Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 11

LAPORAN PENDAHULUAN

SEPSIS NEONATUS

1.1 Definisi

Sepsis adalah sindrom yang dikarakteristikan oleh tanda-tanda klinis dan gejala-
gejala infeksi yang parah yang dapat berkembang ke arah septisemia dan syok septik.
Sedangkan sepsis neonatorum adalah infeksi berat yang diderita neonatus dengan gejala
sistematik dan terdapat bakteri dalam darah. Perjalanan penyakit sepsis neonatorum
dapat berlangsung cepat sehingga sering sekali tidak terpantau,tanpa pengobatan yang
memadai bayi dapat meninggal dalam 24 sampai 48 jam. (Maryunani, 2010)

Berikut ini adalah beberapa definisi atau pengertian dari sepsis neonatorum atau
sepsis pada neonatus yang perlu diketahui(Maryunani, 2010), yaitu:

1. Sepsis neonatorum atau septicemia neonatorum merupakan keadaan dimana terdapat


infeksi oleh bakteri dalam darah di seluruh tubuh.
2. Sepsis merupakan respon tubuh terhadap infeksi yang menyebar melalui darah dan
jaringan lain
3. Sepsis bakterial pada neonatus adalah sindrom klinis dengan gejala infeksi sistemik
dan diikuti dengan bakterimia pada bulan pertama kehidupan. (WHO, 1996)
4. Sepsis merupakan suatu proses berkelanjutan mulai dari infeksi, SIRS (Systeic
Inflammatory Respopnse Syndrome), sepsis, sepsis berat, syok septic, disfungsi
multiorgan dan akhirnya kematian.

1.2 Klasifikasi
Berdasarkan waktu terjadinya, sepsis neonatus dapat dibagi menjadi dua bentuk
(Maryunani, 2010) yaitu:
1. Sepsis dini/Sepsis awitan dini
Merupakan infeksi perinatal yang terjadi segera dalam periode setelah lahir (kurang
dari 72 jam) dan biasanya diperoleh pada saat proses kelahiran atau in utero
2. Sepsis lanjutan/sepsis nasokomial atau sepsis awitan lambat (SAL)
Merupakan infeksi setelah lahir (lebih dari 72jam) yang diperoleh dari lingkungan
sekitar atau rumah sakit (infeksi nasokomial)
1.3 Etiologi

Penyebab sepsis neonatorum adalah berbagai macam kuman seperti bakteri, virus,
parasit, atau jamur. Sepsis pada bayi hampir selalu disebabkan oleh bakteri seperti
Acinetobacter sp, Enterobacter sp, Pseudomonas sp, serratia sp, Escerichia Coli, Group B
streptococcus, Listeria sp, dan lain-lain. (Maryunani, 2010)

Beberapa komplikasi kehamilan yang dapat meningkatkan resiko terjadinya sepsis


pada neonatus adalah:

1. Perdarahan
2. Demam yang terjadi pada ibu
3. Infeksi pada uterus dan plasenta
4. Ketuban pecah dini (sebelum usia kehamilan 37 minggu)
5. Ketuban pecah terlalu cepat saat melahirkan (18 jam atau lebih sebelum melahirkan)
6. Proses kelahiran yang lama dan sulit

1.4 Patofisiologi

Sepsis dimulai dengan invasi bakteri dan kontaminasi sistemik. Pelepasan


endotoksin oleh bakteri menyebabkan perubahan fungsi miokardium, perubahan ambilan
dan penggunaan oksigen, terhambatnya fungsi mitokondria, dan kekacauan metabolik
yang progresif. Pada sepsis yang tiba-tiba dan berat, menimbulkan banyak kematian dan
kerusakan sel. Akibatnya adalah penurunan perfusi jaringan, asidosis metabolik, dan
syok, yang mengakibatkan disseminated intravaskuler coagulation (DIC) dan kematian.

