Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 14

Struktur dan Fungsi Kerja Homeostasis pada Ginjal Manusia

Calvin Augurius

102016074/F4

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Alamat korespondensi: Jl. Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat 11510

Email: calvin.2016fk074@civitas.ukrida.ac.id

Abstrak

Kita sebagai manusia mengkonsumsi makanan dan minuman untuk bertahan hidup. Makanan
dan minuman yang kita konsumsi sehari-hari mengandung berbagai nutrien dan yang berguna
bagi tubuh kita. Adapun zat sisa yang bersifat toksik bagi tubuh kita yang akan dikeluarkan
melalui mekanisme miksi dan kumpulan zat sisa yang dipadatkan, dikeluarkan melalui
defekasi. Pada mekanisme miksi, salah satu organ yang berperan adalah ginjal. Ginjal
merupakan salah satu organ yang berperan penting dalam kelangsungan hidup manusia. Ginjal
secara garis besar memilki empat fungsi, yaitu: homeostatis, reabsorpsi, ekskresi, dan sekresi.
Pada keadaan patologis seperti gagal ginjal, penderita mengalami gangguan fungsi atau
penyimpangan fisiologis. Hal utama yang akan dibahas adalah ilmu dasar yang menunjang
gagal ginjal tersebut. Hal itu meliputi struktur makroskopis dan mikroskopis ginjal, fungsi dan
mekanisme homeostasis utama pada ginjal, dan komponen-komponen yang kadarnya
mempengaruhi ginjal.

Kata kunci: homeostasis, ginjal, ekskresi, sekresi, reabsorpsi.

Abstract

We as humans consume food and drink to survive. The foods and drinks we consume daily
contain a variety of nutrients and are useful to our body. The residual substances that are toxic
to our body which will be excreted through the mechanism of micturition and collection of
residual substances are compacted, issued through defecation. In the mechanism of
micturition, one of the organs that play a role is the kidney. Kidney is one of the organs that
play an important role in human survival. Kidney outline has four functions, namely:
homeostasis, reabsorption, excretion, and secretions. In pathological conditions such as renal
failure, patients experience impaired function or physiological aberrations. The main thing
that will be discussed is the basic science that support the information about kidney failure.
They include the macroscopic and microscopic structure of the kidney, the major functions and
mechanisms of the homeostasis of the kidneys, and the components that measure the kidneys.

Keywords: homeostasis, kidney, excretion, secretion, reabsorption.

Pendahuluan

Kita sebagai manusia mengkonsumsi makanan dan minuman untuk bertahan hidup. Makanan
dan minuman yang kita konsumsi sehari-hari mengandung berbagai nutrien dan energi yang
berguna bagi tubuh kita. Adapun zat sisa maupun senyawa yang bersifat toksik bagi tubuh kita
yang akan dikeluarkan melalui uretra berupa urin dalam mekanisme miksi dan kumpulan zat
sisa dan senyawa yang dipadatkan, dikeluarkan melalui defekasi. Pada mekanisme miksi, salah
satu organ yang berperan adalah ginjal. Ginjal merupakan salah satu organ yang berperan
penting dalam kelangsungan hidup manusia. Ginjal secara garis besar memilki tiga fungsi,
yaitu: homeostatis, ekskresi, dan sekresi. Pada keadaan tertentu, ginjal dapat mengalami
penyimpangan kerja secara fisiologis karena kebiasaan buruk yang dilakukan manusia; seperti
menahan kencing, jarang meminum air putih atau meminum minuman yang tidak menyehatkan
dan lain-lain. Salah satu keadaan patologis yang umum dijumpai adalah gagal ginjal kronik.
Kelainan ini menyebabkan fungsi homeostasis ginjal menjadi buruk atau bahkan tidak
berfungsi sama sekali. Salah satu cara untuk mengatasi kelainan ini adalah dengan
hemodialisis. Pada pembuatan makalah ini saya tidak akan membahas keadaan patologis
tersebut, saya akan membahas ilmu dasar yang mengkaji keadaan tersebut. Poin utama yang
akan dibahas yaitu: struktur makroskopis dan mikroskopis ginjal, fungsi dan mekanisme
homeostasis utama pada ginjal, dan komponen pada kadar normal yang berkaitan dengan
ginjal.

