Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 26

8

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1. Kanker

1.1 Pengertian

Kanker adalah proses penyakit yang dimulai ketika sel abnormal diubah

oleh mutasi genetik dari DNA selular. Sel yang abnormal membentuk suatu

kumpulan dan mulai berkembang biak secara abnormal, mengabaikan sinyal yang

mengatur pertumbuhan di lingkungan sekitar sel. Sel-sel yang abnormal ini dapat

menyebar ke jaringan lain dan mendapatkan akses ke getah bening dan pembuluh

darah sehingga sel-sel ini dapat menyebar ke bagian tubuh lainnya (Hinkle &

Cheever, 2013).

Kanker merupakan suatu penyakit dimana sekelompok sel-sel yang

abnormal tumbuh tidak terkendali dengan mengabaikan sinyal normal untuk

pembelahan sel. Sel-sel normal terus mengikuti sinyal yang menentukan apakah

sel harus membagi, berdiferensiasi menjadi sel lain atau mati. Sel-sel kanker

mengembangkan tingkat otonomi dari sinyal-sinyal ini, sehingga pertumbuhan

tidak terkontrol bahkan sampai menyebar ke organ lain (Hejmadi, 2010).

1.2 Penyebab

Menurut Hinkle dan Cheever (2013) akan diuraikan penyebab terjadinya

penyakit kanker, yaitu :

1.2.1 Virus dan bakteri

Virus sebagai penyebab kanker pada manusia sulit untuk menentukannya

karena virus sulit untuk mengisolasi. Virus diperkirakan menggabungkan diri

Universitas Sumatera Utara


9

dalam struktur genetik sel, sehingga mengubah generasi sel yang mungkin

mengarah ke kanker. Sebagai contoh, virus Epstein-Barr sangat dicuragai sebagai

penyebab limfoma burkitt, kanker nasofaring, dan limfoma non-hodgkin. Herpes

simplex virus type II, cytomegalovirus, dan papilloma virus tipe 16, 18, 31 dan 33

yang berhubungan dengan dysplasia dan kanker serviks. Virus hepatitis B yang

terlibat dengan kanker hati, lymphotropic T-sel virus dapat menjadi penyebab

beberapa leukemia limfositik dan limfoma. Bakteri helicobacter pylori telah

dikaitkan dengan peningkatan insiden keganasan peradangan dan cedera pada

lambung.

1.2.2 Faktor fisik

Faktor fisik yang terkait dengan karsinogenesis meliputi paparan sinar

matahari atau radiasi, iritasi kronis atau peradangan, dan penggunaan tembakau.

Paparan berlebihan terhadap sinar ultraviolet dari matahari, terutama pada

seseorang berkulit putih, atau bermata hijau dan biru, meningkatkan risiko kanker

kulit. Faktor-faktor seperti gaya pakaian tanpa lengan atau menggunakan celana

pendek, pengunaan tabir surya, pekerjaaan, kebiasaan rekresi, lingkungan

termasuk kelembaban, ketinggian, semua turut berperan dalam jumlah paparan

sinar ultraviolet. Terapi radiasi yang digunakan dalam pengobatan penyakit atau

paparan bahan radioaktif di tempat produksi senjata nuklir atau tenaga nuklir

dikaitkan dengan insiden yang lebih tinggi dari leukemia, kanker paru-paru,

tulang, payudara, tiroid dan jaringan lain.

Universitas Sumatera Utara


10

1.2.3 Faktor kimia

Sekitar 75% dari semua kanker yang diduga berhubungan dengan

lingkungan. Asap tembakau dianggap sebagai karsinogen kimia yang paling

mematikan, menyumbang setidaknya 30% dari kematian akibat kanker. Merokok

sangat terkait dengan kanker paru-paru, kepala dan leher, kerongkongan,

pankreas, leher rahim, dan kandung kemih. Tembakau juga dapat bertindak

sinergis dengan zat lain, seperti alkohol, uranium, dan virus. Banyak zat kimia

yang ditemukan di tempat kerja telah terbukti karsinogen dan co-karsinogen.

Daftar luas diduga zat kimia terus berkembang dan mencakup pewarna anilin,

pestisida, formadehydes, arsenik, ter, cadmium, benzena, dan polyvinyl chloride.

Kebanyakan bahan kimia berbahaya menghasilkan efek beracun dengan

mengubah struktur DNA di dalam tubuh yang jauh dari paparan bahan kimia.

Organ yang paling sering terkena adalah hati, paru-paru dan ginjal dikarenakan

peran organ tersebut dalam detoksifikasi kimia.

1.2.4 Faktor genetik

Hampir setiap jenis kanker telah terbukti terjadi dalam keluarga. Ini karena

genetika, lingkungan bersama, dan budaya atau faktor gaya hidup. Faktor genetik

memainkan peran dalam pembangunan sel kanker. Pola kromosom yang abnormal

dan kanker dikaitkan dengan memiliki kromosom ekstra, terlalu sedikit

kromosom, atau translokasi kromosom. Kanker tertentu dengan mendasari

kelainan genetik termasuk limfoma Burkitt, leukemia myelogenous kronis,

meningioma, leukemia akut, retinoblastoma, Wilms tumor, dan kanker kulit ganas

termasuk melanoma. Sekitar 5% sampai 10% dari kanker dewasa dan kanak-

Universitas Sumatera Utara


11

kanak menampilkan kecenderungan pada keluarga. Pada kanker dengan

predisposisi keluarga, individu dapat mengembangkan beberapa kanker secara

umum, dua atau lebih kerabat tingkat pertama berbagi jenis kanker yang sama.

Kanker yang berhubungan dengan warisan keluarga termasuk retinoblastoma,

nephroblastoma, pheochromocytoma, neurofibromatosis ganas, payudara,

ovarium, kanker endometrium, kolorektal, lambung, prostat, dan paru-paru.

