Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 20

Praktikum Analisis Spektrometri

Tahun Akademik 2017/2018

KOLORIMETRI

I. TUJUAN
1. Mempelajari beberapa metoda pembuatan kolorimetri
2. Menerapkan metoda sistem Silinder Hehner dan Komparator Bajerum
dalam penentuan konsentrasi Cu2+
3. Menentukan konsentrasi Cu2+ dalam larutan tugas

II. LANDASAN TEORI


Kimia analitik dibagi menjadi dua bidang analisis yaitu analisis kualitatif dan
analisis kuantitatif. Analisis kualitatif berhubungan dengan identifikasi zat-zat
yang ada dalam suatu sampel sehingga kandungannya akan mudah untuk dikenali.
Analisis kuantitatif berkaitan dengan penetapan berapa banyak suatu zat
terkandung di dalam suatu sampel. Beberapa teknik analisis kuantitatif yang
umum digunakan di dalam laboratorium antara lain: analisis gravimetri, titrasi,
dan kolorimetri. Kolorimetri merupakan suatu teknik analisis kuantitatif untuk
sampel berwarna, yang digunakan untuk menentukan konsentrasi suatu zat
berdasarkan intensitas cahaya warna larutan[1].
Pesatnya kemajuan teknologi mendorong ditemukannya instrumen-
instrumen yang semakin canggih untuk analisis kolorimetri. Alat yang digunakan
dalam analisis kolorimetri diantaranya spektrofotometer UV-Vis. Konsep-konsep
yang dapat dijelaskan dalam analisis kolorimetri, antara lain: perhitungan
stoikiometri, warna komplementer, reaksi asam-basa, dan pembentukan senyawa
kompleks.[2]
Variasi warna suatu sistem berubah dengan berubahnya konsentrasi suatu
komponen, membentuk dasar apa yang lazim disebut analisis kolorimetri oleh ahli
kimia. Warna itu biasanya disebabkan oleh pembentukan suatu senyawa berwarna
dengan ditambahnya reagen yang tepat, atau warna itu dapat melekat dalam
penyusun yang diinginkan itu sendiri. Intensitas warna kemudian dapat
dibandingkan dengan yang diperoleh dengan menangani kuantitas yang diketahui
dari zat itu dengan cara yang sama.
Kolorimetri dikaitkan dengan penetapan konsentrasi suatu zat dengan
mengukur absorpsi relatif cahaya sehubungan dengan konsentrasi tertentu zat itu.

1 Kolorimetri
Praktikum Analisis Spektrometri
Tahun Akademik 2017/2018

Dalam kolorimetri visual, cahaya putih alamiah ataupun buatan umumnya


digunakan sebagai sumber cahaya, dan penetapan biasanya dilakukan dengan
suatu instrumen sederhana yang disebut kolorimeter atau pembanding
(comparator) warna. Bila mata digantikan oleh sel fotolistrik, instrumen itu
disebut kolorimetri fotolistrik. Alat kedua ini biasanya digunakan dengan cahaya
dibatasi dalam jangka panjang gelombang yang relatif sempit dengan melewatkan
cahaya putih melalui filter-filter yaitu, bahan dalam bentuk lempengan berwarna
terbuat dari kaca, gelatin, dan sebagainya, yang meneruskan hanya daerah spektral
terbatas: kadang-kadang nama fotometer filter digunakan untuk instrumen
semacam itu.
Asas dasar kebanyakan pengukuran kolorimetri terdiri dari pembandingan
warna yang dihasilkan oleh zat dalam kuantitas yang tak diketahui dengan warna
yang sama yang dihasilkan oleh kuantitas yang diketahui dari zat yang akan
ditetapkan itu. Pembandingan kuantitatif kedua larutan itu pada umumnya dapat
dilakukan oleh salah satu atau lebih enam metode. Tidak penting benar untuk
meyiapkan sederetan standar bila digunakan spektrofotometer; koefisien absorpsi
molar dapat dihitung dari satu pengukuran absorban ataupun transmitan suatu
larutan standar, dan kemudian konsentrasi dapat dihitung dengan menggunakan
koefisien absorpsi molar dan nilai teramati dari ansorban ataupun transmitan.
1. Metode deret standar
Larutan uji yang ditaruh dalam suatu tabung Nessler diencerkan ke volume
tertentu, dicampurkan baik-baik, dan warnanya dibandingkan dengan sederet
standar yang dibuat dengan cara serupa. Kemudian tentu saja konsentrasi larutan
uji akan sama dengan konsentrasi larutan yang diketahui yang warnanya setanding
secara eksak. Ketetapan metode itu antara lain bergantung pada konsentrasi deret
standar; kesalahan yang mungkin akan berorder kurang lebih 3%, namun dapat
setinggi kurang lebih 8%.
2. Metode duplikasi
Larutan standar komponen yang akan ditetapkan ditambahkan ke reagen
sampai warna yang dihasilkan sebanding dengan warna larutan uji; volume-
volume harus sama. Metode ini tidaklah setepat metode deret standar.

