Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 24

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih, kami panjatkan puji
syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat-Nya kepada saya,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah tentang PENDAHULUAN
ETIKA ENJINIRING.

Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.
Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini terkhusus kepada Dosen pembimbing
Mata kuliah Etika Profesi Bapak Buchari, ST, M.kes.

Terlepas dari semua itu. Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya.Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang PENDAHULUAN


ETIKA ENJINIRING ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap
pembaca.

Medan, 6 Oktober 2017


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………...….…1

DAFTAR ISI………………………………………………………………………2

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang…………………………………………………...……....3

B. Tujuan……………………………………………………………….…....4

C. Rumusan Masalah......................................................................................4

BAB III PEMBAHASAN

Ide latar belakang……………………………………..…………...….…..5

Menagapa kita perlu mempelajari etika enjiniring……………….…..…..6

Enjiniring mengolah hal-hal yang tidak diketahui………………….……7

Etika pribadi vs eika bisnis…………….……………………….…......…7

Asal mula pemikiran etika…..………………………………………..….8

Etika dan hukum……………………………………………………..…..9

Masalah etika mirip dengan masalah desain……………………………12

Studi kasus……………………………………………………………...13

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan…………………………………………………………….23

B. Saran…………………………………………………………………...23

DAFTAR PUSTAKA……………………………….……………….…………..24
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Penulisan

Etika merupakan panutan penting dalam melakukan berbagai hal, tak


terkecuali dibidang keteknikan. Banyak hal dalam dunia keteknikan sangat kental
dengan prinsip-prinsip etika namun, tak jarang ditemukan peristiwa yang take tis
dalam pelaksanaan bidang ketteknikan.

Melalui makalah ini, kami ingin memaparkan dan mengupas apa itu etika
ejiniring serta pengaplikasiannya dalam aktivitas-aktivitas keteknikan.
2. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui mengapa etika enjiniring itu penting

2. Memahami kesenjangan antara etika bisnis dan etika pribadi

3. Melihat kemiripan penyelesaian masalah etika dan desain enjiniring.

3. Rumusan Masalah

1. Apa itu etika?

2. Mengapa etika enjiniring itu penting?

3. Apa saja masalah yang sering mengenai masalah etika dalam dunia
keteknikan?
BAB II

PEMBAHASAN

1.1 LATAR BELAKANG

Selama pendidikan kesarjanaan para calon insiyur, mereka mendapatkan


pelatihan dasar dan ilmu enjiniring, metode penyelesaian masalah , dan desain
enjiniring, tetapi secara umum hanya menerima sedikit pelatihan dalam praktek
bisnis, keselamatan dan etika.

Masalah tersebut sudah diperbaiki, dengan adanya Accreditation Board for


Engineering and Technology (ABET) (Dewan Akreditasi untuk Perencanaan dan
Teknologi), suatu badan yang bertanggung jawab untuk mengakreditasi program
teknik S1 di Amerika Serikat, telah menetapkan agar topik etika dimasukkan ke
dalam kurikulum S1 fakultas teknik.

Sesuai definisinya, Etika adalah studi karakteristik moral yang berhubungan


dengan pilihan yang dibuat oleh tiap orang dalam hubungannya dengan orang lain.
Namun dalam Etika Enjiniring, definisi ini dapat dipersempit sedikit menjadi aturan
dan standar yang mengatur arah para insinyur dalam peran mereka sebagai
profesional. Sehingga Etika Enjiniring memasukkan definisi etika secara umum
namun menerapkan definisi itu secara lebih spesifik ke berbagai situasi yang
melibatkan insinyur dalam kehidupan profesional. Sehingga kesimpulannya , Etika
Enjiniring adalah sebuah bentuk filosofi yang mengindikasikan cara bagi para
insinyur untuk mengarahkan diri mereka dalam kapasitas profesional mereka.
Beberapa kasus terkenal yang mendapat perhatian besar dari media dalam beberapa
tahun terakhir menyebabkan para engineer untuk lebih memerhatikan tanggung
jawab profesional mereka, para engineer harus menyadari bahwa pekerjaan teknis
mereka mempunyai dampak yang sangat luas bagi masyarakat, salah satunya adalah
kesehatan dan keselamatan publik, disamping itu juga dapat mempengaruhi praktek
bisnis maupun politik.
1.2 MENGAPA KITA PERLU MEMPELAJARI ETIKA ENJINIRING?

Beberapa kasus terkenal yang mendapat perhatian besar dari media dalam
beberapa tahun terakhir ini meyebabkan para insinyur meningkatkan kepekaan
mereka terhadap tanggung jawab profesionalnya. Kasus-kasus ini membangkitkan
kesadaran akan arti penting etika dalam profesi insinyur ketika para insinyur
menyadari bahwa pekerjaan mereka mempunyai dampak kesehatan dan
keselamatan publik, dan di samping itu dapat pula mempengaruhi praktek bisnis
maupun politik.

