Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 25

LAPORAN PRAKTIKUM GEOMAGNETIK

FAST FOURIER TRANSFORM (FFT) & PEMODELAN 2,5 D

Oleh :

RIZAL DHANESWARA
115.160.016
KELOMPOK 05

LABORATORIUM GEOFISIKA EKSPLORASI


JURUSAN TEKNIK GEOFISIKA
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2018
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM GEOMAGNETIK
FAST FOURIER TRANSFORM (FFT) & PEMODELAN 2,5 D

Laporan ini disusun sebagai syarat mengikuti Praktikum Geomagnetik


selanjutnya, tahun ajaran 2018/2019, Jurusan Teknik Geofisika, Fakultas
Teknologi Mineral, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta.

Disusun Oleh:

RIZAL DHANESWARA
115.160.016
KELOMPOK 6

Yogyakarta, 13 Maret 2018

Disahkan oleh:

ACC 1

Asisten Geomagnetik

LABORATORIUM GEOFISIKA EKSPLORASI


PROGRAM STUDI TEKNIK GEOFISIKA
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2018

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas karunia dan hidayah-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum Geomagnetik ini dengan sebaik
mungkin. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan
besar kita, Nabi Muhammad SAW yang telah mencurahkan kepada kita semua
jalan yang lurus serta agaman islam yang sempurna bagi seluruh alam semesta.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak yang telah
membantu dalam proses pengerjaan laporan ini. Adapun guna dari laporan ini
ialah dapat menuntun kami agar sukses dan sebagai langkah awal untuk
menggapai semua impian kami masing-masing.
Penulis menyadari dalam pembuatan laporan praktikum Geomagnetik ini
masih jauh dari kata sempurna, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun agar laporan selanjutnya jauh lebih baik lagi. Semoga
laporan ini bermanfaat untuk para pembaca dan saya sendiri.

Yogyakarta, 13 Maret 2018

Rizal Dhaneswara

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. ii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ vi
DAFTAR TABEL ............................................................................................... vii

BAB I. PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang ...........................................................................................1
1.2 MaksuddanTujuan .....................................................................................2

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Geologi Regional ......................................................................................3
2.2 Petroleum System Perth Basin ...................................................................5

BAB III. DASAR TEORI


3.1 Metode Magnet Bumi ...............................................................................8
3.2 Medan Magnet Bumi ................................................................................9
3.3 Variasi Medan Magnet ...........................................................................10
3.4 Komponen Magnet Bumi .......................................................................11
3.5 Sifat-Sifat Kemagnetan Bumi .................................................................13
3.6 Akuisisi Data Metode Geomagnetik (Base Rover & Satu Alat).............14
3.7 Aeromagnetic ..........................................................................................15
3.8 Fast Fourier Transform ..........................................................................16
3.9 Permodelan 2,5 D ...................................................................................17

BAB IV. METODOLOGI PENELITIAN


4.1 Diagram Alir Pengolahan Data...............................................................19
4.2 Pembahasan Diagram Alir ......................................................................20

iv
BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Peta TMI .................................................................................................21
5.2 Peta RTP .................................................................................................22
5.3 Peta RTE. ................................................................................................23
5.4 Peta Upward Continuation .....................................................................24
5.5 FFT (Grafik FFT dan Tabel Kedalaman). ..............................................25
5.6 Permodelan 2,5 D ...................................................................................27

BAB VI. PENUTUP


6.1 Kesimpulan .............................................................................................29
6.2 Saran .......................................................................................................24

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
A. LEMBAR KONSULTASI
B. TABEL PENGOLAHAN DATA SEMUA KELOMPOK
C. TABEL SUSEPTIBILITAS
D. LEMBAR PENILAIAN LAPORAN KELAS

v
DAFTAR GAMBAR.