2 Kolorimetri
Praktikum Analisis Spektrometri
Tahun Akademik 2017/2018

3. Metode pengenceran
Larutan contoh dan standar ditaruh dalam dua tabung kaca yang sama
diameternya, dan diamati secara horizontal menembus tabung-tabung itu. Larutan
yang lebih pekat diencerkan terus sampai warna-warna menjadi sama
intensitasnya bila diamati secara horizontal lewat larutan yang sama tebalnya.
Maka konsentrasi relatif larutan-larutan semula akan berbanding lurus dengan
tinggi larutan yang telah sebanding dalam tabung-tabung itu. metode ini paling
tidak tepat dan tidak akan dibahas lebih jauh.
4. Metode perimbangan
Metode ini membentuk dasar semua kolorimetri bertipe pengisap, misalnya
dalam kolorimeter Duboscq. Pembandingan dilakukan dalam dua tabung, dan
tinggi cairan dalam tabung disesuaikan sedemikian sehingga bila kedua tabung itu
diamati secara vertikal intensitas warna dalam kedua tabung itu sama. Dengan
diketahuinya konsentrasi larutan dalam satu tabung, maka konsentrasi larutan
yang lain dapat dihitung dari panjang masing-masing kolom cairan itu, dan
berlaku:
c1 l1 = c2 l2 (1)
5. Metode fotometer fotolistrik
Dalam metode ini mata manusia diganti oleh suatu sel fotolistrik yang
sesuai untuk mengukur langsung intensitas cahaya, dan dengan demikian
absorpsi. Instrumen yang menggunakan fotolistrik mengukur penyerapan cahaya
dan bukan mengukur warna zat, inilah alasan mengapa istilah kolorimeter
fotolistrik itu salah, nama yang lebih tepat adalah komparator fotolistrik, atau
yang lebih baik, absopsiometer.
6. Metode spektrofotometer
Metode ini merupakan metode yang paling tepat untuk menentukan
konsentrasi zat, tetapi instrumen ini mahal. Sebuah spektrofotometer dapat
dianggap sebagai sebuah fotometer fotolistrik yang diperhalus dengan
menggunakan pita-pita cahaya yang sinambung variabelnya dan lebih mendekati
monokromatis[3].
Pada kolorimetri, suatu pengulangan (duplikasi) warna dilakukan dalam dua
larutan yang mengandung sejumlah zat warna yang sama pada kolom dengan

