ITS Paper 37462 4211106016 Paper

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 6

1

Studi Eksperimental Sistem Kondensasi Uap Hasil


Evaporasi pada Sistem Desalinasi Tenaga
Matahari
Khilmi Affandi1) Sutopo P.F.2) Alam Baheramsyah3)
1) Mahasiswa Jurusan Teknik Sistem Perkapalan ITS, Surabaya 60111, email: khilminitihardjo@gmail.com
2) 3) Dosen Jurusan Teknik Sistem Perkapalan ITS, Surabaya 60111

Abstrak - Pada daerah pesisir umumnya memiliki masalah akses air kembali uap menjadi cair atau padatan. Atas dasar ini maka
bersih. Sumber air yang ada biasanya berasal dari sumur air tanah perangkat peralatan destilasi menggunakan alat pemanas dan
yang airnya berasa asin. Rasa asin ini dikarenakan air tanah yang alat pendingin.
bercampur dengan air laut, sehingga airnya menjadi payau. Upaya Proses destilasi diawali dengan pemanasan, sehingga
yang dapat dilakukan untuk penyediaan air bersih adalah dengan
memanfaatkan air yang ada, salah satunya adalah air payau. Untuk
zat yang memiliki titik didih lebih rendah akan menguap. Uap
dapat dimanfaatkan maka air laut perlu diolah terlebih dahulu. tersebut bergerak menuju kondenser yaitu pendingin, proses
Dalam penelitian ini, pengolahan air payau ini dilakukan dengan pendinginan terjadi karena kita mengalirkan air kedalam
cara mendestilasi. Dimana dilakukan pembuatan prototype sistem dinding (bagian luar condenser), sehingga uap yang
destilasi air payau. Supaya air hasil dari destilasi air payau dihasilkan akan kembali cair. Proses ini berjalan terus
maksimal, yakni air yang dihasilkan banyak, maka ditambahkan menerus dan akhirnya kita dapat memisahkan seluruh
sistem kondensasi, berupa kondensor berpendingin air. Pada sistem senyawa-senyawa yang ada dalam campuran homogen
ini, air payau diuapkan dengan sistem Solar Water Heater, tersebut.[2]
menggunakan panas dari energi matahari, kemudian uap air yang
dihasilkan keluar dari panel pemanas yang kemudian dialirkan 2.1. Solar Water Evaporator
menuju kondensor. Dari penelitian ini analisa volume air yang
dihasilkan dan kandungan air hasil destilasi, dengan membandingan
Solar water heater merupakan water heater yang
antara satu kali proses destilasi dan dua kali proses destilasi. Dan menggunakan energi matahari sebagai sumber energi
hasil yang diharapkan adalah, dengan adanya sistem kondensasi penghasil panas. Alat pemanas ini merupakan alat pemanas
hasil air yang dikeluarkan lebih maksimal, dan dengan adanya dua yang paling hemat listrik, dan tidak membutuhkan biaya
kali pendestilasian – kandungan air destilasi mendekati dengan operasional yang besar karena menggunakan tenaga surya
kandungan yang ada air tawar konsumsi. yang tersedia secara gratis. Jenis yang satu ini memang paling
Kata Kunci: Solar water heater, destilasi, kondensasi, kondensor. hemat listrik karena menggunakan tenaga matahari sebagai
sumber panas, tetapi harga jenis ini jauh lebih mahal
I. PENDAHULUAN dibandingkan dengan tipe lainnya. Solar water heater sangat
Pada daerah pesisir umumnya memiliki masalah akses cocok untuk daerah tropis yang dilimpahi sinar matahari
air bersih. Sumber air yang ada biasanya berasal dari sumur sepanjang tahun. Cara kerja water heater tipe ini adalah
air tanah yang airnya berasa asin. Rasa asin ini dikarenakan menggunakan prinsip penyerapan tenaga matahari. Panas
air tanah yang bercampur dengan air laut, sehingga airnya matahari diserap oleh panel kolektor panas. Dimana panas
menjadi payau. Upaya yang dapat dilakukan untuk matahari tersebut memanaskan air pada pipa kapiler yang ada
penyediaan air bersih adalah dengan memanfaatkan air yang di dalamnya. Konsep pada alat desalinasi tenaga matahari ini
ada, salah satunya adalah air laut. Untuk dapat dimanfaatkan adalah berupa panel kolektor panas matahari, seperti pada
maka air laut perlu diolah terlebih dahulu. Salah satunya Solar Water Heater. Namun, pada hal ini panel kolektor panas
adalah dengan sistem desalinasi. tidak hanya berfungsi memanaskan tetapi juga mengubah fase
Oleh karena itu, dilakukan penelitian untuk mengetahui cair – air payau menjadi uap air. [2]
bagaimana metode pengolahan air payau yang efisien dengan 2.2. Kondensasi
cara desalinasi, berikut untuk mengetahui kinerja sistem
Proses pengembunan adalah proses perubahan wujud gas
kondensasi uap hasil evaporasi pada sistem desalinasi ini.
menjadi wujud cair karena adanya perbedaan temperature.
Agar tercapai air desalinasu dengan kadar garam dan pH yang
Temperatur pengembunan berubah sejalan dengan tekanan
sesuai dengan standar dari PerMenKes.
uap. Oleh karena itu temperatur pengembunan didefinisikan
II. TINJAUAN PUSATAKA sebagai temperatur pada kondisi jenuh akan dicapai bila udara
Destilasi merupakan teknik pemisahan yang didasari didinginkan pada tekanan tetap tanpa penambahan
atas perbedaan perbedaan titik didik atau titik cair dari kelembaban. Untuk menghasilkan pengembunan dilakukan
masing-masing zat penyusun dari campuran homogen. Dalam dua cara, yaitu[3]
proses destilasi terdapat dua tahap proses yaitu tahap • Menurunkan temperatur sehingga mereduksi kapasitas
penguapan dan dilanjutkan dengan tahap pengembangan dari uap air.
2

