TA Bab 1-4 Ikshan

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 43

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perubahan pola gaya hidup sekarang ini, justru menyebabkan

masyarakat menjadi lebih konsumtif terhadap barang elektronik seperti

barang elektronik (kulkas, televisi, handphone, computer dan lain

sebagainya). Saat ini, produsen barang elektronik tidak pernah berhenti

melakukan suatu inovasi terhadap barang elektroniknya. Barang elektronik

yang berada di pasaran mudah dicari, beragam tipe sesuai keinginan dan

harganya terjangkau untuk konsumen dari kalangan menengah atas hingga

bawah (Lee dkk., 2007).

Apabila di negara maju seperti negara Uni Eropa jumlah timbulan

sampah elektronik memiliki pertumbuhan yang sangat pesat tiga kali lebih

cepat dari timbulan sampah kota (Gaidajis, 2010). Pertumbuhan timbulan

sampah elektronik yang sangat pesat dikarenakan perkembangan teknologi

dari barang elektronik tersebut. Barang elektronik saat ini, rata-rata

memiliki masa pakai yang lebih pendek. Masyarakat lebih memilih membeli

barang elektronik baru dikarenakan kecanggihan yang ditawarkan.

Kebiasaan membeli barang elektronik membuat jumlah timbulan barang

elektronik semakin banyak (Chatterjee, 2009).


Ternyata komponen di dalam sampah elektronik memiliki

kandungan bahan yang berbahaya seperti logam mulia dan juga plastik

(Oguchi dkk., 2011). Sampah elektronik yang berbahaya memiliki

karakteristik beracun, korosif, dan mudah menyala (Alumur dkk., 2007).

Contoh dari logam mulia seperti merkuri dapat menyebabkan gangguan

kesehatan seperti gangguan fungsi ginjal (Sudarmaji dkk., 2006).

Akibat dari bahan berbahaya yang dikandungnya maka perlu

dilakukan pengelolaan yang tepat. Pengelolaan yang biasa dilakukan

terhadap sampah elektronik adalah dengan melakukan daur ulang (recycle).

Proses daur ulang adalah metode yang melakukan pembongkaran dan

penghancuran pada komponen sampah elektronik sehingga menghasilkan

komponen yang baru (Hischier dkk., 2005). Sistem daur ulang yang tepat

dapat mengurangi kerusakan lingkungan dan menekan efek rumah kaca

(Aizawa dkk., 2007).

E-waste di Kota Makassar bisa dibilang belum terlalu popular di

kalangan masyarakat apalagi di skala rumah tangga mengingat belum ada

kebijakan-kebijakan tentang bagaimana perlakuan terhadap e-waste.

Ditambah lagi kurangnya pemahaman masyarakat tentang bahaya yang

ditimbulkan akibat e-waste ini apabila tidak dikelola dengan baik.


Berdasarkan penjabaran latar belakang di atas, penulis

melakukan suatu penelitian dengan judul “Studi Pengelolaan E-Waste

Domestik di Kota Makassar”

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini meliputi:

1. Bagaimana karakteristik E-waste yang dihasilkan oleh rumah tangga

di Kota Makassar?

2. Bagaimana pengolahan E-waste rumah tangga di Kota Makassar?

3. Bagaimana desain dan estimasi biaya dari Material Recovery Facility

untuk e-waste di Kota Makassar?

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

Maksud dari studi ini adalah selain sebagai syarat dalam

menyelesaikan studi pada program studi Teknik Lingkungan Fakultas

Teknik Universitas Hasanuddin, juga diharapkan dapat memberikan

masukan bagi pemerintah setempat khususnya Badan Lingkungan Hidup

(BLH) kota Makassar sebagai bahan pertimbangan dan evaluasi dalam

penanganan sampah elektronik.

Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Menghitung timbulan dan menganalisis pengelompokan e-waste di

Kota Makassar

2. Mengidentifikasi pengolahan e-waste rumah tangga di Kota


Makassar?

3. Merencanakan desain dan estimasi biaya dari Material Recovery

Facility untuk e-waste di Kota Makassar ?.

1.4 Ruang Lingkup

Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah:

1. Wilayah penelitian ini adalah Kecamatan Rappocini, Makassar.

2. Obyek yang diteliti adalah sampah elektronik skala rumah tangga.

3. Sampah yang diteliti meliputi semua sampah barang elektronik yang

dihasilkan dalam skala rumah tangga.

4. Parameter yang diteliti adalah jumlah timbulan dari rumah tangga dan

karakteristik sampah elektronik, pengolahan sampah saat ini, dan desain

Material Recovery Facility serta biaya

5. Data primer diperoleh melalui kuisioner, wawancara, dan observasi

lapangan. Sedangkan data sekunder melalui studi literatur dan data dari

instansi pemerintah terkait.

6. Penentuan jumlah responden dilakukan dengan menggunakan metoda

stratified random sampling.

1.5 Sistematika Penyusunan

Sistematika penyusunan Tugas Akhir adalah sebagai berikut :


BAB I PENDAHULUAN

Pendahuluan berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, maksud dan

tujuan studi, pembatasan masalah, serta sistematika penyusunan Tugas

Akhir.

BAB II STUDI PUSTAKA

Bab ini berisi tinjauan umum, cara atau metode ang dipakai dapat berupa

ketentuan maupun peraturan dalam menganalisis dan merencanakan

berdasarkan literatur yang ada.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini membahas mengenai jenis penelitian, waktu dan lokasi penelitian,

populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan

kerangka pikir.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini merupakan inti dari pembahasan masalah yang akan menyajikan

analisis data-data dan memberikan gambaran mengenai kondisi eksisting

dari pokok permasalahan yang ada

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


Bab ini berisi penjelasan hasil penelitian dan kesimpulan dari penyelesaian

masalah yang diangkat dan memberi saran bagi penelitian selanjutnya untuk

pengembangan di masa mendatang.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi E-Waste (Limbah Elektronik)

Secara umum, definisi dari e-waste digunakan untuk sampah

elektronik. Tidak ada standar khusus terkait definisi e-waste untuk seluruh

negara di dunia. Sejumlah negara membuat definisi sendiri terkait e-waste

(The United Nations Environmental Programme, 2007). Di Indonesia tidak

ada definisi maupun regulasi khusus terkait e-waste. E-waste di Indonesia

tergolong limbah bahan beracun dan berbahaya (B3) (Widyarsana, Winardy,

Damanhuri dan Padmi, 2010). Beberapa definisi e-waste yang ada,

diantaranya:

 Dari European Union pada tahun 2001, yakni semua komponen peralatan

listrik atau elektronik setelah masa pakai, bagian dari produk elektronik

tersebut setelah dibuang. Waste merupakan zat atau benda yang dibuang

atau yang perlu dibuang sesuai dengan ketentuan hukum nasional yang

berlaku. Electrical and electronic equipment atau 'EEE' berarti peralatan

yang bekerja tergantung pada arus listrik atau medan elektromagnetik

(The United Nations Environmental Programme,2007).