3 Kolorimetri
Praktikum Analisis Spektrometri
Tahun Akademik 2017/2018

diameter penampang yang sama serta tegak lurus dengan arah sinar. Biasanya
sinar putih digunakan dan kondisi keasaman transmisi antara larutan standar dan
larutan sampel diperoleh dengan pengamatan visual. Kita telah mengenal hukum
Lambert Beer, yaitu A = abc. Untuk dua larutan di atas maka Ax = a bx cx dan A
= a by cy = Ay jika larutan mempunyai kesetimbangan optik, sehingga persamaan
di atas menjadi:
bx cy
= (2)
by cx
Asalkan nilai a tetap. Dapat menguji persamaan tersebut secara eksperimen
dengan keadaan berikut:
1. cx bx tetap, sedangkan cy by bervariasi
2. cx bx tetap, sedangkan by bervariasi
3. cx bx tetap, sedangkan cy bervariasi
Hal tersebut dapat dilakukan dengan:
1. Metode deret standar (misal: tabung Nessler)
2. Metode pengenceran (misal: silinder Hehner)
3. Metode kesetimbangan (misal: kolorimeter Dubosque)[4]
Hukum yang mendasari pada metode ini adalah:
1. Hukum Bouguer (Lambert)
Hubungan antara absorpsi radiasi dan panjang jalan melalui yang menyerap
pertama kali dirumuskan oleh Bouguer (1729), meskipun kadang-kadang
dianggap berasal dari Lambert (1768). Penemuan Bouguer dapat dirumuskan
secara matematika sebagai berikut, dengan ketentuan P0 adalah tenaga radiasi
yang jatuh dan P adalah tenaga yang keluar dari suatu lapisan medium setebal b
satuan:
dP
- = k1 P (3)
db
Biasanya persamaan dituliskan dengan logaritma dasar yang hanya berubah
tetapannya:
P0
log = k2 b (4)
P

4 Kolorimetri
Praktikum Analisis Spektrometri
Tahun Akademik 2017/2018

2. Hukum Beer
Hubungan antara konsentrasi macam zat penyerap dan besarnya absorpsi
dirumuskan oleh Beer pada tahun 1859. Hukum Beer analog dengan hukum
Bouguer dalam menguraikan pengurangan eksponensial dalam tenaga transmisi
dengan suatu peningkatan aritmatika dalam konsentrasi. Maka:
dP
- = k3 P (5)
dc
Yang setelah integrasi dan pengubahan menjadi logaritma bisa menjadi:
P0
log = k4 C (6)
P
Hukum Beer dapat digunakan dengan tepat hanya untuk radiasi monokromatis
dan sifat macam zat yang menyerap ditetapkan di atas jangkau konsentrasi yang
bersangkutan. Kita akan memberi ulasan selanjutnya atas pokok persoalan ini
sehubungan dengan yang disebut “penyimpangan” dari hukum Beer.
3. Hukum gabungan Bouguer-Beer
Hukum-hukum Bouguer dan Beer dengan mudah digabung menjadi
pernyataan yang sesuai. Dengan kata lain, dalam hukum Beer tertulis k4 = f(b)
demikian pula dalam hukum Bouguer k2 = f(c). Substitusi hubungan-hubungan
dasar ini ke dalam hukum-hukum Bouguer dan Beer menghasilkan[5]
P0 P0
log = f(c)b dan log = f(b)c (7)
P P
Kedua hukum harus diberlakukan bersamaan pada setiap titik, sehingga:
f(c)b = f(b)c (8)
atau kalau dipisahkan variabelnya,
f(c) f(b)
= (9)
c b
Sekarang persyaratan satu-satunya agar dua fungsi variabel tak bergantung dapat
menjadi sama, adalah bahwa keduanya sama dengan suatu tetapan:
f(c) f(b)
= =K (10)
c b
Atau
f(c) = Kc dan f(b) = Kb (11)

5 Kolorimetri
Praktikum Analisis Spektrometri
Tahun Akademik 2017/2018

substitusi ke dalam baik pernyataan Bouguer maupun Beer menghasilkan


pendapatan yang sama:
P0
log = f(c)b = Kbc (12)
P
P0
log = f(c)b = Kbc (13)
P
Adapun aplikasi kolorimetri yang digunakan:
1. Karakterisasi pigmen warna pada batuan atau keramik[6]
2. Pengembangan teknik analisis kolorimetri dengan menggunakan alat yang
sederhana dan relatif mudah penggunaannya telah dilakukan oleh beberapa
peneliti diantaranya telah melakukan penelitian dengan menggunakan alat
scanner dan teknik pencitraan digital dari sampel larutan pewarna
makanan[7].