• Menambah jumlah uap air dipindahkan dengan cara konduksi, konveksi, dan radiasi atau
ketika terjadi perubahan wujud. Mengenai insulasi termal,
Kondensasi diklasifikasikan menjadi beberapa macam hanya dibicarakan perpindahan panas secara konduksi,
berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya[6] konveksi, dan radiasi.
1. Jenis kondensasi: homogenous, heterogenous, dropwise, Kemampuan insulasi sebuah material diukur dari
film, atau direct contact. konduktivitas termal (k). konduktivitas termal yang rendah
2. Kondisi uap: satu komponen; banyak komponen dengan setara dengan kemampuan i solasi tinggi (R-value). Dalam
semua komponen mampu terkondensasi; banyak rekayasa termal, sifat penting lainnya dari bahan isolasi adalah
komponen beserta komponennya yang tidak mampu densitas produk (ρ) dan kapasitas panas spesifik (c).
terkondensasi. Konduktivitas termal k material yang rendah akan
3. Geometri sistem: plane surface, external, internal, dan mengurangi fluks panas. Semakin kecil nilai k, maka semakin
lain-lain. besar nilai tahanan panas R material. Konduktivitas termal
2.3. Kondensor diukur dalam Watt per meter per Kelvin (W/mK). Selain itu
Proses konden Proses kondensasi untuk pula ketebalan dari material insulasi juga memengaruhi nilai
mengendalikan/ menyisihkan gas polutan dibedakan atas resistansi, di mana semakin tebal material maka semakin besar
teknik kondensasi kontak langsung dan tidak langsung pula nilai resistansi.[7]
(surface). Dalam teknik kondensasi kontak langsung, gas 2.4.1. Insulasi sistem pendingin
polutan berkontak langsung dengan media pendingin, dan Untuk menghindari beban panas dan mengurangi
kondensat (polutan yang terkondensasi) akan bercampur efisiensi sistem pendingin, kondensasi air pada
dengan media pendingin. Sedangkan dalam teknik tidak permukaan,dan masalah korosi potensial, pipa-pipa sistem
langsung, gas polutan dan pendingin dipisahkan oleh suatu pendingin harus selalu terisolasi.
permukaan Kondensor, permukaan disebut pula shell-and- Sebagai aturan praktis ketebalan isolasi air dingin,
tube heat exchanger. pendinginan dan air garam sistem harus tidak kurang dari
Dalam kondensor permukaan atau heat exchanger, yang ditunjukkan di bawah:
panas ditransfer dari gas menuju pendingin melalui
Tabel 1. Tabel Ketebalan Insulasi pada Sistem Pendingin
permukaan heat exchanger. Laju tranfer panas tergantung
kepada tiga faktor yaitu: Ukuran Pipa (inchi)
Operation
• Total luas permukaan kondensor, Sistem Temperature
< 1” 1 ¼” 2 ½” 5” – > 8”
• Hambatan untuk transfer panas, dan – 2” – 4” 6”
• Perbedaan temperatur antara gas dengan pendingin F C Tebal Insulasi (inci)
Chilled 40-55 4-12 0,5 0,75 1,0 1,0 1,0
Koefisien perpindahan panas (U) diukur dari total Water
hambatan transfer panas. Dalam shell-and-tube condenser, air Refrigerant < 40 <4 1,0 1,5 1,5 1,5 1,5
dingin mengalir dalam tabung yang menyebabkan uap (gas) Brine < 40 <4 1,0 1,5 1,5 1,5 1,5
terkondensasi pada permukaan luar tabung. Panas ditransfer Isolasi sistem pendingin harus terbuat dari busa
dari gas ke pendingin. Kondisi idealnya transfer panas polyethylene cross-linked mikro-seluler dengan difusi uap air
tersebut terjadi tanpa kehilangan panas (heat resistence).[5] yang rendah.
Untuk menyatakan koefisien perpindahan panas total, 2.4.2. Material Insulasi
maka luas bidang tempat koefisien tersebut didasarkan harus Batas suhu dari beberapa bahan isolasi yang umum
diketahui. Sehingga koefisien perpindahan panas total bisa ditunjukkan dalam tabel di bawah ini:
dinyatakan dalam persamaan berikut:
Tabel 2 Batas suhu yang dimiliki material isolasi
𝑞 = 𝑈𝑜 𝐴𝑜 (𝑇𝑜 − 𝑇𝑖 ) Temperature Range
dan
𝑞 = 𝑈𝑖 𝐴𝑖 (𝑇𝑜 − 𝑇𝑖 ) Material Insulasi Low High
dimana C F C F
Uo = koefisien perpindahan kalor total berdasar pada
luas permukaan luar (W/m2.K) Calcium Silicate -18 0 650 1200
Ui = koefisien perpindahan kalor total berdasar pada Cellular Glass -260 -450 480 900
luas permukaan luar dalam (W/m2.K)
Elastomeris foam -55 -70 120 250
Ao = luas permukaan luar pipa (m2)
Ai = luas permukaan dalam pipa (m2) Fiberglass -30 -20 540 1000
To = suhu refrigerant (K)
Mineral wool,
Ti = suhu air (K) Ceramic fiber
1200 2200