1.2.5 Faktor makanan

Faktor makanan berperan sebagai penyebab kejadian kanker. Zat makanan

bisa proaktif, karsinogenik, atau co-karsinogenik. Risiko kanker meningkat

dengan mengkonsumsi secara jangka panjang karsinogen atau co-karsinogen atau

tidak adanya kronis zat proaktif dalam makanan. Zat makanan yang terkait dapat

meningkatkan risiko kanker termasuk lemak, alkohol, daging asap, makanan yang

mengandung nitrat dan nitrit, dan asupan makanan kalori tinggi. Zat makanan

yang dapat mengurangi risiko kanker termasuk makanan yang tinggi serat,

sayuran seperti kubis, brokoli, kembang kol, makanan yang mengandung

karotenoid seperti wortel, tomat, dan bayam, makanan yang mengandung vitamin

E , C, seng, dan selenium. Obesitas dikaitkan dengan kanker endometrium dan

kemungkinan kanker payudara pascamenopause. Obesitas juga dapat

meningkatkan risiko untuk kanker usus besar, ginjal, dan kandung empedu.

1.2.6 Faktor hormonal

Pertumbuhan tumor dapat disebabkan oleh gangguan pada hormon

penyeimbang, produksi hormon tubuh secara endogen atau dengan pemberian

hormon eksogen. Kanker payudara, prostat, dan rahim diperkirakan tergantung

Universitas Sumatera Utara


12

pada kadar pertumbuhan hormon endogen. Dietilstilbestrol (DES) telah lama

dikenal sebagai penyebab karsinoma vagina. Terapi penggantian estrogen yang

berkepanjangan terkait dengan peningkatan kejadian hepatoseluler, endometrium,

dan kanker payudara. Kombinasi estrogen dan progesteron muncul paling aman

dalam menurunkan risiko endometrium kanker. Perubahan hormon reproduksi

juga terkait dengan kejadian kanker.

1.3 Tanda dan gejala

Menurut American Cancer Society (2013) tanda dan gejala penyakit

kanker, yaitu :

1.3.1 Demam

Demam adalah kejadian yang sangat umum dengan kanker, tetapi lebih

sering terjadi setelah kanker telah menyebar dari tempat dimana ia dimulai.

Hampir semua pasien dengan kanker akan mengalami demam pada beberapa

waktu, terutama jika kanker atau pengobatannya mempengaruhi sistem kekebalan

tubuh. Hal ini dapat membuat lebih sulit bagi tubuh untuk melawan infeksi. Paling

sering, demam mungkin merupakan tanda awal kanker, seperti kanker darah

seperti leukemia atau limfoma.

1.3.2 Kelelahan

Kelelahan yang terjadi tidak dapat segera pulih hanya dengan istirahat. Ini

merupakan gejala penting karena pertumbuhan kanker. Hal ini terjadi lebih awal

dalam beberapa kanker seperti leukemia. Beberapa kanker kolon atau lambung

dapat menyebabkan kehilangan darah. Hal ini merupakan cara kanker untuk dapat

menyebabkan kelelahan.

Universitas Sumatera Utara


13

1.3.3 Nyeri

Nyeri merupakan gejala awal beberapa kanker seperti kanker tulang atau

kanker testis. Sakit kepala yang tidak hilang atau menjadi lebih baik dengan

pengobata merupakan gejala dari tumor otak. Nyeri punggung dapat merupakan

gejala dari kanker usus besar, rektum, atau ovarium. Paling sering nyeri akibat

kanker berarti telah menyebar atau bermetastasis dari mana kanker dimulai.

1.3.4 Perubahan kulit

Seiring dengan kanker kulit, beberapa kanker lainnya dapat menyebabkan

perubahan kulit yang dapat dilihat. Tanda-tanda dan gejala termasuk: kulit yang

tampak gelap (hiperpigmentasi), kulit dan mata berwarna kekuningan (jaundice),

kulit kemerahan (eritema), gatal (pruritus), dan pertumbuhan rambut yang

berlebihan.

1.3.5 Perubahan pola buang air besar atau fungsi kandung kemih

Sembelit jangka panjang, diare, atau perubahan ukuran tinja mungkin

merupakan tanda dari kanker usus besar. Nyeri saat buang air kecil, darah dalam

urin, atau perubahan fungsi kandung kemih, seperti perlu buang air lebih sering

dari biasanya dapat dikaitkan dengan kandung kemih atau kanker prostat.

1.3.6 Luka yang tidak kunjung sembuh

Kanker kulit dapat berdarah dan terlihat seperti luka yang tidak kunjung

sembuh. Sebuah luka yang tidak kunjug sembuh di mulut bisa menjadi kanker

mulut. Hal ini harus ditangani dengan segera, terutama pada orang yang merokok,

mengunyah tembakau, atau sering minum alkohol. Luka pada penis atau vagina

dapat berupa tanda-tanda infeksi atau kanker dini.

Universitas Sumatera Utara


14

1.3.7 Bintik-bintik putih di lidah dan mulut

Bercak putih di dalam mulut dan bintik-bintik putih di lidah mungkin

leukoplakia. Leukoplakia adalah daerah pra-kanker yang disebabkan oleh sering

iritasi. Hal ini sering disebabkan oleh merokok atau penggunaan tembakau

lainnya. Orang yang merokok pipa atau menggunakan tembakau beresiko tinggi

untuk leukoplakia. Jika tidak diobati, leukoplakia bisa menjadi kanker mulut.

1.3.8 Perdarahan

Perdarahan yang tidak biasa bisa terjadi pada kanker dini atau lanjut.

Batuk darah di sputum merupakan tanda dari kanker paru-paru. Darah dalam tinja

yang dapat terlihat seperti tinja sangat gelap atau hitam bisa menjadi tanda dari

usus besar atau kanker rektum. Kanker serviks atau endometrium dapat

menyebabkan perdarahan vagina abnormal. Darah dalam urin merupakan tanda

dari kandung kemih atau kanker ginjal. Darah yang keluar dari puting tanda

kanker payudara.