Gambar 2.1 Peta Geologi ............................................................................. 6


Gambar 3.1 Tiga Elemen Medan Magnet Bumi .......................................... 11
Gambar 3.2 Sebelum direduksi dan setelah direduksi .................................. 6
Gambar 3.3 RTP ........................................................................................... 6
Gambar 4.1 Diagram Alir Pengolahan Data ................................................ 19
Gambar 5.1 Grafik Hvar Vs Waktu .............................................................. 22
Gambar 5.2 Grafik Ha vs Posisi ................................................................... 23
Gambar 5.3 Peta Tmi ................................................................................... 24
Gambar 5.4 Peta RTE, RTP, dan pseudogravity .......................................... 25
Gambar 5.5 Peta Gradient Horizontal......................................................... 24

vi
DAFTAR TABEL

Tabel 5.1 Tabel pengolahan data .................................................................... 21

vii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Ilmu geofisika ialah salah satu bidang ilmu yang mempelajari kondisi
lapisan bawah permukaan bumi dengan menerapkan konsep- konsep fisika serta
geologi. Dalam penelitian melibatkan pengukuran di permukaan bumi dan aspek-
aspek fisis dalam batuan dibawah permukaan (Santoso,2002). Eksplorasi
geofisika dibagi menjadi 2 jenis metode, yaitu metode aktif dan pasif. Dalam
penelitian ini menggunakan metode geomagnetik yang termasuk metode pasif
dengan prinsip memanfaatkan sifat kemagnetan pada batuan di bawah permukaan
bumi. Perbedaan sifat magnetik ini tergantung suseptibilitas dari masing-masing
batuan. Nilai suseptibilitas akan semakin besar jika batuan tersebut memiliki
kandungan mineral magnetik yang banyak.
Pada saat akuisisi dengan geomagnetik terdapat 3 cara yaitu satu alat, base
rover, dan gradien vertikal. Dalam penelitian ini akan menggunakan metode base
rover. Menggunakan 2 alat PPM pada saat pengukuran, dimana satu alat berfungsi
sebagai pengukuran base yang bebas dari noise untuk mencari nilai variasi harian.
Sedangkan alar satunya sebagai rover untuk mencari nilai medan magnet total
pada setiap lintasan.
Dalam pengolahan data geomagnetik dapat dilakukan filtering, yang
berarti memilah atau menyaring data sesuai target yang diinginkan. Filtering
dibagi menjadi 2 jenis yaitu Reduce to Pole (RTP) dan Reduce to Equator (RTE).
Masing-masing filtering tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan sesuai
parameter yang diinginkan. Dari peta RTP dapat dilakukan sayatan yang
kemudian membuat Grafik FFT untuk menganalisa kedalaman anomali regional
atau anomali lokal.

1
2.1. Maksud dan Tujuan
Maksud dari penelitian ini untuk memahami dan mengetahui konsep
pengolahan data metode geomagnetik dan analisa kedalaman menggunakan grafik
FFT. Adapun tujuan dari penelitian ini ialah dapat membuat peta TMI, RTE, RTP,
dan Upward Continuation. Dapat membuat sayatan pada peta RTP yang
kemudian diperoleh grafik analisa FFT untuk dilakukan analisa kedalaman.