2.4. Insulasi Termal Mineral wool, glass 0 32 250 480


Insulasi termal adalah material yang berguna untuk
Mineral wool, stone 0 32 760 1400
mengurangi laju perpindahan panas, atau metode atau proses
untuk mengurangi laju perpindahan panas. Panas bisa
3

Temperature Range 3.2. Perencanaan Sistem Desalinasi


Material Insulasi Low High Ada pun di bawah ini adalah alur pengerjaan
C F C F
perencanaan sistem desalinasi dan kondensor:

Phenolic foam 150 300


Polyisocyanurate
-180 -290 150 300
orpolyiso
Polystyrene -50 -60 75 165
Polyurethane -210 -350 120 250
Vermiculite -272 -459 760 1400

2.5. Air layak minum


Air bersih adalah salah satu jenis sumberdaya berbasis
air yang bermutu baik dan biasa dimanfaatkan oleh manusia
untuk dikonsumsi atau dalam melakukan aktivitas mereka
sehari-hari termasuk diantaranya adalah sanitasi. Untuk
konsumsi air minum menurut departemen kesehatan, syarat-
syarat air minum adalah tidak berasa, tidak berbau, tidak
berwarna, dan tidak mengandung logam berat. Walaupun air
dari sumber alam dapat diminum oleh manusia, terdapat risiko
bahwa air ini telah tercemar oleh bakteri (misalnya
Escherichia coli) atau zat-zat berbahaya.
III. METODOLOGI
3.1. Alur Pengerjaan
berikut ini adalah alur pengerjaan skripsi mengenai
sistem kondensasi pada alat desalinasi tenaga matahari:
Gambar 2 Diagram alur perencanaan desain sistem
kondensasi pada alat desalinasi tenaga matahari

Dalam menghitung dan menentukan spesifikasi desain


dari sistem digunakan beberapa formula antara lain:
Tabel 3 Parameter beserta formula untuk perhitungan desain
Parameter Formula
Intensitas 360𝑛
𝐼𝑇 = 𝐺𝑅 �1 + 0,333𝑐𝑜𝑠 � ��
Matahari 365,25

Konveksi ℎ𝑤𝑖𝑛𝑑 = 5,7 × 3,8𝑣


karena angin
Energi yang 𝑄𝑛𝑒𝑡𝑡 = (𝛼 × 𝐼𝑇 × 𝐴𝑘𝑎𝑐𝑎 × 𝜏) − (ℎ𝑤𝑖𝑛𝑑 × 𝐴𝑘𝑎𝑐𝑎 × ∆𝑇1 )
dihasilkan
panel
Hambatan 1 1 1 𝑥 1
= = + +
panas 𝑈𝑜 𝐴𝑜 𝑈𝑖 𝐴𝑖 ℎ𝑜 𝐴𝑜 𝑘𝐴𝑚 ℎ𝑖 𝐴𝑖

Perpindahan 𝑞 = 𝑈𝑜 𝐴𝑜 (𝑇𝑜 − 𝑇𝑖 )
panas

Ada pun desain sistem desalinasi dan desain dari


kondensor yang digunakan dalam percobaan sebagai berikut:

Gambar 1 Diagram alur pengerjaan skripsi


4

Gambar 3 Skema sistem alat desalinasi tenaga matahari


Gambar 5 Skema metode pengambilan data percobaan

Ada pun variabel-variabel yang digunakan pada


percobaan ini, antara lain:

