Professional Documents
Culture Documents
Chapter II
Chapter II
Chapter II
TINJAUAN PUSTAKA
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Sub-divisio : Angiospermae
Klass : Dicotyledoneae
Ordo : Euphorbiales
Famili : Euphorbiaceae
Genus : Manihot
Amerika, memiliki nama lain ubi kayu, singkong, kasepe dalam bahasa inggris
sayuran. Umbi atau akar pohon yang panjang dengan rata-rata 2-3 cm dan panjang
biru gelap akibat terbentuk asam sianida (HCN) yang bersifat racun bagi manusia
(Lidiasari, 2006).
5
2.1.2 Kandungan kimia
Singkong segar mempunyai komposisi kimia terdiri dari kadar air sekitar
60%, pati 35%, serat kasar 2,5%, kadar lemak 0,5% dan kadar abu 1%, karena
merupakan sumber karbohidrat dan serat makanan, namun sedikit kandungan zat
Pati adalah karbohidrat kompleks yang tidak larut dalam air, berwujud
serbuk putih, tidak berasa dan tidak berbau. Pati merupakan bahan utama yang
panjang. Banyaknya kandungan pati pada tanaman tergantung pada asal pati
tersebut, misalnya pati yang berasal dari biji beras mengandung pati 50-60% dan
pati yang berasal dari umbi singkong mengandung pati 80% (Winarno, 1986).
Zat pati terdiri dari butiran-butiran kecil yang disebut granula. Bentuk dan
ukuran granula merupakan karakteritik setiap jenis pati, karena itu dapat
bentuk granula, lokasi hilum, serta permukaan granulanya (Hodge, dkk., 1976).
Pati adalah polisakarida alami dengan bobot molekul tinggi yang terdiri
dari unit-unit glukosa. Umumnya pati mengandung dua tipe polimer glukosa,
yaitu amilosa dan amilopektin. Amilosa adalah komponen pati yang mempunyai
rantai lurus dan larut dalam air, umumnya amilosa menyusun pati 17-21 %, terdiri
amilopektin adalah suatu polisakarida yang jauh lebih besar dari amilosa yang
mengandung 1000 satuan glukosa atau lebih per molekul yang dihubungkan
6
Secara mikroskopik pati singkong berupa butir tunggal dan jarang
berkelompok, agak bulat atau persegi banyak, berbentuk topi baja, butir kecil
berdiameter 5 sampai 10 μm, butir besar berdiameter 20-35 μm. Hilus ditengah
berupa titik, garis lurus atau bercabang tiga, lamela tidak jelas (Ditjen POM,
1979).
Pati termodifikasi adalah pati yang gugus hidroksilnya telah diubah lewat
suatu reaksi kimia (esterifikasi, eterifikasi atau oksidasi) atau dengan mengganggu
struktur asalnya (Fleche, 1985). Sedangkan menurut Glicksman (1969), pati diberi
perlakuan tertentu dengan tujuan untuk menghasilkan sifat yang lebih baik untuk
asam, alkali, zat pengoksidasi atau bahan kimia lainnya yang akan menghasilkan
gugus kimia baru dan atau perubahan bentuk, ukuran serta struktur molukul pati.
empat metode modifikasi kimia, yaitu hidrolisis, oksidasi, ikatan silang (cross
linking) dan subtitusi (Luallen, 1988). Sementara itu, modifikasi secara fisika
yaitu pati pre-gelatinasi (Wurzburg, 1989). Pati yang telah termodifikasi akan
Sifat-sifat yang diinginkan adalah memiliki viskositas yang stabil pada suhu tinggi
dan rendah, mempunyai ketahanan yang baik terhadap perlakuan mekanis serta
daya pengental yang tahan terhadap kondisi asam dan suhu sterilisasi
Pati sitrat merupakan salah satu ester, dimana pati sitrat dibuat dengan
mereaksikan asam sitrat dan pati singkong dengan menggunakan pemanasan yang
7
tinggi. Suatu ester dapat dibentuk dengan reaksi langsung antara suatu asam
karboksilat dan alkohol, suatu reaksi yang disebut dengan reaksi esterifikasi
2.4 Esterifikasi
maupun asam organik dimana gugus hidroksilnya telah diubah melalui reaksi
yaitu jika alkohol dan asam karboksilat dan katalis asam (H2SO4) dipanaskan
anhidrida asam yaitu reaksi yang berlangsung lebih lambat dibandingkan dengan
reaksi-reaksi yang serupa dengan asil klorida, dan biasanya campuran reaksi yang
Pada penelitian Chowdary dan Veeraiah (2011), Pati sitrat dibuat dengan
mereaksikan pati singkong dan asam sitrat pada temperatur yang tinggi. Ketika
Kemudian sitrat anhidrida dapat bereaksi dengan pati dan menghasilkan pati
sitrat. Pati sitrat tidak larut dalam air tetapi memiliki sifat alir dan daya
Pati sitrat merupakan produk biodegradabel yang memiliki sifat alir yang
baik dan kemampuan mengembang tanpa membentuk gel bila dipanaskan dalam
air dan dianggap sebagai pembawa yang baik untuk dispersi padat dan untuk
meningkat laju disolusi pada obat kelarutannya buruk (Chowdary, dkk., 2011).
