Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 9

VULVITIS

1. Definisi

Vulvitis/vaginitis/vulvovaginitis adalah proses radang pada genetalia eksterna

perempuan dan merupakan keluhan ginekologi yang paling umum dijumpai di klinik.

Diagnosis ini didasarkan adanya gejala-gejala keputihan/sekret vagina, rasa tidak

nyaman pada vagina, atau keduanya. Cervicitis juga dapat menyebabkan keluarnya

sekret dan kadang terjadi bersama vaginitis.1


Sekret vagina yang mengalir setiap hari merupakan mekanisme pertahanan

alami tubuh untuk mempertahankan lingkungan normal dalam vagina. Sekret normal

biasanya jernih atau berwarna seperti susu tanpa bau busuk. Perubahan dalam jumlah,

warna, atau bau; iritasi; atau rasa gatal atau terbakar bisa disebabkan oleh

ketidakseimbangan bakteri normal flora di vagina, yang menyebabkan vaginitis.

Penyebab tersering keluhan vaginitis adalah bacterial vaginosis (40-45%), kandidiasis

vagina (20-25%), dan trikomoniasis (15-20%); namun 7-72% wanita dengan vaginitis

tetap tidak terdiagnosis. 1

2. Etiologi

Sekitar 90% kasus vaginitis disebabkan oleh 3 penyebab: bacterial vaginosis,

kandidiasis vagina, dan infeksi Trichomonas vaginalis (trikomoniasis). Vaginitis

noninfeksi biasanya disebabkan oleh reaksi alergi atau iritasi. Penyebab umum

lainnya adalah vaginitis atrofi karena defisiensi estrogen. 1 Penyebab Vulvitis lainnya

adalah akibat parasit, misalnya pitiriasis pubis, scabies, cacing tambang. Virus dan

bakteri juga dapat menyebabkan vulvitis, diantaranya infeksi herpes simplex, infeksi

saluran kemih, dan vulval vestibulitis.2


Pada wanita prapubertas, infeksi streptokokus beta hemolitik-grup A dapat

menyebabkan vulvitis. Pada kasus akut, gejala klinis berupa nyeri dan kemerahan
pada vulva dan vagina yang membengkak dengan lendir tipis. Pada kasus subakut

biasanya muncul gejala bercak dan plak eritematosa yang gatal di daerah vulva dan

perianal.3 Infeksi infeksi streptokokus beta hemolitik-grup A juga dapat menyebabkan

vulvovaginitis pada wanita dewasa.4


Salah satu faktor risiko yang dapat dicegah pada infeksi kandidiasis dan

bacterial vaginosis, yaitu pakaian dalam yang basah atau ketat, deterjen dan sabun

yang beraroma, dan kebersihan yang buruk.1

a. Bacterial Vaginosis

Pertumbuhan berlebih organisme seperti Gardnerella vaginalis (coccobacillus

gram-variabel), spesies Mobiluncus, Mycoplasma hominis, dan spesies

Peptostreptococcus. Faktor risiko termasuk kehamilan, penggunaan alat kontrasepsi

(IUD), dan sering melakukan douching.1

b. Kandidiasis vagina

Spesies Candida (C albicans, C tropicalis, dan C glabrata) merupakan normal

flora vagina. Dalam 85-90% kasus, disebabkan oleh C albicans, 5-10%, disebabkan

oleh C glabrata atau C parapsilosis. Faktor risiko termasuk penggunaan kontrasepsi

oral, penggunaan IUD, usia muda saat hubungan seksual pertama, peningkatan

frekuensi hubungan seksual, cunnilingus reseptif, diabetes, HIV atau kondisi

immunocompromised lainnya, penggunaan antibiotik jangka panjang, dan kehamilan. 1

c. Trikomoniasis

Infeksi Trikomoniasis disebabkan oleh protozoa Trichomonas vaginalis, flagel

berbentuk oval atau fusiform yang panjangnya 15 μm (ukuran leukosit). Organisme

ini terutama menginfeksi epitel vagina, dan jarang menginfeksi kelenjar endoserviks,
uretra, dan kelenjar Bartholin serta Skene. Trichomoniasis ditularkan secara seksual.

