Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 14

NAMA : NURUL LINTANG AMELIA

NIM : 04011381320072

ANALISIS MASALAH
1. Tn. Ambu 3 bulan yang lalu pernah dirawwat di RSUD kabupaten SIngaruju dengan
penyakit kencing manis yang memang telah bertahun-tahun dia alami. Terakhir
kunjungannya ke RSUD tersebut 1 bulan yang lalu dan setelah itu tn. Ambu dirujuk balik
ke puskesmas Merpati di desanya. PUskesmas Merpati adalah puskesmas kecamatan
dengan tenaga kesehatan dan perlatan yang lengkap dan sudah terakreditasi, sehingga
pelayanan pun dapat dilakukan secara baik. Dr. Amri adalah dr. fungsional di puskemsmas
Merpati, menerima rujuk balin tn. Ambu dan menanganinya secar baik sesuai dengan SOP
yang ada di puskesmas tersebut. Setelah lengkap melakukan pemeriksaan, dr. amri
melaporkan kasus tn. Ambu pada Mirna (pimpinan puskesmas Merpati) yang kemudian
meminta dr. Amri menangani tn. Ambu seperti yang telah biasa mereka lakukan bila ada
kasus-lasus seperti ini. Dr. Mirna meminta kepada dr. Amri untuk menangani kasus tn.
Ambu dengan memakai prinsip-prinsip pelayanan dokter keluarga.
a. Bagaimana SOP penangan kasus non infeksius (DM) setelah di rujuk balik ke
puskesmas?( lebih ke teknis pengobatan)
Pelayanan program rujuk balik adalah pelayanan kesehatan yang diberikan kepada
seseorang yang memiliki penyakit kronis dengan kondisi stabil dan masih memerlukan
asuhan perawatan dan pengobatan jangka panjang di layanan faskes pertama.
Tindak lanjut atas rujukan balik dari fasyankes tingkat dua
1. Prosedur klinis
1. Menerima kembali rujukan balik di fasyankes tingkat pertama, dari fasyankes
tingkat dua, dapat dilakukan sebagai berikut:
a. Fasyankes tingkat pertama dseharusnya sudah menerima informasi tentang
rencana rujukan balik pasien dari fasyankes terujuk, melalui perangkat
komunikasi yang tersedia (telepon radio-medik, dll).
b. Atas infromasi yang didapat dari surat rujukan balik yang diserahkan
pasien/keluarga, fasankes tingkat pertama, menyusun rencana tindak lanjut
pelayanan pasien berdasar saran-saran dalam surat jawaban rujukan balik
c. Dilakukannya pelayanan pasien rujukan balik sesuai rencana
d. Menindaklanjuti saran fasyankes rujukan yang berkaitan dengan
penyakit/masalah kesehatan pasien yang kemungkinan berkaitan ataupun
berdampak terhadap kesehatan masyarakat dan kesehatan lingkungannya
e. Dalam memantau ondisi perkembangan kesehatan pasien, maka dokter dan
tenaga keperawatan serta tenaga kesehatan lainnya di fasyankes tingkat
pertama, akan berkolaborasi dalam pelayanan tindak lanjut pasien dan
lingkungannya, baik pelayanan di fasyankes tingkat pertama ataupun tindak
lanjutnya di rumah pasien.
f. Untuk pasien rujukan balik yang harus dirujuk ulang fasyankes tingkat
pertama mempersiapkan pasien/keluarganya untuk dapat dirujuk ulang ke
fasyankes rujukan

2. Prosedur administratif
1. Dilakukan sejalan dengan prosedur teknis pada pasien rujukan balik:
a. Melengkapi catatan rekam medis dan keperawatan pasien semula saat
dirujuk, dengan:
 Catatan dari balasan surat rujukan balik fasyankes rujukan
 Catatan dari pelayanan tindak lanjut yang dilakukan fasyankes tingkat
pertama atas saran yang diberikan dalam surat balasan rujukan balik
b. Memasukkan dalam register pelayanan pasien sebagai dokumentasi serta
bahan penyusunan laporan fasyankes perujuk
c. Membuat laporan penyelenggaraan system rujukan, khususnya rujukan balik
pasien dari fasyankes dua dan lainnya
2. Data yang berhubungan dengan pengiriman pasien rujukan dan data tentang
pasien rujukan balik, akan menjadi bahan untuk melakukan evaluasi kinerja
baik secara mandiri maupun dengan bantuan supervisor, dalam rangka
perbaikan dan peningkatan kinerja.