 Dari Eric Williams seorang Professor dari Arizona State University pada

tahun 2005 berpendapat bahwa e-waste merupakan peralatan elektronik

dan komponen yang telah rusak untuk dibuang atau peralatan elektornik

dan komponennya dalam kondisi bekas pakai yang masih bisa


berfungsi. (Sutarto, 2008).

2.2 Sumber dan Komposisi E-Waste (Limbah Elektronik)

Eroupean Union mengkategorikan sumber dan komposisi e-waste

kedalam 10 (sepuluh) kategori (The United Nations Environmental

Programme, 2007), yaitu:

1. Peralatan besar rumah tangga

 peralatan besar untuk pendingin

 lemari es

 freezer

 peralatan besar lainnya yang digunakan untuk pendinginan,

pengawetan dan penyimpanan makanan

 mesin cuci

 pengering pakaian

 piringan mesin cuci

 kompor listrik

 pelat panas listrik

 penanak nasi

 peralatan besar lain yang digunakan untuk memasak dan pengolahan

makanan

 peralatan pemanas listrik

 radiator listrik

 peralatan lainnya seperti kipas ventilasi, penangkap asap dan blower.

2. Peralatan kecil rumah tangga


 vakum pembersih

 penyapu karpet listrik

 peralatan kebersihan lainnya

 peralatan yang digunakan untuk menjahit, merajut, tenun dan proses

lainnya untuk tekstil

 besi dan peralatan lainnya untuk menyetrika, menggiling dan alat

perawatan pakaian lainnya

 pemanggang

 penggoreng listrik, pisau listrik

 mesin penggiling, mesin kopi dan peralatan untuk membuka atau

menyegel wadah atau paket

 peralatan untuk memotong rambut, mengeringkan rambut, menyikat

gigi, mencukur, pijat dan peralatan perawatan tubuh lainnya

 jam, jam tangan dan peralatan untuk tujuan pengukuranmenunjukkan

timbangan dan waktu.

3. Peralatan teknologi informasi dan telekomunikasi

 peralatan proses pengolahan data

 mainframe

 minicomputer

 printer

 komputer pribadi ( termasuk CPU, mouse, layar dan keyboard)

 laptop (termasuk CPU, mouse, layar dan keyboard)

 komputer notebook
 notepad

 peralatan menyalin dan mengetik seperti mesin tik listrik dan

elektronik

 pocket dan kalkulator meja

 produk dan peralatan lainnya untuk pengumpulan, penyimpanan,

 pembuatan presentasi atau komunikasi dan informasi dengan

 elektronik

 terminal sistem

 faksimili

 teleks

 telepon

 telepon koin dan kartu

 telepon seluler

 bel

 dan produk atau peralatan untuk transmisi suara, gambar, informasi

atau lainnya dengan media telekomunikasi.

4 Peralatan konsumsi

 radio

 televisi

 kamera video

 video recorder

 perekam
 audio amplifier

 alat-alat music

 produk lain atau peralatan untuk tujuan rekaman atau reproduksi suara

atau gambar, termasuk sinyal atau teknologi lain untuk distribusi suara

dan gambar dengan media telekomunikasi.

5. Peralatan pencahayaan

 lampu neon luminar

 lampu neon lurus

 lampu neon compact

 lampu discharge intensitas tinggi, termasuk lampu sodium bertekanan

 lampu logam

 lampu natrium tekanan rendah

 Peralatan pencahayaan lainnya untuk tujuan penyebaran atau

pengengontrolan cahaya kecuali filament lampu.

6. Alat listrik dan elektronik (kecuali alat-alat industri skala besar)

 alat pengebor atau pembuat lubang

 gergaji

 mesin jahit

 peralatan untuk penggilingan, pengamplasan, menggiling,

menggergaji, memotong, menggeser, mengebor, membuat, lubang,

memukul, melipat atau yang serupa

 alat pengolahan kayu, logam dan bahan lainnya


 alat untuk memasang paku atau sekrup atau mencabut paku atau

sekrup

 alat untuk pengelasan dengan solder atau yang serupa

 peralatan untuk penyemprotan cairan atau gas

 alat untuk memotong kegiatan berkebun atau lainnya.

7. Mainan, mesin waktu dan peralatan olahraga

 kereta api listrik mainan atau mobil balap mainan

 hand-held video game consoles

 video game

 komputer untuk permainan bersepeda, menyelam, berlari, mendayung,

dll

 peralatan olah raga dengan komponen listrik atau elektronik

 permainan dengan mesin koin.

8. Peralatan medis (kecuali peralatan yang terinfeksi)

 peralatan radioterapi

 kardiologi

 dialisis

 ventilator paru

 pengobatan sel

 peralatan laboratorium untuk diagnosis-vitro

 mesin penganalisis

 freezer
 fertilization tests

 peralatan lainnya untuk mendeteksi, mencegah, memantau,

mengobati, mengurangi penyakit, cedera atau cacat.

9. Alat kontrol dan pemantauan

 detektor asap

 pemanasan regulator

 thermostat

 pengukur atau timbangan listrik dalam peralatan rumah tangga atau

peralatan laboratorium

 peralatan lain dan instrumen kontrol yang digunakan dalam instalasi

industri (misalnya panel kontrol).

10, Dispenser otomatis

 dispenser otomatis untuk minuman panas

 dispenser otomatis untuk botol atau kaleng panas atau dingin

 dispenser otomatis untuk produk padat

 mesin penyimpan uang otomatis

 semua peralatan yang bekerjasecara otomatis untuk semua jenis

produk.