2
BAB IV
METODE PENELITIAN

4.1. Diagram Alir Pengolahan Data


Mulai

Data Lapangan

Oasis Montaj

Peta TMI

Peta Reduce to Pole

Sayatan peta Reduce to Pole

Surfer

MATLAB

Microsoft Excel Grafik Analisa


FFT

Oasis Montaj

Analisa & Pembahasan

Kesimpulan

Selesai

Gambar 4.1. Diagram Alir Pengolahan Data

17
4.2 Pembahasan Diagram Alir Pengolahan Data

Diagram pengolahan data merupakan seluruh rangkaian atau urutan


pengolahan data dari awal berupa input data sampai dihasilkan peta medan
magnet. Berikut ini merupakan urutan secara rinci rangkaian pengolahan data:
1. Melakukan input data lapangan ke Microsoft Excell yang kemudian diolah
sesuai rumus yang ditentukan. Menghitung nilai variasi harian yang
disebabkan oleh pengaruh medan magnet luar
2. Selanjutnya menghitung nilai medan magnet anomali setelah dilakukan
beberap koreksi. Nilai ini merupakan target yang dicari karena dapat
menandakan litologi batuan. Suatu medan magnet dapat dipengaruhi oleh
mineral logam yang ada pada batuan tersebut.
3. Setelah didapatkan nilai medan magnet anomali, dapat dibuat peta TMI
menggunakan software Oasis Montaj. Peta TMI ini merupakan peta dari
persebaran anomali medan magnet pada daerah tersebut.
4. Kemudian dapat membuat peta Reduce to Pole yang mengibaratkan titik
pengukuran dipindah ke daerah kutub magnetik. Juga dapat membuat peta
Reduce to Equator yang mengasumsikan latitude medan magnet yang
rendah tepat diatas anomali.
5. Melakukan sayatan pada daerah yang ingin diketahui kedalaman pada
lintasan tersebut dengan kondisi geologi bawah permukaannya. Peta yang
digunakan untuk sayatan berupa peta RTP yang telah dilakukan Upward
Continuation.
6. Menggunakan software surfer untuk medapatkan data berformat .dat.
Karena software matlab hanya dapat membuka file berformat .dat.
7. Langkah selanjutnya membuat grafik FFT dengan software excell. Grafik
ini untuk mendapatkan kedalaman medan magnet anomali lokal maupun
regional.
8. Melakukan analisa berdasarkan hasil yang didaptakan dari beberapa peta
dan grafik FFT. Kemudian diambil kesimpulan berdasarkan penelitian.

18
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Geologi Regional


Perth merupakan kota yang terletak di pesisir pantai dan merupakan kota
terbesar di negara Australia. Perth terletak di bagian tenggara negara Australia.
Australia terletak di garis lintang 10o 41'LS sampai garis lintang 43o 39'LS dan garis
bujur 113o 09'BT sampai garis bujur 153o 39'BT.
Berikut adalah formasi dari Perth Basin:

Gambar 2.1. Formasi Perth Basin

3
Berikut adalah stratigrafi dari Perth Basin:

Gambar 2.2. Stratigrafi Perth Basin

4
Perth merupakan bagian dari pesisir pantai Swan dimana Perth Basin berada.
Perth Basin berkembang dari batuan sedimen yang diselimuti sedimen yang terbentuk
sejak era Kenozoikum dan terbentuk karena lingkungan alluvial dan aeolian. Daerah
ini dibatasi oleh patahan Urella dan Darling pada sebelah timur dan sistem patahan
Beagle pada sebelah barat yang membatasi Perth Basin dengan batuan beku dari
Yilgarn Craton. Batuan granit dan gneiss dari Yilgarn Craton merupakan batuan
tertua pada lingkungan ini. Batuan tersebut terbentuk pada era Arkean. Terdapat juga
intrusi dolerite dike yang terbentuk pada eon Proterozoikum. Perth Basin secara
lateral terdiri dari sedimen yang terbentuk pada periode Perm sampai Cretaceous.
Terdapat lembah pada Perth Basin yangdiendapkan oleh sedimen yang berasal dari
kontinen.
Terlihat bahwa Perth Basin didominasi oleh batupasir, namun pada periode
Prekambrium didapati batuan kristalin. Kehadiran dominasi batupasir dijumpai sejak
periode Tersier pada fasies fluvial. Selain itu dijumpai juga sisipan-sisipan
batugamping dan batulempung pada formasi Cadda. Terlihat juga adanya
ketidakselarasan pada beberapa formasi di Perth Basin.

2.2. Petroleum System Perth Basin


Petroleum system merupakan sebuah sistem yang dapat menjelaskan interaksi
dan akumulasi dari bagian-bagian pada pembentukan hidrokarbon. Unsur-unsur dari
sistem tersebut adalah source rock, cap/seal rock, reservoir rock, trap, dan migration.
Seperti namanya, source rock merupakan batuan yang dapat menghasilkan
hidrokarbon dan menjadi sumber dalam petroleum system. Selanjutnya adalah
cap/seal rock yang merupakan batuan yang menjadi “tutup” dari reservoir. Lalu
reservoir rock, reservoir rock merupakan batuan yang permeabel dan porus sehingga
dapat menyimpan hidrokarbon. Sedangkan trap adalah cebakan hidrokarbon tersebut
dan migration adalah jalur kemana hidrokarbon bergerak.
Pada Perth Basin, terdapat batuan sedimen berupa batupasir dan batulempung
yang mendominasi formasi-formasi pada stratigrafi basin. Batupasir adalah batuan
yang lebih porus dan permeabel dibandingkan batulempung, sehingga dapat disinyalir

