Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 3

A.

Definisi Osteoporosis

Osteoporosis yang dikenal dengan keropos tulang menurut WHO adalah penyakit skeletal
sistemik dengan karakteristik massa tulang yang rendah dan perubahan mikroarsitektur dari jaringan
tulang dengan akibat meningkatnya fragilitas tulang dan meningkatnya kerentanan terhadap tulang
patah. Osteoporosis adalah kelainan dimana terjadi penurunan massa tulang total (Lukman, Nurma
Ningsih : 2009).

Osteoporosis adalah suatu keadaan dimana terdapat pengurangan jaringan tulang per unit
volume,sehingga tidak mampu melindungi atau mencegah terjadinya fraktur terhadap trauma
minimal (Kholid Rosyidi : 2013).

Osteoporosis adalah kelainan di mana terjadi penurunan massa tulang total. Terdapat
perubahan pergantian tulang homeostasis normal, kecepatan resorpsi tulang lebih besar dari
kecepatan pembentukan tulang, pengakibatkan penurunan masa tulang total. Tulang secara
progresif menjadi porus, rapuh dan mudah patah; tulang menjadi mudah fraktur dengan stres yang
tidak akan menimbulkan pengaruh pada tulang normal (Brunner&Suddarth, 2000).

B. Etiologi Osteoporosis
Osteoporosis postmenopouse terjadi karena kekurangan estrogen (hormon utama pada
wanita), yang membantu mengatur pengangkutan kalsium ke dalam tulang pada wanita.
Biasanya gejala timbul pada wanita yang berusia diantara 51-75 tahun, tetapi bisa mulai muncul
lebih cepat ataupun lebih lambat. Tidak semua wanita memiliki resiko yang sama untuk
menderita osteoporosis postmenopouse, pada wanita kulit putih dan daerah timur lebih mudah
menderita penyakit ini daripada wanita kulit hitam (Lukman, Nurma Ningsih : 2009).

Osteoporosis senilis kemungkinan merupakan akibat dari kekurangan kasium yang


berhubungan dengan usia dan ketidakseimbangan diantara kecepatan hancurnya tulang dan
pembentukan tulang yang baru. Senilis yaitu keadaan penurunan masa tulang yang hanya
terjadi pada usia lanjut. Penyakit ini biasanya terjadi pada usia diatas 70 tahun dan dua kali
lebih sering menyerang wanita. Wanita sering kali menderita osteoporosis senilis dan
postmenopouse (Lukman, Nurma Ningsih : 2009).

Kurang dari lima persen penderita osteoporosis juga mengalami osteoporosis sekunder,
yang disebabkan oleh keadaan medis lainnya atau oleh obat-obatan. Penyakit ini bisa
disebabkan oleh gagal ginjal kronis dan kelainan hormonal (terutama tiroid, paratiroid, dan
adrenal) dan obat- obatan (misalnya kortikosteroid, barbiturat, anti-kejang, hormon tiroid yang
berlebihan). Pemakaian alkohol yang berlebihan dan kebiasaan merokok bisa memperburuk
keadaan ini (Lukman, Nurma Ningsih : 2009).

Faktor genetik juga berpengaruh terhadap timbulnya osteoporosis. Pada seseorang dengan
tulang yang kecil akan lebih mudah mendapat risiko fraktur daripada seseorang dengan tulang
yang besar. Sampai saat ini tidak ada ukuran universal yang dapat dipakai sebagai ukuran tulang
normal. Setiap individu memiliki ketentuan normal sesuai dengan sifat genetiknya beban
mekanis dan besar badannya. Apabila individu dengan tulang besar, kemudian terjadi proses
penurunan massa tulang (osteoporosis) sehubungan dengan lanjutnya usia, maka individu
tersebut relatif masih mempunyai tulang lebih banyak daripada individu yang mempunyai
tulang kecil pada usia yang sama (Lukman, Nurma Ningsih : 2009).

