kerja. Terjadi penurunan energy atau dengan lain
perkataan :
Entropi dari sistem akan mengalami perubahankenaikan yang spontan.

Entropi:
4
Seperti diketahui energi yang dipergunakan dalam suatu perubahan berasal dari 2 faktor
yaitu : faktor kapasitas danfaktor intensitas. Bila kita memompa ban sepeda :
Faktor kapasitas : volume udara yang dimasukkan.
Faktor intensitas : tekanan atmosfer.
W = p ∆ V liter atm

Sekarang misalnya energy panas dilakukan pada suatu sistem dalam t yang tetap
maka berarti, faktor intensitas adalah T dan faktor kapasitas adalah jumlah entropi yang
ditambahkan pada sistem.
Simbol dari entropi S. Energi panas yang dipergunakan = T ∆ S dalam kalori.
Satuan entropi = Kalori/°K. Jadi entropi adalah salah satu sifat dari suatu sistem. Perubahan
entropi dari suatu sistem pada temperatur yang sama adalah panas yang diabsorpsi dari
keadaan I ke II oleh proses yang reversible dibagi T.
qrev
∆ S=
T

Kenaikan entropi dari suatu sistem adalah suatu ukuran sampai mana energy dalam
dari sistem tak dapat melakukan kerja → jadi sejauh mana adanya penurunan energy jadu
suatu petunjuk bahwa sistem akan mencapai keadaan seimbang.
Jadi bila suatu reaksi kimiadapat dibuat reversible pada temperature dan tekanan
tetapmaka perubahan panas yang terjadi = Tabs x perubahan entropi
qrev = T ∆ S

Panas yang dilepaskan ini akan diabsorpsi oleh sekelilingnya, dan bila temperature
sekitarnya ini = temperature reaksi , maka penambahan entropi sekitarnya ini = penurunan
entropi dari reaksi. Sehingga untuk seluruh sistem, perubahan entropi = O.
Tapi bila reaksi yang sama dilakukan tidak bolak-balik (irreversible), penurusanan
entropydari reaktan tetap sama, tetapi panas yang dilepaskan oleh reaktan akan lebih besar.
Karena harga q untuk reaksi eksoterm adalah negatif, maka :

qirrev
∆ S lebih positif dari atau penurunan entropi < panas yang dilepaskan / T absolute.
T

Bila panas yang dilepaskan ini di absorpsi oleh sekitarnya, maka karena panas ini >
proses yang sama tapi reversibel, maka kenaikan entropi sekitar > kenaikan entropi
padaproses reversibel.
5
Kesimpulannya :
Untuk reaksi kimia yang irreversibel, kenaikan entropi dari sekitarnya > penurunan entropi
reaktan atau untuk seluruh sistem, harga ∆ S = positif.

C. Hukum Termodinamika III


“Pada suhu 0 K (-273 0K) sistem ada dalam kondisi diam atau status. Kondisi suhu
lingkungan kita, anggap saja suhu ruang (250C – 298K) berada pada suhu yang tidak
memungkinkan sistem untuk diam, muncul lah Entropi”.

ENERGI BEBAS (∆ 𝐅)
Perubahan energy bebas dalam suatu reaksi kimia:
Bila pada suatu sistem, karena terjadi reaksi kimia, mengalami penurunan energy
dalam, maka tak semua energy yang dilepaskan ini dapat dipergunakan untuk udaha atau
kerja. Sebagian dari energy ini akan diberikan pada sekitarnya sebagai panas.
Untuk reaksi yang dilakukan pada temperatur konstan, maka jumlah energy yang
tak digunakan unutuk usaha = temperature absolute x perubahan entropi yang terjadi karena
adanya reaksi kimia.
Kerja maksimum yang dapat dari reaksi reversibel =
Wmaks = − ( ∆ E − T ∆ S)

Analog:
Seorang maniup balon, energi yang dipkai untuk meniup balon itu didapat dari hasil
oxidasi makanan dalam tubuh, tapi tak smeua ebnergi yang didapat dari ahasil oksidasi
tersebut dapat digunakan untuk meniup balon (W), sebagian akan keluar sebagai panas yang
dapat dirasakan pada udara sekitarnya.
Pada suatu reaksi kimia yang reversibel dengan T dan P tetap, terjadi pembesaran
volume (misalnya karena terjadi pembentukan gas), maka sebagian dari kerja maksimum
(Wmaks) digunakan untuk mengembalikan untuk kerja berguna (Wuseful)
Wuseful = Wmaks − p ∆ V

