Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 13

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

TUMOR OTAK

A. KONSEP DASAR PENYAKIT


1. Definisi Pengertian
 Otak dapat dipengaruhi berbagai macam tumor. Psien yang mengalami tersebut
akan mengalami gejala-gejala dan defisit neurologi yang tergantung histologi, tipe,
lokasi dan cara pertumbuhan dari pada tumor. Tumor otak dapat terjadi pada area
otak, baik pada jaringan otak maupun pada jaringan pendukungnya. Seperti halnya
jenis tumor – tumor yang lain pada tumor otak ada yang berkembang sangat cepat
dan berkembang lambat (Tarwoto, 2007).
 Tumor otak adalah neoplasma (keganasan berupa benjolan padat) di dalam rongga
kepala, yang merupakan suatu pertumbuhan abnormal sel-sel didalam otak atau
sum-sum tulang belakang. Singkatnya, tumor otak adalah pertumbuhan sel-sel otak
yang tidak normal (Dito, 2013)
 Tumor otak adalah suatu lesi ekspansif yang bersifat jinak (benigna) ataupun ganas
(maligna), membentuk massa dalam ruang tengkorak kepala (intra cranial) atau di
sumsum tulang belakang (medulla spinalis).Neoplasma pada jaringan otak dan
selaputnya dapat berupa tumor primer maupun metastase. Apabila sel-sel tumor
berasal dari jaringan otak itu sendiri, disebut tumor otak primer dan bila berasal
dari organ-organ lain (metastase) seperti ; kanker paru, payudara, prostate, ginjal
dan lain-lain, disebut tumor otak sekunder.

2. Penyebab
Tumor otak terjadi akibat pembelahan sel yang abnormal dan tidak terkendali,
biasanya didalam otak berupa neuron, sel-sel glial, jaringan linfatik, pembulh darah,
dan kelenjar merupakan bagian yang terkena tumor otak.
Faktor genetik juga berperan. Kehilangan tumor suppressor genes melalui mutasi
gen berperan didalam pembentukan tumor otak yang disebut glioblstoma
multuforme. Trauma atau cedera juga berkontribusi terhadap kejadian tumor otak
meskipun jarang.
Penyebab tumor hingga saat ini masih belum diketahui secara pasti, walaupun telah
banyak penyelidikan yang dilakukan. Adapun faktor-faktor yang perlu ditinjau,
yaitu :

a. Herediter
Riwayat tumor otak dalam satu anggota keluarga jarang ditemukan kecuali
pada meningioma, astrositoma dan neurofibroma dapat dijumpai pada
anggota-anggota sekeluarga. Sklerosis tuberose atau penyakit Sturge-
Weber yang dapat dianggap sebagai manifestasi pertumbuhan baru,
memperlihatkan faktor familial yang jelas. Selain jenis-jenis neoplasma
tersebut tidak ada bukti-buakti yang kuat untuk memikirkan adanya faktor-
faktor hereditas yang kuat pada neoplasma.

b. Sisa-sisa Sel Embrional (Embryonic Cell Rest)


Bangunan-bangunan embrional berkembang menjadi bangunan-bangunan
yang mempunyai morfologi dan fungsi yang terintegrasi dalam tubuh.
Tetapi ada kalanya sebagian dari bangunan embrional tertinggal dalam
tubuh, menjadi ganas dan merusak bangunan di sekitarnya. Perkembangan
abnormal itu dapat terjadi pada kraniofaringioma, teratoma intrakranial
dan kordoma.

c. Radiasi
Jaringan dalam sistem saraf pusat peka terhadap radiasi dan dapat
mengalami perubahan degenerasi, namun belum ada bukti radiasi dapat
memicu terjadinya suatu glioma. Pernah dilaporkan bahwa meningioma
terjadi setelah timbulnya suatu radiasi.
d. Virus
Banyak penelitian tentang inokulasi virus pada binatang kecil dan besar
yang dilakukan dengan maksud untuk mengetahui peran infeksi virus
dalam proses terjadinya neoplasma, tetapi hingga saat ini belum ditemukan
hubungan antara infeksi virus dengan perkembangan tumor pada sistem
saraf pusat.

e. Substansi-substansi Karsinogenik
Penyelidikan tentang substansi karsinogen sudah lama dan luas dilakukan.
Kini telah diakui bahwa ada substansi yang karsinogenik
sepertimethylcholanthrone, nitroso-ethyl-urea. Ini berdasarkan percobaan
yang dilakukan pada hewan.

f. Trauma
Trauma yang berulang menyebabkan terjadinya meningioma (neoplasma
selaput otak). Pengaruh trauma pada patogenesis neoplasma susunan saraf
pusat belum diketahui.