a. Variable bebas (manipulasi), yaitu variable yang akan


dimanipulasi, dalam percobaan ini adalah sistem yang
digunakan dalam alat desalinasi, yaitu sistem dengan satu
kali kondensasi dan sistem bertingkat, yaitu dengan dua
kali kondensasi.
b. Variable terikat pada percobaan ini merupakan hasil yang
disebabkan oleh variable manipulasi, yaitu jumlah air dan
kemurnian air yang dihasilkan oleh sistem desalinasi.
c. Variable kontrol pada percobaan ini adalah kontrol suhu,
yakni bagaimana cara mengatur suhu pada kondensor
agar tetap stabil.
IV. PEMBAHASAN
Pada studi experimental tentang sistem kondensasi uap
hasil evaporasi pada sistem desalinasi menggunakan tenaga
Gambar 4 Desain kondensor (cooling water container) matahari ini, terdapat beberapa data percobaan yang diambil,
diantaranya dengan variasi derajat kemiringan evaporator,
3.3. Uji Coba Alat (Kalibrasi) jumlah air yang masuk ke evaporator, tingkat sistem
desalinasi, dan variasi suhu air pendingin. Dengan durasi
Pada proses ini, dilakukan uji coba dan analisa awal, percobaan (pengambilan data) selama 6 jam per hari, dan
untuk mengetahui, apakah alat yang dirancang bisa bekerja dengan penurunan tekanan vakum sampai 0,3 bar.
dengan baik sesuai atau mendekati perencanaan. Pada uji coba Berikut ini adalah hasil dari experiment sistem
ini dilakukan beberapa kali untuk mendapatkan hasil yang kondensasi pada alat desalinasi tenaga matahari:
baik. Analisa awal juga dilakukan untuk mengetahui apakah
alat yang dibuat bekerja dengan memuaskan, dan atau – apakah Tabel 4 Data percobaan dan analisa
alat tersebut memerlukan berbaikan atau modifikasi agar
sistem berjalan sesuai dengan analisa awal. V air (ml) Tc Laju Q nett T uap Q c (W) ηc
Es
in out (°C) Desa- (W) (°C)
(kg)
3.4. Metode Percobaan linasi
4 535 15 8 0,0117 435,8 59 985,33 1,28
Pelaksanaan percobaan di laboratorium mesin fluida dan 6 535 15 14 0,0117 467,3 58 848,83 1,10
sistem. Dimana pada percobaan dilakukan lama penyinaran 0 535 13 31 0,0101 448,9 56 475,92 0,62
selama 8 jam (09.00 s.d. 17.00 WIB) dan percobaan dianggap 0 535 10 32 0,0078 461,3 54 425,04 0,55
efektif bila dilakukan penyinaran minimum selama 6 jam, 0 535 9 33 0,0070 486,8 56 446,89 0,58
dengan pelaksanaan percobaan dilakukan selama kurang lebih 7 705 15 8 0,0117 579,3 38 585,6 0,76
14 hari, dengan setiap 30 menit dilakukan pengamatan. 7 705 17 8 0,0132 425,2 60 986,4 1,28
Dimana spesifikasi apparatus/ alat percobaan dilengkapi 4 705 14 17 0,0109 484,5 53 689,3 0,89
0 705 11 31 0,0086 511,1 55 475,5 0,62
dengan sensor suhu atau thermocouple yang digunakan untuk
0 705 11 31 0,0082 384,8 59 537,9 0,70
mengukur distribusi suhu pada pipa kondenser dan suhu air 6 130 7 15 0,0055 442,9 58 834,3 1,08
pendingin (coolant), serta digunakan bejana ukur untuk 4 123 10 13 0,0078 457,2 49 682,4 0,89
mengetahui jumlah uap yang telah terkondensasi (gambar).
5

Ada pun data hasil pengujian laboratorium terhadap


kandungan garam dan pH, pada air hasil desalinasi:
Tabel 5 Hasil uji NaCl dan pH
Parameter
Metode
NaCl Metode Analisa pH
Analisa
Standar
250 6,5-8,5
Maksimum[1]
Air Payau 235,31 Flamephotometri 7,56 pH-metri
Air
95 Flamephotometri 8,25 pH-metri
Desalinasi
Dari data-data tersebut ada beberapa parameter yang
dianalisa, antara lain:
a. Pengaruh suhu air pendingin terhadap volume air yang Gambar 8 Analisa Suhu uap, kalor serap kondensor, dan efisiensi
dihasilkan terhadap desain
b. Pengaruh variasi suhu pendingin kondensor terhadap laju
desalinasi
c. Perbandingan suhu uap yang dihasilkan dengan besar
kalor yang diserap, dan efisiensi kalor yang diserap
terhadap desain.
d. Perbandingan suhu uap yang dihasilkan dengan besar
kalor yang diserap, dan efisiensi kalor yang diserap
terhadap desain, ketika dilakukan penurunan suhu air
pendingin.