Mikroorganisme atau kuman penyebab infeksi dapat mencapai neonatus melalui


beberapa cara (Maryunani,2010), yaitu :

1. Pada masa antenatal atau sebelum lahir. Pada masa antenatal kuman dari ibu setelah
melewati plasenta dan umpilikus masuk kedalam tubuh bayi melalui sirkulasi darah
janin. Kuman penyebab infeksi adalah kuman yang dapat menembus plasenta,antara
lain virus rubella, herpes, situmegalo, koksari, hepatitis, influenza, parotitis. Bakteri
yang dapat melalui jalur ini, antara lain malaria, sifilis, dan toksoplasma.
2. Pada masa intranatal atau saat pesalinan. Infeksi saat persalinan terjadi karena kuman
yang ada pada vagina dan serviks naik mencapai korion dan amnion. Akibatnya,
terjadi amnionitis dan korionitis, selanjutnya kuman melalui umbilikus masuk ke
tubuh bayi. Cara lain, yaitu saat persalinan, cairan amnion yang sudah terinfeksi dapat
terinhalasi oleh bayi dan masuk ke tyraktus digestivus dan trakus respiratorius,
kemudian menyebabkan infeksi pada lokasi tersebut. Selain melalui cara tersebut
diaras infeksi pada janin dapat terjadi melalui kulit bayi atau port de entre lain saat
bayi melewati jalan lahir yang terkontaminasi oleh kuman (misalnya herpes genitalis,
candida albika, dan n.gonnorea).
3. Infeksi pascanatal atau sesudah persalinan. Infeksi yang terjadi sesudah kelahiran
umumnya terjadi akibat infeksi nosokomial dari lingkungan di luar rahim (misalnya
melalui alat-alat: penghisap lendir, selang endotrakea, infus, selang nasogastrik, botol
minuman atau dot). Perawat atau profesi lain yang ikut menangani bayi dapat
menyebabkan terjadinya infeksi nosokomial.Infeksi juga dapat terjadi melalui luka
umbilikus.
1.5 Pathway
Antenatal : intranatal : Infeksi yang terjadi setelah
kehamilan (nosokomial) :
Bakteri dari ibu masuk Bakteri pada vagina dan alat medis, tenaga
ke tubuh bayi melalui servik naik mencapai kesehatan, luka umbilikus
sirkulasi darah janin korion dan amnion

Kuman masuk ke tubuh


janin melalui umbilikus

Infeksi bakteri dan


kontaminasi sistemik

Infeksi

Bakteremia dan septikemia

Sepsis Leukosit

Pelepasan endotoksin Risiko Infeksi

Penurunan ekstraksi Merangsang sistesa


O2 ke jaringan dan pelepasan zat
pirogen oleh leukosit
Hipoksia sel

Zat pirogen berdar


Terjadi mekanisme dalam darah
kompensasi tubuh
untuk meningkatkan
intake O2 dengan Aktivasi prostaglandin
frekuensi nafas

Prostaglandi
Respiratory rate mempengaruhi pusat
termoregulasi di
hipotalamus
Ketidakefektifan
Pola Nafas
Suhu tubuh meningkat
Hipertermi
1.6 Manifestasi Klinis

Tanda dan gejala sepsis neonatorum umumnya tidak jelas dan tidak spesifik serta
dapat mengenai beberapa sistem organ. Berikut ini adalah tanda dan gejala yang dapat
ditemukan dapa neonatus yang menderita sepsis.