5
formasi Cattamara hingga Woodada merupakan reservoir. Salah satu konsep
mengenai petroleum system adalah bahwa source rock selalu berada di bawah
reservoir rock karena buoyancy atau daya apung dari hidrokarbon yang pasti akan
bergerak ke atas. Maka itu, source rock yang memiliki unsur-unsur hidrokarbon dapat
diindikasikan berada di bawah formasi Woodada yaitu formasi Kockatea.
Batulempung yang berada di formasi Kockatea mengalami proses transportasi yang
lebih jauh dibandingkan batupasir dan berada lebih jauh dari sumber batuan asalnya.
Hal ini menyebabkan batulempung dapat membawa unsur-unsur organik bersamanya
sehingga dapat menjadi source rock. Cap rock merupakan “tutup” dari reservoir,
sehingga sifat batuan harus impermeabel dan nonporus. Batuan dengan sifat ini
ditemukan pada formasi Cadda yang memiliki batugamping di dalamnya. Maka itu
dapat diindikasikan bahwa batgamping pada formasi Cadda merupakan cap rock pada
sistem ini. Sedangkan trap pada sistem ini dapat ditinjau dari struktur dari basin yang
dimaksud. Struktur dapat ditinjau dari peta TMI dan peta geomagnetik lainnya. Trap
akan dibahas pada Bab V, yaitu bab pembahasan.

6
BAB III
DASAR TEORI

3.1. Metode Magnet Bumi


Metode Geomagnet merupakan salah satu metode geofisika yang paling
tua digunakan oleh manusia dalam menemukan jenis-jenis yang tersembunyi di
bawah permukaan bumi dengan memanfaatkan sifat kemagnetan batuan. Bumi
dipandang sebagai dipole (kutub utara dan selatan magnetik) yang mempunyai
medan magnet tidak konstan, artinya besar medan magnet tersebut berubah
terhadap waktu. Hal ini terjadi karena adanya pembalikan kutub magnetik bumi.
Pada waktu tertentu kutub positif berubah menjadi kutub negatif. Pada saat
perubahan kutub-kutub tersebut dalam selang waktu tertentu harus melalui
kondisi netral. Pada metode Geomagnet hasil yang ditunjukkan berupa anomali
sisa berupa variasi besaran yang mengandung fraksi mineral magnetik pada
batuan dekat permukaan.

3.2. Medan Magnet Bumi


Medan magnet bumi dapat didefinisikan sebagai sebuah dipole magnet
batang dimana di sekitar dipole tersebut terdapat garis gaya magnet yang seolah-
olah bergerak dari kutub positif ke kutub negatif. Yang menjadi sumber utama
proses magnetisasi batuan adalah medan magnet bumi. Medan Magnet bumi juga
dapat didefinisikan sebagai harga kemagnetan dalam bumi. Medan magnet
dihasilkan dari arus listrik yang mengalir dalam inti bumi.
Medan magnetik utama bumi H dapat dinyatakan dengan meggunakan
sistem koordinat geografis dengan X berarah ke utara, Y ke timur dan Z ke
bawah. Berdasarkan kesepakatan internasional di bawah pengawasan
Internasional Association Geomagnetism and Aeronomy (IAGA). Deskripsi
matematis ini dikenal sebagai medan magetik utama bumi dar IGRF
(International Geomagnetics Reference Field) harga medan magnetik utama bumi
dari IGRF di perbaharui tiap 5 tahun sekali.
Intensitas komponen horizontal medan magnetik bumi dapat dinyatakan
dengan

7
=√ 2 + 2 (3.1)

Sedang intensitas medan magnetik utama bumi dinyatakan dengan:

𝐹=√ 2 + 2 + 2 (3.2)

Selain itu medan magnet bumi juga mempunyai parameter fisis, lainnya
yaitu sudut inkliasi dan sudut deklinasi. Sudut inklinasi dinyatakan dengan:

= 𝑟𝑐𝑡 𝑛 √ 2+ 2
(3.3)

Sudut inkliasi positif di bawah bidang horizontal dan negatif di atas bidang
horizontal. Sedangkan sudut deklinasi positif ke arah timur geografis dan negatif
ke arah barat geografis. Sudut deklinasi deklinasi dinyatakan dengan:

