Syariah BAB III

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 1

BAB III

SUMBER-SUMBER SYARIAH

1. AL-QUR’AN
Al-qur’an berasal dari bahasa arab yang secara etimologis berarti bacaan. Sedangkan
arti al-Qur’an secara terminologis, antara lain:
a. Mahmud Syaltut : Lafaz arab yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW, di nukilkan
kepada manusia secara mutawattir.
b. Al-Syaukani : Klama Allah yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW, tertulis dalam
mushaf, dinukilkan secara mutawattir.
c. Abu Zahrah : Kitab yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW.
Simpulan, Al-Qur’an adalah lafaz yang berbahasa arab, diturunkan kepada nabi
Muhammad SAW dan dinukilkan secara mutawatir.
2. TURUNNYA AL-QUR’AN
Pertama kali diturunkan pada tanggal 17 ramadhan, tahunke 40 dari kelahiran nabi.
Hari furqan yang dimaksud adalah hari bertemunya pasukan dalam perang badar yang terjadi
pada tanggal 17 ramadhan. Oleh karena itu hari nuzulnya Al-Qur’an selalu diperingati setiap
tanggal 17 ramadhan.
3. TUJUAN TURUNNYA AL-QUR’AN
a. Untuk kepentingan nabi
b. Untuk kepentingan umat manusia secara keseluruhan.
Dua bentuk hidayah dalam Al-qur’an yaitu: sebagai sunber ilmu pengetahuan dan sebagai
tata aturan dalam kehidupan manusia baik yang berhubungan dengan Allah SWT, dengan
manusia maupun dengan lingkungan alam semesta.
4. PENJELASAN ALQUR’AN TERHADAP HUKUM
Diperoleh informasi dari Al-qur’an sendiri yaitu secara muhkam dan mutasyabih.
Ayat-ayat muhkam adalah ayat yang jelas maknanya, terhindar dari keraguan dan kekeliruan
pemahaman. Sedangkan ayat mutasyabih adalah ayat yang tidak pasti artinya sehingga dapat
dipahami dengan beberapa kemungkinan. Hukum muhkam berlaku secara universal dan tidak
akan berubah walau terjadi perubahan waktu dan tempat seperti mengenai aqidah dan
ibadah-ibadah pokok, serta norma-norma kebaikan dan keburukan seperti keharusan berbuat
baik kepada orang tua. Ayat-ayat mustasyabih yang disampaikan dalam bentuk penjelasan
secara garis besar dan ayat-ayat yang mengandug isyarat, penunjuknya terhadap hukum
bersifat dzaniniy yang dapat dipahami secara berbeda. Contoh, poligami dalam waktu
tertentu dapat dibenrkan, tetapi dalam kesempatan lain justru dilarang.

You might also like