Makroskopis Ginjal

Ginjal adalah organ ekskresi pada manusia yang berbentuk mirip seperti kacang. Sebagai
bagian dari sistem urin, ginjal memiliki fungsi secara umum, yaitu menyaring kotoran
(terutama urea) dari darah dan membuangnya bersama dengan air dalam bentuk urin. Ginjal
memiliki panjang kira-kira 11 cm, lebar 6 cm dan ketebalan sekitar 3 cm. Secara anatomis,
ginjal terletak retroperitoneal. Manusia memiliki 2 buah ginjal, yaitu ginjal kiri dan ginjal
kanan. Ginjal kiri terletak pada iga ke XI atau setinggi lumbal 2-3. Sementara ginjal kanan
terletak pada iga ke XII atau setinggi lumbal 3-4. Ginjal memiliki 3 pembungkus, yaitu kapsula
fibrosa dan adiposa. Kapsula fibrosa (renalis) langsung menyelubung ginjal dan kapsula
adiposa melapisi bagian tengah, terutama pada permukaan belakang dan kelenjar suprarenalis
ginjal. Terakhir, fascia renalis sebagai pembungkus paling luar yang menghubungkannya
dengan dinding abdomen posterior. Pada potongan memanjang, ginjal memiliki dua bagian
utama, yaitu korteks dan medulla.1,2

Korteks ginjal merupakan bagian luar ginjal. Korteks pada ginjal meliputi 1/3 bagian dari
ginjal. Korteks ginjal terdiri dari korpuskulum ginjal (corpusculum renis malpighi), tubulus
kontortus proksimalis dan tubulus kontortus distalis. Korpuskulum ginjal merupakan gabungan
dari beberapa bagian, yaitu glomerulus dan kapsula Bowman. Sebagian daerah korteks ada
yang masuk ke daerah medulla yang disebut columna renalis. Korpuskulum ginjal juga dapat
disebut sebagai korpus renalis.1

Medulla ginjal merupakan bagian dalam pada ginjal. Medulla pada ginjal meliputi 2/3 bagian
dari ginjal. Medulla ginjal terdiri atas 8-15 piramida renalis malpighi (pyramis). Pyramis itu
sendiri merupakan gabungan dari duktus koligentes dan Ansa Henle. Terdapat struktur beralur
yang membentang dari basis pyramis renalis menuju ke daerah korteks yang disebut radii
medullares. Pada medulla juga terdapat ruang tempat calyx yang disebut sinus renalis. Ruang
ini berisi hilus renalis yang merupakan tempat masuk-keluarnya pembuluh darah dan pelvis
renalis. Pelvis renalis itu sendiri merupakan bagian terdalam pada medulla yang berguna
sebagai pengumpul urin yang akan disalurkan ke ureter; ia akan terbagi menjadi 2-3 calyx
menjadi calyx major (calyces majores dalam jumlah banyak), masing-masing calyx major akan
bercabang menjadi calyx minor dan akan terindentasi oleh apex pyramis renalis yang disebut
papilla renalis.1,2

Pendarahan pada ginjal yang utama adalah arteri renalis. Arteri renalis ini berasal dari aorta
setinggi vertebra lumbalis II. Arteri renalis akan bercabang menjadi lima arteri segmentalis
yang memasuki hilus renalis. Kemudian arteri segmentalis akan bercabang ke satu tepi pada
tiap pyramis medulla renalis yang disebut arteri interlobaris, lalu arteri ini berlanjut cabangnya
mengelilingi korteks dan medulla ginjal/renalis yang disebut arteri arcuata, cabang dari arteri
arcuata akan berjalan ke korteks ginjal yang disebut dengan arteri interlobularis. Arteri
interlobularis akan bercabang ke vas afferens lalu ke glomerulus membetuk pembuluh kapiler
dan sebagian ke vas efferens membentuk anyaman rambut yang disebut arteriolae rectae.1-3

Sekilas mengenai perjalanan pada pembuluh balik ginjal, pembuluh balik atau vena pada ginjal
memiliki karakteristik berjalan berdampingan bersama dengan arteri. Perjalanannya dimulai
dari vena interlobularis ke vena arcuata, lalu bercabang ke vena interlobaris, kemudian ke vena
renalis dan berakhir di vena kava inferior. Mengenai pembuluh getah bening pada ginjal, aliran
getah beningnya akan berjalan ke noduli limfatisi para-aorticae.3 berikut merupakan gambar
mengenai bagian makroskopik dan vaskularisasi pada ginjal:

Gambar 1 dan 2. Vaskularisasi dan struktur yang ada pada ginjal.2

Terakhir, mengenai persarafan pada ginjal. Ginjal hanya diinervasi oleh plexus simpatis, yaitu
plexus renalis. Perjalanannya dimulai dari aorta abdominalis lalu ia akan ke plexus coeliacus.
Setelah itu, akan ada serat aferen viseral yang berjalan melalui plexus renalis memasuki
medulla spinalis tepatnya pada nervus thoracicus 10-12, bahkan ada yang ke lumbalis 1-2.2,3