60 V.out (ml)
50

40 Laju
Desalinasi
30 (m/h)
Q
20 Gambar 9 Analisa Suhu uap, kalor serap kondensor, dan efisiensi
condenser
terhadap desain, ketika suhu pendingin diturunkan
(W)
10
Efisiensi
Dari data-data yang diperoleh, didapatkan beberapa
0
analisa sebagai berikut:
0,0 10,0 20,0 30,0 40,0
a. hubungan suhu pendingin dengan volume output, laju
Suhu (°C)
desalinasi, kalor serap kondensor,dan efisiensi, adalah
Gambar 6 Hubungan suhu pendingin dengan volume output, laju berbanding terbalik. ketika suhu mulai naik, maka
desalinasi, kalor serap kondensor,dan efisiensi pada volume input parameter-parameter tersebut menjadi menurun.
535 ml b. Sesuai grafik pada Gambar 8, ketika suhu uap yang
dihasilkan oleh panel evaporator semakin tinggi,maka
60 V.out (ml) jumlah kalor yang diserap oleh kondensor juga ikut
50 meningkat. Den ketika suhu uap yang dihasilkan rendah,
maka kalor serap yang dibutuhkan juga turun. Kalor
40 Laju yang diserap ini berbanding lurus dengan efisiensi,
30 Desalinasi antara kalor yang diserap pada alat dengan hasil analisa
(m/h) perhitungan desain, dengan nilai efisiensi tertinggi pada
20 Q
79% dan dengan suhu pendingin yang cukup konstan
10 condenser(
W) pada 33 °C.
0 Efisiensi c. Pada data di atas diambil dari saah satu percobaan
0,0 20,0 40,0 dengan dilakukan penambahan es batu sehingga suhu air
Suhu (°C) pendingin bisa turun sampai 10 °C. sehingga ketika kalor
yang mampu diserap kondesor bisa meningkat
Gambar 7 Hubungan suhu pendingin dengan volume output, laju
dibandingkan dengan percobaan tanpa penurunan suhu
desalinasi, kalor serap kondensor,dan efisiensi pada volume input pendingin. Dengan efisiensi perbandingan kalor serap
750 ml pada alat dan perhitungan desain , yang hampir
6