1. Gangguan nafas seperti serangan apnea, takipnea dengan kecepatan pernafasan


>60x/menit, cuping hidung, sianosis, mendengus, tampak merintih, retraksi dada yang
dalam: terjadi karena adanya lesi ataupun inflamasi pada paru-paru bayi akibat dari
aspirasi cairan ketuban ibu. Aspirasi ini terjadi saat intrapartum dan selain itu dapat
menyebabkan infeksidengan perubahan paru, infiltrasi, dan kerusakan jaringan
bronkopulmonalis. Kerusakan ini sebagian disebabkan oleh pelepasan granulosit dari
protaglandin dan leukotrien.
2. Penurunan kesadaran, kejang, ubun-ubun besar menonjol, keluar nanah dari telinga,
ekstensor kaku: terjadi karena sepsis sudah sampai ke dalam manifestasi umum dari
infeksi sistem saraf pusat. Keadaan akut dan kronis yang berhubungan dengan
organisme tertentu. Apabila bayi sudah mengalami infeksi pada selaput otak
(meningitis) atau abses otak menyebabkan penurunan kesadaran, hal tersebut juga
menyebabkan ubun-ubun besar menonjol (berisi cairan infeksi) dan keluarnya nanah
dari telinga. Dalam hal terganggunya sistem saraf pusat ini kemungkinan terjadi
gangguan saraf yang lain seperti ekstensor kaku.
3. Hipertermia (> 37,7oC) atau hipotermi (<35,5oC) terjadi karena respon tubuh bayi
dalam menanggapi pirogen yang disekresikan oleh organisme bakteri atau dari
ketidakstabilan sistem saraf simpatik.
4. Tidak mau menyusu dan tidak dapat minum adalah respon keadaan psikologis bayi
yang tidak menyenangkan terhadap ketidakstabilan suhu tubuhnya, serta nanah yang
keluar dari telinga
5. Kemerahan sekitar umbilikus terjadi karena bakteri dapat bertumbuh tidak terkendali
di saluran pencernaan, apalagi jika penyebab sepsis pada bayi terjadi dimulai dari
infeksi luka umbilikus.
Berdasarkan manifestasi klinis yang telah dijelaskan diatas dapat disimpulkan bahwa
tanda dan gejala pada bayi yang mengalami sepsis neonatorum saling berhubungan
baik dari perjalanan infeksi, proses metabolik, dan tanda neurologi bahkan
psikologinya saling berhubungan.
1.7 Komplikasi

Hipoglikemia, hiperglikemia, asidosis metabolik, dan jaundice Bayi memiliki


kebutuhan glukosa meningkat sebagai akibat dari keadaan septik. Bayi mungkin juga
kurang gizi sebagai akibat dari asupanenergi yang berkurang. Asidosis metabolik
disebabkan oleh konversi ke metabolisme anaerobik dengan produksi asam laktat, selain
itu ketika bayi mengalami hipotermia atau tidak disimpan dalam lingkungan termal
netral, upaya untuk mengatur suhu tubuh dapat menyebabkan asidosis metabolik.
Jaundice terjadi dalam menanggapi terlalu banyaknya bilirubin yang dilepaskan ke
seluruh tubuh yang disebabkan oleh organ hati sebagian bayi baru lahir belum dapat
berfungsi optimal, bahkan disfungsi hati akibat sepsis yang terjadi dan kerusakan eritrosit
yang meningkat
a. Dehidrasi
Kekuarangan cairan terjadi dikarenakan asupan cairan pada bayi yang kurang, tidak
mau menyusu, dan terjadinya hipertermia.
b. Hiperbilirubinemia dan anemia
Hiperbilirubinemia berhubungan dengan penumpukan bilirubin yang berlebihan pada
jaringan. Bilirubin dibuat ketika tubuh melepaskan sel-sel darah merah yang sudah
tua, ini merupakan proses normal. Bilirubin merupakan zat hasil pemecahan
hemoglobin (protein sel darah merah yang memungkinkan darah mengakut oksigen).
Hemoglobin terdapat pada sel darah merah yang dalam waktu tertentu selalu
mengalami destruksi (pemecahan). Namun pada bayi yang mengalami sepsis terdapat
infeksi oleh bakteri dalam darah di seluruh tubuh, sehingga terjadi kerusakan sel darah
merah bukanlah hal yang tidak mungkin, bayi akan kekurangan darah akibat dari hal
ini (anemia) yang disertai hiperbilirubinemia karena seringnya destruksi hemoglobin
sering terjadi.
c. Meningitis
Infeksi sepsis dapat menyebar ke meningies (selaput-selaput otak) melalui aliran
darah.
d. Disseminated Intravaskuler Coagulation (DIC)
Kelainan perdarahan ini terjadi karena dipicu oleh bakteri gram negatif yang
mengeluarkan endotoksin ataupun bakteri gram postif yang mengeluarkan
mukopoliskarida pada sepsis. Inilah yang akan memicu pelepasan faktor pembekuan
darah dari sel-sel mononuklear dan endotel. Sel yang teraktivasi ini akan memicu
terjadinya koagulasi yang berpotensi trombi dan emboli pada mikrovaskular.