3. Prosedur operasional
1. Setiap pasien yang dirujuk ke fasyankes yang lebih mampu perlu dipantau
kemajuan/penanganannya di fasyankes tujuan rujukan, sehingga fasyankes tingkat
pertama mengetahui kondisi pasien yang dirujuk dan berupaya untuk tahu kapan
akan dirujuk balik dari fasyankes tingkat dua, dalam kondisi bagaimana, yang
datanya dapat diperoleh dari fasyankes rujukan.
2. Dengan demikian fasyankes tingkat pertama siap menerima kembali rujukan balik
pasien yang dikirimkan sebelumnya. Fasyankes tingkat pertama bersama
fasyankes tingkat dua memfasilitasi pasien dalam proses rujukan balik pasien
3. Memfasilitasi berfungsinya system rujukan secara timbale balik
berkesinambungan melalui pemantauan penyelenggaraan rujukan pasien dan
rujukan baliknya.

Penatalaksanaan DM dimulai dengan menerapkan pola hidup sehat (terapi nutrisi medis
dan aktivitas fisik) bersamaan dengan intervensi farmakologis dengan obat
antihiperglikemia secara oral dan/atau suntikan. Obat antihiperglikemia oral dapat
diberikan sebagai terapi tunggal atau kombinasi. Pada keadaan emergensi dengan
dekompensasi metabolik berat, misalnya: ketoasidosis, stres berat, berat badan yang
menurun dengan cepat, atau adanya ketonuria,harus segera dirujuk ke Pelayanan
Kesehatan Sekunder atau Tersier.
Pengetahuan tentang pemantauan mandiri, tanda dan gejala hipoglikemia dan cara
mengatasinya harus diberikan kepada pasien. Pengetahuan tentang pemantauan mandiri
tersebut dapat dilakukan setelah mendapat pelatihan khusus.
Edukasi
Edukasi dengan tujuan promosi hidup sehat, perlu selalu dilakukan sebagai bagian dari
upaya pencegahan dan merupakan bagian yang sangat penting dari pengelolaan DM
secara holistik. Materi edukasi terdiri dari materi edukasi tingkat awal dan materi edukasi
tingkat lanjutan.
Materi edukasi pada tingkat awal dilaksanakan di Pelayanan Kesehatan Primer yang
meliputi:
1) Materi tentang perjalanan penyakit DM.
2) Makna dan perlunya pengendalian dan pemantauan DM secara berkelanjutan.
3) Penyulit DM dan risikonya.
4) Intervensi non-farmakologis dan farmakologis serta target pengobatan.
5) Interaksi antara asupan makanan, aktivitas fisik, dan obat antihiperglikemia oral atau
insulin serta obat-obatan lain.
6) Cara pemantauan glukosa darah dan pemahaman hasil glukosa darah atau urin
mandiri (hanya jika pemantauan glukosa darah mandiri tidak tersedia).
7) Mengenal gejala dan penanganan awal hipoglikemia.
8) Pentingnya latihan jasmani yang teratur.
9) Pentingnya perawatan kaki.
10) Cara mempergunakan fasilitas perawatan kesehatan.

Perilaku hidup sehat bagi penyandang Diabetes Melitus adalah memenuhi anjuran:
1) Mengikuti pola makan sehat.
2) Meningkatkan kegiatan jasmani dan latihan jasmani yang teratur
3) Menggunakan obat DM dan obat lainya pada keadaan khusus secara aman dan
teratur.
4) Melakukan Pemantauan Glukosa Darah Mandiri (PGDM) dan memanfaatkan hasil
pemantauan untuk menilai keberhasilan pengobatan.
5) Melakukan perawatan kaki secara berkala.
6) Memiliki kemampuan untuk mengenal dan menghadapi keadaan sakit akut dengan
tepat.
7) Mempunyai keterampilan mengatasi masalah yang sederhana, dan mau bergabung
dengan kelompok penyandang diabetes serta mengajak keluarga untuk mengerti
pengelolaan penyandang DM.
8) Mampu memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada.