𝐷 = 𝑟𝑐𝑡 𝑛 √ 2+ 2
(3.4)

Medan Magnet bumi terdiri dari tiga bagian, yaitu:


1. Medan Magnet Utama
Pengaruh medan utama magnet bumi ± 99% yang disebabkan karena bumi
itu sendiri merupakan magnet yang sangat besar dan variasinya terhadap waktu
sangat lambat dan kecil. Medan magnet utama bumi berubah terhadap waktu.
Untuk menyeragamkan nilai-nilai medan utama magnet bumi, dibuat standar nilai
yang disebut International Geomagnetics Reference Field (IGRF) yang
diperbaharui setiap 5 tahun sekali. Nilai-nilai IGRF tersebut diperoleh dari hasil
pengukuran rata-rata pada daerah luasan sekitar 1 juta km2 yang dilakukan dalam
waktu satu tahun. Untuk periode 2005-2010, dimana penelitian yang dilakukan
termasuk dalam jangkauan periode ini, intensitas medan magnet bumi berkisar
antara 25000-65000 nT, untuk wilayah Indonesia yang terletak di utara
khatulistiwa mempunyai intensitas sekitar 40000 nT dan di selatan katulistiwa
berkisar 45000 nT.

8
2. Medan Magnet Luar
Pengaruh medan luar berasal dari pengaruh luar bumi (aktivitas
matahari,badai magnetik) yang merupakan hasil ionisasi di atmosfer yang
ditimbulkan oleh sinar ultraviolet dari matahari. Karena sumber medan luar ini
berhubungan dengan arus listrik yang mengalir dalam lapisan terionisasi di
atmosfer, maka perubahan medan ini terhadap waktu jauh lebih cepat. Beberapa
sumber medan luar antara lain:
1. Perubahan konduktivitas listrik lapisan atmosfer dengan siklus 11
tahun.
2. Variasi harian dengan periode 24 jam yang berhubungan dengan
pasang surut matahari dan mempuyai jangkau 30 nT.
3. Variasi harian dengan periode 25 jam yang berhubungan dengan
pasang surut bulan dan mempunyai jangkau 2 nT.
4. Badai Magnetik yang bersifat acak dan mempuyai jangkau sampai
dengan 1000 nT.
3. Medan Magnet Lokal/ Pengaruh Anomali
Medan magnet anomali sering juga disebut medan magnet lokal (crustal
field). Medan magnet ini dihasilkan oleh batuan yang mengandung mineral
bermagnet seperti magnetite, titanomagnetite dan lain-lain yang berada di kerak
bumi.

3.3. Variasi Medan Magnet


Intensitas medan magnetik yang terukur di atas permukaan bumi
senantiasa mengalami perubahan terhadap waktu. Perubahan medan magnetik ini
dapat terjadi dalam waktu yang relatif singkat ataupun lama. Berdasarkan faktor-
faktor penyebabnya perubahan medan magnetik bumi dapat terjadi antara lain:
1. Variasi sekuler
Variasi sekuler adalah variasi medan bumi yang berasal dari variasi medan
magnetik utama bumi, sebagai akibat dari perubahan posisi kutub magnetik bumi.
Pengaruh variasi sekuler telah diantisipasi dengan cara memperbarui dan
menetapkan nilai intensitas medan magnetik utama bumi yang dikenal dengan
IGRF setiap lima tahun sekali.

2. Variasi harian
Variasi harian adalah variasi medan magnetik bumi yang sebagian besar
bersumber dari medan magnet luar. Medan magnet luar berasal dari perputaran