2.3 Mekanisme Aliran dan Daur Hidup E-waste

Mekanisme perdagangan e-waste dapat dijelaskan dalam 3 (tiga)

unsur, yakni :
1. Aliran material.

2. Daur hidup.

3. Batas geografis.

Aliran material dalam daur hidup peralatan listrik dan elektronik pada

kondisi lama dengan kaitannya dalam batas geografis menjadi dasar generasi

ewaste di tiap kota/negara. Bagian berikut menggambarkan pemahaman

konseptual dari aliran material, sepanjang usia pemakaian peralatan listrik

dan elektronik, yakni konversi dari peralatan yang sudah lama diikuti oleh

transformasi menjadi materi baru. Konseptual aliran material, daur hidup dari

e-waste ditunjukkan pada gambar di bawah ini.

Gambar 2.1 Konsep Daur Hidup Peralatan Elektik dan Elektronik


Sumber: The United Nations Environmental Programme, 2007

Pembentukan aliran material dalam batas geografis dapat membantu

dalam mengidentifikasi jaringan/rantai yang menghubungkan berbagai fase

dari daur hidup peralatan listrik dan elektronik dan pihak yang memiliki

kepentingan terkait. Guna mengembangkan konseptual terkait pemahaman

aliran material e-waste.


Hal-hal yang tergambar dari model pada Gambar 2.2, diantaranya:

 Model ini didasarkan pada pendekatan proses unit, dimana proses unit

merupakan proses atau kegiatan.

 Model aliran material mempertimbangkan semua proses unit dan aliran

dalam suatu batas. Panah menunjukkan hubungan aliran dari material pada

proses unit.

 Ada dua jenis yang berbeda dalam proses unit. Tipe 1 menerima setiap

materi tanpa perubahan, dimana tidak ada konversi. Sehingga, unit yang

keluar sama dengan unit yang masuk sebelumnya. Contohnya:

pengumpulan dan penggunaan kembali peralatan listrik dan elektronik.

Dalam Tipe 2, terjadi konversi dari maerial, sehingga menciptakan

material baru (produk, sampah, dll). Contohnya: pengolahan e-waste

termasuk didalamnya pembongkaran/insinerasi/peleburan dll.

 Batas adalah bidang pemisah antara sistem yang ada dengan lingkungan

luar atau sistem lain.

Gambar 2.2 Konseptual Model Aliran Material E-waste


Sumber : EEA Kopenhagen, 2003 dalam E-waste Management Manual Volume II
2.4 Tahapan dan Teknologi Manajemen E-Waste

Manajemen e-waste membutuhkan penangannan khusus yang bertahap.

Tahap-tahap tersebut, yakni pengumpulan, pengangkutan, pengolahan, dan

pembuangan (The United Nations Environmental Programme, 2007).

2.4.1 Sistem Pengumpulan

 Pengecer mengambil dan mengumpulkan kembali e-waste

Dalam mekanisme ini konsumen memberikan sampah elektronik dari

peralatan elektrik dan elektronik yang telah dibeli kepada pengecer yang

mendistribusikan produk serupa. Pengecer mungkin menukar dengan

produk yang lain atau membeli sampah elektronik tersebut. Mekanisme

ini yang biasanya terdapat di pengecer barang bekas rumah tangga.

 Produsen mengambil dan mengumpulkan kembali e-waste

Dalam mekanisme ini e-waste diambil kembali secara langsung oleh

produsen baik langsung di fasilitas yang mereka sediakan atau tempat

pengumpulan yang kemudian dimasukkan system pengelolaan e-waste

produsen.

Hal ini biasanya berlaku untuk peralatan komersial besar dan beroperasi

pada prinsip peralatan yang baru menggantikan peralatan yang lama.

 Kawasan pengumpulan dan penyimpanan

Dalam mekanisme ini, para konsumen dan/atau pengusaha dapat

membuang dan mengumpulkan sampah elektronik di kawasan

pengumpulan dan penyimpanan di kota tersebut. Sejumlah kontainer


disediakan untuk menyortir sesuai dengan lingkup produk dan

pengaturan logistic dengan sistem daur ulang dan pengangkutan.

Mekanisme pengumpulan ini biasanya tidak dikenai biaya untuk rumah

tangga, meskipun kadang-kadang biaya berlaku untuk perusahaan-

perusahaan komersial.

 Tempat pengumpulan lain

Dalam mekanisme ini, para konsumen atau pengusaha dapat membuang

sampah elektronik pada tempat yang telah disediakan. Tempat ini khusus

disediakan untuk mensortir sampah elektronik setelah itu diangkut oleh

container untuk diangkut kemudian didaur ulang. Pengguna tempat ini

dikenai biaya.

2.4.2 Sistem Pengolahan E-waste

Pengolahan e-waste yang tidak terkendali dan terorganisir akan memiliki

bahaya bagi kerusakan lingkungan. Pengolahan yang biasanya dilakukan di

dunia khusunya pada sektor informal seperti dengan pembakaran dan

penimbunan berpotensi mencemari lingkungan. Berikut ini adalah pilihan

unit operasi yang dapat digunakan untuk mengolah e-waste, diantaranya:

 Pembongkaran dan menghilangkan zat berbahaya.

Pembongkaran dan menghilangkan zat berbahaya dilakukan secara

manual. Dengan langkah langkah sebagai berikut :

1. Menghilangkan bagian yang mengandung zat berbahaya seperti

CFC, Hg dan PCB.

2. Mengumpulkan bagian-bagian yang masih berharga dan dapat


digunakan kembali seperti kabel yang mengandung tembaga, baja,

besi dan logam mulia.

3. Memisahkan bahan berbahaya dari bagian yang mudah dijangkau.

 Pemisahan besi logam, besi non logam dan plastik

Pemisahan ini dilakukan dengan cara membongkar komponen yang

kemudian diikuti dengan proses pemisahan secara mekanik dan

magnetik.

 Pemisahan komponen yang berharga/daur ulang

Serpihan dari komponen e-waste setelah dibongkar dan dipisah, terdiri

dari bahan besi logam dan besi non logam yang kemudian dioleh lebih

lanjut. Bahan jenis logam besi dilebur dalam tungku listrik sedangkan

logam dan besi non logam atau logam mulia dilebur di pabrik peleburan

 Pengolahan atau pembuangan bahan barbahaya dan beracun (B3)

Pengolahan atau pembuangan bahan barbahaya dan beracun (B3)

dilakukan dengan alat shredder yang kemudian di buang ke landfill

tempat pembuangan akhir atau diinsinerasi. CFC diolah secara termal,

Poly Chlorinated Biphenyl (PCB) yang dibakar atau dibuang di

penyimpanan bawah tanah, Merkuri (Hg) didaur ulang atau dibuang di

lokasi landfill.