1.3.9 Benjolan

Banyak kanker dapat dirasakan melalui kulit. Kanker ini kebanyakan

terjadi pada payudara, testis, kelenjar getah bening (kelenjar), dan jaringan lunak

tubuh. Sebuah benjolan atau penebalan merupakan tanda awal atau akhir dari

kanker. Kanker payudara muncul dengan kulit merah atau menebal serta adanya

tonjolan.

1.4 Pencegahan kanker

Beberapa tahun terakhir ahli medis maupun para peneliti telah

menempatkan penekanan yang lebih besar pada pencegahan primer dan sekunder.

Universitas Sumatera Utara


15

Pencegahan primer bersangkutan dengan mengurangi risiko kanker pada orang

sehat sedangkan pencegahan sekunder melibatkan deteksi dan skrining untuk

mencapai diagnosis dini dan intervensi yang cepat untuk menghentikan proses

kanker (Hinkle & Cheever, 2013). Beberapa hal yang dapat mencegah kanker,

yaitu :

1.4.1 Pencegahan primer

Dengan mengakui sisi pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan

untuk mendidik masyarakat tentang risiko kanker, perawat di semua bidang

memainkan peran kunci dalam pencegahan kanker. Membantu pasien untuk

menghindari karsinogen diketahui adalah salah satu cara untuk mengurangi risiko

kanker. Cara lain yaitu dengan melibatkan perubahan gaya hidup dimana

penelitian menunjukkan perubahan pengaruh pada risiko kanker. Beberapa uji

klinis telah dilakukan untuk mengidentifikasi obat yang dapat membantu untuk

mengurangi kejadian tertentu jenis kanker. Sebuah studi pencegahan kanker

payudara didukung oleh National Cancer Institute telah dilakukan di beberapa

pusat kesehatan di seluruh negeri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa obat

tamoxifen dapat mengurangi kejadian kanker payudara sebesar 49% pada wanita

pascamenopause diidentifikasi sebagai berisiko tinggi untuk kanker payudara.

Perawat dapat menggunakan konseling serta keterampilan mereka untuk

mendorong pasien untuk berpartisipasi dalam program pencegahan kanker dan

untuk mempromosikan gaya hidup sehat (Hinkle & Cheever, 2013).

Universitas Sumatera Utara


16

1.4.2 Pencegahan sekunder

Pemahaman berkembang tentang peran genetika dalam pembangunan sel

kanker telah memberikan kontribusi terhadap upaya pencegahan dan pemeriksaan.

Individu yang mewarisi mutasi genetik tertentu memiliki peningkatan kerentanan

terhadap kanker. Sebagai contoh, individu yang memiliki keluarga adenomatosis

poliposis memiliki peningkatan risiko untuk kanker usus besar. Untuk

memberikan pendidikan individual dan rekomendasi untuk terus pengawasan dan

perawatan pada populasi berisiko tinggi, perawat perlu mengikuti perkembangan

berkelanjutan di bidang genetika dan kanker. Banyak pusat kanker seluruh negeri

yang menawarkan evaluasi risiko kanker, program yang inovatif dalam

menyediakan skrining dan tindak lanjut untuk individu yang ditemukan berada

pada risiko tinggi untuk kanker.

Kesadaran masyarakat tentang perilaku untuk meningkatkan kesehatan

dapat ditingkatkan dalam berbagai cara yaitu dengan pendidikan kesehatan dan

program pemeliharaan kesehatan yang disponsori oleh organisasi masyarakat.

Meskipun program pencegahan primer dapat fokus pada bahaya penggunaan

tembakau atau pentingnya gizi sedangkan program pencegahan sekunder dapat

mempromosikan pemeriksaan payudara serta pemeriksaan dini. Banyak organisasi

melakukan kegiatan skrining kanker yang berfokus pada kanker dengan tingkat

insiden tertinggi atau mereka yang telah meningkatkan kelangsungan hidup jika

didiagnosis dini, seperti payudara atau kanker prostat (Hinkle & Cheever, 2013).

Universitas Sumatera Utara


17

1.5 Penatalaksanaan

Pilihan pengobatan yang ditawarkan untuk pasien kanker harus didasarkan

pada tujuan yang realistis dan dapat dicapai untuk setiap jenis kanker tertentu.

Berbagai tujuan pengobatan yang mungkin yaitu mencakup penyembuhan,

memperpanjang kelangsungan hidup, penahanan pertumbuhan sel kanker, atau

menghilangkan gejala terkait dengan penyakit. Menurut Hinkle dan Cheever

(2013) penatalaksanan penyakit kanker, meliputi :

1.5.1 Pembedahan

Operasi pengangkatan seluruh kanker merupakan pilihan yang ideal dan

paling sering digunakan sebagai metode pengobatan. Pendekatan bedah tertentu,

mungkin berbeda untuk beberapa alasan. Operasi diagnostik adalah metode

definitif untuk mengidentifikasi karakteristik seluler yang mempengaruhi semua

keputusan pengobatan. Pembedahan merupakan metode primer dalam

pengobatan, atau mungkin profilaksis, paliatif, atau rekonstruktif.