mendekati dari perhitungan desain. Dalam skala mendekati dari perhitungan desain, yang bisa mencapai
laboratorium kandungan NaCl air, setelah dilakukan 128% dari perhitungan desain.
desalinasi sudah cukup baik dengan kadar 95 mg/l, di c. Suhu air pendingin mempengaruhi besar laju desalinasi,
mana jumlah NaCl tersebut jauh dari batasan maksimum. terhadap air yang dihasilkan dari sistem desalinasi ini. Di
sedangkan kadar pH maksimum yang dianjurkan untuk mana ketika suhu semakin diturunkan maka tingkat laju
air bersih, nilai pH mendekati batas maksimum, yaitu desalinasi semakin meningkat dengan tingkat laju
8,22. Sehingga air hasil desalinasi ini masih laik untuk desalinasi tertinggi sebesar 0,0117 m2/jam
keperluan konsumsi sehari-hari. Namun perlu peninjauan d. Namun,jika dilihat dari data volume air yang dihasilkan
ulang untuk unsur-unsur yang lain di dalamnya agar air persentasenya jauh lebih kecil dari pada volume air yang
hasil desalinasi ini benar-benar laik konsumsi, terutama dimasukkan ke dalam sistem, yakni hanya sampai 1-3 %,
untuk diminum. sehingga belum mampu mencapai 50% atau lebih – dari
d. Rasio kapasitas alat desalinasi dengan aplikasi nyata volume air yang dimasukkan ke sistem. Hal ini membuat
untuk kebutuhan sehari-hari. Jika disimpulkan bahwa sistem yang diuji masih jauh dari perencanaan yang
sistem desalinasi dengan volume air payau yang diharapkan, sehingga masih jauh dari efisiensi yang
dimasukkan sebanyak 535 ml, akan menghasilkan air diharapkan.
desalinasi sebanyak 3%, yakni 10ml, per hari (diambil e. Kecilnya efisiensi bisa disebabkan oleh perbedaan
sampel pada percobaan III; terlampir). Dan apabila tekanan yang tidak cukup besar antara panel evaporator
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dalam suatu dan kondensor, yang mana tidak bisa mengalirkan uap
keluarga, dengan anggota 5 orang, maka akan yang dihasilkan evaporator mengalir ke kondensor.
didapatkan rasio perbandingan sistem saat percobaan f. Kalor yang diserap ini berbanding lurus dengan efisiensi,
dengan penerapan sehari-hari sebagai berikut: antara kalor yang diserap pada alat dengan hasil analisa
perhitungan desain, dengan nilai efisiensi tertinggi pada
Diketahui: 79% dan dengan suhu pendingin yang cukup konstan
Volume input = 500 ml (setengah penuh dengan 8 t ube pada 33 ° C. Namun kondensor ini masih belum cukup
pipa ½”) efisien untuk mencapai nilai kalor serap yang sesuai
Volume output = 10 ml dengan perhitungan desain. Oleh karena itu, perlu
Volume tube pada panel = 750ml dilakukan pengembangan pada kondensor, terhadap
Kebutuhan air = 20liter/orang proses penyerapan panas dari uap dan insulasi.
1 kepala keluarga = 5 orang = 100liter/kepala keluarga Pengembangan ini bisa dilakukan dengan memodifikasi