2.5 Peraturan Terkait Pengelolaan E-waste

2.5.1 Peraturan di Indonesia Terkait Basel Convention

Peraturan terkait pelarangan ekspor dan impor limbah berbahayatermasuk


diantaranya e-waste secara tidak sah telah ada dalam Basel Convention on

the Control of Transboundary Movements of The Hazardous Wastes and

Their Disposal dari The Conference of Plenipotentiaries on the Global

Convention on The Control of Transboundary Movements of Hazardous

Wastes pada tahun 1989 dan Indonesia meratifikasi keputusan ini pada

tahun 1993 dengan Keputusan Presiden No. 61 tahun 1993 (Basel

Convention, 2007).

2.5.2 Peraturan Tentang Pengelolaan Sampah

Menurut Undang-undang (UU) No. 18 tahun 2008, Pengelolaan sampah

adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang

meliputi pengurangan dan penanganan sampah. Sampah yang dimaksud

dalam peraturan ini diantaranya sampah rumah tangga, sampah sejenis

sampah rumah tangga dan sampah spesifik. E-waste termasuk kedalam

sampah spesifik yang berarti sampah yang mengandung bahan berbahaya

dan beracun atau sampah yang mengandung limbah bahan berbahaya dan

beracun (B3).

2.5.3 Peraturan Tentang Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)

Undang-undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup menyatakan setiap orang yang

memasukkan ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia,

menghasilkan, mengangkut, mengedarkan, menyimpan, memanfaatkan,

membuang, mengolah, dan/atau menimbun B3 wajib melakukan

pengelolaan B3. Apabila pihak yang terkait tidak mampu melakukan


sendiri pengelolaan limbah B3 maka pengelolaannya harus diserahkan

kepada pihak lain yang telah mendapat izin dari menteri, gubernur, atau

bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya.

Untuk kegiatan yang berhubungan dengan B3, berlaku pula Peraturan

Pemerintah (PP) No. 18 Tahun 1999 jo PP No. 85 Tahun 1999 tentang

pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3). Menurut PP No.

18 Tahun 1999 limbah bahan berbahaya dan beracun, disingkat limbah B3,

ada1ah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung bahan

berbahaya dan/atau beracun yang karena sifat dan/atau konsentrasinya

dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat

mencemarkan dan/atau merusakkan lingkungan hidup, dan/atau dapat

membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup

manusia serta makhluk hidup lain. Bila limbah B3 yang dihasilkan kurang

dari 50 (lima puluh) kilogram per hari, penghasil limbah B3 dapat

menyimpan limbah B3 yang dihasilkannya lebih dari sembilan puluh hari

sebelum diserahkan kepada pemanfaat atau pengolah atau penimbun

limbah B3, dengan persetujuan Kepala instansi yang bertanggung jawab.

Mengacu kepada peraturan yang ada saat ini yakni PP Nomor 18 Tahun

1999 jo PP No 85 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah B3, maka e-

waste tergolong limbah B3 bersifat racun dengan kandungan bahan

berbahaya dan beracun dalam logam berat antara lain barium, kadmium,

merkuri, nikel, timah dan timbal.


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Kerangka Penelitian

Kerangka penelitian dibuat untuk mengetahui langkah-langkah yang

dilakukan dalam pelaksanaan penelitian sehingga dapat dilakukan secara

sistematis dan menghindari kemungkinan terjadinya kesalahan. Kerangka

penelitian dapat dilihat pada gambar berikuit ini:

Perumusan Masalah

Studi literatur Pemilihan Lokasi

Studi Awal

Penentuan Jumlah Sampel

Data Primer Data Sekunder

Sampling Wawancara

Pengolahan Data dan


Pembahasan

Kesimpulan dan Saran


3.2 Rancangan Penelitian

Penelitian ini dimulai dengan mempelajari literatul dan penelitian-

penelitian terdahulu yang akan digunakan sebagai acuan dalam penelitian

nanti. Setelah itu dilakukan pengumpulan data sekunder dari beberapa

instansi pemerintahan lalu dilanjutkan dengan pengambilan data primer.

Data yang diperoleh dari instansi pemerintah adalah jumlah penduduk di

wilayah Kecamatan Rappocini dan tingkat ekonomi penduduk Kecamatan

Rappocini sedangkan data primer yang diambil adalah data jumlah

timbulan elektronik, komposisi limbah elektronik yang dihasilkan, dan

perlakuan terhadap E-waste yang dimilikinya.

3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.3.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Letak Geografis

Kota Makassar terletak antara 1190241’17’38’’ Bujur Timur dan 50

8’6’19” Lintang selatan yang berbatasan sebelah utara dengan Kabupaten

Maros, sebelah Timur Kabupaten Maros, sebelah selatan Kabupaten

Gowa, dan sebelah barat adalah Selat Makassar.


Gambar 3.1 Peta Kota Makassar
Sumber : BPS Kota Makassar, Tahun 2016

Luas wilayah Kota Makassar adalah 17.577 Ha, secara administrasi dibagi

menjadi 14 Kecamatan dan 143 Kelurahan yaitu:

Tabel 3.1 Luas wilayah dan persentase terhadap luas wilayah

menurut kecamatan di Kota Makassar

Persentase
No Kecamatan Luas (Ha) Terhadap
Luas Kota
Makassar
1. Mariso 182 1,04
2. Mamajang 225 1,28
3. Tamalate 2021 11,50
4. Rappocini 923 5,25
5. Makassar 252 1,43
6. Ujung pandang 263 1,50
7. Wajo 199 1,13
8. Bontoala 210 1,19
9. Ujung tanah 594 3,38
10. Tallo 583 3,32
11. Panakukkang 1705 9,70
12. Manggala 2414 13,73
13. Biringkanaya 4822 27,43
14. Tamalanrea 3184 18,12
Makassar 17.577 100.00
Sumber: BPS Kota Makassar Tahun 2016

2. Lingkungan Fisik

A. Keadaan Iklim

Kota Makassar termasuk daerah yang beriklim sedang hingga tropis. Suhu

udara rata-rata kota Makassar dalam 10 tahun terakhir berkisar antara 24,50C

sampai 28,90C dengan intensitas curah hujan yang bevariasi. Intensitas curah

hujan tertinggi berlangsung antara bulan November hingga Februari.