Mikroskopis Ginjal

Ginjal memiliki unit fungsional yang disebut tubulus uriniferus. Tubulus uriniferus memiliki
dua bagian, yaitu nefron dan duktus koligentes. Kedua bagian utama ini hanya terlihat secara
mikroskopik. nefron pada ginjal terbagi lagi atas 4 bagian, yaitu: korpus renalis renalis, tubulus
kontortus proksimalis, Ansa Henle, dan tubulus kontortus distalis. Nefron berdasarkan pada
letak korpus renalis pada korteks ginjal atau berdasarkan panjang dari Ansa Henle; ginjal dibagi
menjadi dua, yaitu jukstamedularis (panjang) dan nefron kortikal (pendek). Pembagian ini
menetukan derajat konsentrasi dalam medula renal, memungkinkan pembentukan urin yang
hipertonis.4

Bagian pertama dari nefron, yaitu korpus renalis. Korpus renalis terletak pada korteks ginjal.
Korpus ini berfungsi sebagai tempat filtrasi plasma tanpa protein pada keaadaan normal.
Korpus renalis terdiri atas dua bagian, yaitu kapsula Bowman dan glomerulus. Berikut
penjabaran untuk korpus renalis:

 Kapsula Bowman memiliki dua lapis, yaitu lapisan viseralis memiliki letak sebelah
dalam dari kapsula Bowman. Terdiri dari suatu epitel khusus ginjal yang mengelilingi
pembuluh darah kapiler glomerulus yang disebut podosit. Podosit berguna sebagai
penghalang agar protein tidak masuk pada saat filtrasi. Sedangkan lapisan parietal
merupakan lapisan yang membentuk korpus renalis di sebelah luar. Epitel pada lapisan
ini adalah epitel selapis gepeng. Terdapat pemisah antara kapiler darah glomerulus
dengan filtrat dalam kapsula ini yang disebut sawar ginjal.4
 Bagian kedua dari korpus renalis adalah glomerulus. Glomerulus merupakan kumparan
kapiler darah yang berperan sebagai filtrasi utama agar protein pada plasma darah tidak
melewati ginjal. Pada glomerulus terdapat dua arteriol, yaitu: arteriol aferen untuk
darah yang masuk dan arteriol eferen untuk darah yang keluar dari glomerulus. Letak
korpus renalis terdapat pada korteks ginjal, tepatnya pada kutub vaskular dimana dapat
ditemukan kedua arteriol tersebut.4
 Pada korpus renalis dan di dekat tubulus kontortus distalis, terdapat kelompok sel
khusus yang disebut aparatus jukstaglomerular. Kelompok sel ini dibagi menjadi tiga;
pertama, sel jukstaglomerular yang merupakan sekelompok otot polos modifikasi yang
terletak di dinding arteriol aferen dan berfungsi menghasilkan hormon renin; kedua
yaitu sel mesangial (lacis) yang terletak di kapiler darah mengelilingi glomerulus dan
berfungsi sebagai makrofag bahan yang tertimbun di saringan glomerulus; terakhir
yaitu makula densa yang merupakan modifikasi tubulus kontortus distalis dan berfungsi
untuk sensor osmolaritas cairan di tubulus distalis.4,5

Bagian kedua daripada pembahasan nefron, yaitu tubulus kontortus proksimalis dan distalis.
Tubulus kontortus proksimalis terletak pada korteks ginjal, tepatnya di polus/kutub urinarius.
Epitel pada tubulus ini adalah epitel selapis kubis, bersifat asidofilik, inti sedikit dan berjauhan,
lumen tidak jelas karena adanya brush border/mikrovili, serta memiliki fungsi reabsorpsi
makromolekul dari filtrat glomerulus dan transpor ion. Sedangkan pada tubulus kontortus
distalis terletak pada korteks ginjal, memiliki sifat basofilik, inti yang banyak, berdekatan,
lumennya rapi (tidak ada brush border), serta memiliki fungsi reabsorpsi, ekskresi, dan sekresi.