1.5.2 Terapi radiasi

Dalam terapi radiasi, radiasi pengion digunakan untuk mengganggu

pertumbuhan sel. Lebih dari setengah pasien kanker menerima bentuk terapi

radiasi di beberapa titik selama pengobatan. Radiasi dapat digunakan untuk

mengobati kanker, seperti pada penyakit Hodgkin, testis seminoma, karsinoma

tiroid, kanker lokal dari kepala dan leher, dan kanker serviks. Terapi radiasi juga

dapat digunakan untuk mengontrol penyakit ganas ketika tumor tidak dapat

diangkat melalui pembedahan atau ketika metastasis nodal lokal ini, atau dapat

digunakan sebagai profilaksis untuk mencegah infiltrasi leukemia ke otak atau

Universitas Sumatera Utara


18

sumsum tulang belakang. Terapi radiasi paliatif digunakan untuk meringankan

gejala penyakit metastatik, terutama ketika kanker telah menyebar ke otak, tulang,

atau jaringan lunak, atau untuk mengobati keadaan darurat onkologi, seperti

superior vena cava syndrome atau kompresi sumsum tulang belakang.

Dua jenis pengion sinar radiasi elektromagnetik (sinar-x dan sinar gamma)

dan partikel (elektron partikel beta, proton, neutron, dan partikel alpha), dapat

menyebabkan gangguan jaringan. Kebanyakan gangguan jaringan berbahaya

adalah perubahan molekul DNA dalam sel-sel dari jaringan. Radiasi pengion

heliks DNA, menyebabkan kematian sel. Radiasi pengion juga dapat mengionisasi

konstituen cairan tubuh, terutama air, yang mengarah pada pembentukan radikal

bebas dan ireversibel merusak DNA. Jika DNA tidak mampu memperbaiki, sel

akan mati segera atau mungkin memulai membunuh sel (apoptosis).

1.5.3 Kemoterapi

Pada kemoterapi, agen antineoplastik digunakan dalam upaya untuk

menghancurkan sel-sel tumor dengan mengganggu fungsi sel dan reproduksi.

Kemoterapi digunakan terutama untuk mengobati sistemik penyakit daripada lesi

yang lokal dan untuk operasi atau radiasi. Kemoterapi dapat dikombinasikan

dengan operasi atau terapi radiasi, atau keduanya, untuk mengurangi ukuran

tumor sebelum operasi, untuk menghancurkan sel-sel tumor yang tersisa pasca

operasi, atau untuk mengobati beberapa bentuk leukemia. Tujuan dari kemoterapi

penyembuhan, kontrol, dan paliatif harus realistis karena mereka akan

menentukan obat yang akan digunakan dan agresivitas rencana pengobatan. Sel

membunuh dan siklus sel setiap kali tumor terkena agen kemoterapi, persentase

Universitas Sumatera Utara


19

sel tumor 20% sampai 99%, tergantung pada dosis hancur. Dosis berulang

kemoterapi diperlukan lebih dari satu waktu lama untuk mencapai regresi tumor.

Pemberantasan 100% dari tumor hampir mustahil, tapi tujuan pengobatan adalah

untuk memberantas tumor sehingga sel tumor yang tersisa dapat dihancurkan oleh

sistem kekebalan tubuh.

1.5.4 Transplantasi sumsum tulang

Meskipun operasi, terapi radiasi, dan kemoterapi telah meningkatkan

kelangsungan hidup untuk pasien kanker, banyak kanker yang awalnya

mengalami kekambuhan. Hal ini berlaku dari kanker hematologi yang

mempengaruhi sumsum tulang dan tumor padat kanker diobati dengan dosis yang

lebih rendah dari antineoplastics untuk mengampuni sumsum tulang dari yang

lebih besar, dosis ablatif kemoterapi atau terapi radiasi. Peran transplantasi

sumsum tulang (BMT) untuk keganasan serta beberapa penyakit non ganas terus

berkembang. Proses untuk memperoleh sel donor telah berkembang selama

beberapa tahun. Sel donor dapat diperoleh dari jaringan sumsum tulang di bawah

anestesi umum di ruang operasi.

Sebuah metode baru, yang disebut sebagai transplantasi sel induk darah

perifer (PBSCT), sudah digunakan secara luas. Metode pengumpulan

menggunakan apheresis dari donor untuk mengumpulkan sel yang akan reinfusi.

Hal ini dianggap lebih aman dan lebih efektif. Alogenik BMT digunakan terutama

untuk penyakit sumsum tulang, tergantung pada ketersediaan leukosit dan antigen

yang cocok untuk donor. Keuntungan untuk alogenik BMT adalah bahwa

transplantasi sel-sel tidak harus toleran terhadap keganasan dan immunologi

Universitas Sumatera Utara


20

pasien. Penerima harus menjalani dosis ablatif dari kemoterapi dan mungkin

jumlah iradiasi tubuh untuk menghancurkan semua yang ada. Donor dipanen

kemudian sumsum diinfuskan secara intravena ke penerima dan perjalanan ke

situs dalam tubuh di mana ia menghasilkan sumsum tulang dan menetapkan

sendiri. Ini pembentukan sumsum tulang baru yang dikenal sebagai engraftment.

Setelah engraftment selesai 2 sampai 4 minggu, sumsum tulang baru menjadi

fungsional dan mulai memproduksi sel-sel darah merah, leukosit, dan trombosit.

1.5.5 Terapi gen

Kemajuan teknologi dan informasi yang diperoleh melalui penelitian

genetika telah membantu peneliti dan dokter dalam memprediksi, mendiagnosis,

dan mengobati kanker. Terapi gen termasuk pendekatan yang memperbaiki cacat

genetik atau memanipulasi gen untuk menginduksi kerusakan sel tumor dengan

harapan mencegah atau memerangi penyakit. Sel somatik yaitu sel yang tidak

terkandung dalam embrio atau dijadikan untuk menjadi terapi gen pada sel telur

atau sperma. Jenis terapi melibatkan penyisipan dari gen diinginkan ke dalam sel

target. Meskipun terapi gen saat diteliti, peneliti memprediksi itu akan memiliki

dampak besar pada perawatan medis dan kesehatan di abad ke-21. Lebih dari 100

uji klinis untuk terapi gen dalam mengobati kanker telah dimulai. Contoh dari

salah satu percobaan tersebut melibatkan memasukkan gen supresor tumor p53

dalam sel-sel kanker. Biasanya gen ini bertanggung jawab untuk memperbaiki

yang rusak sel atau menyebabkan kematian sel ketika sel tidak dapat diperbaiki.