B. Topografi

Berdasarkan topografinya, kota Makassar memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

tanah relatif datar, bergelombang, berbukit, dan berada pada ketinggian 0-25 m

diatas permukaan laut degan tingkat kemiringan lereng berada pada kemiringan 0-

15%. Sementara itu, dilihat dari klasifikasi kelerengannnya, menunjukkan bahwa

kemiringan 0-2%=85%: 2-3%=10%; 3-15%=5%. Hal ini memungkinkan Kota

Makassar berpotensi pada pengembangan permukiman, perdagangan, jasa,

industri, rekreasi, pelabuhan laut, dan fasilitas penunjang lainnya

C. Hidrologi

Kondisi Hidrologi Kota Makassar dipengaruhi oleh dua sungai besar yang

bermuara di pantai sebelah barat kota. Sungai Jene’berang yang bermuara

disebelah selatan dan Sungai Tallo yang bermuara di Sebelah Utara. Sungai
Je’neberang misalnya, mengalir melintasi wilayah Kabupaten Gowa dan bemuara

di bagian selatan Kota Makassar merupakan sungai dengan kapasitas sedang

(debit air 1-2 m3/detik). Sedangkan sungai Tello dan pampang yag bermuara di

bagian Utara Kota Makassar adalah sungai dengan kapasitas rendah berdebit kira-

kira hanya mencapai 0-5 m3/detik di musim kemarau. Selain itu dipengaruhi juga

oleh sistem hidrologi saluran perkotaan, yakni kanal-kanal yang hulunya didalam

kota dan bermuara di laut.

3. Jumlah Penduduk

Penduduk Kota Makassar pada tahun 2015 tercatat sebanyak 1.449.401

Jiwa yang terdiri dari 717.047 Laki-laki dan 732.354 perempuan. Sementara itu

jumlah penduduk Kota Makassar tahun 2014 tercatat sebanyak 1.429.242 Jiwa.

Penyebaran penduduk Kota Makassar dirinci menurut kecamatan, menunjukkan

penduduk masih terkosentrasi di wilayah Kecamatan Biringkanaya, yaitu

sebanyak 190.829 atau sekitar 13,35 % dari total penduduk disusul kecamatan

Tamalate sebanyak 186.921 Jiwa (13,08%), kecamatan Rappocini sebanyak

160.499 Jiwa (11,23%) dan yang terendah adalah kecamatan Ujung Pandang

sebanyak 28.053 Jiwa (1,96%).


Grafik 3.1 Jumlah Penduduk di Kota Makassar
Sumber : BPS Kota Makassar, Tahun 2016
Ditinjau dari kepadatan penduduk, Kecamatan Makassar adalah terpadat

yaitu 33.339 jiwa per Km2, disusul Kecamatan Mariso 32.048 jiwa per Km2.

Sedangkan Kecamatan Tamalarea merupakan kecamatan dengan tingkat

kepadatan penduduk terendah yaitu sekitar 3.438 jiwa per Km2 . Kecamatan

Biringkanaya 3.957 jiwa per Km2. Kecamatan Manggala 5.447 jiwa per Km2,

Kecamatan Ujung Tanah 8.170 jiwa per Km2, dan kecamatan Panakukkang 8.570

jiwa per Km2.


Gambar 3.2 Peta Kepadatan Penduduk Kota Makassar
Sumber: Dinas Tata Ruang dan Bangunan Kota Makassar Tahun 2016

Kecamatan Rappocini merupakan salah satu dari 14 Kecamatan di Kota

Makassar yang berbatasan dengan :

 Sebelah utara : Kecamatan Panakkukang

 Sebelah timur : Kecamatan Panakkukang dan Kabupaten Gowa

 Sebelah Selatan : Kecamatan Tamalate

 Sebelah Barat : Kecamatan Mamajang dan Kecamatan Makassar

Kecamatan Rappocini terdiri dari 10 kelurahan dengan luas wilayah 9,23

km². Dari luas wilayah tersebut kelurahan Gunung Sari memiliki wilayah terluas

yaitu 2,31 km², terluas kedua adalah kelurahan Karunrung dengan luas wilayah

1,52 km², sedangkan yang paling kecil luas wilayahnya adalah kelurahan

Bontomakkio yaitu 0,20 km². jumlah penduduk Kecamatan Rappocini sekitar

162.539 jiwa.
Kecamatan Rappocini merupakan daerah bukan pantai dengan topografi

ketinggian antara permukaan laut.

Menurut jaraknya, letak masing-masing kelurahan ke kecamatan berkisar

1 km sampai dengan jarak 5-10 km

Keadaan iklim di Kecamatan Rappocini hampir sama dengan Kota

Makassar pada umumnya, dan memiliki suhu udara berkisar atara 220 C – 32O C.

3.3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2017. Pengambilan

sampel dilaksanakan pada rumah tangga yang ada di setiap kelurahan yang

ada di Kecamatan Rappocini.

3.4 Populasi dan Sampel

Populasi yang digunakan dalam sampel ini yaitu:

1. Populasi

Populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit analisa yang

ciri-cirinya akan diduga (singarimbun, 2011). Populasi dalam

penelitian ini adalah rumah tangga di Kecamatan Rappocini.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari sebuah populasi yang dianggap dapat

mewakili populasi tersebut (singarimbun, 2011).

 Menentukan ukuran sampel

Dalam menentukan jumlah sampel penelitian yang


representatif digunakan pendekatan statistika menggunakan metode

Slovin dengan persamaan sebagai berikut (Setiawan, 2007):

N
n=
N.d2+1

Dimana:
n = jumlah Sampel
N= Jumlah Populasi
d2 = Presisi yang ditetapkan
 Sampel pada Kecamatan Rappocini

38.444
n= = 99,74= 100 Rumah
38.444. 0,12 +1

 Distribusi sampel di tiap Kelurahan di Kecamatan Rappocini.