Maka energy yang diubah menjadi kerja berguna atau kerja akhir inilah yang disebut
perubahan energy bebas dengan simbol ∆ F. penurunan energi bebas pada waktu

6
perubahan suatu sistem = jumlah maksimum dari kerja akhir yang didapat dari perubahan
tersebut.
− ∆ F = Wuseful − Wmaks − p∆V = −∆E + T∆S − p∆V
∆F = ∆E + p∆V − T∆S
∆F = ∆H − T∆S

∆ H adalah kalori atau panas yang dikeluarkan pada waktu terjadi reaksi, diukur pada
tekanan konstan. Dahulu panas ini yang dikira merupakan gaya/energi bebas yang
menentukan apakah suatu reaksi kimia pada keadaan P dan T yang tetap akan berjalan
spontan atau tidak.
Bila harga ∆ F negatif maka reaksi akan berjalan secara spontan dan dapat digunakan
untuk kerja berguna. Bila harga ∆ F positif maka reaksi tak akan berjalan spontan, jadi
diperlukan pemakaian energi dari luar agar reaksi ini dapat berjalan.

1. Perubahan energi bebas dari gas dengan perubahan tekanan.


Pada gas ideal dimana pada temperatur tetap terjadi penurunan tekanan, berarti
hanya terjadi pembesaran volume (pengembangan), maka penurunan energi bebas =
Wmaks untuk pengembangan.
p
Kesimpulan : perubahan energy bebas = ∆ F = −Wmaks = 2,303 n RTlog p1
2

2. Perubahan energi bebas dari solute karena adanya perubahan konsentrasi.


Bila suatu solute, dalam suatu larutan yang cukup encer, sehingga aktivita =
konsentrasi, maka perubahan energi bebas dari solute karena adanya perubahan
konsentrasi dinyatakan sebagai berikut:
C2
∆ F = 2,303 n RT log
C1

Dimana n = jumlah mole solute, C1 = konsentrasi mula-mula dan C2 = konsentrasi


sesudah diencerkan. Sedangkan bila ada suatu reaksi kesetimbangan, misalnya reaksi A
⃗⃗⃗ B, di mana harga konstante kesetimbangan

[B]
K=
[A]
Maka perubahan energi bebas adalah sebagai berikut :
[B]
∆F = −RT ln K + RT ln
[A]
7
3. Perubahan energi bebas dan tetapan kesetimbangan

[B′ ]
∆F = −RT ln K + RT ln
[A′ ]
Bila kita buat konsentrasi B′ = A′ − 1 mole maka :
∆F = −RT ln K + RT ln 1
= −RT ln K + O
∆F = ∆F° = −RT ln K

∆F° ini disebut standart perubahan energi bebas (standard free energi change)
∆F° = −RT ln K
∆F° = −2,303 RT log K

Dimana K adalah konstante kesetimbangan


ini bukan saja berlaku pada reaksi elektroda tapi juga untuk semua reaksi
kesetimbangan.Sehingga bila kita mengetahui harga konstante kesetimbangan, kita
dapat mengetahui harga standard perubahan energi bebas dan sebaliknya.

8
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan
1. Hukum Termodinamika I
Menurut Hukum Termodinamika I : Bila suatu sistem dalam keadaan mula-mula
mempunyai energy dalam E1, lalu berubah menjadi keadaan kedua sehingga
mempunyai Energi dalam 𝐄𝟐 maka :
E2 = E1 + q − W
E2 − E1 = ∆ E = q − W
Simbol Entalpi H → H = E + pV
Tapi yang dipakai hanya perubahan entalpi ( panas reaksi )
∆ H = ∆ E + ∆ pV
2. Hukum Termodinamika II
1. Panas akan mengalir secara spontan dari suatu sistem yang mempunyai temperatur
yang lebih tinggi ke sistem yang mempunyai temperatur lebih rendah.
2. Semua sistem akan berusaha mencapai keadaan maksimum dan sistem yang spontan
akan dapat mendekati keadaan ini.
3. Dalam hal terjadi perubahan yang spontan maka energi dalam dari suatu sistem akan
lebih sukar untuk melakukan kerja. Terjadi penurunan energy atau dengan lain
perkataan

Simbol dari entropi S. Energi panas yang dipergunakan = T ∆ S dalam kalori.