Bagian terakhir dari pembahasan nefron, yaitu Ansa Henle. Ansa Henle terletak pada medulla
dan berkas medulla (kolumna renalis). Ansa Henle memiliki tiga bagian, yang pertama yaitu
segmen tebal desendens/tubulus rektus proksimalis, yang kedua segmen tebal asendens/tubulus
rektus distalis, terakhir adalah segmen tipis Ansa Henle. Berikut poin penting beserta gambar
yang perlu diketahui:4

 Segmen tebal desendens: cirinya mirip seperti tubulus kontortus proksimalis, hanya
saja selnya lebih rendah.
 Segmen tebal asendens: cirinya mirip tubulus kontortus distalis, hanya saja selnya lebih
pendek dan inti menonjol ke lumen.
 Segmen tipis Ansa Henle: Terdiri atas sel-sel gepeng, memiliki karakteristik panjang
di jukstamedularis dan sangat pendek di nefron kortikal, terdapat otot polos. Segmen
ini terbagi menjadi dua, yaitu segmen tipis asenden dan desenden Ansa Henle. Segmen
tipis desendens sangat permeabel terhadap air dan garam, sehingga ultrafiltrat (hasil
filtrasi) akan berusaha menyeimbangkan osmolaritasnya dengan interstisial renal di
sekitarnya. Sedangkan segmen tipis asendens tidak permeabel terhadap air, tetapi
permeabel terhadap garam; jadi ultrafiltrat akan dipertahankan osmolaritasnya yang
sama seperti interstisial renal di sekitarnya ketika ada gradien konsentrasi menurun
mendekati korteks.4,5

Berikut merupakan gambar korteks dan medulla beserta strukturnya:

gambar 3 dan 4: korteks dan medulla ginjal beserta struktur yang ada.5

Duktus koligentes/koligens merupakan bagian uraian kedua dari tubulus uriniferus. Letaknya
terdapat di medulla dan berkas medulla ginjal, tepat setelah tubulus kontortus distalis yang
bergabung di bagian akhir. Duktus ini terdiri atas epitel selapis kubis. Duktus koligens turun
dari juluran medulla di korteks (kolumna renalis) melewati pyramis ginjal dan beberapa duktus
koligentes akan bergabung menjadi satu membentuk duktus bellini yang terdapat pada area
kribrosa. Ultrafiltrat yang masuk disini bersifat hipoosmotik. Hormon antidiuretik (ADH)
dilepaskan dari nervosa hipofisis yang menyebabkan sel yang ada di duktus koligens permeabel
terhadap air, meninggalkan duktus ini dan meningkatkan konsentrasi urine
(augmentasi/pemekatan).4

Fungsi dan Mekanisme Homeostasis Utama pada Ginjal

Ginjal merupakan organ pada manusia yang memilki banyak fungsi. Fungsi tersebut dibagi
menjadi 3 bagian utama, yaitu fungsi homeostasis, ekskresi dan sekresi. Ginjal juga sangat
berperan dalam memproses urin melalui tiga tahap yaitu filtrasi, reabsorpsi dan augmentasi.
Pada pembuatan makalah ini, fungsi ginjal yang akan difokuskan adalah fungsi homeostasis.

Homeostasis atau mempertahankan keseimbangan tubuh pada ginjal meliputi keseimbangan


asam basa, mempertahankan volume plasma tekanan darah, Na+, H2O; mempertahankan
osmolaritas, ginjal juga menjaga keseimbangan tubuh karena adanya filtrasi, sekresi, ekskresi,
dan reabsorpsi pada urin. Mekanisme homeostasis pada ginjal melibatkan ion, hormon,
substansi, dan enzim pada prosesnya. Berikut merupakan berbagai mekanisme homeostasis
ginjal yang utama:

Filtrasi

Proses ini merupakan proses penyaringan awal, dimana darah yang melewati glomerulus akan
difiltrasi menuju ke kapsula Bowman. Cairan yang difiltrasikan melalui glomerulus ke dalam
kapsul Bowman disebut filtrat glomerulus, dan membran kapiler glomerulus disebut membran
glomerulus yang memiliki permeabilitas 100-1000 kali permebialitas kapiler biasa. Filtrat
glomerulus mempunyai komposisi yang hampir sama dengan komposisi cairan yang merembes
dari ujung arteri kapiler pada cairan interstisial. Di sini tidak ditemukannya eritrosit dan hanya
mengandung sekitar 0,03 % protein.6,7 berikut gambar untuk proses filtrasi:

Gambar 5. Proses Filtrasi.8

Elektrolit dan komposisi solute lain dari filtrat glomerulus juga serupa dengan yang ditemukan
di dalam cairan interstitial. Karena filtrat tersebut kekurangan ion protein bermuatan negatif,
maka terjadi suatu efek Donnan yang menyebabkan konsentrasi ion-ion negatif seperti ion
klorida dan bikarbonat, di dalam cairan interstitial dan filtrat glomerulus kira-kira 5% lebih
tinggi daripada di dalam plasma, dan konsentrasi ion-ion positif kira-kira 5% lebih rendah.
Juga, zat-zat yang tak terionisasi seperti ureum, kreatinin, dan glukosa meningkat sekitar 4%
karena hampir tidak ada protein sama sekali tersebut. Filtrasi glomerulus terjadi dengan cara
yang sama seperti merembesnya cairan dari setiap kapiler bertekanan tinggi di dalam tubuh.
Yaitu tekanan dalam kapiler glomerulus menyebabkan filtrasi cairan melalui membran kapiler
ke dalam kapsul Bowman. Sebaliknya tekanan osmotik koloid di dalam darah dan tekanan di
dalam kapsul Bowman menentang filtrasi tersebut.6

Proses filtrasi bergantung sepenuhnya pada tekanan yang dihasilkan dalam glomerulus. Berikut
berbagai macam tekanan yang berpengaruh terhadap ginjal:6

 Tekanan kapiler glomerulus (TKG). Merupakan tekanan cairan yang disebabkan oleh darah
di dalam glomerulus. Tekanan ini bergantung pada kontraksi jantung dan tahanan dari aliran
darah dari arteriol dan afferent dan efferen. Diperkirakan sebesar 55 mmHg. Tekanan yang
besar ini akan mendukung filtrasi.
 Tekanan osmotik koloid-plasma (TOKP). Disebabkan oleh distribusi protein plasma yang
tidak merata. Karena protein plasma tidak bisa difiltrasi, mereka berada pada kapiler
glomerulus (bukan dalam kapsula Bowman). Konsentrasi H2O pada Kapsula Bowman yang
lebih tinggi daripada glomerulus menyebabkan H2O untuk cenderung bergerak secara
osmosis sehingga melawan filtrasi. TOKP kurang lebih 30 mmHg.
 Tekanan hidrostatik Kapsula Bowman (THKB) merupakan tekanan yang dihasilkan oleh
cairan dari bagian awal tubulus. Kurang lebih 15 mmHg dan melawan filtrasi.

Karena ketiga tekanan ini, terbentuklah yang namanya Net Filtration Pressure (NFP), dengan
jumlahnya NFP = TKG – TOKP – THKB = 55 – 30 – 15 = 10 mmHg.7

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Laju Filtrasi Glomerulus

 Efek Aliran Darah. Laju filtrasi glomerulus sangat dipengaruhi oleh kecepatan aliran darah
melalui nefron-nefron. Semakin besar koefisien filtrasi glmerulus, semakin besar efek aliran
darah pada laju filtrasi glomerulus. Sebaliknya, semakin kecil koefisien filtrasi, semakin
besar efek tekanan glomerulus pada laju filtrasi.
 Efek konstriksi arteriol aferen. Konstriksi arteriol aferen menurunkan kecepatan aliran darah
ke dalam glomerulus dan juga menurunkan tekanan glomerulus, kedua efek ini menurunkan
laju filtrasi tersebut. Sebaliknya dilatasi arteriol aferen meningkatkan tekanan glomerulus,
dengan disertai kenaikan laju filtrasi glomerulus.
 Efek perangsangan simpatis. Selama perangsangan simpatis yang ringan sampai moderat ke
ginjal, dengan demikian menurunkan laju filtrasi glomerulus (kecuali bila tekanan arteri
meningkat pada saat yang sama, seperti biasa terjadi selama perangsangan simpatis).
Dengan perangsangan simpatis yang kuat, aliran darah glomerulus dan tekanan glomerulus
berkurang sedemikian besar sehingga laju filtrasi glomerulus turun hampir menjadi nol.
 Efek Tekanan Arteri. Bila tekanan arteri meningkat, arteriol aferen berkonstriksi secara
otomatis, ini menghalangi peningkatan besar dalam tekanan glomerulus meskipun terjadi
peningkatan tekanan arteri.6