Tujuan mempelajari etika enjiniring adalah untuk membuat Anda lebih


sensitif dan mementingkan isu-isu etika sebelum Anda harus menghadapi isu-isu
tersebut. Anda akan mempelajari kasus-kasus penting dari masa lalu sehingga Anda
mengetahui situasi apa yang dihadapi rekan-rekan Anda dulu dan Anda akan tahu
apa yang harus Anda lakukan ketika situasi yang mirip menimpa Anda.

Tujuan mempelajari etika enjiniring adalah meningkatkan “otonomi moral”


para calon insinyur. Otonomi moral adalah kemampuan seseorang untuk berpikir
kritis dan mandiri tentang isu-isu moral dan menerapkan pemikiran moral ini pada
situasi yang timbul dalam praktek karir profesional mereka di bidang enjiniring.

Seringkali, masalah etika yang dihadapi dalam praktek enjiniring sangat


rumit dan melibatkan prinsip-prinsip etika yang saling bertentangan. Tujuan buku
ini adalah untuk melatih Anda menganalisis masalah-masalah yang rumit dan
pilihan etikanya sulit dan belajar menyelesaikan masalah tersebut dalam cara yang
paling etis.

Inilah alasan mengapa insinyur harus membekali dirinya dengan


pengetahuan mengenai etika. Etika enjiniring adalah studi tentang keputusan moral
yang harus dibuat oleh insinyur dalam praktek enjiniringnya. Dengan memahami
etika enjiniring dan menerapkannya, insinyur akan berjalan dalam koridor aturan
dan standar yang mengatur peran profesionalnya.
1.3. Enjiniring adalah Mengelola Hal-Hal yang Tidak Diketahui

Salah satu sumber isu etika yang dihadapi dalam praktek enjiniring adalah
kurangnya pengetahuan. Para insinyur sering menghadapi situasi di mana mereka
tidak mempunyai semua informasi yang diperlukan.

Pekerjaan seorang insinyur adalah mengelola hal-hal yang tidak diketahui.


Oleh karena itu, seorang insinyur tidak pernah dapat 100% yakin bahwa desainnya
tidak akan membahayakan orang lain atau menyebabkan perubahan yang bersifat
merusak dalam masyarakat. Seorang insinyur harus menguji desainnya dengan
seksama sepanjang waktu dan sumber dayanya harus memungkinkan untuk
memastikan bahwa produknya dapat beroperasi dengan aman dan sesuai rencana,
serta memperkirakan kemungkinan konsekuensi pekerjaannya.

1.4 Etika Pribadi VS Etika Bisnis

Etika pribadi berhubungan dengan cara kita memperlakukan orang lain dalam
kehidupan kita sehari-hari. Banyak prinsip etika pribadi yang dapat diterapkan pada
situasi etika yang terjadi dalam bisnis dan bidang teknik.

Contoh etika pribadi:

1. Berbahasa yang baik, ramah, dan sopan.

2. Menggunakan pakaian yang pantas sesuai keadaan.

3. Bertingkah laku yang baik.

Etika bisnis adalah cara-cara untuk melakukan kegiatan bisnis, yang


mencakup seluruh aspek yang berkaitan dengan individu, perusahaan, industri dan
juga masyarakat.

Kesemuanya ini mencakup bagaimana kita menjalankan bisnis secara adil,


sesuai dengan hukum yang berlaku, dan tidak tergantung pada kedudukan individu
ataupun perusahaan di masyarakat.

Contoh kasus etika bisnis:


Sebuah perusahaan pengembang di Lampung membuat kesepakatan dengan
sebuah perusahaan kontraktor untuk membangun sebuah pabrik. Sesuai dengan
perjanjian yang telah disepakati pihak pengembang memberikan spesifikasi
bangunan kepada pihak perusahaan kontraktor tersebut. Dalam pelaksanaannya,
perusahaan kontraktor menyesuaikan spesifikasi bangunan pabrik yang telah
dijanjikan. Sehingga bangunan pabrik tersebut tahan lama dan tidak mengalami
kerusakan. Dalam kasus ini pihak perusahaan kontraktor telah mematuhi prinsip
kejujuran karena telah memenuhi spesifikasi bangunan yang telah mereka
musyawarahkan bersama pihak pengembang.

1.5 Asal Mula Pemikiran Etika

Pemikiran etika di Barat berasal dari filosofi Yunani kuno dan leluhurnya.
Filosofi ini telah dikembangkan selama berabad-abad oleh banyak pemikir dalam
tradisi Kristen-Yudea. Menariknya, budaya non-Barat ternyata mengembangkan
sendiri prinsip-prinsip etika yang serupa.