coil tembaga, dengan menambahkan fin (sirip) pada coil
Jika rasio antara volume input dan output adalah 1:50, tembaga. Dan modifikasi pada bahan dan cara
maka untuk kebutuhan 100 liter, diperlukan suplai air penginsulasian yang kedap.
payau sebanyak 5000 liter. Dan jika digunakan g. Dari hasil uji flamephotometri didapatkan hasil kadar
spesifikasi tube pipa yang sama, dengan diameter ½” dan NaCl yang cukup rendah dari pada standar maksimum
panjang 67 cm, maka akan dibutuhkan tube sebanyak 80 kandungan garam untuk air bersih, yakni sebesar 95
batang. mg/l. sehingga untuk parameter kadar garam, air
desalinasi ini sudah sesuai standar. Sedangkan nilai pH
V. PENUTUP
yang telah diuji dengan pH-metri, menunjukkan nilai
Berikut kesimpulan dari studi eksperimental mengenai sebesar 8,22, yang mana nilai ini hampir mendekati batas
sistem kondensasi uap hasil evaporasi pada sistem desalinasi standar pH untuk air bersih. Sehingga air hasil desalinasi
air payau dengan menggunakan tenaga matahari: ini masih laik untuk keperluan konsumsi sehari-hari.
a. Ketika suhu uap yang dihasilkan oleh panel evaporator DAFTAR REFERENSI
semakin tinggi,maka jumlah kalor yang diserap oleh [1]. PerMenKes No. 492/MenKes/Per/IV/2010
kondensor juga ikut meningkat. Dan ketika suhu uap [2]. Assomadi, dan Lahif. 2009. Model Alat Desalinasi dengan
yang dihasilkan rendah, maka kalor serap yang Evaporasi dan Kondensasi Menjadi Satu Sistem Ruangan.
dibutuhkan juga turun. Kalor yang diserap ini Teknik Lingkungan – ITS, Surabaya.
berbanding lurus dengan efisiensi, antara kalor yang [3]. Irawan, B. 2001. Penyerapan energy matahari dengan
diserap pada alat dengan hasil analisa perhitungan Kolektor pelat Datar. Jurnal Bisnis dan Teknologi, vol. 9 (2).
Halaman 314-318.
desain, dengan nilai efisiensi tertinggi pada 79% dan
[4]. Karnaningroem, N.1990. Efisiensi Evaporsi Sebagai Metoda
dengan suhu pendingin yang cukup konstan pada 33 °C. Penyediaan Air Minum Dari Sumber Air Payau. FTSP. Puslit-
b. Pada data di atas diambil dari saah satu percobaan ITS
dengan dilakukan penambahan es batu sehingga suhu air [5]. Stoecker, Wilbert F. 1982. Refrigrasi dan Pengkondisian
pendingin bisa turun sampai 10 °C. sehingga ketika kalor Udara,edisi 2, terjemahan Supratman Hara. Erlangga,
yang mampu diserap kondesor bisa meningkat Bandung.
dibandingkan dengan percobaan tanpa penurunan suhu [6]. Yudi, Hendra. 2013. Kondensasi. Diambil 10 April 2014 dari:
pendingin. Dengan efisiensi perbandingan kalor serap http://ilmupembangkit.wordpress.com/2013/05/11/kokondensa/
pada alat dan perhitungan desain , yang hampir [7]. Wikipedia. 2013. Insulasi Termal. Diambil 20 Mei 2014 dari :
http://id.wikipedia.org/wiki/Insulasi_termal

You might also like