6 Kolorimetri
Praktikum Analisis Spektrometri
Tahun Akademik 2017/2018

III. PROSEDUR PERCOBAAN


3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat dan Fungsi
No. Alat Fungsi
1. Labu ukur 250 mL Wadah mengencerkan larutan standar
2. Labu ukur 50 mL Wadah mengencerkan larutan tugas
3. Gelas ukur Wadah sampel dan standar
4. Pipa kaca berbentuk U Penghubung pada sistem Silinder
Hehner
5. Slang karet dan Penjepitnya Menghisap larutan dari labu ukur ke
gelas ukur
6. Satu set alat Komparator Mengamati kesamaan warna secara
Bajerum horizontal

3.1.2 Bahan dan Fungsi


No. Bahan Fungsi
1. Larutan standar Cu2+ 1000 mg/L Sebagai larutan standar induk
2. NH4OH 1:1 Sebagai reagen pewarna
3. Akuades Sebagai pelarut dan blanko

7 Kolorimetri
Praktikum Analisis Spektrometri
Tahun Akademik 2017/2018

3.2 Cara Kerja


3.2.1 Pembuatan Larutan Standar
1. Dipipet larutan induk Cu2+ 1000 mg/L sebanyak 25 mL, lalu dimasukkan ke
dalam labu ukur 250 mL
2. Ditambahkan NH4OH 1:1 sebanyak 25 mL
3. Diencerkan sampai tanda batas dengan akuades
3.2.2 Metode Sistem Silinder Hehner
1. Dimasukkan larutan standar Cu2+ 100 mg/L ke dalam gelas ukur I sebanyak
100 mL
2. Dengan bantuan slang dan pipa U diisapkan larutan standar ke dalam gelas
ukur I sehingga membentuk sistem bejana berhubungan
3. Larutan tugas diisi sebanyak 50 mL ke dalam gelas ukur II
4. Dipasangkan secara bergandengan dengan gelas ukur I dengan latar
belakang warna putih
5. Dilakukan pengamatan secara vertikal dengan satu mata
6. Tinggi larutan pada gelas ukur I diatur tinggi nya sampai didapat kesamaan
warna dengan larutan pada gelas piala II
7. Bila telah tercapai kesamaan warna, dapat ditentukan konsentrasi larutan
tugas

8 Kolorimetri
Praktikum Analisis Spektrometri
Tahun Akademik 2017/2018

3.2.3 Metode Komparator Bajerum


1. Larutan standar dimasukkan kedalam bagian depan, dan larutan blanko
dimasukkan kedalam bagian belakang komparator bajerum sampai tanda
batas
2. Larutan sampel dimasukkan ke dalam wadahnya sampai tanda batas
3. Wadah sampel ditempatkan pada bagian atas alat utama komparator
bajerum
4. Dilakukan pengamatan secara horizontal, lalu digeser kedudukan wadah
sampel sedemikian rupa sampai didapat kesamaan warna dengan latar
belakang berwarna putih
5. Setelah didapat kesamaan warna, posisi skala dibaca dan ditentukan
konsentrasi larutan tugas

9 Kolorimetri
Praktikum Analisis Spektrometri
Tahun Akademik 2017/2018

3.3 Skema Kerja


3.3.1 Pembuatan Larutan Standar
Larutan standar induk Cu2+ 1000 mg/L

- Dipipet sebanyak 25 mL
- Dimasukkan ke dalam labu ukur 250 mL
- Ditambahkan 25 mL NH4OH 1:1
- Diencerkan dengan aquades sampai tanda batas
Larutan standar Cu2+ 100 mg/L