8
2.5 Parasetamol
Rumus bangun :
Kandungan : Tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0%
C8H9NO2 dari jumlah yang tertera pada etiket.
2.5.2 Farmakologi
dengan nama parasetamol, dan tersedia sebagai obat bebas (Wilmana, 1995).
menghilangkan nyeri, baik secara sentral maupun secara perifer. Secara sentral
9
menghambat pembentukan prostaglandin di tempat inflamasi, mencegah
sensitisasi reseptor rasa sakit terhadap rangsang mekanik atau kimiawi. Efek
1980).
Konsentrasi tertinggi dalam plasma dicapai dalam waktu ½ jam dan waktu
101,0% C6H8O7.H2O.
dalam eter P.
10
Asam sitrat merupakan asam makanan yang paling sering digunakan.
Asam sitrat mudah didapat, melimpah, relatif tidak mahal, sangat mudah larut,
memiliki kekuatan asam yang tinggi, tersedia sebagai granul halus, mengalir
Asam sitrat monohidrat mencair pada suhu 100oC. Asam ini kehilangan air pada
Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa
bahan pengisi. Sebagian besar tablet dibuat dengan cara pengempaan dan
merupakan bentuk sediaan yang paling banyak digunakan. Tablet kempa dibuat
Untuk mendapatkan tablet yang baik, maka bahan pengisi yang akan
a. Mudah mengalir, artinya jumlah bahan yang akan mengalir dalam corong alir
ke dalam ruang cetakan selalu sama setiap saat, dengan demikian bobot tablet
c. Mudah lepas dari cetakan, hal ini dimaksudkan agar tablet yang dihasilkan
mudah lepas dan tidak ada bagian yang melekat pada cetakan, sehingga
11
2.7.2 Metode pembuatan tablet
Tablet dibuat dengan 3 cara umum, yaitu granulasi basah, granulasi kering
(mesin rol atau mesin slag) dan kempa langsung. Tujuan granulasi basah dan
kering adalah untuk meningkatkan aliran campuran dan atau kemampuan kempa
a. Granulasi Basah
dengan larutan pengikat, bila perlu ditambahkan pewarna. Diayak menjadi granul
dan dikeringkan dalam lemari pengering pada suhu 40-50°C. Setelah kering
diayak lagi untuk memperoleh granul dengan ukuran yang diperlukan dan
ditambahkan bahan pelicin dan dicetak dengan mesin tablet (Anief, 1994).
b. Granulasi Kering
Metode ini digunakan pada keadaan dosis efektif terlalu tinggi untuk
dikompresi menjadi tablet yang lebar dan datar dengan garis tengah sekitar 1
inci. Kempaan harus cukup keras agar ketika dipecahkan tidak menimbulkan
serbuk yang berceceran. Tablet kempaan ini dipecahkan dengan tangan atau alat
dan diayak dengan lubang yang diinginkan, pelicin ditambahkan dan tablet
c. Cetak Langsung
12
memungkinkan untuk langsung dikompresi tanpa memerlukan granulasi
(Ansel, 1989).
aliran, zat warna, zat perasa, dan pemanis (Lachman, dkk., 1994).
Komposisi umum dari tablet adalah zat berkhasiat, bahan pengisi, bahan
a. Pengisi
Sifatnya harus netral secara kimia dan fisiologis, selain itu juga dapat dicernakan
dengan baik (Voigt, 1995). Bahan-bahan pengisi yaitu : laktosa, sukrosa, manitol,
sorbitol, amilum, bolus alba, kalsium sulfat, natrium sulfat, natrium klorida,
b. Pengikat
menjamin penyatuan beberapa partikel serbuk dalam butir granulat (Voigt, 1995).