Kelurahan Jumlah Jumlah Penduduk Jumlah


Keluarga (jiwa) Sampel
Ballaparang 2643 12702 7
Banta-bantaeng 5467 22883 14
Bonto makkio 1101 5087 3
Buakana 4007 14090 10
Gunung sari 9632 41100 25
Karunrung 3009 13936 8
Kassi-kassi 4012 18230 10
Mappala 2138 9625 6
Rappocini 2269 9357 6
Tidung 4166 15579 11
TOTAL 38444 162589 100

3.5 Teknik Analisa Data

Teknik analisa data yang digunakan adalah metode analisis data

kuantitatif. Data primer dan sekunder yang sudah terkumpul dianalisis


dengan menggunakan analisis deskriptif. Data hasil pengukuran yang

diperoleh dianalisis dan disajikan dalam bentuk tabel menggunakan

perangkat lunak (software) excel. Analisis yang dilakukan terhadap data-

data primer tersebut dikumpulkan dan dihitung agar dapat dianalisis

sehingga memperoleh informasi yang dibutuhkan.

3.5.1 Menghitung Potensi Timbulan E-Waste tiap kelurahan berdasarkan

Hasil Kuesioner

Dalam menghitung potensi timbulan E-waste rumah tangga dari setiap

kelurahan, menggunakan persamaan dari Chung, dkk (2011) sebagai

berikut.

𝑤.𝑁
𝐸=
𝐿

Dimana,

E = Estimasi jumlah e-waste yang dihasilkan (kg/tahun)

W = Berat tiap jenis produk elektronik (kg)

N = Jumlah unit elektronik (unit)

L = Rata-rata usia pakai barang (tahun)

3.5.2 Menghitung Potensi Timbulan E-waste tiap Orang

Untuk menghitung potensi timbulan E-waste tiap orang di wilayah studi,

menggunakan persamaan sebagai berikut.

𝐸 (𝑘𝑔/𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛)
𝐸. 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔(𝑘𝑔/𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛) =
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑎𝑛𝑔𝑔𝑜𝑡𝑎 𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟𝑔𝑎
3.5.3 Menghitung Potensi Timbulan E-waste tiap Kelurahan

Untuk menghitung potensi timbulan E-waste di tiap kelurahan,

menggunakan persamaan sebagai berikut.

𝐸. 𝑘𝑒𝑙𝑢𝑟𝑎ℎ𝑎𝑛 = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝑤𝑖𝑙𝑎𝑦𝑎ℎ 𝑠𝑡𝑢𝑑𝑖 𝑋 𝐸. 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔

3.5.4 Menghitung Potensi Timbulan E-waste pada tahun 2025

Potensi timbulan sampah elektronik yang dihasilkan oleh wilayah

Kecamatan Rappocini dihitung hingga tahun 2025. Untuk mengetahui

potensi yang dihasilkan, maka perlu diketahui jumlah penduduk hingga

tahun 2025. Untuk itu perlu dilakukan proyeksi penduduk dengan

menggunakan metode geometric.

Setelah dilakukan proyeksi penduduk kemudian dapat dihitung

jumlah potensi timbulan E-waste. Jumlah timbulan E-waste didapat dari

perkalian antara proyeksi penduduk dengan rata-rata timbulan E-waste tiap

orang/tahun.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.2 Karakteristik E-waste di Kecamatan Rappocini

4.2.1 Jenis dan Jumlah Barang Elektronik di Kecamatan Rappocini

Barang-barang elektronik yang dimiliki oleh setiap rumah tangga di

wilayah studi bermacam-macam jenisnya, mulai dari barang elektronik skala

besar seperti televisi, lemari es, mesin cuci hingga berang elektronik skala kecil

seperti handphone, blender, setrika, dan lain sebagainya. Data kepemilikan barang

elektronik pada area sampling dapat dilihat pada tabel 4.1

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan untuk 100 kuesioner

yang disebar di wilayah studi, didapatkan persentase untuk setiap jenis dan jumlah

barang elektronik yang dimiliki oleh masyarakat di Kecamatan Rappocini. Dari

penelitian yang dilakukan, jenis dan jumlah barang elektronik yang paling banyak

dimiliki oleh masyarakat dan presentasenya lebih dari 50% adalah barang-barang

yang biasa digunakan untuk kebutuhan sehari-hari. Adapun presentasenya tampak

pada gambar 4.1


Tabel 4.1. Data Kepemilikan Barang Elektronik di Wilayah Studi

Jumlah KK yang memiliki barang elektronik


Jenis Barang Bonto
Ballaparang Banta-bantaeng Buakana Gunung Sari Karunrung Kassi-Kassi Mappala Rappocini Tidung
Makkio Jumlah KK
Lemari Es 7 14 3 9 25 7 9 6 6 11 97
Air Conditioners 3 7 1 4 8 5 7 5 3 8 51
Mesin Cuci 4 13 0 7 17 8 8 5 3 10 74
Freezers 5 3 0 1 8 3 4 3 1 5 33
Setrika 7 14 1 10 23 8 10 6 6 11 97
Blender 6 13 2 9 20 5 9 5 6 9 86
Microwaves 1 4 0 2 3 2 1 2 0 2 16
Pengering Rambut 2 1 0 0 3 1 3 1 1 3 16
Mixers 3 10 1 6 15 4 8 5 4 10 67
Kipas Angin 6 13 2 8 24 8 10 6 3 11 91
Vacuum Cleaner 1 1 0 1 0 2 0 0 0 2 7
Pemanggang 2 2 0 3 2 2 2 1 3 2 20
Rice cooker 2 9 2 4 20 7 9 6 3 10 73
Dispenser 5 6 0 8 18 5 7 5 5 8 70
Komputer Pribadi (PC) 0 1 0 1 9 0 1 1 0 4 17
Laptop 2 12 1 5 16 3 10 5 5 9 68
Printer 1 6 0 2 4 2 1 5 0 8 29
Modem 2 5 0 2 9 1 5 4 2 6 36
Handphone 5 14 3 8 25 8 10 6 5 11 96
Telepon 2 2 0 1 6 0 2 6 0 4 22
Mesin Fotokopi 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
Radio 2 4 0 3 5 4 5 5 2 4 32
Televisi 7 14 3 10 25 8 10 6 6 11 100
Kamera 1 3 0 1 6 3 4 4 1 4 27
Perekam Video 1 0 0 0 2 1 0 0 0 0 4
Perekam suara 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1
Audio Amplifier 5 5 0 2 8 5 1 0 4 4 34
Alat-Alat Musik 0 3 0 2 5 0 3 1 0 0 14
Komputer Pribadi (PC) 0 1 0 1 9 0 1 1 0 4 17
Laptop 2 12 1 5 16 3 10 5 5 9 68
Printer 1 6 0 2 4 2 1 5 0 8 29
Modem 2 5 0 2 9 1 5 4 2 6 36
Handphone 5 14 3 8 25 8 10 6 5 11 96
Telepon 2 2 0 1 6 0 2 6 0 4 22
Mesin Fotokopi 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
Radio 2 4 0 3 5 4 5 5 2 4 32
Televisi 7 14 3 10 25 8 10 6 6 11 100
Kamera 1 3 0 1 6 3 4 4 1 4 27
Perekam Video 1 0 0 0 2 1 0 0 0 0 4
Perekam suara 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1
Audio Amplifier 5 5 0 2 8 5 1 0 4 4 34
Alat-Alat Musik 0 3 0 2 5 0 3 1 0 0 14
Video Game 3 1 0 1 3 0 3 1 1 1 13
lampu neon luminar 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 2
lampu neon lurus 2 8 0 5 6 1 1 2 4 2 30
Lampu Hemat Energi 4 13 3 9 25 8 10 6 4 11 93
Lampu Charge 3 4 0 3 8 2 5 6 2 9 41
Bor Listrik 4 1 0 0 5 1 3 0 1 2 17
Gergaji Listrik 2 0 0 0 1 0 0 0 1 0 4
Mesin Jahit 1 3 0 7 7 2 3 0 4 3 31
Solder 3 1 0 1 4 0 2 1 0 3 15
120
100
100 97 97 96
80 93 91 86
60 74 73 70 68 67
40 51
20
20
0