Meskipun bagi banyak orang, etika pribadi berakar pada kepercayaan


religius, hal ini belum tentu berlaku bagi semua orang. Tentu saja, ada banyak orang
beretika yang tidak religius, dan sebaliknya pun ada banyak orang yang tampaknya
religius tetapi tidak mempunyai etika. Jadi, ketika prinsip-prinsip etika disaring
oleh tradisi religius, prinsip-prinsip ini menjadi norma budaya di Barat dan diterima
secara luas tanpa memperhatikan asal mulanya.
1.6 ETIKA DAN HUKUM

A. Pengertian Etika

Etika (Yunani Kuno: “ethikos”, berarti “timbul dari kebiasaan”) adalah


cabang utama filsafat yang mempelajari nilai atau kualitas yang menjadi studi
mengenai standar dan penilaian moral. Etika mencakup analisis dan penerapan
konsep seperti benar, salah, baik, buruk, dan tanggung jawab.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Departemen P dan K, 1988), etika


dijelaskan dengan membedakan tiga arti sebagai berikut:

1. Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan
kewajiban moral (akhlak);

2. Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak.

3. Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan/ masyarakat.

Nilai-nilai etika harus diletakkan sebagai landasan atau dasar pertimbangan


dalam setiap tingkah laku manusia termasuk kegiatan di bidang keilmuan.

Menurut Martin (1993), etika didefinisikan sebagai “the discipline which can
act as the performance index or reference for our control system. Etika adalah
refleksi dari apa yang disebut dengan “self control”, karena segala sesuatunya
dibuat dan diterapkan dari dan untuk kepentingan kelompok sosial (profesi) itu
sendiri. Perkataan etika itu identik dengan perkataan moral, karena moral
menyangkut akhlak manusia. Misalnya, perbuatan seseorang dikatakan melanggar
nilai-nilai moral dapat diartikan pula bahwa perbuatan tersebut melanggar nilai-
nilai dan norma-norma etis yang berlaku di masyarakat.

Menurut Rosita Noer, etika adalah ajaran (normatif) dan pengetahuan


(positif) tentang yang baik dan yang buruk, menjadi tuntutan untuk mewujudkan
kehidupan yang lebih baik.

Menurut Drs. O.P. Simorangkir, etika atau etik sebagai pandangan manusia
dalam berperilaku menurut ukuran dan nilai yang baik.
Menurut Drs. Sidi Gajalba dalam sistematika filsafat, etika adalah teori
tentang tingkah laku perbuatan manusia dipandang dari segi baik dan buruk, sejauh
yang dapat ditentukan oleh akal.

Menurut Drs. H. Burhanudin Salam, etika adalah cabang filsafat yang


berbicara mengenai nilai norma dan moral yang menentukan perilaku manusia
dalam hidupnya.

Adapun pengertian etika dilihat dari sisi ilmu pengetahuan, etika sama artinya
dengan filsafat moral. Etika adalah ilmu yang membahas tentang moralitas atau
menyelidiki perilaku moral. Di samping itu, etika juga memperhatikan dan
mempertimbangkan perilaku manusia dalam mengambil keputusan moral dan juga
mengarahkan atau menghubungkan penggunaan akal budi individual dengan
objektivitas hukum menentukan kebenaran atau kesalahan dari perilaku terhadap
orang lain.

B. Pengertian Hukum

Hukum adalah himpunan peraturan-peraturan yang dibuat oleh penguasa


negara atau pemerintah secara resmi melalui lembaga atau intuisi hukum untuk
mengatur tingkah laku manusia dalam bermasyarakat, bersifat memaksa, dan
memiliki sanksi yang harus dipenuhi oleh masyarakat.

Definisi Hukum dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997):

1. Peraturan atau adat, yang secara resmi dianggap mengikat dan dikukuhkan
oleh penguasa, pemerintah atau otoritas.

2. Undang-undang, peraturan dan sebagainya untuk mengatur kehidupan


masyarakat.

3. Patokan (kaidah, ketentuan).

4. Keputusan (pertimbangan) yang ditentukan oleh hakim dalam pengadilan,


vonis.
Dalam hukum pidana dikenal, dua jenis perbuatan yaitu kejahatan dan
pelanggaran, kejahatan ialah perbuatan yang tidak hanya bertentangan dengan
undang-undang tetapi juga bertentangan dengan nilai moral, nilai agama dan rasa
keadilan masyarakat, contohnya mencuri, membunuh, berzina, memperkosa dan
sebagainya (inilah contoh tindakan – tindakan yang bukan hanya menyimpang
hukum tetapi juga menyimpang norma dan etika). Filsafat hukum membahas soal-
soal kongkret mengenai hubungan antara hukum dan moral (etika).