9
arus listrik di dalam lapisan ionosfer yang bersumber dari partikel-partikel
terionisasi oleh radiasi matahari sehingga menghasilkan fluktuasi arus yang dapat
menjadi sumber medan magnet. Jangkauan variasi ini hingga mencapai 30 gamma
dengan periode 24 jam. Selain itu juga terdapat variasi yang amplitudonya
berkisar 2 gamma dengan periode 25 jam. Variasi ini diasosiasikan dengan
interaksi ionosfer bulan yang dikenal dengan variasi harian bulan (Telford, 1976).
3. Badai Magnetik
Badai magnetik adalah gangguan yang bersifat sementara dalam medan
magnetik bumi dengan magnetik sekitar 1000 gamma. Faktor penyebabnya
diasosiasikan dengan aurora. Meskipun periodenya acak tetapi kejadian ini sering
muncul dalam interval sekitar 27 hari, yaitu suatu periode yang berhubungan
dengan aktivitas sunspot (Telford, 1976). Badai magnetik secara langsung dapat
mengacaukan hasil pengamatan.
Variasi medan magnetik yang terukur di permukaan merupakan target dari
survei magnetik (anomali magnetik). Besarnya anomali magnetik berkisar
ratusaan sampai dengan ribuan nano-tesla, tetapi ada juga yang yang lebih besar
dari 100.000 nT yang berupa endapan magnetik. Secara garis besar anomali ini
disebabkan oleh medan magnetik remanen dan medan magnet induksi. Medan
magnet remanen mempunyai peranan yang besar pada magnetisasi batuan yaitu
pada besar dan arah medan magnetnya serta sangat rumit diamati karena berkaitan
dengan peristiwa kemagnetan yang dialami sebelumnya. Sisa kemagnetan ini
disebut dengan Normal Residual Magnetismyang merupakan akibat dari
magnetisasi medan utama.
Anomali yang diperoleh dari survei merupakan hasil gabungan dari
keduanya, bila arah medan magnet remanen sama dengan arah medan magnet
induksi maka anomalinya bertambah besar, demikian pula sebaliknya. Dalam
survei geomagnet, efek medan remanen akan diabaikan apabila anomali medan
magnet kurang dari 25% medan magnet utama bumi. (Telfrod, 1979).

3.4. Komponen Medan Magnet


Medan magnet bumi terkarakterisasi oleh parameter fisis atau disebut juga
elemen medan magnet bumi, mempunyai tiga arah utama yaitu komponen arah
utara, komponen arah timur dan komponen ke arah bawah. Pada koordinat

10
kartesian ketiga komponen tersebut dinyatakan X, Y, Z. Elemen-elemen isinya
adalah :
1. Deklinasi (D) adalah sudut utara magnet bumi dengan komponen
horisontal yang dihitung dari utara menuju timur (sudut antara utara
geomagnet dan utara geografis).
2. Inklinasi (I) adalah sudut antara medan magnet total dengan bidang
horisontal yang dihitung dari horisontal menuju ke bidang vertikal ke
bawah (sudut antara bidang horizontal dan vektor medan total).
3. Intensitas horisontal (H) adalah magnitudo dari medan magnet total pada
arah horizontal.
4. Medan magnet total adalah magnitudo dari medan vektor magnet total.
Di beberapa literatur deklinasi disebut juga variasi harian kompas dan
inklinasi disebut dip. Bidang vertikal yang berimpit dengan arah dari medan
magnet
disebut meridian magnet.

Gambar 3.1. Elemen Magnetik Bumi

3.5. Sifat-Sifat Kemagnetan Bumi


Kutub utara bumi yang selama ini merupakan kutub utara dari magnet
bumi begitupun dengan kutub selatan. Kutub selatan merupakan kutub selatan
magnet bumi. Namun demikian, kutub magnet bumi tidak berimpit dengan
kutub bumi secara geografis.
Di antara keduanya terdapat sudut yang menyebabkan garis-garis gaya
magnet bumi tidak tepat berada di kutub utara dan selatan bumi secara geografis,
tetapi sedikit mnyimpang. Garis gaya magnet bumi ini tidak selalu sejajar dengan
permukaan bumi. Ketidaksejajaran ini membentuk sudut yang disebut sudut
inklinasi. Dengan kata lain, sudut inklinasi dapat diartikan sebagai sudut yang

11
dibentuk oleh medan magnet bumi dengan garis horizontal. Besarnya sudut
inklinasi di setiap permukaan bumi memiliki besar yang berbeda-beda. Dan sudut
inklinasi tersebut berada di daerah kutub utara dan kutub selatan bumi. Di dalam
batuan juga memiliki sifat kemagnetan, di antaranya:
1. Diamagnetik
Dalam batuan diamagnetik atom -atom pembentuk batuan mempunyai
kulit elektron berpasangan dan mempunyai spin yang berlawanan dalam tiap
pasangan. Jika mendapat medan magnet dari luar orbit, elektron tersebut akan
berpresesi yang menghasilkan medan magnet lemah yang melawan medan magnet
luar tadi mempunyai suseptibilitas k negatif dan kecil dan suseptibilitas k tidak
tergantung dari pada medan magnet luar. Contoh : bismuth, grafit, gypsum,
marmer,
kuarsa, garam.