3.3.2 Metode Sistem Silinder Hehner


Larutan standar Cu2+ 100 mg/L

- Di dalam labu ukur dihubungkan dengan gelas ukur I


membentuk sistem bejana berhubungan
- 50 mL larutan tugas dimasukkan ke dalam gelas ukur II dan
dipasang bergandengan dengan gelas ukur I
- Dilakukan pengamatan secara vertikal dengan latar belakang
warna putih
- Diatur tinggi larutan standar pada gelas ukur I agar didapat
kesamaan warna dengan larutan tugas
- Konsentrasi larutan tugas dapat dihitung

Konsentrasi larutan tugas

3.3.3 Metode Komparator Bajerum


Larutan standar Cu2+ 100 mg/L

- Dimasukkan ke dalam sisi bagian depan bajerum dan


blanko pada sisi belakang bajerum sampai tanda batas
- Larutan tugas dimasukkan ke dalam wadahnya sampai
tanda batas
- Ditempatkan wadah sampel pada bagian atas alat utama
komparator bajerum
- Dilakukan pengamatan secara horizontal dengan latar
belakang warna putih
- Digeser kedudukan wadah sampel sampai didapat
kesamaan warna
- Dibaca posisi skala dan konsentrasi larutan tugas dapat
ditentukan
Konsentrasi larutan tugas

10 Kolorimetri
Praktikum Analisis Spektrometri
Tahun Akademik 2017/2018

3.4 Skema Alat


3.4.1 Sistem Silinder Hehner

Keterangan :
1. Pipa U
2. Labu ukur
3. Slang karet
4. Gelas ukur
3.4.2 Komparator Bajerum

Keterangan :
1. Wadah sampel
2. Sisi bagian depan
3. Sisi bagian belakang

11 Kolorimetri
Praktikum Analisis Spektrometri
Tahun Akademik 2017/2018

3.5 Gambar Alat


3.5.1 Sistem Silinder Hehner
1

3
4

Keterangan :
1. Pipa U
2. Labu ukur
3. Slang karet
4. Gelas ukur

3.5.2 Komparator Bajerum

1
3
2

Keterangan :
1. Wadah sampel
2. Sisi bagian depan (larutan standar)
3. Sisi bagian belakang (blanko)

12 Kolorimetri
Praktikum Analisis Spektrometri
Tahun Akademik 2017/2018

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Data dan Perhitungan
4.1.1 Data
Konsentrasi larutan induk = 1000 mg/L
Konsentrasi larutan standar = 100 mg/L
Volume larutan sampel = 3 mL
Tinggi larutan standar (Silinder Hehner) = 27 mL
Tinggi larutan sampel = 50 mL
Skala terbaca (Bajerum) = 13 mL
4.1.2 Perhitungan
1. Pengenceran larutan standar Cu2+ 1000 mg/L menjadi 100 mg/L
V1 . N1 = V2 . N2
V1 . 1000 mg/L = 250 mL . 100 mg/L
V1 = 25 mL
2. Menentukan konsentrasi larutan sampel
V1 . N1 = V2 . N2
3 mL . 1000 mg/L = 250 mL . N2
N2 = 60 mL
3. Menentukan konsentrasi (Cx) dari Silinder Hehner
nilai skala standar
Cx = x Cstandar
nilai skala sampel
27 mL
= x 100 mg/L
50 mL
= 54 mg/L
4. Menentukan konsentrasi (Cx) dari Komparator Bajerum
skala terbaca
Cx = x Cstandar
20 mL
13 mL
= x 100 mg/L
20 mL
= 65 mL

13 Kolorimetri
Praktikum Analisis Spektrometri
Tahun Akademik 2017/2018

5. Persentase kesalahan dari Silinder Hehner


Cx praktikum - Cx teori
% Kesalahan = x 100%
Cx teori
54 mg/L - 60mg/L
= x 100%
60 mg/L
= 10%
6. Persentase kesalahan dari Komparator Bajerum
Cx praktikum - Cx teori
% Kesalahan = x 100%
Cx teori
65 mg/L - 60mg/L
= x 100%
60 mg/L
= 8,333%