C. Persamaan Hukum dan Etika

1. Berfungsi sebagai sarana atau alat untuk mengatur tata tertib dalam masyarakat.

2. Mempelajari dan menjadikan tingkah laku manusia sebagai obyeknya.

3. Memberikan batas ruang gerak hak wewenang seseorang dalam pergaulan hidup
supaya tak saling merugikan.

4. Sumbernya dari pemikiran dan pengalaman.

5. Menggugah kesadarab manusiawi.

D. Perbedaan Hukum dan Etika

1. Etika keberadaannya tidak tertulis sedangkan hukum dalam bentuk tertulis atau
terbukukan sebagai hukum negara.

2. Etika bersifat subyektif dan fleksibel, sedangkan hukum bersifat obyektif dan
tegas.

3. Etika tidak memerlukan bukti fisik dalam menjatuhkan vonis, sebaliknya hukum
memerlukan bukti fisik dalam menjatuhkan vonis.

4. Etika bersifat memberikan tuntunan, sedangkan hukum bersifat menuntut.


5. Etika tidak memerlukan alat untuk menjamin pelaksanaannya, hukum
memerlukan alat penegak hukum untuk pelaksanaannya.

1.7 MASALAH ETIKA MIRIP DENGAN MASALAH DESAIN

Esensi praktek enjiniring adalah desain prosk,struktur dan proses. Masalah


desain dinyatkan dalam istilah spesifikasi: suatu alat harus didesain agar memenuhi
kriteria performma,keindahan, dan harga. Dalam batas-batas spesifikasi ini, ada
banyak solusi yang benar. Tentu saja, akan ada beberapa solusi yang lebih baik
daripada yang lain (performanya lebih tinggi atau biayanya lebih rendah). Kadang-
kadang, aka nada dua desain (atau lebih) yang sangata berbeda, meskipun
performanya sama. Misalnya, perusahaan pembuat mobil yang saling bersaing
mungkin merancang mobil untuk memenuhi pangsa pasar yang sama, meskipun
solusi setiap masalah berbeda.

Melaui hal ini kita dapat melihat bahwa terdapat dua point penting yang
menjadi persamaan antara masalah etika dengan masalah desain yaitu:

1. Tidak memiliki solusi yang benar-benar tepat dalam menyelesaikan


masalah.

2. Menerapkan bentuk pengetahuan yang luas dalam memecahkan masalah.


1.8 Studi Kasus

A. Sekilas Tentang Ford Pinto

Ford Pinto adalah mobil yang diproduksi oleh perusahaan Ford. Desainer
Ford Pinto menempatkan tangki bahan bakar di bagian belakang mobil, di bagian
belakang poros. Hal ini dilakukan untuk menciptakan ruang bagasi yang lebih
besar. Desain ini sangat berbahaya, jika mobil
ditabrak dari belakang bisa menyebabkan ledakan
yang disebabkan tangki bahan bakar.

Kontroversi seputar Ford Pinto menyangkut


penempatan tangki bahan bakar mobil. Penempatan
tangki bahan bakar terletak di belakang poros belakang, bukan di atasnya. Hal ini
dilakukan untuk menciptakan ruang bagasi yang lebih besar. Masalah dengan
desain, yang kemudian menjadi jelas, adalah bahwa itu membuat Pinto lebih rentan
terhadap tabrakan belakang. Kerentanan ini ditingkatkan dengan fitur lain dari
mobil. Tangki gas dan poros belakang dipisahkan dengan hanya sembilan inci. Ada
juga baut yang diposisikan dengan cara yang mengancam tangki bensin. Akhirnya,
desain pipa pengisi bahan bakar
menghasilkan probabilitas yang lebih
tinggi yang akan memutuskan
sambungan dari tangki dalam hal
terjadi kecelakaan bias terjadi,
menyebabkan tumpahan gas yang
dapat menyebabkan kebakaran yang
berbahaya. Karena banyaknya
kelemahan dalam desain ini, Pinto menjadi pusat perdebatan publik.
A.1 Kronologi Kasus 1

Pada tanggal 10 Agustus 1978, sebuah Ford Pinto ditabrak dari belakang di
jalan raya Indiana. Hantaman tabrakan itu menyebabkan tangki bahan bakar Pinto
pecah, meledak dan terbakar. Hal ini mengakibatkan kematian tiga remaja putrid
yang berada di dalam mobil itu. Kejadian ini bukan pertama kalinya Pint terbakar
akibat tabrakan dari belakang. Dalam tujuh tahun sejak peluncuran Pinto, sudah ada
50 tuntutan hukum yang berhubungan dengan tabrakan dari belakang. Meskipun
demikian, kali ini Ford dituntut di pengadilan criminal akibat penumpangnya tewas.

Untuk kasus ini, desainer dan pihak Ford secara keseluruhan tidak
memikirkan dampak berbahaya yang bisa terjadi. Desain dari mobil Ford Pinto
tidak memikirkan aspek keamanan dan keselamatan nyawa pengemudi dan
penumpangnya.