Banyak jenis sel kanker telah bermutasi gen p53 yang kemudian mengarah

pertumbuhan sel yang tidak terkendali. Penyisipan gen p53 yang normal dapat

Universitas Sumatera Utara


21

menyebabkan baik kematian sel kanker atau memperlambat pertumbuhan tumor.

Pendekatan ini telah diuji pada kanker paru-paru, kepala dan leher, dan kanker

usus besar.

2. Perawatan Paliatif

2.1 Pengertian

Perawatan paliatif merupakan perawatan yang diberikan untuk

meningkatkan kualitas hidup pasien yang memiliki penyakit serius atau yang

mengancam jiwa, seperti kanker. Tujuan dari perawatan paliatif adalah untuk

mencapai kualitas hidup yang baik bagi seseorang yang memiliki hambatan untuk

terus hidup akibat suatu penyakit dan memberikan dukungan bagi keluarga

(National Cancer Institute, 2010).

World Health Organization (2010) menyatakan bahwa perawatan paliatif

merupakan perawatan total secara aktif bagi tubuh, pikiran, dan jiwa serta

melibatkan pemberian dukungan kepada keluarga. Hal ini dimulai ketika penyakit

didiagnosis dan terlepas dari pasien menerima atau tidak menerima pengobatan

yang diarahkan pada penyakit.

Menurut Becker, (2009) perawatan paliatif merupakan perawatan yang aktif

dan holistik dan diberikan sejalan dengan kemajuan penyakit. Perawatan paliatif

diberikan dari awal penyakit didiagnosis, menjalani pengobatan, serta kematian

dan proses berkabung. Perawatan paliatif mencakup bagaimana memanajemen

gejala dan nyeri, memberikan dukungan sosial dan spiritual.

Perawatan paliatif merupakan perawatan yang dicapai dengan efektif

dengan mengelola rasa sakit dan hal lainnya yang membuat tidak nyaman seperti

Universitas Sumatera Utara


22

kelelahan, dyspnea, mual, muntah, gelisah, sembelit, anoreksia, depresi,

kebingungan, serta menyediakan psikologis dan perawatan spiritual dari awal di

diagnosis dan terus sepanjang seluruh program pengobatan dalam kehidupan

pasien. Perawatan paliatif tidak berfokus untuk menunda kematian tetapi berusaha

untuk membimbing dan membantu pasien serta keluarga dalam membuat

keputusan yang dapat memaksimalkan kualitas hidup mereka (Palliative Care

Australia, 2014).

2.2 Prinsip Perawatan Paliatif

Perawatan paliatif harus tersedia bagi semua orang terlepas dari penyakit

mereka. Penyediaan pelayanan harus memiliki fokus tim multidisiplin dan

memastikan kesinambungan perawatan bagi pasien dan keluarga. Becker (2009)

menyatakan bahwa prinsip-prinsip dasar dalam memberikan perawatan paliatif

meliputi :

2.2.1 Menghormati dan menghargai pasien serta keluarga.

Dalam memberikan perawatan paliatif, perawat harus menghargai dan

menghormati keinginan pasien dan keluarga. Berkonsultasi dengan keluarga

mengenai rencana perawatan harus menghormati pasien yang sedang sakit

dimulai dari awal diagnosa sampai pada tahap pengobatan. Sesuai dengan prinsip

menghormati, informasi tentang perawatan paliatif harus tersedia dan keluarga

dapat memilih untuk memulai rujukan untuk program perawatan paliatif.

Kebutuhan keluarga juga harus diperhatikan baik selama sakit dan setelah

kematian pasien untuk mempersiapkan kemampuannya dalam menghadapi

cobaan hidup.

Universitas Sumatera Utara


23

2.2.2 Kesempatan atau hak untuk mendapatkan kepuasan dan perawatan

paliatif yang pantas.

Petugas kesehatan harus memberikan kesempatan kepada terapi untuk

mengurangi rasa sakit dan gejala fisik lainnya, sehingga memungkinkan untuk

meningkatkan kualitas hidup pasien. Terapi tersebut mencakup pendidikan,

konseling keluarga, dukungan teman sebaya, terapi musik, dukungan spiritual

untuk keluarga dan serta perawatan menjelang kematian.

2.2.3 Mendukung pemberi perawatan (caregiver)

Pelayanan perawatan yang profesional harus didukung oleh tim perawatan

paliatif, rekan kerja dan institusi untuk penanganan proses berduka dan kematian.

Dukungan dari institusi seperti konseling rutin dengan ahli psikologi.

2.2.4 Pengembangan profesi dan dukungan sosial untuk perawatan paliatif.

Peraturan, keuangan, dan pengetahuan sering menjadi hambatan keluarga

untuk mendapatkan kesempatan untuk layanan perawatan paliatif. Pendidikan

tenaga profesional dan masyarakat dapat mendorong kesadaran perlunya nilai dan

perawatan paliatif sehingga hal ini diupayakan untuk mengatasi hambatan dalam

memberikan perawatan paliatif. Penyuluhan kepada masyarakat tentang kesadaran

akan kebutuhan perawatan dan nilai perawatan paliatif serta usaha untuk

mempersiapkan serta memperbaiki hambatan secara ekonomi.

2.2.5 Pengembangan perawatan paliatif melalui penelitian dan pendidikan.

Penelitian klinis mengenai efektivitas dan manfaat dari intervensi

perawatan paliatif dan model penyediaan layanan harus dipromosikan. Selain itu,

Universitas Sumatera Utara


24

informasi tentang perawatan paliatif yang sudah tersedia harus efektif disebarkan

dan dimasukkan ke dalam pendidikan dan praktek klinis.