14 Kolorimetri
Praktikum Analisis Spektrometri
Tahun Akademik 2017/2018

4.2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini, dilakukan percobaan mengenai metode analisa
kolorimetri, yaitu suatu metode analisis kimia berdasarkan kesamaan warna antara
larutan standar dengan larutan sampel dengan menggunakan mata sebagai
detektornya. Adapun metode yang digunakan untuk percobaan ini adalah sistem
silinder hehner dan komparator bajerum. Prinsip percobaan silinder hehner adalah
pengamatan kesamaan warna antara larutan standar dengan larutan tugas secara
vertikal, prinsip pada komparator bajerum adalah pengamatan kesamaan warna
antara larutan standar dengan larutan tugas secara horizontal.
Awalnya larutan induk Cu2+ 1000 mg/L dipipet sebanyak 25 mL
dimasukkan ke dalam labu 250 mL yang berwarna biru lembayung. Selanjutnya
ditambahkan NH4OH 1:1 sebanyak 25 mL sebagai reagen pengompleks sehingga
warna menjadi biru tua dengan kompleks yang terbentuk yaitu tetra amino
kuprat(II) [Cu(NH3)4]2+. Adapun tujuan penambahan NH4OH yaitu untuk
mempertajam warna yang terbentuk dari biru lembayung menjadi biru tua.
Kemudian sampai batas dengan akuades, yang bertujuan memperkecil
konsentrasi.
Pada sistem silinder hehner, digunakan dua gelas ukur yang identik yang
bertujuan agar tidak adanya perbedaan wadah antara larutan standar dengan
larutan tugas, baik itu perbedaan pada diameter maupun tinggi gelas ukur.
Pengamatan pada metode ini dilakukan secara vertikal, yaitu diamati dari mulut
gelas ukur dengan menggunakan latar yang berwarna putih, pengamatan ini harus
diamati dengan satu mata. karena pengamatan tiap orang berbeda-beda, sehingga
mengakibatkan hasil yang didapatkan kurang baik. Pada metode ini, kesamaan
warna terjadi pada volume larutan standar 27 mL dan didapatkan konsentrasi
larutan tugas 54 mg/L dengan persentase kesalahan pada percobaan ini adalah
10%.
Selanjutnya pada metode komparator bajerum, pada bagian depan diisikan
larutan standar dan pada bagian belakang diisikan larutan blanko sampai tanda
batas, pada komparator bajerum terdapat sekat antara larutan standar dengan
larutan blanko yang diletakan secara diagonal, adapun tujuan dari sekat tersebut
untuk memberikan variasi warna pada larutan standar. Larutan tugas dimasukkan

15 Kolorimetri
Praktikum Analisis Spektrometri
Tahun Akademik 2017/2018

ke dalam wadah sampel, dengan meletakkan di atas komparator yang posisi nya
dapat digeser dari kiri ke kanan (horizontal) untuk mendapatkan kesamaan warna
pada larutan tugas dengan larutan standar. Skala yang menunjukkan kesamaan
warna adalah pada skala 13, sehingga didapat konsentrasi larutan tugas 65 mg/L
dengan persentase kesalahan percobaan yaitu 8,333%.
Dari percobaan yang telah dilakukan didapat konsentrasi sampel pada
metode silinder hehner adalah 54 mg/L dan pada metode komparator bajerum
adalah 65 mg/L. Persentase kesalahan pada silinder hehner 10%, dan pada
komparator bajerum ialah 8,333%. Adapun kesalahan yang terjadi dapat
disebabkan pada saat melakukan pengamatan tidak begitu teliti, dan juga dapat
dikarenakan warna dari latar pengamatan yang tidak putih sehingga warna yang
diperhatikan tidak sesuai dengan yang diharapkan, selain itu penilaian masing-
masing orang terhadap kesamaan warna juga berbeda-beda.