Prinsip yang perlu diperhatikan pada proses edukasi DM adalah:


1) Memberikan dukungan dan nasehat yang positif serta hindari terjadinya kecemasan.
2) Memberikan informasi secara bertahap, dimulai dengan hal-hal yang sederhana dan
dengan cara yang mudah dimengerti.
3) Melakukan pendekatan untuk mengatasi masalah dengan melakukan simulasi.
4) Mendiskusikan program pengobatan secara terbuka, perhatikan keinginan pasien.
Berikan penjelasan secarasederhana dan lengkap tentang program pengobatan yang
diperlukan oleh pasien dan diskusikan hasil pemeriksaan laboratorium.
5) Melakukan kompromi dan negosiasi agar tujuan pengobatan dapat diterima.
6) Memberikan motivasi dengan memberikan penghargaan.
7) Melibatkan keluarga/pendamping dalam proses edukasi.
8) Perhatikan kondisi jasmani dan psikologis serta tingkat pendidikan pasien dan
keluarganya.
9) Gunakan alat bantu audio visual.

Terapi Nutrisi Medis (TNM)


TNM merupakan bagian penting dari penatalaksanaan DMT2 secara komprehensif.
Kunci keberhasilannya adalah keterlibatan secara menyeluruh dari anggota tim (dokter,
ahli gizi, petugas kesehatan yang lain serta pasien dan keluarganya). Guna mencapai
sasaran terapi TNM sebaiknya diberikan sesuai dengan kebutuhan setiap penyandang
DM.
Prinsip pengaturan makan pada penyandang DM hampir sama dengan anjuran makan
untuk masyarakat umum, yaitu makanan yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan
kalori dan zat gizi masing-masing individu. Penyandang DM perlu diberikan penekanan
mengenai pentingnya keteraturan jadwal makan, jenis dan jumlah kandungan kalori,
terutama pada mereka yang menggunakan obat yang meningkatkan sekresi insulin atau
terapi insulin itu sendiri.

Jasmani
Latihan jasmani merupakan salah satu pilar dalam pengelolaan DMT2 apabila tidak
disertai adanya nefropati. Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan jasmani dilakukan
secara secara teratur sebanyak 3-5 kali perminggu selama sekitar 30-45 menit, dengan
total 150 menit perminggu. Jeda antar latihan tidak lebih dari 2 hari berturut-turut.
Dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan glukosa darah sebelum latihan jasmani.
Apabila kadar glukosa darah <100 mg/dL pasien harus mengkonsumsi karbohidrat
terlebih dahulu dan bila >250 mg/dL dianjurkan untuk menunda latihan jasmani.
Kegiatan sehari-hari atau aktivitas sehari-hari bukan termasuk dalam latihan jasmani
meskipun dianjurkan untuk selalu aktif setiap hari. Latihan jasmani selain untuk menjaga
kebugaran juga dapat menurunkan berat badan dan memperbaiki sensitivitas insulin,
sehingga akan memperbaiki kendali glukosa darah. Latihan jasmani yang dianjurkan
berupa latihan jasmani yang bersifat aerobik dengan intensitas sedang (50-70% denyut
jantung maksimal) seperti: jalan cepat, bersepeda santai, jogging, dan berenang.
Denyut jantung maksimal dihitung dengan cara mengurangi angka 220 dengan usia
pasien. Pada penderita DM tanpa kontraindikasi (contoh: osteoartritis, hipertensi yang
tidak terkontrol, retinopati, nefropati) dianjurkan juga melakukan resistance training
(latihan beban) 2-3 kali/perminggu sesuai dengan petunjuk dokter. Latihan jasmani
sebaiknya disesuaikan dengan umur dan status kesegaran jasmani. Intensitas latihan
jasmani pada penyandang DM yang relatif sehat bisa ditingkatkan, sedangkan pada
penyandang DM yang disertai komplikasi intesitas latihan perlu dikurangi dan
disesuaikan dengan masing-masing individu.