1.8 Pemeriksaan Penunjang


1. Radiografi pada dada seharusnya dilakukan sebagai bagiandari evaluasi diagnostik
dari bayi yang diduga sepsis dan tanda-tanda penyakit saluran pernapasan. Dalam
kasus ini, radiografidada dapat menunjukkan difusi atau infiltrat fokus,
penebalanpleura, efusi atau mungkin menunjukkan broncograms udaradibedakan dari
yang terlihat dengan sindrom gangguan pernapasan surfaktan-kekurangan. Studi
radiografi lainnya dapat diindikasikan dengan kondisi klinis spesifik, seperti
didugaosteomyelitis atau necrotizing enterocolitis
2. Pemeriksaan labolatorium perlu dilakukan untuk menunjukan penetapan diagnosis.
Selain itu, hasil pemeriksaan tes resistensi dapat digunakan untuk menentukan pilihan
antibiotik yang tepat. Pada hasil pemeriksaan darah tepi, umumnya ditemuksan
anemia, laju endap darah mikro tinggi, dan trombositopenia. Hasil biakan darah tidak
selalu positif walaupun secara klinis sepsis sudah jelas. Selain itu, biakan perlu
dilakukan terhadap darah, cairan serebrospinal, usapan umbilikus, lubang hidung, lesi,
pus dari konjungtiva, cairan drainase atau hasil isapan isapan lambung. Hasil biakan
darah memberi kepastian adanya sepsis, setelah dua atau tiga kali biakan memberikan
hasil positif dengan kuman yang sama. Bahan biakan darah sebaiknya diambil
sebelum bayi diberi terapi antibiotika. Pemeriksaan lain yang perlu dilakukan, antara
lain pemeriksaan C-Reactive protein (CRP) yang merupakan pemeriksaan protein
yang disentetis di hepatosit dan muncul pada fase akut bila terdapat kerusakan
jaringan.

1.9 Penatalaksanaan
1. Perawatan suportif
Perawatan suportif diberikan untuk mempertahankan suhu tubuh normal, untuk
menstabilkan statuskardiopulmonary, untuk memperbaiki hipoglikemia dan untuk
mencegah kecenderungan perdarahan. Perawatan suportifneonatus septik sakit (Datta,
2007) meliputi sebagai berikut:
a. Menjaga kehangatan untuk memastikan temperature. Agar bayi tetap normal harus
dirawat di lingkungan yang hangat. Suhu tubuh harus dipantau secara teratur.
b. Cairan intravena harus diperhatikan. Jika neonatusmengalami perfusi yang jelek,
maka saline normal dengan10 ml / kg selama 5 sampai 10 menit. Dengan dosis
yang sama 1 sampai 2 kali selama 30 sampai 45 menit berikutnya, jika perfusi terus
menjadi buruk. Dextrose(10%) 2 ml per kg pil besar dapat diresapi untuk
memperbaiki hipoglikemia yang adalah biasanya ada dalam sepsis neonatal dan
dilanjutkan selama 2 hari atausampai bayi dapat memiliki feed oral.
c. Terapi oksigen harus disediakan jika neonatus mengalamidistres pernapasan atau
sianosis
d. Oksigen mungkin diperlukan jika bayi tersebut apnea atau napas tidak memadai
e. Vitamin K 1 mg intramuskular harus diberikan untuk mencegah gangguan
perdarahan
f. Makanan secara enteral dihindari jika neonatus sangatsakit atau memiliki perut
kembung. Menjaga cairan harus dilakukan dengan infus IV.
g. Langkah-langkah pendukung lainnya termasuk stimulasilembut fisik, aspirasi
nasigastric, pemantauan ketat dankonstan kondisi bayi dan perawatan ahli
2. Terapi pengobatan