16 Kolorimetri
Praktikum Analisis Spektrometri
Tahun Akademik 2017/2018

V. KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan
Setelah dilakukan praktikum, dapat disimpulkan :
1. Reaksi antara Cu2+ dengan NH4OH membentuk kompleks [Cu(NH3)4]2+,
sehingga warna larutan standar menjadi biru tua
2. Pada metode silinder hehner didapat konsentrasi larutan tugas 54 mg/L
dengan persentase kesalahan 10%
3. Pada metode komparator bajerum didapat konsentrasi larutan tugas 65
mg/L dengan persentase kesalahan 8,333%
4. Kesalahan dapat dikarenakan pada saat melakukan pengamatan
kesamaan warna kurang teliti
5.2 Saran
Adapun saran untuk kelancaran praktikum :
1. Gunakan APD dengan benar dan tepat
2. Pengamatan hendaknya dilakukan oleh satu orang saja
3. Pengamatan kesamaan warna harus dilakukan secara teliti
4. Jika ada yang diragukan mengenai percobaan, tanyakan pada asisten

17 Kolorimetri
Praktikum Analisis Spektrometri
Tahun Akademik 2017/2018

DAFTAR PUSTAKA

[1] Harvey, D., 2000. Modern Analytical Chemistry. 6th ed., McGraw – Hill
Companies, Inc, United States of America.

[2] Rusmawan, Chevi Ardiana; Djulia Onggo; Irma Mulyani: Analisis


Kolorimetri Kadar Besi(III) dalam Sampel Air Sumur dengan Metoda
Pencitraan Digital 2011

[3] Basset, J, dkk. 1994. Buku Ajar Vogel Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC

[4] Khopkar, S. M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : Penerbit


Universitas Indonesia

[5] Day, R. A. dan Underwood, A. L. 2002. Analisa Kimia Kuantitatif. Jakarta :


Erlangga

[6] Marco Gargano; Nicola Ludwig; Davide Pandini: Use of optical fibre in
spectrometry and colorimetry withremote probes 2012, 8, 36-43

[7] Kohl, K.S., Landmark, D.J., Stickle, F.D., 2006. Demonstration of


Absorbance Using Digital Color Image Analysis and Colored Solutions. J.
Chem. Educ., 83(4), 644

18 Kolorimetri
Praktikum Analisis Spektrometri
Tahun Akademik 2017/2018

ANALISIS ARTIKEL ILMIAH

I. Judul
Penerapan spektroskopi fotoakustik berbasis laser dan kolorimetri untuk
kuantifikasi antosianin pada permen rebus
II. Tujuan
Untuk menganalisis permen dengan menggunakan spektroskopi fotoakustik
berbasis laser (LPAS) dan metode kolorimetri untuk kuantifikasi antosianin
(E163) di beberapa produk permen rebus yang dibandingkan dengan
menggunakan spektrofotometri (SP)
III. Skema Kerja
Sampel Permen Rebus

- Diencerkan dalam berbagai macam konsentrasi


- Ditambahkan reagen pewarna
Larutan Standar

- Dianalisis dengan spektrofotometer UV-Vis


- Dianalisis dengan metode kolorimetri
- Dianalisis dengan metode spektroskopi fotoakustik

Larutan Standar

IV. Analisis Hasil


Pada kalibrasi larutan standar pada absorban terekam 380-700 nm. Absorban
maksimum pada 525 nm, yang menandakan adanya kandungan antosianin
pada semua sampel. Pada saat pembandingan warna sampel, terdapat
kesamaan warna pada sampel yang mengandung konsentrasi antosianin yang
sama.

19 Kolorimetri
Praktikum Analisis Spektrometri
Tahun Akademik 2017/2018

V. Kelebihan dan Kekurangan Jurnal


6.1 Kelebihan Jurnal
Pada hasil dilengkapi dengan adanya tabel dan grafik, yang membuat
pembaca lebih paham dengan hasil dari percobaan pada jurnal.
6.2 Kekurangan Jurnal
Tidak dijelaskan apa saja kesulitan dan penghambat pada saat melakukan
percobaan pada jurnal.

20 Kolorimetri

You might also like