Terapi Farmakologis
Terapi farmakologis diberikan bersama dengan pengaturan makan dan latihan jasmani
(gaya hidup sehat). Terapi farmakologis terdiri dari obat oral dan bentuk suntikan.

2. Dr. Mirna sangat yakin di keluarga tn. Ambu masih ada yang menderita kencing manis, atau
mungkin telah mengaami komplikasi-komplikasi klinis lainnya. Dr. Mirna mengingatkan
dr. Amri untuk melakukan “specific problem solving” yang berpusat pada tn. Ambu dengan
penanganan secara komprehensif dan menyeluruh melalui pendekatan keluarga. Dr. Mirna
juga mengingatkan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lainnya yang ada di puskemas
Merpati tersebut.
a. Bagaimana cara melakukan specific problem solving pada kasus? (2a teori, 2b
implementasi)
EURACT membagi dalam 6 kompetensi inti kedokteran keluarga, dengan aspek utama
adalah sebagai berikut
 Primary care management: kemampuan untuk memanajemen kontak pertama
dengan pasien; melakukan koordinasi dengan berbagai pihak dalam pelayanan
primer dan spesialis; menguasai kondisi kesehatan secara keseluruhan; menguasai
perawatan yang sesuai dan penggunaan sumber daya yang efektif; pemberian
pelayanan kesehatan yang sesuai kepada pasien dalam system kesehatan; mampu
menjadi pendamping pasien.
 Person-centred care : kemampuan untuk menciptakan hubungan baik dokter-pasien,
dan mampu mengembangkan pendekatan patient-centred dalam menghadapi
permasalahan kesehatan pasien, mampu mengaplikasikan model konsultasi yang
bersifat patient-centred, berkomunikasi dan bertindak dalam hubungan dokter-
pasien ; dapat memberikan prioritas dalam komunikasi dan hubungan dokter pasien
; menyediakan perawatan kesehatan yang continue
 Specific problem solving : kemampuan untuk menghubungkan pembuatan
keputusan yang spesifik sesuai dengan prevalensi dan insidensi kasus dalam
komunitas; membuat efektif dan efisien penggunaan intervensi diagnostik dan
terapeutik; dapat mengumpulkan, menginterpretasi dan menyimpulkan informasi
dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan tambahan kemudian mengaplikasikan dalam
rencana medis kepada pasien; menyadari ketidaksesuaian data, investigasi, toleransi
dan waktu; dapat memberikan intervensi yang urgen bila dibutuhkan; memanajemen
kondisi yang tidak menentu .
 Comprehensive approach : untuk memanajemen bermacam keluhan yang bersifat
akut maupun kronis pada seorang individu; memberikan pelayanan promotif dan
preventif; mampu mengkoordinasikan berbagai elemen perawatan preventif, kuratif,
rehabilitative pada pasien
 Community orientation : kemampuan untuk merekonsialisasikan kebutuhan
kesehatan individu pasien dan masyarakat secara seimbang dengan memanfaatkan
sumber daya yang ada
 Holistic approach ; kemampuan untuk menggunakan model pendekatan bio-psiko-
sosial dalam dimensi kultural dan eksistensial.