2.3 Tim perawatan paliatif

Tim perawatan paliatif merupakan kolaborasi multidisiplin dan biasanya

mencakup seorang dokter dan perawatan senior bersama dengan satu atau lebih

pekerja sosial dan ahli agama, sebagai tambahan tim tersebut dibantu teman

sejawat dari gizi dan rehabilitasi, seperti fisioterapis atau petugas terapi okupasi

dan terapis pernafasan (Campbell, 2013).

Karena tidak ada satu orang dapat memberikan semua yang diperlukan

dalam memberikan dukungan bagi pasien dan keluarga, perawatan paliatif adalah

perawatan yang terbaik dengan menggunakan pendekatan multidisipliner. Tim

perawatan paliatif terdiri dari dokter, perawat, pekerja sosial beserta dengan

apoteker, ahli gizi, pendeta, dan profesional medis lainnya. Anggota tim paliatif

juga mencakup pasien dan atau pengasuh keluarganya. Tim perawatan paliatif

bekerjasama dengan pengasuh keluarga, dokter yang biasa menangani anggota

keluarga, dan orang lain yang terlibat dalam perawatan pasien (Center to Advance

Palliative Care, 2013).

Menurut Pamela (2005) fokus dari tim perawatan paliatif adalah dukungan

tim, perawatan berkualitas, dan memastikan kesinambungan perawatan untuk

pasien dan keluarga dari rumah sakit ke rawat jalan, dan kunjungan rumah. Dalam

memberikan perawatan paliatif, tim paliatif memiliki standar yaitu harus

mencakup mekanisme untuk memastikan transisi yang baik dalam masa

perawatan pasien, menyediakan minimal satu orang yang konsisten dalam

Universitas Sumatera Utara


25

mengasuh pasien, menyediakan tenaga kesehatan yang ahli dan menyediakan

perawatan paliatif 24 jam sehari atau 365 hari dalam setahun (American Academy

of Pediatric, 2000).

Pendekatan 24 jam dalam 7 hari untuk perawatan pasien dengan

kebutuhan perawatan paliatif dihargai oleh keluarga, keluarga merasa lebih

menjalin hubungan yang erat dengan para tenaga profesional sehingga lebih

mudah untuk berbicara mengenai hal-hal yang sulit (Maynard & Lynn, 2014).

2.4 Tempat perawatan paliatif

Menurut Hockenberry, Wilson, & Wong (2013) pasien dengan penyakit

kronis progresif awalnya menerima layanan perawatan paliatif sebagai koordinasi

pelayanan antara pasien rawat jalan dan dokter yang diberikan oleh lembaga

masyarakat di rumah. Keadaan lokasi perawatan penyakit penting untuk

memfokuskan pada intervensi yang membahas semua aspek pasien dan

kenyamanan keluarga. Hal ini memerlukan perhatian untuk kenyamanan fisik

pasien dan kebutuhan sosial, emosional dan spiritual pasien serta keluarga.

Berdasarkan hasil keputusan oleh pasien dan keluarga mengenai keinginan untuk

perawatan, ada beberapa pilihan untuk tempat perawatan yang dapat dipilih

keluarga, meliputi :

2.4.1 Dirumah sakit

Keluarga dapat memilih untuk tetap berada di rumah sakit untuk

menerima perawatan jika pasien sakit atau kondisi pasien tidak stabil. Perawatan

di rumah bukanlah suatu pilihan jika kondisi pasien dalam keadaan sakit dan

memerlukan pengawasan yang ketat. Jika sebuah keluarga memilih untuk tetap

Universitas Sumatera Utara


26

berada di rumah sakit untuk perawatan terminal pada pasien maka pengaturan

kamar harus dibuat seperti keadaan di rumah. Selain itu, dalam memberikan

perawatan harus ada rencana yang konsisten dan terkoordinasi dengan melibatkan

keluarga.

2.4.2 Dirumah

Beberapa keluarga dapat memilih untuk membawa anggota keluarga

mereka ke rumah dengan menerima jasa perawatan di rumah. Umumnya layanan

ini memerlukan jadwal kunjungan perawatan untuk memberikan pengobatan,

peralatan yang dibutuhkan, atau persediaan obat-obatan. Perawatan di rumah

adalah pilihan yang paling sering dipilih oleh keluarga karena pandangan

tradisional yang mengharuskan penderita kanker yang memiliki harapan hidup

kurang dari 6 bulan maka harus dirawat dekat dengan keluarga.

2.4.3 Di Hospice care

Hospice care merupakan pelayanan kesehatan yang mengkhususkan diri

dalam kasus kematian pasien dengan menggabungkan filosofi hospice care

dengan prinsip-prinsip perawatan paliatif. Filosofi hospice care menganggap

kematian sebagai proses yang alami dan perawatan pasien yang sekarat termasuk

pengelolaan kebutuhan fisik, psikologis, sosial dan spiritual penderita kanker serta

keluarga. Layanan di hospice care menyediakan home visit dan kunjungan dari

pekerja sosial, pemuka agama, dan dokter. Obat-obatan, peralatan medis dan

apapun yang diperlukan semua sudah dikoordinasikan oleh organisasi rumah sakit

pemberi perawatan.

Universitas Sumatera Utara


27

2.4 Peran perawat

Perawat memiliki peranan penting dalam memberikan dukungan untuk

keluarga di seluruh penyakit penderita kanker, mengelola gejala (Mackenzie &

Mac Callam, 2009), menyediakan perawatan yang cukup dan membantu dalam

proses berkabung saat pasien meninggal (Davies, 2003). Menurut Matzo &

Sherman (2014) peran perawat paliatif meliputi :

2.5.1 Praktik di klinik

Perawat memiliki kemampuan untuk memahami dan mengevaluasi nyeri

beserta keluhan dari nyeri yang dialami pasien. Perawat dapat berkolaborasi

dengan tim profesional lainnya dalam mengembangkan dan menerapkan

perencanaan perawatan yang komprenhensif. Perawat mengidentifikasi

pendekatan baru dalam mengatasi nyeri dan dikembangkan sesuai dengan standar

rumah sakit sehingga dapat dipraktekkan sesuai dengan aturan di rumah sakit.