3. Klasifikasi
Tumor otak dapat diklasifikasikan sebagai tumor primer (berasal dari dalam
kranium) tumor metastases (berasal dari luar kranium) dengan derajat maligna
(stadium 1 sampai stadium 5 maligna). Tumor intraaksial (berasal dari subtansi otak
dan mempengaruhi otak dengan infiltrasi), sedangkan lawannhya adalah
ekstraaksial (berasal dari tengkorang, meningens, saraf kranial dan daerah pituitari).
Berdasarkan histologi, maka tumor dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Glioma
Glioma adalah peningkatan se-sel glia atau jaringan penghubung. Tumor ini
berasal dari otak dan jumlahnya sekitar 50% dari semua neoplasma otak pada
usia dewasa, jarang terjadi pada anak-anak.

a. Astrpcytomas
astrocytomas stadium 1 dan 2 jumlahnya sekitar 20% dari semua gliomas.
Tumor ini tumbuhnya lambat. Pada usia dewasa astrocytomas biasanya
terjadi didalam sereblrum dewasa dengan menyusup ke jaringan sekitarnya
dan memiliki variasi derajat malignanya. Bagaimanapun, pada anak-anak
astrocytomas biasanya lokasinya di serebellum.
b. Glioblastoma
Astrocytomas stadium 3 dan 5 diketahui sebagai glioblastoma dengan
berbagai bentuk. Glioblastoma pertumbuhannya sangat cepat, tumor
infiltrasi yang jumlahnya sekitar 50% dari semua glioma. Pada usia
dewasa glioblastoma lebih sering terjadi pada pria diatas usia 35 tahun,
dengan paling banyak lokasi tumor ini jarang terjadi dan biasanya
lokasinya di serebellum.
c. Ependymonas
Ependymonas stadium 1-5 jumlah sekitar 10% dari semua glioma. Tumor
ini mempengaruhi semua kelompok umur, sebagaian besar terjadi pada
anak, dengan angka kejadian yang paling tinggi pada pria. Lokasi tumor
ini di fossa posterior dan ventrikel 5.
d. Oligodendrogliomas
e. Oligodendrogliomas stadium 1 dan 5 jumlahnya sekitar 5% dari semua
glioma. Tumor ini pertumbuhannya sangat lambat. Oligodendrogliomas
biasanya terjadi dalam lobus frontal pada dewasa.
f. Mendulloblastomas
Mendulloblastomas jumlahnya sekitar 10% dari semua glioma. Tumor ini
infasif dan sangat malignan. Medulloblastomas terjadi pada anak dibawah
10 tahun dan lebih sering terjadi pada pria. Tumor ini biasanya dimulai
dari serebellum dan infasif ke ventrikel 5,3 dan ventrikel lateral, kemudian
metastasis keruang subaraknoid.
2. Tumor Tumor Yang Mendukung Struktur (20% dari tumor otak)
a. Meningiomas
Berasal dari jaringan meningen dan tumbuh diluar jaringan saraf
b. Neuromas
Berasal dari sel-sel saraf dan pertumbuhannya sangat lambat tumor ini
biasanya mempengaruhi usia dewasa pertengahan
3. Tumor Tumor Perkembangan (jumlahnya sekitar 5% dari tumor otak)
a. Kraniopharyomas
Suatu bentuk tumor perkembangan yang paling umum, tumor dapat
berbentuk kista/ padat dan cenderung tumbuh lebih cepat pada anak.
Lokasi tumor ino berada di sellaturcica dan dapat mempengaruhi
ciasmaoptik, kelenjar pituitari dan hipotalamus.
4. Tumor tumor Pituitari (10% dari semua tumor otak)
5. Tumor Tumor Metastasis (10% dari semua tuor otak)
Tumor ini memngaruhi semua umur. Berasal dari sel-sel malignan yang berasal
dari semua bagian tubuh seperti paru-paru, kolon, payudara, pankreas, ginjal.
Kemungkinan untuk mempertahankan hidup biasanya sangat buruk, hanya 1-2
tahun.