Barang Elektronik

Gambar 4.1 Persentase Jenis dan Jumlah Barang Elektronik


(Sumber : Hasil kuesioner, 2017)

Berdasarkan gambar 4.3 dapat dilihat bahwa barang elektronik yang

dominan dimiliki masyarakat di Kecamatan Rappocini adalah jenis barang

elektronik seperti televisi (100%), lemari es (97%), setrika (97%), handphone

(96%), lampu hemat energi (93%), kipas angin (91%), blender (86%), mesin cuci

(74%), rice cooker (73%), dispenser (70%), laptop (68%), mixer (67%) dan AC

(51%) serta lain-lain (20%). Jumlah total barang elektronik yang yang lebih dari

50% ini berjumlah 13 unit.

4.2.2 Potensi Timbulan E-waste di Kecamatan Rappocini

4.2.2.1 Potensi Timbulan E-waste yang dihasilkan setiap kelurahan dari

Responden

Hasil perhitungan Potensi timbulan E-waste yang dihasilkan setiap

kelurahan dari responden dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut ini:
Tabel 4.2 Potensi Timbulan e-waste tiap kelurahan

Kelurahan E (kg/tahun)

Ballaparang 134.971

Banta-bantaeng 259.58

Bonto makkio 25.252

Buakana 160.741

Gunung sari 432.341

Karunrung 155.531

Kassi-kassi 183.636

Mappala 125.579

Rappocini 94.93

Tidung 241.024

(Pengolahan Penulis, 2017)

4.2.2.2 Rata-Rata Potensi Timbulan E-waste Tiap Orang

Rata-rata potensi timbulan e-waste tiap orang di wilayah studi dapat dilihat

pada tabel 4.3 berikut.


Tabel 4.3 Potensi Timbulan E-waste per orang

Kelurahan E Responden Jumlah Anggota E


(kg/tahun) Keluarga Responden (kg/org.tahun)
Ballaparang 134,97 37 3,65
Banta-bantaeng 259,58 71 3,66
Bonto makkio 25,25 16 1,58
Buakana 160,74 49 3,28
Gunung sari 432,34 126 3,43
Karunrung 155,53 38 4,09
Kassi-kassi 183,64 53 3,47
Mappala 125,58 29 4,47
Rappocini 94,93 27 3,52
Tidung 241,02 59 4,09
(Pengolahan Penulis, 2017)

Berdasarkan tabel 4.3, selanjutnya dapat diketahui rata-rata potensi

timbulan e-waste yang dihasilkan tiap orang untuk wilayah Kecamatan Rappocini.

Rata-rata timbulan E-waste yang dihasilkan tiap orang per tahunnya di Kecamatan

Rappocini adalah 3,52 kg/orang.tahun.

4.2.2.3 Potensi Timbulan E-waste tiap Kelurahan

Hasil perhitungan dari potensi timbulan E-waste tiap kelurahan di wilayah

studi dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut ini


Tabel 4.4 Potensi timbulan E-waste yang dihasilkan tiap kelurahan

Kelurahan Jumlah penduduk E E


(jiwa) (kg/org.tahun) (kg/tahun)
Ballaparang 12.702 3,65 46.335,22
Banta-bantaeng 22.883 3,66 83.661,39
Bonto makkio 5.087 1,58 8.028,59
Buakana 14.090 3,28 46.221,19
Gunung sari 41.100 3,43 141.025,59
Karunrung 13.936 4,09 57.038,95
Kassi-kassi 18.230 3,47 63.163,69
Mappala 9.625 4,47 43.006,99
Rappocini 9.357 3,52 32.898,67
Tidung 15.579 4,09 63.642,70
(Pengolahan Penulis, 2017)

Berdasarkan tabel 4.4, selanjutnya dapat diketahui timbulan e-waste untuk

Kecamatan Rappocini untuk tahun 2015. Potensi timbulan e-waste di Kecamatan

Rapoocini pada tahun 2015 adalah 585.022,98 kg/tahun atau 585,023 ton/tahun.

4.2.2.4 Proyeksi Potensi Timbulan E-waste

Proyeksi timbulan E-waste adalah perkiraan jumlah e-waste pada waktu

tertentu. Proyeksi timbulan e-waste menjadi acuan kapasitas desain unit

pengolahan sampah hingga jangka waktu tertentu. Pada penelitian ini hasil akhir

berupa desain yang diharapkan mampu mengolah sampah hingga tahun 2025.

Dengan kata lain umur unit pengolahan sampah adalah 10 tahun terhitung dari

tahun 2015.