PRINSIP PELAYANAN DOKTER KELUARGA


1. Dokter kontak pertama (first contact) : DK adalah pemberi layanan kesehatan
(provider) yang pertama kali ditemui pasien/klien dalam masalah kesehatannya.
2. Layanan bersifat pribadi (personal care) : DK memberikan layanan yang bersifat
pribadi dengan mempertimbangkan pasiensebagai bagian dari keluarga.
3. Pelayanan paripurna (comprehensive) : DK memberikan pelayanan menyeluruh
yang memadukan promosi kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan, dan
rehabilitasidengan aspek fisik, psikologis, dansocial budaya.
4. Pelayanan bersinambungan (continuous care) : Pelayanan DK berpusat pada
orangnya (pasient-centered) bukan pada penyakitnya(diseases-centered)
5. Mengutamakan pencegahan (prevention first) : Karena berangkat dari paradigma
sehat, maka upaya pencegahan oleh DK dilaksanakansedini mungkin
6. Koordinasi dalam upaya mengatasi masalah pasien DK perlu berkonsultasi dengan
disiplin ilmulainnya
7. Kolaborasi Bila pasien membutuhkan pelayanan yang berada diluar kompetensinya,
DK bekerjasama dan mendelegasikan pengelolaan pasiennya pada pihak lain yang
berkompeten
8. Family oriented dalam mengatasi masalah DK mempertimbangkan konteks
keluarga, dampak kondisi pasienterhadap keluarga dan sebaliknya
9. Community oriented : DK dalam mengatasi masalah pasien haruslah tetap
memperhatikan dampak kondisi pasienterhadap komunitas dan sebaliknya

PELAYANAN KEDOKTERAN MENYELURUH


Disebut juga dengan comprehensive medical services.
Dalam satu keluarga terdiri dari ibu, anak, bapak, kakek, nenek, cucu, remaja, tuntutan
setiap anggota berbeda, padahal inilah sasaran pelayanan dokter keluarga.
Tidak ada upaya lain pelayanan kedokteran harus menyelengarakan pelayanan mencakup
berbagai jenis pelayanan kedokteran, populer dengan sebutan pelayanan kedokteran
menyeluruh.
Batasan:
Ditinjau dari sudut penyelengara pelayanan, menerapkan semua tatacara pelayanan:
promotive, preventive, curative, rehabilitative.
Memobilisasi semua sumber daya yang diperlukan untuk pelayanan, termasuk manusia
dan peralatan yang diperlukan.
Pelayanan ditujukan untuk memastikan kelainan organik, serta pengobatannya, juga
menyelesaikan masalah emosional pasien, masalah keluarga, lingkungan, sosio
ekonomis pasien
Ditinjau dari sudut keluarga yang dilayani:
Dilayaninya keluarga yang sedang sakit maupun yang sehat.
Dilayaninya semua kebutuhan kesehatan keluarga semua golongan umur dalam keluarga.

Karakteristik pelayanan kedokteran menyeluruh:


1. Jenis pelayanan yang diselenggarakan
Ketiga macam pelayanan dilaksanakan meliputi: pelayanan tingkat satu,tingkat dua
dan tingkat tiga. Menyelenggarakan lima macam pelayanan, menurut LEAVEL
DAN CLARK, 1953:
Health promotion = peningkatan derajat kesehatan
Specific protection = pencegahan khusus
Early diagnosis and prompt treatment = pengobatan dini & tepat.
Disability limitation = pembatasan cacat
Rehabilitation = pemulihan kesehatan
2. Tata cara pelayanan.
Pelayanan dilaksanakan tidak terkotak-kotak (fragmented) tapi terpadu (integrated),
dan dilakukan berkesinambungan (continuous) yaitu:
a. Kebutuhan pelayanan dalam keadaan sehat, sakit, yang telah sembuh dari
penyakit.
b. Pelayanan harus tersedia SETIAP SAAT
3. Pusat perhatian kepada pasien sebagai manusia seutuhnya, lengkap dengan berbagai
faktor lingkungan yang mempengaruhinya.
Ini penting bukan saja untuk mempertajam diagnosis penyakit, tapi juga waktu
mencari jalan keluar untuk mengatasi penyakitnya.
4. Pendekatan pada penyelenggaraan pelayanan
Perumusan masalah dan penetapan cara penyelesaian masalah kesehatan yang
dihadapi pasien mencakup bidang yang amat luas sekali, yang terpenting sisi fisik,
mental dan sosial, yang secara keseluruhan disebut pendekatan holistic (holistic
approaches)

MANFAAT PELAYANAN KEDOKTERAN MENYELURUH


1. Terpenuhinya berbagai kebutuhan dan tuntutan kesehatan –lebih luas
2. Memudahkan pemanfaatan pelayanan kesehatan.
3. Biaya kesehatan akan lebih terkendali.
4. Mutu pelayanan akan lebih meningkat
Di satu pihak pasien akan merasa lebih puas (patient satisfaction), dan dipihak lain
pertolongan kedokteran yang akan lebih efektif.