Dilema yang dihadapi para desainer yang mengerjakan Pinto adalah


menyeimbangkan keselamatan orang yang mengendarai mobil dan kebutuhan
untuk memproduksi Pinto dengan harga yang dapat bersaing di pasar. Mereka harus
berusaha menyeimbangkan tugas mereka kepada public dan tugas mereka kepada
atasan. Akhirnya usaha Ford untuk menghemat beberapa dolar dalam biaya
manufaktur mengakibatkan pengeluaran jutaan dolar untuk membela diri dari
tuntutan hukum dan membayar ganti rugi korban. Tentu saja ada juga kerugian
akibat hilangnya penjualan akibat publisitas buruk dan persepsi publik bahwa Ford
tidak merancang produknya untuk keamanan pengendara.Semua menjadi dilemma.
Karena sangat sulit kalau sebuah institusi lebih mengutamakan laba perusahaan
daripada nyawa manusia.

Pada awalnya desain yang


berbahaya ini telah diketahui oleh
perusahaan Ford sebelum mobil Ford
Pinto dipasarkan, namun Ford lebih
memilih untuk membayar biaya ganti
rugi kematian daripada mendesain
ulang tangki bahan bakar, karena dirasa akan membutuhkan biaya yang lebih besar
untuk mendesain ulang tangki bahan bakar.

A.2.Kronologi Kasus 2

Pada bulan November 1971, Grays membeli baru 1972 Pinto hatchback yang
diproduksi oleh Ford pada bulan Oktober 1971. The Grays mengalami kesulitan
dengan mobil dari awal. Selama beberapa bulan pertama kepemilikan, mereka
harus mengembalikan mobil ke dealer untuk perbaikan beberapa kali. Masalah
mobil mereka termasuk gas yang berlebihan dan konsumsi minyak, turun
pergeseran transmisi otomatis, kurangnya daya, dan sesekali mengulur-ulur. Ia
kemudian mengetahui bahwa mengulur-ulur dan konsumsi bahan bakar yang
berlebihan disebabkan oleh pelampung karburator berat.

Pada tanggal 28 Mei 1972, Mrs Gray, disertai dengan 13 tahun Richard
Grimshaw, ditetapkan dalam Pinto dari Anaheim untuk Barstow untuk bertemu Mr
Gray. The Pinto saat itu berusia 6 bulan dan telah didorong sekitar 3.000 mil. Mrs
Gray berhenti di San Bernardino untuk bensin, kembali ke jalan bebas hambatan
(Interstate 15) dan melanjutkan ke arah tujuan nya di 60-65 mil per jam. Saat ia
mendekati Route 30 off-jalan di mana lalu lintas padat, ia pindah dari jalur cepat ke
luar jalur tengah dari jalan bebas hambatan. Tak lama setelah perubahan jalur ini,
Pinto tiba-tiba terhenti dan meluncur berhenti di jalur tengah. Ia kemudian
menetapkan bahwa pelampung karburator telah menjadi begitu jenuh dengan
bensin yang tiba-tiba tenggelam, membuka ruang mengambang dan menyebabkan
mesin untuk banjir dan kios. Sebuah mobil bepergian segera balik Pinto mampu
berbelok dan menyebarkannya tetapi driver dari 1962 Ford Galaxie tidak mampu
untuk menghindari bertabrakan dengan Pinto. The Galaxie telah bepergian 50-55
mil per jam tapi sebelum dampaknya telah mengerem dengan kecepatan 28-37 mil
per jam.

Pada saat dampak, Pinto terbakar dan interior yang dilalap api. Menurut ahli
penggugat, dampak dari Galaxie telah didorong tangki gas Pinto depan dan
menyebabkan ia menjadi tertusuk oleh flens atau salah satu baut di perumahan
diferensial sehingga bahan bakar disemprotkan dari tangki bocor dan masuk ke
kompartemen penumpang melalui kesenjangan yang dihasilkan dari pemisahan
bagian roda belakang baik dari lantai pan. Pada saat Pinto datang untuk beristirahat
setelah tumbukan, kedua penghuni telah menderita luka bakar serius. Ketika
mereka muncul dari kendaraan, pakaian mereka hampir sepenuhnya dibakar. Mrs
Gray meninggal beberapa hari kemudian dari gagal jantung kongestif akibat luka
bakar. Grimshaw berhasil bertahan hidup, tetapi hanya melalui tindakan medis
heroik. Dia telah mengalami banyak dan luas operasi dan cangkok kulit dan harus
menjalani operasi tambahan selama 10 tahun ke depan. Dia kehilangan bagian dari
beberapa jari di tangan kirinya dan bagian dari telinga kirinya, sementara wajahnya
diperlukan banyak cangkok kulit dari berbagai bagian tubuhnya.