Satuan entropi = Kalori/ °K . Jadi entropi adalah salah satu sifat dari suatu sistem.
Perubahan entropi dari suatu sistem pada temperatur yang sama adalah panas yang
diabsorpsi dari keadaan I ke II oleh proses yang reversible dibagi T.
qrev
∆ S=
T
3. Hukum Termodinamika III
“Pada suhu 0 K (-273 0K) sistem ada dalam kondisi diam atau status. Kondisi suhu
lingkungan kita, anggap saja suhu ruang (250C – 298K) berada pada suhu yang
tidak memungkinkan sistem untuk diam, muncul lah Entropi”.

energy yang diubah menjadi kerja berguna atau kerja akhir inilah yang disebut
perubahan energy bebas dengan simbol ∆ F. penurunan energi bebas pada waktu

9
perubahan suatu sistem = jumlah maksimum dari kerja akhir yang didapat dari
perubahan tersebut.
− ∆ F = Wuseful − Wmaks − p∆V = −∆E + T∆S − p∆V
∆F = ∆E + p∆V − T∆S
∆F = ∆H − T∆S

B. Saran
Sebagai mahasiswa yang mempelajari termodinamika juga harus mengetahui apa itu
termodinamika dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai pembaca maupun
pemberi materi saya mohon maaf apabila ada kekurangan dan kesalahan dalam pembuatan
makalah ini.

10
DAFTAR PUSTAKA

Sukardjo. 2002. kimia fisika. Jakarta: Rineka Cipta.


Atkins P. W. 1990. Kimia Fisika Edisi Keempat Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Kimia kedokteran.

11
Contoh Soal
1. Berapa panas reaksi pada P tatap /25 ℃ dari reaksi C(s) + O2(g) → ⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗
CO2(g) , bila
diketahui q v = −94,030 kalori.
∆ V dapat dihitung berdasarkan perbedaan jumlah mole zat sebelah kiri = kanan reaksi.
∆V=O ∆ E = qv
∆H= ∆E+p∆V ∆ H = ∆ E = qV
q p = ∆ H = −94,030 kalori

2. Panas reaksi pada P tetap /25℃ dari reaksi 2H2(g) + O2 → 2H2 OI adalah ---136,634
kalori
(q P ). Berapa harga q v pada 25℃.
Jawab :
Reaksi kiri 3 mole (gas), kanan O mole (gas) → penurunan volume ideal gas
P ∆ V = ∆nRT ∆n = −3
∆E = q v = ∆ H − P ∆ V = ∆ H − ∆ nRT

= −136,634 Kal(— 3mole x 1,987 kal⁄mole °K x 298 °K )

= −136,634 + 1,788 = −134,846 Kal

3. berapa kenaikan entropi bila 1 mole air/ 100 ℃ , 1 atm. Diubah menjadi uap pada
temperature dan tekanan yang sama
jawab:
qv = 9713 kalori
qrev 9713 kal
∆S= = = 26,0 kal⁄°K
T 373°

4. Diketahui reaksi pembakaran gas CO sebagai berikut:


2CO + O2 → 2CO2 ΔH = x kJ
Tentukan besar kalor pembakaran gas CO
Jawab:
Kalor pembakaran dihitung untuk satu mol, bagi semua koefisien reaksi dengan dua,
untuk mendapatkan koefisien sebesar 1 di CO
CO + 1/2 O2 → CO2 ΔH = 1/2 x kJ
Jadi kalor pembakaran CO adalah 1/2 x kJ
12
5. Diketahui reaksi pembentukan NaCl sebagai berikut:
2Na + Cl2 → 2NaCl ΔH = − 10x kJ
Tentukan besar entalpi penguraian standar (ΔH°d) dari NaCl !
jawab:
Balikkan dulu reaksi diatas dari reaksi pembentukan NaCl menjadi menjadi reaksi
penguraian NaCl, jangan lupa untuk ubah juga tanda ΔH:
2Na + Cl2 → 2NaCl ΔH = − 10x kJ
2NaCl → 2Na + Cl2 ΔH = + 10x kJ