4. Patofisiologi
Tumor otak menyebabkan gangguan neurologik progresif. Gangguan neurologik
pada tumor otak biasanya dianggap disebabkan oleh dua faktor : gangguan fokal
disebebkan oleh tumor dan kenaikan tekanan intracranial.
Gangguan fokal terjadi apabila terdapat penekanan pada jaringan otak, dan infiltrasi
atau invasi langsung pada parenkim otak dengan kerusakan jaringan neuron.
Perubahan suplai darah akibat tekanan yang ditimbulkan tumor yang bertumbuh
menyebabkan nekrosis jaringan otak. Gangguan suplai darah arteri pada umumnya
bermanifestasi sebagai kehilangan fungsi secara akut dan mungkin dapat
dikacaukan dengan gangguan serebrovaskuler primer.
Serangan kejang sebagai gejala perunahan kepekaan neuron dihubungkan dengan
kompesi invasi dan perubahan suplai darah ke jaringan otak. Bebrapa tumor
membentuk kista yang juga menekan parenkim otak sekitarnya sehingga
memperberat ganggguan neurologist fokal.
Peningkatan tekanan intrakranial dapat diakibatkan oleh beberapa faktor :
bertambahnya massa dalam tengkorak, terbentuknya edema sekitar tumor, dan
perubahan sirkulasi cairan serebrospinal.
Beberapa tumor dapat menyebabkan perdarahan. Obstruksi vena dan edema yang
disebabkan oleh kerusakan sawar darah otak, semuanya menimbulkan kenaikan
volume intracranial dan meningkatkan tekanan intracranial. Obstruksi sirkulasi
cairan serebrospinal dari ventrikel lateral ke ruangan subaraknoid menimbulkan
hidrosefalus.
Peningkatan tekanan intracranial akan membahayakan jiwa. Mekanisme
kompensasi memerlukan waktu lama untuk menjadi efektif dan oleh karena itu tak
berguna apabila tekanan intrakranial timbul cepat.
Mekanisme kompensasi ini antara lain bekerja menurunkan volume darah
intracranial, volume cairan serebrospinal, kandungan cairan intrasel dan
mengurangi sel-sel parenkim, kenaikan tekanan yang tidak diobati mengakibatkan
herniasi unkus atau serebelum yang timbul bilagirus medialis lobus temporalis
bergeser ke inferior melalui insisura tentorial oleh massa dalam hemisfer otak.
Herniasi menekan mesensenfalon, menyebabkan hilangnya kesadaran dan menekan
saraf otak ketiga. Kompresi medula oblogata dan henti
pernafasan terjadi dengan cepat.
Perubahan fisiologi lain terjadi akibat peningkatan intracranial yang cepat adalah
bradikardia progresif, hipertensi sistemik (pelebaran tekanan nadi), dan gangguan
pernafasan.

5. Gejala Klinik
Tumor otak merupakan penyakit yang sukar terdoagnosa secara dini, karena pada
awalnya menunjukkan berbagai gejala yang menyesatkan dan eragukan tapi
umumnya berjalan progresif.
Manifestasi klinis tumor otak dapat berupa:
a. Gejala serebral umum
Dapat berupa perubahan mental yang ringan (Psikomotor asthenia), yang
dapat dirasakan oleh keluarga dekat penderita berupa: mudah tersinggung,
emosi, labil, pelupa, perlambatan aktivitas mental dan sosial, kehilangan
inisiatif dan spontanitas, mungkin diketemukan ansietas dan depresi. Gejala
ini berjalan progresif dan dapat dijumpai pada 2/3 kasus
1. Nyeri Kepala
Diperkirakan 1% penyebab nyeri kepala adalah tumor otak dan 30%
gejala awal tumor otak adalah nyeri kepala. Sedangkan gejala lanjut
diketemukan 70% kasus. Sifat nyeri kepala bervariasi dari ringan dan
episodik sampai berat dan berdenyut, umumnya bertambah berat pada
malam hari dan pada saat bangun tidur pagi serta pada keadaan dimana
terjadi peninggian tekanan tinggi intrakranial. Adanya nyeri kepala
dengan psikomotor asthenia perlu dicurigai tumor otak.
2. Muntah
Terdapat pada 30% kasus dan umumnya meyertai nyeri kepala. Lebih
sering dijumpai pada tumor di fossa posterior, umumnya muntah bersifat
proyektif dan tak disertai dengan mual.
3. Kejang
Bangkitan kejang dapat merupakan gejala awal dari tumor otak pada
25% kasus, dan lebih dari 35% kasus pada stadium lanjut. Diperkirakan
2% penyebab bangkitan kejang adalah tumor otak. Perlu dicurigai
penyebab bangkitan kejang adalah tumor otak bila:
 Bagkitan kejang pertama kali pada usia lebih dari 25 tahun
 Mengalami post iktal paralisis
 Mengalami status epilepsi
 Resisten terhadap obat-obat epilepsi
 Bangkitan disertai dengan gejala TTIK lain
 Bangkitan kejang ditemui pada 70% tumor otak dikorteks, 50%
pasen dengan astrositoma, 40% pada pasen meningioma, dan 25%
pada glioblastoma.
4. Gejala Tekanan Tinggi Intrakranial
Berupa keluhan nyeri kepala di daerah frontal dan oksipital yang timbul
pada pagi hari dan malam hari, muntah proyektil dan enurunan
kesadaran. Pada pemeriksaan diketemukan papil udem. Keadaan ini perlu
tindakan segera karena setiap saat dapat timbul ancaman herniasi. Selain
itu dapat dijumpai parese N.VI akibat teregangnya N.VI oleh TTIK.
Tumor-tumor yang sering memberikan gejala TTIK tanpa gejala-gejala
fokal maupun lateralisasi adalah meduloblatoma, spendimoma dari
ventrikel III, haemangioblastoma serebelum dan craniopharingioma.