2.5.2 Pendidik

Perawat memahami filosofi yang komplek, etik dan diskusi dalam

membantu pasien dan keluarga di dalam penatalaksanaan pasien di klinik

sehingga semua tim perawatan dapat mencapai hasil yang baik. Perawat

menunjukkan dasar keilmuannya yang meliputi mengatasi nyeri nueropatik,

potensi jika terjadi konflik peran dengan profesi lainnya, mengatasi rasa beduka

dan kehilangan. Perawat pendidik serta tim perawatan lainnya seperti farmasi,

sesuai dengan pedoman dari tim perawatan paliatif maka memberikan perawatan

yang khusus dalam mengunakan obat-obatan intravena untuk mengatasi nyeri

neuropati yang sulit diatasi.

Universitas Sumatera Utara


28

2.5.3 Peneliti

Perawat menghasilkan pengetahuan dari hasil sebuah penelitian dan

terbukti dalam praktek. Perawat menyelidiki dengan strategi penelitian terpadu

dalam pelayan paliatif misalnya penggunaan obat-obatan intravena dalam

mengatasi nyeri neuropati.

2.5.4 Kolaborator

Perawat melakukan pengkajian untuk mengkaji bio-psiko-sosial-spiritual

serta intervesinya. Perawat membangun hubungan kolaborasi dengan profesi

lainnya dengan mengidentifikasi sumber dan kesempatan bekerja. Perawat

memfasilitasi dalam mengembangkan anggota dalam pelayanan, dokter dan

perawat bekerjasama dengan pasien dan keluarga, tim profesional dan tenaga

profesional lainnya dalam rangka mempersiapkan pelayanan dengan hasil yang

terbaik.

2.5.5 Konsultan

Perawat berkonsultasi dan berkolaborasi dengan dokter, tim perawatan

paliatif, dan komite untuk menentukan strategi pengobatan yang tepat untuk

memenuhi kebutuhan pasien dan keluarga. Dengan mempertahankan kehadiran

yang konsisten dengan pasien dan keluarga dan dengan tim perawatan paliatif

lainnya, perawat membantu meminimalkan konflik dalam pengambilan

keputusan.

2.3 Studi Fenomenologi

Penelitian kualitatif adalah suatu cara untuk menggali persepsi manusia

dengan berbagai fenomena pengalaman hidup manusia, sehingga penelitian

Universitas Sumatera Utara


29

kualitatif sangat relevan untuk digunakan pada bidang keilmuan (Streubert &

Carpenter, 2013). Salah satu pendekatan yang digunakan pada penelitian kualitatif

adalah pendekatan fenomenologi. Metode ini merupakan suatu pendekatan untuk

menggali makna dari gambaran pengalaman hidup seseorang (Streubert &

Carpenter, 2013).

Creswell (2012) menyatakan bahwa studi fenomenologi bertujuan untuk

mempelajari, mengembangkan atau menemukan pengetahuan dengan

menggunakan pendekatan ilmiah dalam memberikan makna atau

menginterpretasikan berdasarkan beberapa hal yang berarti bagi manusia. Selain

itu, pendekatan fenomenologi ini bertujuan untuk memahami respon seluruh

manusia terhadap suatu atau sejumlah peristiwa dan memberikan gambaran

terhadap makna sebuah pengalaman yang dialami beberapa individu dalam situasi

yang dialami. Pendekatan fenomenologi digunakan ketika sedikit sekali defenisi

atau konsep terhadap suatu fenomena yang akan diteliti. Tujuan penelitian

fenomenologi sepenuhnya adalah untuk memahami arti peristiwa dan

menggambarkan pengalaman hidup dan persepsi yang muncul (Polit & Beck,

2012).

Pendekatan fenomenologi terdiri dari dua jenis yaitu fenomenologi

deskriptif dan fenomenologi interpretif (Beck, 2013). Jenis fenomenologi yang

pertama adalah fenomenologi deskriptif, dikembangkan oleh Husserl pada tahun

1962. Jenis penelitian ini menekankan pada deskripsi tentang pengalaman yang

dialami oleh manusia. Penelitian ini memiliki empat langkah, yaitu bracketing,

intuiting, analyzing, dan describing.

Universitas Sumatera Utara


30

Langkah pertama yaitu bracketing. Bracketing adalah proses

mengidentifikasi dan mengurungkan keyakinan yang terbentuk sebelumnya serta

opini yang objektif tentang fenomena yang diteliti. Bracketing adalah tidak

mencampurkan asumsi, pikiran atau opini-opini peneliti kedalam fenomena yang

diteliti (Streubert & Carpenter, 2013).

Langkah selanjutnya adalah intuiting. Intuiting yaitu memulai kontak dan

memahami fenomena yang diteliti, dengan mendengar, melihat, berimajinasi dan

peka terhadap adanya variasi fenomena. Pada tahap intuiting peneliti masuk

secara total kedalam peristiwa atau data dan mencoba memahami peristiwa

(Streubert & Carpenter, 2013).

Pada tahap berikutnya adalah analyzing. Pada tahap ini peneliti

mengindentifikasi arti atau makna dari fenomena yang telah digali atau

mengeksplor hubungan serta keterkaitan antar fenomena yang diteliti dengan

fenomena lain yang berkaitan (Streubert & Carpenter, 2013).

Langkah terakhir yaitu describing. Describing merupakan suatu upaya

mendeskripsikan, mengartikan dan mengkomunikasikan hasil penelitian. Peneliti

membuat narasi yang luas dan mendalam tentang fenomena yang diteliti

(Streubert & Carpenter, 2013).