Pengikat yang umum digunakan yaitu: amilum, gelatin, glukosa, gom arab,
c. Penghancur
13
yang digunakan sebagai pengembang yaitu: amilum, gom, derivat selulosa,
d. Pelicin
die. Bahan pelicin yaitu : metalik stearat, talk, asam stearat, senyawa lilin dengan
sifat massa sewaktu pencetakan tablet, meliputi waktu alir, sudut diam dan indeks
tap.
corong. Waktu yang diperlukan tidak lebih dari 10 detik, jika tidak maka akan
dijumpai kesulitan dalam hal keseragaman bobot tablet. Hal ini dapat diatasi
mengalir bebas dari corong ke atas dasar. Serbuk akan membentuk kerucut,
semakin kecil sudut diam, semakin baik aliran granul tersebut (Voigt, 1995).
serbuk atau granul akibat adanya gaya hentakan. Indeks tap dilakukan dengan
alat volumenometer yang terdiri dari gelas ukur yang dapat bergerak secara
14
teratur keatas dan kebawah. Serbuk atau granul yang baik mempunyai indeks tap
a. Kekerasan Tablet
melawan tekanan mekanik seperti goncangan, kikisan dan terjadi keretakan talet
tablet dengan kekerasan kurang dari 4 kg akan didapatkan tablet yang cenderung
rapuh, tapi bila kekerasan tablet lebih besar dari 8 kg akan didapatkan tablet yang
saat pentabletan, sifat bahan yang dikempa serta jumlah serta jenis bahan obat
1981).
pengikisan dan goncangan, besaran yang dipakai adalah % bobot yang hilang
menunjukkan tablet yang rapuh dan dianggap kurang baik (Lachman, dkk., 1994).
Waktu hancur tablet adalah waktu yang dibutuhkan untuk hancurnya tablet
dalam medium yang sesuai sehingga tidak ada bagian tablet yang tertinggal diatas
15
kasa alt pengujian. Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu hancur adalah sifat
fisika kimia granul dan kekerasan tablet, kecuali dinyatakan lain, waktu hancur
tablet tidak bersalut tidak boleh lebih dari 15 menit (Lachman, dkk., 1994).
harus dipantau pada setiap tablet atau batch, begitu juga kemampuan tablet untuk
melepaskan zat atau obat yang dibutuhkan harus diketahui (Lachman, dkk.,
1994).
e. Keseragaman sediaan
1. Keragaman bobot, dilakukan terhadap tablet yang 50% bahan aktifnya lebih
f. Disolusi
Disolusi adalah proses melarutnya suatu obat (Ansel, 1989). Saat sekarang
ini disolusi dipandang sebagai salah satu uji pengawasan mutu yang paling
penting dilakukan pada sediaan farmasi. Pada uji disolusi dapat diketahui bahan
obat dalam larutan dengan kecepatan yang seharusnya. Cepatnya obat atau tablet
melarut menentukan kadar bahan berkhasiat terlepas didalam tubuh. Karena itu
16
laju larut berhubungan langsung dengan kemanjuran dari tablet dan perbedaan
kedalam bejana atau ditempatkan dalam keranjang dan pengaduk diputar dengan
contoh dari media diambil untuk analisis kimia dari bagian obat yang terlarut.
Tablet harus memenuhi persyaratan seperti yang terdapat dalam monografi untuk
2.8 Spektrofotometri
nm. Serapan cahaya oleh molekul dalam daerah spektrum ultra violet tergantung
Ketika suatu atom atau molekul menyerap sinar UV maka energi tersebut
yang lebih tinggi. Tipe eksitasi tergantung panjang gelombang cahaya yang
diserap. Gugus yang dapat mengabsorpsi cahaya disebut dengan gugus kromofor
(Dachriyanus, 2004).
17
2.8.2 Spektrofotometri sinar inframerah
bilangan gelombang 4000 - 200 cm-1. Energi yang dihasilkan oleh radiasi ini akan
menyebabkan vibrasi atau getaran pada molekul. Pita absorpsi sinar inframerah
sangat khas dan spesifik untuk setiap tipe ikatan kimia atau gugus fungsi
(Dachriyanus, 2004).
energi yang lebih tinggi ketika molekul-molekul ini menyerap radiasi inframerah.
Hanya frekuensi (energi) tertentu dari radiasi inframerah yang dapat diserap oleh
suatu molekul. Agar molekul dapat menyerap radiasi inframerah, maka molekul
tersebut harus mempunyai gambaran spesifik, yakni momen dipol molekul harus
Molekul dengan struktur yang berbeda tidak akan ada yang mempunyai
pola absorbsi dan spektrum inframerah yang sama karena setiap ikatan yang
berbeda mempunyai frekuensi getaran yang berbeda, dan juga karena setiap jenis
ikatan kimia yang sama pada dua senyawa yang berbeda berada pada lingkungan
Radiasi inframerah dari frekuensi yang kurang dari 100 cm-1 diabsorbsi
dan dikonversi oleh molekul organik menjadi energi rotasi molekul. Absorbsi
18
terukur, maka spektrum rotasi molekul terdiri dari bercirikan garis. Radiasi
inframerah pada rentang 10000-100 cm-1 diabsorbsi dan dikonversi oleh molekul
organik menjadi energi vibrasi molekul. Absorbsi ini terukur, tapi spektra vibrasi
lebih tampak sebagai pita daripada garis karena perubahan energi vibrasi tunggal
19