Gambar 3.2. Diamagnetik

2. Paramagnetik
Di dalam paramagnetik terdapat kulit elektron terluar yang belum jenuh
yakni ada elektron yang spinnya tidak berpasangan dan mengarah pada arah spin
yang sama. Jika terdapat medan magnetik luar, spin tersebut berpresesi
menghasilkan medan magnet yang mengarah searah dengan medan tersebut
sehingga memperkuatnya.
Akan tetapi momen magnetik yang terbentuk terorientasi acak oleh agitasi
termal, oleh karena itu bahan tersebut dapat dikatakan mempunyai sifat:
suseptibilitas k positif dan sedikit lebih besar dari satu. Suseptibilitas k bergantung
pada temperatur. Contoh: piroksen, olivin, garnet, biotit, amfibolit dll.
Dalam benda-benda magnetik, medan yang dihasilkan oleh momen-
momen magnetik atomik permanen, cenderung untuk membantu medan luar,
sedangkan untuk dielektrik-dielektrik medan dari dipole-dipole selalu cenderung

12
untuk melawan medan luar, apakah dielektrik mempunyai dipole-dipole yang
terinduksi
atau diorientasikan.

Gambar 3.3. Paramagnetik

3. Ferromagnetik
Terdapat banyak kulit elektron yang hanya diisi oleh suatu elektron
sehingga mudah terinduksi oleh medan luar.keadaan ini diperkuat lagi oleh
adanya kelompok-kelompok bahan berspin searah yang membentuk dipole-dipole
magnet (domain) mempunyai arah sama, apalagi jika di dalam medan magnet
luar.
Ferromagnetik mempunyai sifat suseptibilitas k positif dan jauh lebih
besar dari satu dan suseptibilitas k bergantung dari temperatur. Contoh: besi,
nikel,
kobalt.

Gambar 3.4. Ferromagnetik

4. Antiferromagnetik
Pada bahan antiferromagnetik domain-domain tadi menghasilkan dipole
magnetik yang saling berlawanan arah sehingga momen magnetik secara
keseluruhan sangat kecil. Bahan antiferromagnetik yang mengalami cacat kristal
akan mengalami medan magnet kecil dan susseptibilitasnya seperti pada bahan
paramagnetik suseptibilitas k seperti paramagnetik, tetapi harganya naik sampai
dengan titik currie kemudian turun lagi menurut hukum currie-weiss. Contoh:
hematite (Fe2O3).

13
Gambar 3.5. Antiferromagnetik

5. Ferrimagnetik
Pada bahan ferrimagnetik domain-domain tadi juga saling antiparalel
tetapi jumlah dipole pada masing-masing arah tidak sama sehingga masih
mempunyai resultan magnetisasi cukup besar. Suseptibilitasnya tinggi dan
tergantung
temperatur. Contoh: magnetit (Fe3O4), ilmenit (FeTiO3), pirhotit (FeS).

Gambar 3.6. Ferrimagnetik

3.6. Akuisisi Data Metode Magnetik (Base Rover)


Dalam akusisi data Geomagnetik dapat dilakukan dengan beberapa cara
yaitu secara satu alat (looping), baserover, dan gradien vertikal. Perbedaan dalam
beberapa cara tersebut hanya ditekankan dalam pengunaan instrumen dalam
pengukuran.
1. Satu Alat (Looping)
Pengukuran yang dimulai dari base dan diakhiri di base lagi. Pengukuran
satu alat ini hanya menggunakan satu alat PPM seri G-856 yang menjadi base dan
rover. Dimana sekaligus pengukuran looping ini mencatat nilai variasi harian dan
intensitas medan magnet total.