Proses analisis data untuk fenomenlogi deskriptif adalah Collaizi, Giorgi,

dan Van Kaam. Ketiga fenenomenologis tersebut berpedoman pada filosofi

Husserl yang mana fokus utamanya adalah mengetahui gambaran sebuah

fenomena (Beck, 2013)

Universitas Sumatera Utara


31

Jenis fenomenologi yang kedua adalah fenomenologi interpretif.

Fenomenologi interpretif dikembangkan oleh Heidegger. Jenis penelitian ini

menekankan pada pemahaman dan penafsiran, tidak sekedar deskripsi

pengalaman manusia. Penelitian interpretif bertujuan untuk menemukan

pemahaman dari makna pengalaman hidup dengan cara masuk ke dalam dunia

partisipan (Beck, 2013).

Fenomenologis yang berpedoman pada fenomenologi interpretif adalah

Van Manen. Van Manen menekankan bahwa pendekatan fenomenologi tidak

terpisah dari praktik menulis. Penulis hasil analisa kualitatif merupakan suatu

upaya untuk memahami dan mengenali makna hidup dari fenomena yang diteliti

yang dituangkan dalam bentuk teks tertulis. Teks tertulis yang dibuat oleh peneliti

harus dapat mengarahkan pemahaman pembaca dalam memahami fenomena

tersebut. Van Manen juga mengatakan identifikasi tema dari deskripsi partisipan

tidak hanya diperoleh dari teks tertulis hasil transkrip wawancara, tetapi juga

diperoleh dari sumber artistik lain seperti literatur, musik, lukisan, dan seni

lainnya yang dapat menyediakan wawasan bagi peneliti dalam melakukan

interpretasi dan pencarian makna dari suatu fenomena (Beck, 2013).

Sumber data dalam studi fenomenologi berasal dari perbincangan yang

cukup dalam (in-depth interview) antara peneliti dan partisipan dimana peneliti

membantu partisipan untuk menggambarkan pengalaman hidupnya tanpa adanya

suatu diskusi. Melalui perbincangan yang cukup dalam peneliti berusaha untuk

menggali informasi sebanyak mungkin dari partisipan (Polit & Beck, 2012).

Universitas Sumatera Utara


32

Dalam studi fenomenologi, jumlah partisipan yang terlibat adalah 10 orang

atau lebih sedikit. Partisipan yang terlibat dalam penelitian ini akan dipilih dengan

menggunakan teknik purposive sampling. Dalam hal ini, partisipan harus

memenuhi kriteria-kriteria yang telah ditentukan oleh peneliti (Polit & Beck,

2012).

Hasil penelitian dalam studi fenomenologi diperoleh melalui proses

analisa data. Collaizi (1978 dalam Polit & Beck, 2012) menyatakan ada tujuh

langkah yang harus dilalui untuk menganalisa data. Proses analisa data tersebut

meliputi (1) membaca transkrip wawancara untuk mendapatkan perasaan mereka;

(2) meninjau setiap transkrip dan menarik peryataan yang signifikan; (3)

menguraikan makna dari setiap pernyataan yang signifikan dan memilih kata

kuncinya; (4) mengelompokkan makna-makna tersebut kedalam kelompok-

kelompok tema; (5) mengintegrasikan kedalam bentuk transkrip; (6)

memformulasikan deskripsi lengkap dari fenomena yang diteliti sebagai

identifikasi pernyataan; (7) memvalidasi apa yang telah ditemukan kepada

partisipan sebagai tahap validasi akhir.

Penelitian kualitatif termasuk fenomenologi perlu ditingkatkan kualitas

dan integritas dalam proses penelitiannya, sehingga perlu diperiksa bagaimana

tingkat keabsahan data pada penelitian kualitatif termasuk fenomenologi. Lincoln

dan Guba (1985 dalam Polit & Beck, 2012) menyatakan bahwa untuk

memperoleh hasil penelitian yang dapat dipercaya maka data divalidasi dengan 4

kriteria yaitu: (1) credibility (dapat dipercaya); (2) dependability (konsisten); (3)

Universitas Sumatera Utara


33

confirmability (persetujuan relevansi); dan (4) transferability (bisa digunakan

pada konteks lain).

Credibility meliputi keyakinan terhadap kebenaran data dan

interpretasinya. Kredibilitas yang tinggi tercapai jika partisipan yakin dan

mengenali dengan benar tentang hal-hal yang diceritakannya. Tujuan prosedur ini

adalah untuk memvalidasi keakuratan hasil laporan transkrip kepada partisipan

terhadap apa yang telah diceritakan tentang pengalamannya.

Dependability merupakan suatu bentuk kestabilan data pada setiap waktu

dan kondisi. Dependability dilakukan dengan melibatkan pembimbing penelitian

atau pakar penelaahan data. Pembimbing merupakan eksternal viewer yang

berfungsi untuk memeriksa hasil pengolahan data yang dilakukan peneliti.

Confirmability mengandung makna bahwa sesuatu hal dinilai secara

objektif dan netral, dimana ada beberapa orang independen yang menilai data-data

yang telah dikumpulkan oleh peneliti. Prinsip confirmability dilakukan dengan

cara mendiskusikan hasil penelitian berupa tema-tema yang telah didapatkan

kepada ahli dalam penelitian ini yaitu pembimbing.

Transferability merupakan bentuk validitas eksternal yang menunjukkan

derajat ketepatan sehingga hasil penelitian dapat diterapkan pada setting dan

kelompok yang berbeda pada populasi yang sama. Seorang peneliti harus dapat

menyediakan deskripsi data dengan rinci, jelas, sistematis dan mudah dimengerti

pada laporan penelitiannya sehingga pengguna lainnya dapat mengevaluasi data

kedalam konteks yang lain.

Universitas Sumatera Utara

You might also like