Faktor risiko termasuk penggunaan tembakau, hubungan seksual tanpa kondom

dengan banyak pasangan seksual, dan penggunaan IUD. 1

d. Zat atau benda iritan

- Spermisida, pelumas, kondom, diafragma, penutup serviks dan spons


- Sabun cuci dan pelembut pakaian
- Deodoran
- Zat di dalam air mandi
- Pembilas vagina
- Pakaian dalam yang terlalu ketat, tidak berpori-pori dan tidak menyerap keringat
- Feses

3. Patofisiologi

Vaginitis terjadi akibat ketidakseimbangan jumlah mikroorganisme yang

merupakan flora normal vagina dengan bakteri patogen. PH vagina postmenarch dan

premenopause normal adalah 3,8-4,2. Pada pH ini, pertumbuhan organisme patogen

biasanya dihambat. Gangguan pH vagina normal dapat mengubah flora vagina, yang

menyebabkan pertumbuhan berlebih dari patogen. Faktor-faktor yang mengubah

lingkungan vagina termasuk produk kebersihan wanita, kontrasepsi, obat vagina,

antibiotik, penyakit menular seksual (PMS), hubungan seksual, dan stres.1

Pertumbuhan berlebih dari bakteri flora normal, bakteri oportunistik atau virus

dapat menyebabkan gejala vaginitis. Iritasi kimia juga bisa menjadi faktor yang

signifikan. Vaginitis atrofi berhubungan dengan hipoestrogenisme, dengan gejala

meliputi dispareunia, kulit kering, pruritus, dan perdarahan abnormal. Keadaan

penurunan estrogen juga dapat meningkatkan risiko infeksi.1

4. Diagnosis 5

a. Anamnesis
- Keluarnya cairan kental dari kemaluan yang abnormal, ditandai dengan

perubahan jumlah, warna, dan bau.

- Gatal

- Rasa terbakar di daerah kemaluan

- Kemerahan dan bengkak

- Keputihan

b. Pemeriksaan Fisik

Inspeksi daerah genital:

- Kulit vulva yang menebal dan kemerahan, dapat ditemukan juga lesi di sekita

vulva.

- Adanya cairan kental dan berbau yang keluar dari vagina.

- Lecet pada vagina

- Bersisik, patch/skuama tebal di vulva

c. Pemeriksaan Penunjang :

Beberapa pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan adalah:6

- Pengukuran pH

Penentuan pH dengan kertas indicator (N: 3.0-4.5)

Hasil pengukuran pH cairan vagina

 Pada pH vagina 6.8-8.5 sering disebabkan oleh Gonokokus

 Pada pH vagina 5.0-6.5 sering disebabkan oleh Gardanerrella vaginalis

 Pada pH vagina 4.0-6.8 sering disebabkan candida albican

 Pada pH vagina 4,0-7.5 sering disebabkan oleh trichomoniasis tetapi

tidak cukup spesifik.

- Penilaian sedian basah


Sampel sekret diambil untuk pemeriksaan sedian basah dengan KOH

10% dan garam fisiologis (NaCl 0.9%). Cairan dapat diperiksa dengan

melarutkan sampel dengan 2 tetes larutan NaCl 0,9% diatas objek glass dan

sampel kedua di larutkan dalam KOH 10%. Penutup objek glass ditutup dan

diperiksa dibawah mikroskop.

 Trikomonas vaginalis akan terlihat jelas dengan NaCl 0.9% sebagai

parasit berbentuk lonjong dengan flagelnya dan gerakannya yang cepat.

 Candida albicans akan terlihat jelas dengan KOH 10% tampak sel ragi

(blastospora) atau hifa semu.

 Vaginitis non spesifik yang disebabkan oleh Gardnerella vaginalis pada

sediaan dapat ditemukan beberapa kelompok basil, lekosit yang tidak

seberapa banyak dan banyak sel-selepitel yang sebagian besar

permukannya berbintik-bintik. Sel-sel ini disebut clue cell yang

merupakan cirri khas infeksi Gardnerella vaginalis.

- Perwarnaan Gram

 Neisseria Gonorhoea memberikan gambaran adanya kuman gonokokus,

diplococcus gram negative pada intra dan ekstraseluler.

 Gardnerella vaginalis memberikan gambaran batang-batang berukuran kecil

gram negative yang tidak dapat dihitung jumlahnya dan banyak sel epitel

dengan koko basil, tanpa ditemukan lakto basil.

- Kultur

Dengan kultur akan dapat ditemukan kuman penyebab secara pasti.

- Pemeriksaan serologis

Pemeriksaan ini dapat digunakan untuk mendeteksi Herpes Genitalis

dan Human Papiloma Virus dengan pemeriksaan ELISA.


- Tes Pap Smear

Pemeriksaan ini ditujukan untuk mendeteksi adanya keganasan pada

serviks, infeksi Human Papiloma Virus, peradangan, sitologi hormonal, dan

evaluasi hasil terapi.

5. Penatalaksanaan

a. Medikamentosa7

Jenis infeksi Pengobatan


Jamur  Topikal jangka pendek (dosis tunggal, jangka 1-3 hari) secara efektif

mengobati kandidiasis vulvovaginal tanpa komplikasi. Obat golongan

azole secara topical lebijh efektif dibandingkan nistatin.