Prinsip pengobatan pada sepsis neonatorum adalah mempertahankan metabolisme


tubuh dan memperbaiki keadaan umum dengan pemberian cairan intravena termasuk
kebutuhan nutrisi dan monitor pemberian antibiotik hendaknya memenuhi kriteria
efektif berdasarkan pemantauan mikrobiologi, murah dan mudah diperoleh, dan dapat
diberi secara parental. Pilihan obat yang diberikan adalah ampisilin, gentasimin atau
kloramfenikol, eritromisin atau sefalosporin atau obat lain sesuai hasil tes
resistensi. (Sangayu, 2012)

1.10 Konsep Asuhan Keperawatan


a. Pengkajian
Pengkajian dilakukan melalui anamnesis untuk mendapatkan data, yang perlu dikaji
adalah identitas, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat perawatan
antenatal, adanya/tidaknya ketuban pecah dini,partus lama atau sangat cepat (partus
presipitatus). Riwayat persalinan di kamar bersalin, ruang operasi, atau tempat lain.
Ada atau tidaknya riwayat penyakit menular seksual (sifilis, herpes klamidia,
gonorea, dll). Apakah selama kehamilan dan saat persalinan pernah menderita
penyakit infeksi (mis. Toksoplasmosis,rubeola, toksemia gravidarum, dan
amnionitis). Mengkaji tatus sosial ekonomi keluarga.
Pada pemeriksaan fisik data yang akan ditemukan meliputi letargi (khususnya
setelah 24 jam petama), tidak mau minum atau refleks mengisap lemah, regurgitasi,
peka rangsang, pucat, berat badan berkurang melebihi penurunan berat badan secara
fisiologis, hipertermi/hipotermi, tampak ikterus. Data lain yang mungkin ditemukan
adalah hipertermia,pernapasan mendengkur, takipnea, atau apnea, kulit lembab dan
dingin, pucat, pengisian kembali kapiler lambat, hipotensi, dehidrasi, sianosis.
Gejala traktus gastrointestinal meliputi muntah, distensi abdomen atau diare.

b. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul menurut nanda 2015-2017


1. Ketidak efektifan pola napas berhubungan dengan sindrom hipoventilasi
2. Hipertermia berhubungan dengan sepsis
3. Risiko Infeksi berhubungan dengan prosedur invasif

c. Rencana Asuhan Keperawatan

1. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan sindrom hipoventilasi

NOC

Status pernafasan

NIC

Monitor pernafasan

1. Monitor kecepatan, irama, kedalaman dan kesulitan bernafas


2. Catat pergerakan dada
3. Monitor suara nafas tambahan
4. Monitor pola nafas
5. Auskultasi suara nafas
6. Berikan O2 sesuai kebutuhan
2. Hipertermia berhubungan dengan sepsis

NOC

Termoregulasi

NIC

Perawatan Demam

1. Pantau suhu dan tanda-tanda vital


2. Monitor warna kulit
3. Tutup pasien dengan selimut atau pakaian ringan
4. Berikan O2 sesuai kebutuhan
5. Kolaborasi pemberian terapi farmakologi
DAFTAR PUSTAKA

Maryunani, Anik.2010. Ilmu Kesehatan Anak Dalam Kebidanan. Jakarta:Salemba Medika

Tambunan, Eviana S. Dkk.2011. Panduan Pemeriksaan Fisik Bagi Mahasiswa


Keperawatan.Jakarta : Salemba Medika

Nanda international Inc. NIC NOC.Diagnosis Keperawatan : definisi & klasifikasi 2015-
2017/editor, T. Heather Herdman, Shigemi Khamitsuru ; alih bahasa, Budi Anna
Keliat...[et al] ,; Jakarta : EGC

You might also like