A.3. Analisis Kasus Ford Pinto

Etika hendaknya diterapkan dalam bisnis dengan menunjukkan bahwa etika


konsistem dengan tujuan bisnis, khususnya dalam kencari keuntungan. Jika
perusahaan Ford memperhatikan keselamatan pengendara dalam produksi Ford
Pinto, perusahaan Ford tidak akan mengeluarkan biaya tambahan untuk
memberikan ganti rugi pada korban kecelakaan.

Dalam pengerjaan teknis perancangan dan pembuatan sebuah mobil Ford


Pinto, terjadi juga pelanggaran kode etik seorang insinyur/engineer yaitu

”… membuat keputusan yang konsistem terhadap keselamatan, kesehatan,


dan kesejahteraan public, serta menghindari sekaligus menyungkap faktor-faktor
yang membahayakan public dan lingkungan.”
Etika bisnis berkonsentrasi pada standar moral sebagaimana diterapkan dalam
kebijakan, institusi, dan pelaku bisnis. Etika bisnis merupakan studi standar formal
dan bagaimana standar itu diterapkan ke dalam sistem dan organisasi yang
digunakan masyarakat modern untuk memproduksi dan mendistribusikan barang
dan jasa, serta diterapkan kepada orang-orang yang ada di dalam organisasi.

Sebagai seorang wirausaha hendaknya menerapkan etika saat berusaha.


Dalam bidang otomotif ada etika engineering dan etika bisnis yang mengikat dan
harus ditaati. Kejayaan suatu perusahaan besar dituntut dari hal-hal seperti
kepercayaan, nama baik perusahaan, produk yang berkualitas, dan tentunya
ketahanan terhadap persaingan dengan kompetitor. Dalam kasus Ford Pinto,
keputusan bisnis yang dibuat untuk memenangkan persaingan dengan kompetitor
telah mengabaikan kepercayaan, nama baik perusahaan, kualitas produk dengan
mengabaikan etika-etika dasar yang harusnya ditaati.

Kasus Ford Pinto tidak akan terjadi jika kebijakan bisnis untuk mendapatkan
laba yang lebih besar dengan
mengorbankan keamanan tidak
diambil oleh Ford. Kepercayaan
konsumen terhadap sebuah produk
bisnis sangatlah penting, karena
menjadi poin dasar dalam
penentuan pemasaran produk dan
keberlangsungan sebuah
perusahaan.

B. Kecelakaan Pesawat Ulang-Alik Chalanger

B.1. Detik-Detik Terjadinya Kecelakaan


6,6 detik sebelum peluncuran, seperti biasa mesin utama pesawat antariksa
(space shuttle main engines) dinyalakan. Pada saat peluncuran, SSME bekerja
kondisi 100%, dan mulai dipacu mencapai 104% melalui kontrol komputer. Pada
0,678 detik setelah peluncuran, terlihat gumpalan asap hitam dari sambungan SRB
kanan (Asap tersebut dapat diartikan bahwa sambungan tidak tersambung
sempurna, dan gas buangan pada booster menerobos karet O-ring). Pada saat 56
detik setelah peluncuran (max gravity condition), challenger melewati pusaran
angin terburuk sepanjang sejarah pesawat antariksa. Angin yang mengenai pesawat
menyebabkan booster menjadi lentur dan melepaskan alumunium oxide yang
membungkus O-ring. Hal ini ditandai dengan berkurangnya tekanan di ruangan dan
munculnya percikan api di sambungan tersebut.
Karena api mengarah ke ET, tangki hidrogen cair mulai bocor sehingga
mengalami penurunan tekanan pada detik 66,764 detik setelah peluncuran.
Kebocoran itu mengakibatkan hidrogen cair menguap sehingga menyebabkan api
semakin besar.

Pada 70 detik setelah peluncuran, sambungan antara SRB dan ET menjadi


sangat panas dan lemah. Karena jumlah tekanan yang diberikan oleh SRB
mengakibatkan sambungan tersebut terlepas sehingga memisahkan SRB dan ET.
Dan pada saat itu juga hubungan terakhir yang dapat ditangkap dari kabin
Challenger.

Berkurangnya banyak massa pada tangki hidrogen akibat kebocoran


menimbulkan dorongan akselerasi yang tiba-tiba sehingga tangki hidrogen
membentur tangki oksigen yang berada di bagian atas external tank.

Tak lama kemudian, campuran antara hidrogen dan oksigen cair yang keluar
dari tangki mulai terbakar dan seluruh pesawat terselimuti oleh asap yang bergerak
dengan kecepatan lebih dari 1250 mph ( 2040 km/h).

Tepatnya pada 73,162 detik setelah peluncuran, pesawat antariksa Challenger


meledak berkeping-keping karena tekanan besar yang diterimanya.