FAKTOR PENGHAMBAT PELAYANAN KEDOKTERAN MENYELURUH


1. Terkotak-kotaknya pelayanan kedokteran
Hal ini yang masih berlangsung dengan spesialis dan subspesialis tetap menghambat
sistem ini
2. Mahalnya biaya pelayanan kesehatan
Ini karena macam-macam factor, diantaranya inflasi, alat-alat canggih,
meningkatnya permintaan pasien terhadap pelayanan bermutu
3. Peraturan perundang-undangan yang berlaku
Peraturan ini misalnya dilarang menyediakan obat dan atau melakukan tubektomi
ditempat praktek dokter swasta perorangan akan berdampak negatif.
4. Sikap dan kemampuan dokter sebagai penyelenggara pelayanan
Enggan melakukan tindakan kedokteran apapun, lebih suka merujuk kepada
berbagai sarana pelayanan kesehatan lain.
Ada beberapa dokter lain yang tidak memiliki kemampuan ini.
5. Sikap dan perilaku pasien
Sikap pasien memilih langsung ke praktek dokter spesialis untuk setiap anggota
keluarganya.

MENYELENGGARAKAN PELAYANAN KEDOKTERAN MENYELURUH


Bagaimana menyelenggarakannya, ini ada dua macam
1. Menerapkan pendekatan institusi
Ini melalui institusi yang ada puskesmas, termasuk para dokter yang
menyelenggarakan praktek swasta, dimotivasi untuk melaksanakan pelayanan
kedokteran menyeluruh.
Cara ini tidak efisien, sebab:
a. memerlukan biaya sangat mahal
b. keterbatasan kemampuan.
Karena kemampuan setiap sarana terbatas
2. Menerapkan pendekatan system
a. Menetapkan stratifikasi pelayanan kesehatan
Untuk Indonesia ada tiga: tingkat pertama, kedua, dan ketiga
b. Menetapkan tanggung jawab dan wewenang tiap strata
Sesuai dengan kemampuan yang dimiliki, tiap strata berbeda T.J
Strata pertama adalah pelayanan tingkat pertama (primary health care services),
misalnya puskesmas, dokter praktek umum, poliklinik umum
Strata kedua adalah pelayanan kesehatan tingkat dua (secondary health care
services), misalnya praktek dokter spesialis.
Strata ketiga adalah pelayanan kesehatan tingkat ketiga (tertiary health care
services), misalnya Rumah sakit.
c. Menetapkan mekanisme kerja sama antar strata
Sekarang yang diterapkan adalah konsultasi (consultation) dan rujukan (referral).
Pengertian pelayanan kedokteran menyeluruh terletak pada tanggung jawab
(responsibility) dokter keluarga, bukan berarti dokter keluarga dapat
menyelenggarakan semua jenis pelayanan tersebut.

Pengertian pelayanan terpadupun sama DK hanya tanggung jawabnya.


Pengertian pelayanan berkesinambungan bukan berarti DK 24 jam berada disitu tapi
kerja sama dalam satu kelompok dengan DK lain.
Untuk dapat menjamin tetap terselenggaranya pelayanan kedokteran menyeluruh ada tiga
syarat:
1. Membina hubungan dokter pasien yang baik (doctor patient relationship).
Dengan hubungan baik berbagai kebutuhan dan tuntutan dapat diketahui, dan latar
belakang sosial, budaya, ekonomi, lingkungan hidup serta berbagai faktor lainnya.
Hubungan tersebut bukan perorangan tapi dokter dengan keluarga keseluruhan.
2. Memahami berbagai sumber kesehatan yang ada dimasyarakat (health resources)
Mekanismenya tentunya dengan konsultasi dan rujukan
3. Minat terhadap perkembangan IT kedokteran
Dengan demikian diharapkan meningkatnya kemampuan secara berkesinambungan
dan berbagai pelayanan pun dapat telayani.