Gejala spesifik tumor otak yang berhubungan dengan lokasi:


1. Lobus frontal
 Menimbulkan gejala perubahan kepribadian
 Bila tumor menekan jaras motorik menimbulkan hemiparese kontra
lateral, kejang fokal
 Bila menekan permukaan media dapat menyebabkan inkontinentia
 Bila tumor terletak pada basis frontal menimbulkan sindrom foster
kennedy
 Pada lobus dominan menimbulkan gejala afasia
2. Lobus parietal
 Dapat menimbulkan gejala modalitas sensori kortikal hemianopsi
homonym
 Bila terletak dekat area motorik dapat timbul kejang fokal dan pada
girus angularis menimbulkan gejala sindrom gerstmann’s
3. Lobus temporal
 Akan menimbulkan gejala hemianopsi, bangkitan psikomotor, yang
didahului dengan aura atau halusinasi
 Bila letak tumor lebih dalam menimbulkan gejala afasia dan
hemiparese
 Pada tumor yang terletak sekitar basal ganglia dapat diketemukan
gejala choreoathetosis, parkinsonism.
4. Lobus oksipital
 Menimbulkan bangkitan kejang yang dahului dengan gangguan
penglihatan
 Gangguan penglihatan yang permulaan bersifat quadranopia
berkembang menjadi hemianopsia, objeckagnosia
5. Tumor di ventrikel ke III
 Tumor biasanya bertangkai sehingga pada pergerakan kepala
menimbulkan obstruksi dari cairan serebrospinal dan terjadi
peninggian tekanan intrakranial mendadak, pasen tiba-tiba nyeri
kepala, penglihatan kabur, dan penurunan kesadaran
6. Tumor di cerebello pontin angie
 Tersering berasal dari N VIII yaitu acustic neurinoma
 Dapat dibedakan dengan tumor jenis lain karena gejala awalnya
berupa gangguan fungsi pendengaran
 Gejala lain timbul bila tumor telah membesar dan keluar dari
daerah pontin angel
7. Tumor Hipotalamus
 Menyebabkan gejala TTIK akibat oklusi dari foramen Monroe
 Gangguan fungsi hipotalamus menyebabkan gejala: gangguan
perkembangan seksuil pada anak-anak, amenorrhoe,dwarfism,
gangguan cairan dan elektrolit, bangkitan
8. Tumor di cerebelum
 Umumnya didapat gangguan berjalan dan gejala TTIK akan cepat
erjadi disertai dengan papil udem
 Nyeri kepala khas didaerah oksipital yang menjalar keleher dan
spasme dari otot-otot servikal
9. Tumor fosa posterior
 Diketemukan gangguan berjalan, nyeri kepala dan muntah disertai
dengan nystacmus, biasanya merupakan gejala awal dari
medulloblastoma.

6. Penegakan Diagnosis
Bagi seorang ahli bedah saraf dalam menegakkan diagnosis tumor otak adalah
dengan mengetahui informasi jenis tumor, karakteristiknya, lokasinya, batasnya,
hubungannya dengan system ventrikel, dan hubungannya dengan struktur vital otak
misalnya sirrkulus willisi dan hipotalamus. Selain itu juga diperlukan periksaan
radiologist canggih yang invasive maupun non invasive. Pemeriksaan non invasive
mencakup ct scan dan mri bila perlu diberikan kontras agar dapat mengetahui batas-
batas tumor.Pemeriksaan invasive seperti angiografi serebral yang dapat
memberikan gambaran system pendarahan tumor, dan hungannya dengan system
pembuluh darah sirkulus willisy selain itu dapat mengetahui hubungan massa tumor
dengan vena otak dan sinus duramatrisnya yang fital itu.
Untuk menegakkan diagnosis pada penderita yang dicurigai menderita tumor otak
yaitu melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik neurologik yang teliti, adapun
pemeriksaan penunjang yang dapat membantu yaitu CT-Scan dan MRI. () Dari
anamnesis kita dapat mengetahui gejala-gejala yang dirasakan oleh penderita yang
mungkin sesuai dengan gejala-gejala yang telah diuraikan di atas. Misalnya ada
tidaknya nyeri kepala, muntah dan kejang. Sedangkan melalui pemeriksaan fisik
neurologik mungkin ditemukan adanya gejala seperti edema papil dan deficit
lapangan pandang.