B.2 Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Kecelakaan Pesawat Ulang-alik


Challenger

TS-51-L adalah peluncuran ke-25 pesawat ulang-alik dan peluncuran ke-10


Pesawat ulang-alik Challenger. Kendaraan ini meledak 73 detik setelah peluncuran
pada 28 Januari 1986 sebagai hasil dari kegagalan sebuah segel karet cincin O (O-
ring) di kanan roket pendorong padat (solid rocket booster, SRB). Hal ini
menyebabkan kebocoran dengan percikan api yang menyebabkan kebocoran
lainnya di tangki hidrogen. Di antara para awak adalah Sharon Christa McAuliffe,
seorang sipil dan berprofesi sebagai guru, yang dijadwalkan untuk menjadi guru
pertama di luar angkasa. Murid-murid di seluruh Amerika Serikat dan dunia
menonton peluncuran pesawat tersebut dan ledakan yang menyusul berikutnya
secara langsung di televisi.

B.4. Penyebab Kecelakaan

Pesawat luar angkasa dirancang untuk menahan percepatan tiga kali


percepatan gravitasi di bumi (30 m2/s) dengan yang lain 1.5 m2/s. Pesawat dan
konstruksi diperkuat dengan aluminium. Selama terjadinya kecelakaan, para awak
kabin terpisah-pisah dan perlahan-lahan jatuh ke atas Samudera Atlantik. Paling
tidak beberapa astronot itu mungkin masih hidup dan sebentar sadar setelah
meledaknya pesawat, karena ditemukan sebagian dari Pribadi egress Air Packs
(PEAPs), yaitu sistem penyelamatan darurat pada dek penerbangan, ditemukan
telah diaktifkan. Meskipun laporan itu, beberapa ahli, termasuk salah seorang
penyelidik mengarah NASA Robert Overmyer, percaya sebagian besar, jika tidak
semua awak masih hidup dan mungkin sadar sampai meluncur ke lautan.

B.5. Dampak Negatif Kecelakaan Pesawat Ulang-Alik Challenger


Dampak Negatif Kecelakaan Pesawat Ulang-Alik Challenger, yaitu :
1. Menyebabkan kematian tujuh anggota awak.
2. Mengakibatkan kekosongan 32-bulan di program ulang-alik.
3. Gagalnya melaksanakan misi peluncuran.
4. Space shuttle challenger telah hancur 73 detik setelah takeoff pada
28 januari 1986 karena adanya cacat o-ring. Ia gagal menutup salah satu sendi,
yang memungkinkan adanya tekanan udara luar di gas. Menyebabkan tangki
eksternal untuk hidrogen cair meluap yang menyebabkan ledakan besar. Biaya
penggantian space shuttle $ 2 miliar pada tahun 1986 ($ 4,5 miliar dolar di hari
ini). Biaya penyidikan, masalah koreksi, dan penggantian peralatan yang hilang
biaya $ 450 juta 1986-1987 ($ 1 milyar).

B.6. Kesalahan-kesalahan Etika Engineering Pada Kecelakaan Pesawat


Ulang-Alik Challenger

Dalam peristiwa kecelakaan pesawat challenger, terjadi kesalahan etika


engineering, yaitu :
1. Unsur pemaksaan peluncuran pesawat Challenger untuk terbang.
Seringnya melakukan penundaan yang dikarenakan keadaaan pesawat, suhu
dan cuaca yang tidak memungkinkan melakukan penerbangan. Yang intinya
tanggung jawab engineer dalam mengambil keputusan yang mengakibatkan
kerugian keselamatan astronot, kesehatan dan kesejahteraan.
2. Adanya dorongan kepentingan politik, mengingat konflik Amerika
Serikat dan Rusia(unisoviet) yang masih bersaing dalam ilmu pengetahuan dan
teknologi. Dalam hal ini, para engineer kurang menyikapi keadaan cuaca dan
suhu pada saat itu serta kurangnya mempertimbangkan analisis teknis tentang
keadaan Pesawat Challenger.
NASA menggunakan pengambilan keputusan secara default sebagai DSS
utama. Batas organisasinya sangat politis dan terbuka untuk manipulasi oleh setiap
entitas yang dapat memiliki kekuasaan politik. Setelah menyatakan Shuttle
"operasional," dihapus pemerintahan Reagan motivasi karyawan NASA untuk
mengelola dan meninggalkan mereka dengan kesan bahwa pengambilan keputusan
akan dibuat oleh instruksi dari sumber-sumber politik.

Deklarasi status "operasional" adalah titik balik penting bagi NASA dan
manajemen operasi Shuttle. Puas mulai tumbuh antara karyawan dan pertimbangan
keamanan yang diperdagangkan untuk waktu yang dihabiskan pada menjaga
Shuttle sesuai jadwal dan "klien hari ini" puas. Ini adalah lingkungan sebelum
peluncuran STS 51-L.