Autoregulasi Ginjal

Ginjal sendiri bekerja menjaga aliran darah ginjal tetap konstan serta GFR normal, meski
terdapat perubahan tiap harinya pada tekanan darah. Mekanisme pertama, mekanisme
miogenik, terjadi ketika peregangan memicu kontraksi otot polos pada arteriol afferent. Seiring
meningkatnya tekanan darah, GFR juga meningkat. Dengan adanya peningkatan tekanan
darah, otot polos akan terpicu dan berkontraksi sehingga lumen arteriol menyempit sehingga
GFR akan berkurang, dan sebaliknya. Mekanisme kedua adalah umpan balik tubuloglomeular,
dinamakan demikian karena macula densa—bagian dari ginjal—menyediakan umpan balik ke
glomerulus. Ketika GFR di atas normal, macula densa akan mendeteksi adanya peningkatan
Na+, Cl- serta air dan akan menghambat pelepasan NO (agen penyebab vasodilatasi). Jika GFR
meningkat karena elevasi dari tekanan arterial, lebih banyak cairan dari normal terfiltrasi dan
mengalir menuju tubulus distal. Sebagai respon, macula densa akan melepaskan adenosine,
yang bekerja sebagai parakrin terhadap arteriol afferent terdekat, membuatnya konstriksi dan
menurunkan aliran darah sehingga GFR kembali normal. Dua mekanisme di atas dapat bekerja
selama tekanan darah berjarak antara 80 sampai 180 mmHg.7 berikut gambar untuk mekanisme
kedua autoregulasi:

Gambar 6 dan 7. Autoregulasi miogenik (kiri) dan umpan balik tubuloglomerular (kanan).8
Reabsorpsi dan Sekresi

Filtrat glomerulus yang memasuki tubulus nefron mengalir melalui tubulus proksimalis,
kemudian melalui Ansa Henle, melalui tubulus distal, dan melalui tubulus koligens ke dalam
pelvis ginjal. Sepanjang perjalanan ini, zat-zat direabsorpsi atau disekresi secara selektif oleh
epitel tubulus, dan cairan yang dihasilkannya memasuki pelvis ginjal sebagai urin. Reabsorpsi
peranannya lebih dominan daripada sekresi dalam pembentukan urin ini, tetapi sekresi sangat
penting dalam menentukan jumlah ion kalium, hidrogen, dan beberapa zat lain di dalam urin.
Reabsorpsi dan sekresi pada beberapa tempat di nefron berbeda-beda. Sel tubulus proksimalis
memiliki sejumlah besar mitokondria untuk menyokong proses transport aktif yang sangat
cepat. Ditemukan kurang lebih 65% dari semua proses reabsorpsi dan sekresi yang berlangsung
dalam sistem tubulus terjadi di dalam tubulus proksimalis. Jadi, biasanya 35% filtrat
glomerulus masih mengalir pada akhir tubulus proksimalis, 65% sisanya direabsorpsi sebelum
mencapai Ansa Henle.6

Segmen tipis Ansa Henle memiliki pori-pori yang memiliki permebialiatas besar. Sel-sel ini
tidak mempunyai brush border dan jumlah mitokondrianya sangat sedikit, sehingga
menunjukkan bahwa sel tersebut mempunyai tingkat metabolik minimal. Sel segmen tebal
Ansa Henle yang serupa dengan sel di dalam tubulus proksimalis, kecuali selnya mempunyai
brush border yang tidak sempurna dan mempunyai zona okludens yang lebih erat pada
perlekatan antara sel-sel tersebut. Sel-sel itu khusus disesuaikan untuk transport aktif natrium
melawan perbedaan konsentrasi dan gradien listrik yang tinggi. Juga epitel tersebut kurang
permeabel terhadap air dan hampir impermeabel terhadap ureum. Untuk memberikan enersi
bagi pompa natrium melawan gradien elektrokmia yang tinggi tersebut, sejumlah besar
mitokondria terdapat di dekat membran basalis sel epitel.6

Di dalam tubulus koligens urin menjadi sangat pekat atau sangat encer, sangat asam atau sangat
basa. Epitel tubulus koligens dirancang khusus untuk menahan sifat-sifat ekstrim cairan
tubulus. Bagian korteks tubulus koligens hampir impermeabel terhadap ureum. Sebaliknya
bagian medula cukup permeabel terhadap ureum sehingga sejumlah besar ureum biasanya
direabsorpsi dari tubulus koligens medula ke dalam interstisial medula, suatu efek yang sangat
penting untuk memekatkan urin tersebut. Permebialitas epitel terhadap air di dalam kedua
bagian tubulus koligens tersebut terutama ditentukan oleh konsentrasi hormon antidiuretik di
dalam darah. Bila ada sejumlah besar hormone antidiuretik, tubulus koligens menjadi sangat
permeabel terhadap air, dan kebanyakan air tersebut akan direabsorpsi dari tubulus dan
dikembalikan ke darah. Bila tidak ada hormon antidiuretik, sedikit sekali air direabsopsi,
kebanyakan akan keluar sebagai urin.6 Berikut merupakan gambar proses reabsorpsi dan
sekresi serta bagaimana komponennya dapat diproses:

Gambar 8. Proses sekresi dan reabsorpsi.8

 Air. Transport air terjadi sepenuhnya dengan difusi osmotik, yaitu bilamana suatu
solute di dalam fitrat glomerulus diabsorpsi baik dengan absorpsi aktif atau difusi yang
disebabkan oleh gradien elektrokimia, penurunan konsentrasi solute di dalam cairan
tubulus dan peningkatan konsentrasi di dalam cairan peritubulus yang diakibatkannya
menyebabkan osmosis air keluar dari tubulus tersebut.6
 Glukosa dan Asam Amino. Biasanya zat-zat ini direabsorpsi oleh proses transpor aktif
di dalam tubulus ginjal. Oleh karena itu, dalam cairan yang memasuki Ansa Henle tidak
ada zat-zat tersebut.6
 Ureum, Kreatinin. Jumlah ureum yang direabsorpsi adalah kira-kira 50% dari jumlah
total yang direabsorpsi selama seluruh perjalanan melalui sistem tubulus tersebut.
Kreatinin sama sekali tidak direabsorpsi di dalam tubulus, sejumlah kecil kreatinin
benar-benar disekresikan ke dalam tubulus oleh tubulus proksimalis sehingga jumlah
total kreatinin meningkat kira-kira 20%.6
 Natrium, klorida, dan kalium. Semua ion ini sangat berkurang karena reabsorpsi ketika
cairan tubulus diolah dari filtrat glomerulus menjadi urin. Ion positif umumnya
ditranspor melalui epitel tubulus dengan proses transport aktif, sedangkan ion negatif
ditranspor secara pasif sebagai akibat perbedaan listrik yang timbul pada membrane
tersebut ketika ion positif ditranspor. Misalnya ketika ion natrium ditranspor keluar dari
cairan tubulus, keadaan elektronegatif yang timbul di dalam cairan tubulus
menyebabkan ion klorida mengikuti di belakang ion natrium tersebut.2 Ion kalium
direabsorpsi pada tubulus proksimalis dan disekresikan di dalam tubulus distal dan
koligens. Sekresi ini bersamaan dengan reabsorpsi natrium dengan pompa Na+-K+.
Karena K+ masuk ke dalam sel, konsentrasi intraseluler dari kalium menyebabkan
perpindahan K+ menuju lumen. Kesimpulannya, reabsorpsi Na+ pada akhirnya
mempengaruhi sekresi K+. Dengan demikian, aldosteron mempengaruhi sekresi K+
Pada keadaan tubuh terlalu asam, K+akan digantikan oleh H+ untuk kompensasi.7
 Ion hidrogen. Ion hidrogen disekresi secara aktif di dalam tubulus proksimalis, tubulus
distal, tubulus koligens. Sekresi H+ bertujuan untuk mengatur keseimbangan asam basa
cairan tubuh. Ketika cairan tubuh terlalu asam, sekresi H+ akan menigkat. Sebaliknya,
sekresi H+ akan berkurang ketika konsentrasi H+ pada tubuh rendah.7
 Ion bikarbonat. Ion bikarbonat terutama direabsorpsi dalam bentuk karbon dioksida,
bukan dalam bentuk ion bikarbonat itu sendiri. Pertama, ion bikarbonat bergabung
dengan ion hidrogen yang disekresikan ke dalam cairan tubulus oleh sel epitel. Reaksi
tersebut membentuk asam karbonat yang kemudian berdisosiasi menjadi air dan
karbondioksida. Karbondioksida tersebut, karena sangat larut dalam lemak, berdifusi
dengan cepat melalui membran tubulus ke dalam darah kapiler kapiler peritubulus.6

Counter Current dalam Medula

Mekanisme counter current terbagi atas dua bagian, yaitu multiplier dan exchanger.
Mekanisme counter current multiplier memilki syarat dua pembuluh yang sejajar, berlawanan
arah, cukup panjang, aliran yang berlawanan, dan bentuk pipa U. Pada awal di tubulus
proksimal, tonus plasma darah bersifat isotonis yang sama sifatnya seperti tonus di glomerulus,
ketika turun ke tubulus proksimalis sampai pars desendens Ansa Henle; bagian ini akan
impermeabel terhadap bahan lain dan air keluar melalui transpor pasif karena cairan interstisial
hiperosmolar. Pada keadaan di tubulus proksimalis, di dalm tubulus tersebut juga mengalami
peningkatan osmolaritas, ketika naik ke tubulus distal; osmolaritas akan kembali turun serta
disinilah terjadi transpor aktif Na+ dan Cl- keluar ke interstisial. ketika akan naik ke duktus
koligens, osmolaritas kembali sama seperti di glomerulus (isotonis). Dan ketika proses ion
sudah terjadi, pada duktus koligens, karena syarat sejajar dan satu arah, maka hal yang terjadi
di tubulus proksimal kembali terulang tetapi urea akan ditranspor pasif ke interstisial pada
duktus ini.7 Berikut gambar untuk mekanisme counter current:
Gambar 9. Mekanisme Counter Current.8