Proyeksi timbulan sampah dilakukan hingga tahun 2025. Perhitungan

proyeksi didasarkan pada proyeksi jumlah penduduk menggunakan metode

Geometri yang memiliki nilai koefisien korelasi (r) mendekati satu yaitu sebesar
0,992.

Pada tahun 2015, jumlah penduduk area penelitian adalah sebesar 162.539

orang. Laju pertumbuhan penduduk untuk Kota Makassar adalah 1,46% (BPS

Kota Makassar, 2016)

Tabel 4.5 Proyeksi Penduduk Wilayah Studi

Jumlah penduduk
Tahun
Pn = P0 x (1+r)n
2016 164.815
2017 167.122
2018 169.462
2019 171.834
2020 174.240
2021 176.679
2022 179.153
2023 181.661
2024 184.204
2025 186.783
(Pengolahan Penulis, 2017)

Proyeksi timbulan E-waste didapatkan dengan mengalikan rata-rata

timbulan E-waste yang dihasilkan tiap orang dengan jumlah penduduk wilayah

studi. Rata-rata timbulan e-waste tiap orang pada wilayah studi adalah 3,52

kg/orang.tahun. Berikut ini merupakan proyeksi timbulan e-waste di Kecamatan

Rapoocini per tahun hingga tahun 2025.


Tabel 4.6 Potensi Timbulan E-waste di Kecamatan Rappocini

Tahun Jumlah penduduk Rata-rata Potensi Timbulan


timbulan/org.tahun (kg/tahun)
2016 164.912 580.490,48
2017 167.320 588.965,65
2018 169.763 597.564,54
2019 172.241 606.288,99
2020 174.756 615.140,81
3,52
2021 177.307 624.121,86
2022 179.896 633.234,04
2023 182.523 642.479,26
2024 185.187 651.859,45
2025 187.891 661.376,60
(Pengolahan Penulis, 2017)

Berdasarkan tabel 4.6, dapat dilihat bahwa potensi timbulan e-waste

mengalami peningkatan tiap tahunnya. Hal ini dikarenakan tiap tahun jumlah

penduduk meningkat sehingga menyebabkan potensi e-waste yang dihasilkan juga

meningkat. Jumlah potensi timbulan e-waste yang dihasilkan oleh masyarakat di

Kecamtan Rappocini pada tahun 2025 adalah sebesar 661.376,60 kg/tahun atau

661,38 ton/tahun. Dan untuk timbulan hariannya adalah sebesar 1.811,99 kg/hari

atau 1,812 ton/hari.

4.2 Pengolahan E-waste Rumah Tangga di Kota Makassar

Untuk perlakuan E-waste yang dimiliki oleh masyarakat di wilayah studi

untuk setiap kelurahan, dapat dilihat pada tabel 4.7 dan gambar 4.2 sebagai

berikut.
Tabel 4.7 Pengolahan E-waste di Kecamatan Rappocini.

Banta- Bonto Gunung Kassi-


Perlakuan Ballaparang Buakana Karunrung Mappala Rappocini Tidung Total
bantaeng Makkio Sari Kassi
Dibuang di TPS 7 14 3 10 25 8 10 6 6 11 100
Dibuang di TPA 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Didaur-ulang 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Diperbaiki 3 6 1 7 10 3 5 2 2 7 46
Dialihfungsikan 3 5 2 3 6 2 4 2 2 4 33
Disimpan 6 9 3 6 19 7 5 6 4 7 72

Pengolahan E-waste

Dibuang di TPS

29% Dibuang di TPA


40% Didaur-ulang
Diperbaiki
13% Dialihfungsikan
0%
18%
Disimpan

Gambar 4.2 Persentase Perlakuan E-waste di kecamatan Rappocini


Berdasarkan tabel 4.7 dan gambar 4.2, metode perlakuan terhadap E-waste

terbanyak diterapkan di Kecamatan Rappocini adalah dibuang di TPS dengan

40%. Ini membuktikan bahwa masih rendahnya pengetahuan masyarakat di

wilayah studi tentang E-waste. Beberapa warga di wilayah studi masih

beranggapan bahwa E-waste ini sama saja dengan sampah padat pada umumnya.

Sehingga perlakuannya sama saja yaitu dibuang di TPS yang nantinya akan

diangkut oleh petugas kebersihan kota dan selanjutnya dibuang ke TPA.

Perlakuan terhadap E-waste terbanyak kedua adalah disimpan dengan 29%.

Fakta bahwa metode ini lebih dipilih oleh masyarakat dibandingkan dengan

didaur-ulang maupun metode perlakuan lain menjadi masalah tersendiri. Hal ini

menunjukkan kurangnya informasi yang dimiliki oleh masyarakat tentang mau

dikemanakan barang elektroniknya yang telah usang dan juga factor psikologis

mereka yang menganggap bahwa beberapa jenis E-waste masih memiliki nilai. Di

sisi lain, literatur menunjukkan bahwa kebanyakan pengguna elektronik

menyimpan barang dan peralatan elektroniknya baik yang tidak digunakan

maupun yang telah rusak selama beberapa tahun sebelum menjualnya ataupun

membuangnya. (…,)

Ada juga perlakuan lain seperti diperbaiki (18%) dan juga dialihfungsikan

(13%). Kedua metode ini dianggap mampu memperpanjang masa hidup suatu

barang elektronik. Pada contoh kasus diperbaiki, barang elektronik yang sudah

rusak hanya dengan mengganti spare partnya dengan yang baru atau sejenis

dengan yang lama barang elektronik ini nantinya bisa digunakan lagi sebagaimana

sebelumnya. Begitu pula dengan dialihfungsikan. Bila masyarakat memiliki


kreatifitas yang tinggi ataupun ide-ide yang unik, mereka bisa menjadikan barang

elektronik yang telah tidak bisa digunakan sesuai fungsinya, menjadi fungsi lain,

misalnya….

Namun metode pembuangan E-waste yang paling vital, yaitu didaur-ulang

(0%) tidak menjadi pilihan oleh masyarakat. Ini bisa saja terjadi mengingat tidak

adanya fasilitas daur ulang yang tersedia di Kota Makassar

4.3 Desain dan Estimasi Biaya dari Material Recovery Facility untuk E-

waste di Kota Makassar

4.3.1 Analisa Kebutuhan Lahan untuk Material Recovery Facility

``

You might also like