Keputusan untuk menunda peluncuran Jemput telah berkembang menjadi


keputusan yang "tidak diinginkan" oleh anggota tim Shuttle. Dengan kata lain,
usulan yang dibuat oleh setiap anggota kelompok yang pada akhirnya akan
mendukung peluncuran yang dijadwalkan bertemu dengan dukungan positif oleh
kelompok. Setiap saran yang akan mengakibatkan penundaan ditolak oleh
kelompok.

Semua pihak takut respon publik dan politik untuk memulai pembatalan lain
(ada sudah enam pembatalan tahun itu). Setiap pihak mulai merasionalisasi bahwa
kesuksesan masa lalu setara kesuksesan masa depan

Telah ditunjukkan bahwa hanya setelah presentasi Thiokol untuk NASA,


sebagian besar anggota kelompok GDSS sangat prihatin dengan situasi cincin "O"
dan percaya bahwa pendapat yang diungkapkan oleh para insinyur Thiokol adalah
penyebab pertimbangan serius pembatalan peluncuran. Namun, pejabat senior yang
dipilih hanya diizinkan untuk memilih "opini" mereka, yang mereka lakukan secara
lisan dan atas permintaan NASA. Dari penelitian yang dilakukan pada makalah ini,
penulis percaya bahwa memiliki suara anonim universal yang telah dilakukan dari
GDSS keanggotaan total, keputusan untuk membatalkan peluncuran akan telah
dibuat.

Tujuan keselamatan terakhir dan operasional pertama. Hanya satu anggota


GDSS menyatakan keprihatinan serius bagi potensi kerugian hidup. Selain itu,
komunikasi yang terbuka dan bebas sebelum dan selama pertemuan GDSS berkecil
hati melalui dinamika kelompok seperti pikiran menjaga, tekanan langsung dan
sensor diri. Individu yang mengetahui situasi itu, kecuali ditindaklanjuti dengan
integritas dapat menyebabkan kerugian sosial, memiliki tanggung jawab untuk
menghubungi otoritas yang akan mengelola dan mengendalikan situasi bahwa
dalam kepentingan terbaik publik.

Analisis faktor manusia dan ilmu manajemen telah mulai menentukan


penggabungan MSS / DSS sebagai cara sosial responsif melakukan bisnis. Hal ini
terutama berlaku untuk instansi pemerintah dan proyek-proyek publik yang besar
seperti program Shuttle. Dapat dikatakan bahwa teknologi GDSS tidak
berkembang ke tingkat efektivitas yang diperlukan untuk mendukung proyek
Challenger. Keberhasilan DSS digunakan dalam misi Apollo sebelumnya
menunjukkan bahwa ini tidak terjadi. Dalam pengambilan keputusan program yang
Challenger sosial dan etika dibuang demi biaya, jadwal dan tuntutan lingkungan
luar.

B. Tenggelamnya Kapal Titanic


Faktor- faktor tenggelamnya yang berkaitan dengan etika adalah:
 Titanic berlayar terlalu cepat
 Pengabaian terhadap peringatan dini adanya gunung es di lintasan
titanic
 Kualitas bahan konstruksi yang rendah khususnya paku.
 Jumlah sekoci yang tidak sesuai dengan jumlah penumpang.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Etika enjiniring adalah studi tentang keputusan moral yang harus dibuat oleh
para insinyur dalam paraktek enjiniring. Penting bagi mahasiwa teknik untuk
mempelajari etika sen=hingga mereka siap untuk merespon perubahan etika secara
tepat sepanjang karir mereka. Seringkali, jawaban yang benar bagi masalah etika
tidak jelas dan memerlukan beberapa analisis dengan teori etika. Jenis-jenis
masalah yang akan kita hadapi dalam mempelajari etika enjiniring sangat mirip
dengan maslah desain yang dikerjakan isinyur setiap harinya. Seperti dalam desai,
tidak aka nada satu jawaban yang tepat. Sebaliknya, maslah enjiniring akan
memiliki berbgai solusi yang benar, dimana beberapa solusi lebih baik dari pada
solusi yang lainnya.

B. Saran

Menyadari bahwa hasil tulisan kami masih jauh dari kata sempurna,
kedepannya kami akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang kliping
di atas dengan sumber - sumber yang lebih banyak yang tentu dapat di pertanggung
jawabkan.

Untuk saran bisa berisi kritik atau saran terhadap penulisan juga bisa untuk
menanggapi terhadap kesimpulan dari bahasan makalah yang telah di jelaskan.
Untuk bagian terakhir dari kliping adalah daftar pustaka. Pada kesempatan lain akan
kami jelaskan tentang daftar pustaka kliping.
DAFTAR PUSTAKA

Fleddermann B. Charles.2006.Etika Enjiniring.Jakarta:ERLANGGA

You might also like