7. Komplikasi
Komplikasi yang dapat ditemukan pada pasien dengan penyakit tumor otak adalah
a. Edema serebral
b. Peningkatan tekanan intratrakranial
c. Herniasi otak
d. Hidrosepalus
e. Kejang/ epilepsi
f. Metastase ke tempat lain

8. Pemeriksaan Diagnostik
a. Arterigrafi atau Ventricolugram ; untuk mendeteksi kondisi patologi pada
sistem ventrikel dan cisterna.
b. CT – SCAN ; Dasar dalam menentukan diagnosa.
c. Radiogram ; Memberikan informasi yang sangat berharga mengenai struktur,
penebalan dan klasifikasi; posisi kelenjar pinelal yang mengapur; dan posisi
selatursika.
d. Elektroensefalogram (EEG) ; Memberi informasi mengenai perubahan
kepekaan neuron.
e. Ekoensefalogram ; Memberi informasi mengenai pergeseran kandungan intra
serebral.
f. Sidik otak radioaktif ; Memperlihatkan daerah-daerah akumulasi abnormal
dari zat radioaktif. Tumor otak mengakibatkan kerusakan sawar darah otak
yang menyebabkan akumulasi abnormal zat radioaktif

9. Penatalaksanaan
a. Pembedahan
Pembedahan dilaksanakan untuk menegakkan diagnosis histologik dan untuk
mengurangi efek akibat massa tumor. Kecuali pada tipe-tipe tumor tertentu yang
tidak dapat direseksi.
Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan suatu pembedahan tumor otak
yakni: diagnosis yang tepat, rinci dan seksama, perencanaan dan persiapan pra
bedah yang lengkap, teknik neuroanastesi yang baik, kecermatan dan
keterampilan dalam pengangkatan tumor, serta perawatan pasca bedah yang
baik, Berbagai cara dan teknik operasi dengan menggunakan kemajuan
teknologi seperti mikroskop, sinar laser, ultrasound aspirator, bipolar coagulator,
realtime ultrasound yang membantu ahli bedah saraf mengeluarkan massa tumor
otak dengan aman.
b. Radiotherapi
Biasanya merupakan kombinasi dari terapi lainnya tapi tidak jarang pula
merupakan therapi tunggal.Adapun efek samping : kerusakan kulit di
sekitarnya, kelelahan, nyeri karena inflamasi pada nervus atau otot pectoralis,
radang tenggorokan.
c. Chemotherapy
Jika tumor tersebut tidak dapat disembuhkan dengan pembedahan,
kemoterapi tetap diperlukan sebagai terapi tambahan dengan metode yang
beragam. Pada tumor-tumor tertentu seperti meduloblastoma dan astrositoma
stadium tinggi yang meluas ke batang otak, terapi tambahan berupa
kemoterapi dan regimen radioterapi dapat membantu sebagai terapi
paliatif.Pemberian obat-obatan anti tumor yang sudah menyebar dalam
aliran darah.Efek samping : lelah, mual, muntah, hilang nafsu makan,
kerontokan membuat, mudah terserang penyakit.
d. Manipulasi hormonal.
Biasanya dengan obat golongan tamoxifen untuk tumor yang sudah
bermetastase
e. Terapi Steroid
Steroid secara dramatis mengurangi edema sekeliling tumor intrakranial,
namun tidak berefek langsung terhadap tumor.
10. Pengobatan
 Kortikosteroid : misalnya dexametosan
 Anti kejang : delantin
 Analgetik : acetaminopen
DAFTAR PUSTAKA

Anurogo Dito. (2013). 45 Penyakit Dan Gangguan Saraf. Jakarta: Rapha


Publishing.
Tarwoto, Wartonah, Eros Siti Suryati. (2007). KEPERAWATAN MEDIKAL
BEDAH GANGGUAN SISTEM PERSARAFAN. Jakarta : CV Sagung
Seto.
Mohammad Judha, Nazwar Hamdani Rahil. (2011). SISTEM PERSARAFAN
(Dalam Asuhan Keperawatan). Yogyakarta : Gosyen Publishing.
Widagdo Wahyu , DKK. (2008). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan
Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta : Trans Info Media.

You might also like