Ubah koefisien NaCl menjadi 1, sehingga semua koefisien harus dibagi 2 menjadi
seperti ini:
NaCl → Na + 1/2 Cl2 ΔH = + 5x kJ

Jadi ΔH°d dari NaCl adalah + 5x kilojoule

6. Bila diketahui ∆H pembentukan NH3 = -46 kJ/mol, maka tentukanlah entalpi reaksi
2NH3(g) → N2(g) + 3H2(g).
Jawab:
Untuk melihat hubungan kedua reaksi pada soal, sebaiknya tuliskan terlebih dahulu
persamaan reaksi pembentukan NH3 sebagai berikut : ½N2(g) + 3/2 H2(g) → NH3(g) ;
∆H = -46 kJ
Reaksi penguraian NH3 merupakan kebalikan dari reaksi pembentukan : NH3(g) →
½N2(g) + 3/2 H2(g) ; ∆H = +46 kJ
Reaksi di atas merupakan reaksi untuk menguraikan 1 mol NH3. Pada soal ditanya
entalpi reaksi untuk menguraikan 2 mol NH3, maka reaksi di atas dikali 2 begitupula
harga ∆H-nya. 2NH3(g) → N2(g) + 3H2(g) ; ∆H = 2 (+46) = +92 kJ.

7. Diketahui persamaan termokimia sebagai berikut : 2NO(g) + O2(g) → N2O4(g) ; ∆H = -


A kJ NO(g) + ½O2(g) → NO2(g) ; ∆H = -B kJ Tentukan ∆H untuk reaksi 2NO2(g) →
N2O4(g).
Jawab:
Untuk soal reaksi bersusun seperti ini, perhatikan persamaan yang ditanya. Pada bagian
pereaksi (kiri) terdapat 2NO2 dan pada bagian hasil reaksi (kanan) terdapat N2O4. Oleh
karena itu, susunlah sedemikian rupa dua persamaan lain yang harga ∆H-nya diketahui
13
agar di sebelah kiri terdapat 2NO2, dan di sebelah kanan terdapat N2O4. Sekarang
perhatikan persamaan no 2. Pada persamaan itu NO2 berada di sebelah kanan, maka
reaksi harus dibalik karena kita menginginkan NO2 di sebelah kiri. Selanjutnya, karena
kita menginginkan 2NO2, maka reaksi no 2 kita kali 2 begitu juga harga ∆H-nya.
Sedangkan persamaan no 1, N2O4 sudah berada di sebelah kanan jadi tidak perlu
dibalik. 2NO(g) + O2(g) → N2O4(g) ; ∆H = -A kJ 2NO2(g) → 2NO(g) + O2(g) ; ∆H =
+2B kJ ---> berubah tanda & dikali 2. ——————————————————
2NO2(g) → N2O4(g) ; ∆H = (-A) + (+2B)= (-A + 2B) kJ Keterangan : Untuk
menyelesaikan reaksi bersusun, bila terdapat senyawa atau unsur yang sama dengan
koefisien yang sama pula berada dalam posisi yang berlawanan (kiri-vs-kanan), maka
akan habis. Pada persamaan di atas, 2NO(g) + O2(g) habis karena terdapat di bagian kiri
dan kanan.