b. Bagaimana penanganan secara koprhensif dan menyeluruh melalui pendekatan keluarga


pada kasus? (DMnya pak Ambu. Berbeda dengan soal 1d, soal ini focus ke komprehensif
dan menyeluruhnya)
Pengendalian Diabetes Melitus Secara Terintegrasi dan Komprehensif Berdasarkan
Upaya Pencegahan
Upaya Primer Sekunder Sekunder Tertier
Pencegahan
Sasaran Populasi Sehat Populasi Risiko Kasus DM dan PM Kasus Komplikasi
pada Diabetes DM
Kegiatan - Penggerakan - Penggerakan - Penggerakan - Pelayanan
Pokok peran serta peran serta peran serta spesialistik dan
Pengendalian masyarakat masyarakat dalam masyarakat dalam sub spesialistik
Diabetes dan dalam PHBS deteksi dan tindak deteksi dan tindak efisien dan
lanjut dari faktor lanjut dini kasus efektif pasien
risiko DM dan DM dan PM dengan
PM komplikasi DM
dan PM di rumah
sakit
Penyakit - Peningkatan - Peningkatan - Penatalaksanaan - Perawatan kaki
Metabolik PHBS PHBS di setiap kasus DM dan PM diabetes
(peningkatan tatanan kehidupan secara rasional
aktivitas, tidak oleh dokter umum
merokok, diet - Tindak lanjut dini di Yandas - Perawatan DM
kalori seimbang) kasus faktor dan PM di rumah
di setiap tatanan risiko berbasis (Home Care)
kehidupan UKBM

- Monitoring/ - Penatalaksanaan - Pelayanan


- KIE DM dan PM
deteksi dini dan kasus faktor spesialistik efisien
melalui
tindak lanjut risiko DM dan dan efek pasien
kunjungan rumah
faktor risiko DM PM secara DM dan PM di
(Home Visit)
dan PM berbasis rasional oleh rumah sakit
UKBM dokter umum di
Yandas

- KIE faktor risiko - Monitoring/


- KIE pasien dan
DM dan PM di deteksi dini kasus - Mencegah
keluarga pasie DM
setiap tatanan DM dan PM kecacatan akibat
dan PM
kehidupan Berbasis UKBM DM dan PM
dan Yandas
Tujuan/ - Mencegah - Mencegah - Mencegah adanya - Mencegah
Manfaat timbulnya faktor terjadinya DM komplikasi DM kematian akibat
risiko DM dan dan PM dan PM DM dan PM
PM
- Mawas diri - Mawas diri - Mawas diri - Direktorat
terhadap faktor terhadap terhadap Jenderal
risiko DM dan terjadinya DM komplikasi DM Pelayanan Medik
PM dan PM dan PM
Koordinator/ - Direktorat - Direktorat - Direktorat - Direktorat
Penanggung Jenderal Jenderal Jenderal Jenderal
Jawab Pengendalian Pengendalian Pelayanan Medik Pelayanan Medik
Penyakit & Penyakit &
Penyehatan Penyehatan
Lingkungan Lingkungan
Jejaring Kerja Penanggung jawab adalah pengelola program pengendalian DM dan PM di setiap administrasi
pemerintahan khususnya sektor kesehatan.
Kemitraan: Lintas program terkait, Lintas sektor terkait, organisasi profesi seperti PERKENI,
PEDI, Perguruan Tinggi, kelompok masyarakat aktif, organisasi masyarakat, masyarakat
swasta.
DAFTAR PUSTAKA

Buku Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia 2015.
PERKENI)

Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular, Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit


dan Penyehatan Lingkungan, Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2008.
Pedoman Pengendalian Diabetes Melitus dan Penyakit Metabolik. Bakti Husada.
Jakarta.

You might also like