Mekanisme counter current yang kedua adalah vasa rekta. Dimana tugas utamanya adalah
sebagai peredam karena sifatnya yang sangat permeabel terhadap solute maupun air. Vasa
rekta lebih memfokuskan ke mempertahankan hiperosmolaritas medulla dan mengangkut
nutrien dan oksigen ke tubulus.

Keseimbangan Asam Basa

Ginjal mengatur keseimbangan asam basa dengan mengeksresikan urin yang asam dan basa.
Pengeluaran urin asam akan mengurangi jumlah asam dalam cairan ekstrasel. Sedangkan
pengeluaran urin basa berarti menghilangkan basa dari cairan ekstrasel. Keseluruhan
mekanisme ekskresi urin asam atau basa oleh ginjal adalah sebagai berikut. Sejumlah besar
HCO3- difiltrasi secara terus menerus ke dalam tubulus, dan bila HCO3- ini di ekskresikan ke
dalam urin, maka keadaan ini menghilangkan basa dari darah. Sejumlah besar H+ juga di
ekskresikan ke dalam lumen tubulus oleh sel epitel tubulus sehingga menghilangkan asam dari
darah. Bila lebih banyak H+ yang disekresikan daripada HCO3- yang di filtrasi, akan terjadi
kehilangan asam dari cairan ekstrasel. Sebaliknya, apabila lebih banyak HCO3- yang di
sekresikan daripada H+ yang di filtrasi, akan terjadi kehilangan basa.9

Komponen dalam Kadar Normal yang Berkaitan dengan Ginjal

Komponen ini merupakan komponen yang digunakan untuk uji tes fungsi fisiologis pada
ginjal. Biasanya uji ini dilakukan dengan pemeriksaan dari laboratorium sebagai bahanya
yaitu urin sebagai sampel. Komponen tersebut adalah:7

 Ion Na+: berkisar dari 135-148 mEq/L


 Ion K+: berkisar dari 3,5-5,5 mEq/L
 Ion Cl-: Berkisar dari 95-105 mEq/L
 Ion HCO3-: berkisar dari 22-26 mEq/L
 Urea: tidak lebih dari 30 mEq/L
 Kreatinin: berkisar dari 0,5-1,3 mg/dL

Kesimpulan

Pada dasarnya, salah satu penyebab gagal ginjal kronik yaitu penyimpangan kerja fisiologis
ginjal terutama pada fungsi homeostasis serta peranan komponen-komponen yang kelebihan
atau kekurangan juga berpengaruh terhadap organ lain selain ginjal.

Daftar Pustaka

1. Kindangen K, Winata H, Kasim YI, Sumadikarya IK, Rumiati F, Kusumahastuti, Sutardhio


H, et al. Traktus urogenitalis. Jakarta: 2017: h. 8-9.
2. Paulsen F, Waschke J. Sobotta: atlas anatomi manusia, jilid 2: organ-organ dalam. Edisi ke-
23. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2010: h. 161, 164-7.
3. Snell RS. Anatomi klinis berdasarkan regio. Edisi ke-9. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC; 2012: h. 157, 209-16.
4. Gartner LP, Hiatt JL. Atlas berwarna histologi. Edisi ke-5. Tangerang Selatan: Binarupa
Aksara Publisher; 2012: h. 374-80.
5. Eroschenko VP. Atlas histologi diFiore. Edisi ke-11. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC; 2008: h. 373, 378-83.
6. Ganong. Buku ajar fisiologi kedokteran. Ed.24. Jakarta: EGC; 2012 h.397-502.
7. Marks DB, Marks AD. Biokimia kedokteran dasar. Jakarta: EGC; 2007. h. 696-710.
8. Kumpulan gambar-gambar anatomi tubuh. Diunduh dari:
http://www.walgreens.com/marketing/library/graphics/images, 24 September 2017.
9. Guyton, A.C, Hall J.E. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. 11th Ed. Jakarta: EGC; 2008.

You might also like