8. MO2 + CO → MO + CO2 ; ∆H = -20 kJ M3O4 + CO → 3MO + CO2 ; ∆H = +6 kJ


3M2O3 + CO → 2M3O4 + CO2 ; ∆H = -12 kJ Tentukan nilai ∆H reaksi 2MO2(g) + CO
→ M2O3 + CO2.
Jawab:
Reaksi yang ditanya memiliki peraksi 2MO2(g) + CO dan hasil M2O3 + CO2. Susun
sedemikian rupa tiga persamaan yang lain agar dihasilkan persamaan reaksi yang
ditanya. berikut tahapannya : Persamaan 1 dikali 2 karena kita menginginkan 2MO2 di
sebelah kiri. 2MO2 + 2CO → 2MO + 2CO2 ; ∆H = 2 (-20) = -40 kJ Persamaan 2 dibalik
dan dikali 2/3 agar 2MO pada persamaan 1 habis. 2MO + 2/3CO2 → 2/3M3O4 + 2/3CO
; ∆H = 2/3 (-6) = -4 kJ Persamaan 3 dibalik dan dikali 1/3 agar 2/3M3O4 pada
persamaan 2 habis. 2M3O4 + CO2 → 3M2O3 + CO ; ∆H = 1/3(+12) = +4 kJ
Selanjutnya susun dan jumlahkan reaksi seperti berikut : 2MO2 + 2CO → 2MO + 2CO2
; ∆H = -40 kJ 2MO + 2/3CO2 → 2/3M3O4 + 2/3CO ; ∆H = -4 kJ 2/3M3O4 + 1/3CO2
→ M2O3 + 1/3CO ; ∆H = +4 kJ —————————————————— +
2MO2(g) + CO → M2O3 + CO2. ∆H = -40 -4 + 4 = -40 kJ Keterangan : 2CO - (2/3CO
+ 1/3CO) = 2CO - CO = CO 2CO2 - (2/3CO2 + 1/3CO2 ) = 2CO2 - CO2 = CO2

9. 2Fe(s) + 3/2O2(g) → Fe2O3(s) ; ∆H = -839,6 kJ 2Al(s) + 3/2O2(g) → Al2O3(s) ; ∆H =


+1.680 kJ Tentukan ∆H untuk reaksi 2Al(s) + Fe2O3(s) → 2Fe(s) + Al2O3(s).
Jawab:
Reaksi yang ditanya memiliki peraksi 2Al(s) + Fe2O3(s) dan hasil 2Fe(s) + Al2O3(s).
Susun sedemikian rupa dua persamaan yang lain agar dihasilkan persamaan reaksi yang
14
ditanya. berikut tahapannya : Persamaan 1 dibalik karena kita menginginkan Fe2O3 di
sebelah kiri. Fe2O3(s) → 2Fe(s) + 3/2O2(g) ; ∆H = + 839,6 kJ ---> berubah jadi +
Persamaan 2 tidak berubah. Selanjutnya susun dan jumlahkan reaksi seperti berikut :
Fe2O3(s) → 2Fe(s) + 3/2O2(g) ; ∆H = + 839,6 kJ 2Al(s) + 3/2O2(g) → Al2O3(s) ; ∆H
= +1.680 kJ ———————————————————— + 2Al(s) + Fe2O3(s) →
2Fe(s) + Al2O3(s) ; ∆H = 839,6 + 1.680 = 2519.6 kJ

10. NH3 + air → larutan NH4OH ; ∆H = +a kal HCl + air → larutan HCl ; ∆H = +b kal
larutan NH4OH + larutan HCl → larutan NH4Cl ; ∆H = +c kal NH3 + HCl → NH4Cl ;
∆H = +d kal NH4Cl + air → larutan NH4Cl ; ∆H = +e kal Tentukan hubungan a, b, c, d,
dan e menurut Hukum Hess.
Jawab:
NH4Cl + air → larutan NH4Cl, merupakan persamaan terakhir, maka coba susun
persamaan lainnya agar diperoleh persamaan permbentukan larutan NH4Cl. Persamaan
1 tetap Persamaan 2 tetap Persamaan 3 tetap Persamaan 4 dibalik karena kita
menginginkan NH4Cl di sebelah kiri. NH4Cl → NH3 + HCl ; ∆H = -d kal ---> berubah
tanda jadi - Selanjutnya susun dan jumlahkan persamaan-persamaan reaksi tersebut
menjadi : NH3 + air → larutan NH4OH ; ∆H = +a kal HCl + air → larutan HCl ; ∆H =
+b kal larutan NH4OH + larutan HCl → larutan NH4Cl ; ∆H = +c kal NH4Cl → NH3 +
HCl ; ∆H = -d kal ————————————————————————— +
NH4Cl + air → larutan NH4Cl ; ∆H = +e kal Jadi hubungannya adalah : e = a + b + c - d

15

You might also like