 Sistemik:

Fluconazole 150 mg dosis tunggal selama 7 hari.

 Topikal:

- Clotrimazole 2% cream 5 g intravagina 2 kali sehari (3 hari) atau

- Miconazole 4% cream 5 g intravagina 2 kali sehari (3 hari) atau

- Miconazole 200 mg tablet vagina suppositoria 1 kali sehari (3 hari)


Bakteri  Untuk bacterial vaginosis dapat diberikan:
- Metronidazole tablet 2x500 mg (7 hari) atau
- Clindamycin tablet 2x 300 mg (7 hari) atau
- Clindamycin cream 2%, one full applicator (5 g) intravagina sebelum

tidur (7 hari)

 Jika didapatkan gonokokus : (cervix, urethra, rectum)


- Sebagai terapi ganda, ceftriaxone dan azitromisin harus

diberikan bersamaan pada hari yang sama, sebaiknya secara

bersamaan. Ceftriaxone dalam satu suntikan 250 mg

memberikan tingkat bakterisida berkelanjutan dan tinggi dalam

darah.
- Ceftriaxone injeksi 250 mg IM dosis tunggal DITAMBAHKAN
- Azithromycin 1g per oral dosis tunggal
Bila tidak ada ceftriaxone, maka
- Cefixime 400 mg per oral dosis tunggal DITAMBAHKAN
- Azithromycin 1g per oral dosis tunggal
Trikomonasis  Untuk infeksi trikomoniasis dan chlamidiasis dapat diberikan:
- Metronidazole tablet 2x500 mg (7 hari) atau
dan - Clindamycin tablet 2x 300 mg (7 hari) atau
- Clindamycin cream 2%, one full applicator (5 g) intravagina sebelum
Chlamidiasis
tidur (7 hari)
HPV  Aplikasi Asam triklor asetat (TCA) dioleskan ke kutil,
 untuk infeksi yg berat digunakan larutan nitrogen atau fluorouracil

dioleskan ke kutil
Virus herpes  Acyclovir tablet 5x200mg (7 Hari)

simplex

b. Non Medikamentosa
 Semua wanita harus disarankan untuk menghindari kontak kulit vulva dengan

sabun, busa mandi, sampo, parfum, deodoran pribadi, lap basah, deterjen,

pewarna tekstil, kondisioner kain, dan pakaian sanitasi.


 Dianjurkan memakai pakaian katun longgar.
 Suami/istri harus menghindari penggunaan kondom yang dilumasi spermisid.
 Pada infeksi menular seksual, untuk mencegah berulangnya infeksi, kedua

pasangan suami-istri diobati pada saat yang sama.


6. Komplikasi

a. Servisitis

Peradangan ini dapat terjadi bila infeksi menyebar ke serviks.

b. Endometrititis

Peningkatan konsentrasi flora anaerob, dan terjadi ascending infection bisa

menyebabkan endometritis.

c. Salpingitis
Radang pada saluran telur dapat terjadi bila infeksi serviks menyebar ke tuba

uterine.

7. Prognosis

Prognosis bergantung pada kondisi yang mendasari penyebab vulvitis.

Vaginosis bakteri, jamur dan parasite dapat diatasi secara tuntas. Sebagian besar kasus

pruritus hilang setelah dilakukan diagnosis dan tatalaksana yang tepat.2


DAFTAR PUSTAKA

1. Gor, H B. 2017.Vaginitis. Medscape. https://emedicine.medscape.com/article/257141-

overview#a4

2. Newson.2015.Vulvitis. https://patient.info/doctor/vulvitis-pro

3. Lambert J; Pruritus in female patients. Biomed Res Int. 20142014:541867. doi:

10.1155/2014/541867. Epub 2014 Mar 10.

4. Verstraelen H, Verhelst R, Vaneechoutte M, et al; Group A streptococcal vaginitis: an

unrecognized cause of vaginal symptoms in adult women. Arch Gynecol Obstet. 2011

Jul284(1):95-8. doi: 10.1007/s00404-011-1861-6. Epub 2011 Feb 19.

5. Prawirohardjo, Sarwono. 2011. Ilmu Kandungan Edisi Ketiga. Jakarta : Yayasan Bina

Pustaka.

6. Wijayanti, Wakhidah Ummi.Vulvovaginitis Pada Remaja.Jurnal Kebidanan, Vol. VI,

No. 01, Juni 2014

7. CDC.2015. Vulvovaginal Candidiasis. 2015 Sexually Transmitted Diseases Treatment

Guidelines. https://www.cdc.gov/std/tg2015/candidiasis.htm

You might also like