C. Patofisiologi Osteoporosis
Meskipun patofisiologi pasti osteoporosis tidak jelas diketahui melibatkan
ketidakseimbangan aktivitas osteoblast yang membentuk tulang baru dan osteoklas yang
meresorpsi. Hingga masa dewasa ketika masa tulang puncak dicapai, pembentukan tulang
terjadi lebih cepat dari pada reabsorpsi. Akan tetapi, setelah masa tulang puncak dicapai sekitar
pada 30 tahun, reabsorpsi melebihi pembentukan dan lebih banyak tulang yang hilang dari pada
yang dibentuk ( sekitar 0,7% pertahun ). Kehilangan ini dipercepat jika diet kekurangan vitamin
D dan kalsium. Pada wanita, kehilangan tulang lebih lanjut meningkat setelah menopause (
dengan kehilangan estrogen ), kemudian melambat tetapi tidak berhenti pada sekitar usia 60
tahun. Ketika kadar testosteron pada pria ketika penuaan, hal ini merupakan proses bertahap
dan berkaitan dengan kehilangan tulang yang terjadi lebih lambat.
Kecepatan kehilangan tulang beragam diantara individu dan pada tempat skeletal yang
berbeda. Spina yang 66% hingga 75% tulang rabekula, dapat menunjukan perubahan
osteoporosis yang besar sebelum tulang seperti lengan bawah dan pergelangan tangan, yang
sebagian besar merupakan tulang kortikal ( DiPiro, 2008 ). Osteoporosis pascamenopause
biasanya mengenai tulang seperti bdan vertebral. Kehilangan tulang terakselerasi pada suatu
tempat menunjukkan ketidakseimbangan resorpsi dan pembentukan tulang. Tulang kortikal
menjadi lebih berpori dengan peningkatan aktivitas remodeling. Ketika bersama dengan
perubahan pada struktur tulang internal, hal ini mengurangi kekuatan biomekanik tulang
panjang dan meningkatkan risiko fraktur ( Fauci et al., 2008 ).

D. Manifestasi klinis
Manifestasi yang paling umum pada osteoporosis adalah kehilangan tinggi badan, kurvatura
spina yang progresif, nyeri punggul bawah, dan fraktur tulang bawah, spina atau pinggul.
Osteoporosis sering kali disebut “penyakit diam”, karena kehilangan tulang terjadi tanpa gejala.
Kehilangan tinggi badan terjadi karena kolaps badan vertebral. Episode akut biasanya nyeri,
dengan penjalaran nyeri sekitar panggul ke abdomen. Kolaps vertebrata dapat terjadi dengan
sedikit atau tanpa stress ; gerakan minimal seperti membebat, mengangkat, atau melompat
dapat mempresipitasi nyeri. Pada beberapa pasien, kolaps vertebra dapat terjadi secara lambat
disertai dengan sedikit ketidaknyamanan. Bersama kehilangan tinggi badan, karakteristik kifosis
dorsal dan lordosis servikal terjadi, mewakili “Dowager’s hump” seringkali berkaitan dengan
penuaan. Abdomen cenderung menonjol keluar dan lutut serta pinggul fleksi karena tubuh
berusaha mempertahankan pusat gravitasi.

E. Komplikasi
Fraktur merupakan komplikasi osteoporosis yang paling umum, dengan penyakit berperan
untuk sekitar 2 juta fraktur setiap tahun. Hal ini mencakup 547.000 fraktur kompresi vertebral,
297.000 fraktur pinggul 397.000 fraktur pergelangan tangan, 135.000 fraktur panggul, dan
675.000 fraktur ditempat lain ( National Osteoporosis Foundation, 2008 ). Mungkin tidak
terdapat manifestasi osteoporosis yang nyata hingga terjadi fraktur. Beberapa fraktur bersifat
spontan ; lainnya dapat akibat dari aktivitas setiap hari. Ketika fraktur pergelangan tangan belum
menunjukkan peningkatan disabilitas atau mortalitas, nyeri persisten dapat membatasi aktivitas
pasien atau menganggu aktivitas kehidupan sehari-hari ( ADL, Activity Daily Living ). Fraltur
pinggul dan vertebral, sebaliknya, berkaitan dengan peningkatan risiko yang signifikan terhadap
kematian dan disabilitas.

F. Penatalaksanaan medis dan Keperawatan

You might also like