Gambar 3.7. Ilustrasi Pengukuran Satu Alat (Looping)

14
2. Base – Rover
Pengukuran yang menggunakan minimal dua buah alat PPM seri G-856
atau lebih, dimana satu buah untuk pengambilan data base yang penempatan alat
PPM tersebut dipasang pada tempat yang bebas dari noise guna mencatat nilai
variasi harian dan tetap sedangkan satunya untuk pengambilan data di lapangan
guna
mencatat intensitas medan total dari tiap lintasan.

Gambar 3.8. Ilustrasi Pengukuran Base Rover

3. Gradien Vertikal
Untuk pengukuran Gradien vertikal secara pengukurannya sama dapat
dilakukan secara Satu Alat atau Base Rover, hanya saja perbedaannya pada
pemakaian sensor. Jumlah sensor yang digunakan 2 buah sensor. Biasanya untuk
pemetaan medan magnet total dan variasi gradien vertikal medan magnet.
Untuk Pengukuran Geomagnetik itu sendiri yang secara valid, umum,
standar dalam pengukurannya yaitu menggunakan BaseRover. Sedangkan untuk
satu alat dan gradien vertikal jarang digunakan dalam pengukuran secara umum.
Gradien vertikal juga hanya digunakan pengukuran untuk mengetahui batas
litologi suatu lapangan saja.

3.7. Aeromagnetic
Survei geomagnetik dalam eksplorasi barang tambang biasanya dilakukan
di darat dan diudara. Survei geomagnetik di udara biasanya dilakukan untuk
memetakan daerah yang luas. Alat yang digunakan biasanya adalah flux-gate
magnetometer, nuclear precession. Kepekaan alat yang dipergunakan biasanya
lebih tinggi (1-5 gamma) daripada yang dipergunakan di darat (10-20 gamma).
Pada survei ini biasanya menggunakan helikopter yang dipasang sensor flux-gate
magnetometer pada tali sepanjang 30 m, karena menggunakan pesawat atau

15
helikopter sehingga biaya penyelidikan dari udara jauh lebih mahal.

3.1. Fast Fourier Transform


Transformasi Fourier adalah suatu model transformasi yang memindahkan
domain spasial atau domain waktu menjadi domain frekuensi.Transformasi
Fourier merupakan suatu proses yang banyak digunakan untuk memindahkan
domain dari suatu fungsi atau obyek ke dalam domain frekuensi.
Di dalam pengolahan citra digital, transformasi fourier digunakan untuk
mengubah domain spasial pada citra menjadi domain frekuensi. Analisa-analisa
dalam domain frekuensi banyak digunakan seperti filtering.
Dengan menggunakan transformasi fourier, sinyal atau citra dapat dilihat
sebagai suatu obyek dalam domain frekuensiFFT (Fast Fourier Transform) adalah
teknik perhitungan cepat dari DFT (Discrete Fourier Transform). Proses FFT
dengan menggunakan Matlab dalam pengolahannya berfungsi sebagai informasi
menentukan kedalaman pada peta yang dihasilkan.

3.2. Pemodelan 2,5D


Pada dasarnya, pemodelan 2.5 dimensi adalah pemodelan yang digambarkan
dalam bentuk 2D yang diplotkan kedalam ruang 3D. Pada pemodelan 2.5 D
magnetik ini digunakan parameter 2 D yang berupa koordinat dari suatu nilai
anomali magnetik dengan sumbu X dan Y, dimana nilai sumbu Z yang sebagai
nilai kedalamannya masih berupa estimasi dari hasil perhitungan matematis
Fourier Transformation. Sehingga dengan data sayatan pada peta magnetik dapat
menghasilkan penampang geologi 2D dan dikontrol juga oleh nilai intensitas
anomali magnetik serta nilai estimasi kedalaman anomalinya yang digambarkan
pada ruang 3D. Pemodelan dilakukan dengan metode trial dan error sehingga
dalam Pengerjaanya harus diiterasi sampai didapatkan ralat (error) terkecil.
Perhitungan ralat model ini menurut menggunakan rumus:
RM = Σ 100% (3.14)
dimana, RM = Ralat rata-rata model terhadap data lapangan
XLi = Data lapangan (terukur)
Xmi = Data lapangan(terhitung)
N = Jumlah data

16

You might also like