Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 30

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan industri jasa konstruksi yang melaju dengan pesat dan cepat,
seiring dengan perkembangan teknologi dan kondisi krisis serta tantangan yang muncul,
seperti kecenderungan perekonomian yang berbasis informasi dan kecenderungan
teknologi terutama dalam bidang struktur dikarenakan adanya perluasan area industri
dan bisnis secara global yang pasti menuntut pengembangan pembangunan di Indonesia
untuk dapat berperan aktif dalam memanfaatkan peluang, yaitu dengan mengisi
kebutuhan tenaga kerja di pasar global.
Sejak masa tahun 1970-an dimana stabilitas politik mulai terbentuk dan
perekonomian Indonesia bertambah pesat, pembangunan gedung-gedung tinggi mulai
bermunculan di Jakarta. Selain Hotel Indonesia yang dibangun Jepang sebagai
kompensasi penjajahannya, bermunculan pula gedung tinggi lainnya seperti Wisma
Nusantara (30 lantai), Wisma Antara, Hongkong Bank, Hotel Mandarin, Hotel Hilton,
Ratu Plaza, dll. Gambar 1 menunjukan bundaran Hotel Indonesia dengan Hotel
Mandarin yang dibangun pada era ini.
Perencanaan bangunan gedung perlu memperhatikan beberapa kriteria, antara
lain kriteria kekuatan, perilaku yang baik pada taraf gempa rencana, serta aspek
ekonomis. Merencanakan bangunan gedung, dari segi struktur memerlukan
pertimbangan yang matang. Pertimbanagan struktur ini akan berpengaruh dalam
menentukan alternatif perencanaan, misalnya tata letak kolom, panjang balok dan
bentang.
Bangunan tinggi tahan gempa umumnya menggunakan elemen-elemen struktur
kaku berupa dinding geser untuk menahan kombinasi gaya geser, momen, dan gaya
aksial yang timbul akibat beban gempa. Dengan adanya dinding geser yang kaku pada
bangunan, sebagian besar beban gempa akan diserap oleh dinding geser tersebut (Imran
2008). Gaya gempa yang menyeluruh pada bangunan diteruskan melalui sambungan-
sambungan struktur ke diafragma horizontal, diafragma mendistribusikan gaya-gaya ini
ke elemen-elemen penahan gaya lateral vertikal seperti dinding geser dan rangka,
elemen-elemen vertikal mentransfer gaya-gaya ke dalam pondasi ( Purwono 2005 )

1
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah :

1. Apa yang dimaksud dengan struktur ?


2. Bagaimana peranan analisis dalam merencanakan struktur bangunan gedung ?
3. Apa saja bagian-bagian struktur bangunan ?

1.3 Tujuan dan Manfaat


Adapun tujuan dan manfaat dari makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan struktur
2. Untuk mengetahui apa peranan analisis dalam merencanakan struktur bangunan
gedung.
3. Untuk mengetahui apa saja bagian-bagian struktur bangunan gedung.

2
BAB II
DASAR TEORI

2.1 Pengertian Struktur


Struktur adalah bagian-bagian yang membentuk bangunan seperti pondasi,
sloof, dinding, kolom, ring, kuda-kuda, dan atap. Pada prinsipnya, elemen struktur
berfungsi untuk mendukung keberadaan elemen nonstruktur yang meliputi elemen
tampak, interior, dan detail arsitektur sehingga membentuk satu kesatuan. Setiap bagian
struktur bangunan tersebut juga mempunyai fungsi dan peranannya masing-masing.
Kegunaan lain dari struktur bangunan yaitu meneruskan beban bangunan dari bagian
bangunan atas menuju bagian bangunan bawah, lalu menyebarkannya ke tanah.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), struktur adalah 1 cara sesuatu
disusun atau dibangun; susunan; bangunan; 2 yang disusun dengan pola tertentu; 3
pengaturan unsur atau bagian suatu benda; 4 ketentuan unsur-unsur dari suatu benda.
Sedangkan konstruksi merupakan susunan (model, tata letak) suatu bangunan
(jembatan, rumah, dan sebagainya). Jadi dapat disimpulkan bahwa struktur berupa
bagian-bagian bangunan dan konstruksi ialah bangunan.
Kemajuan dibidang pembangunan dapat dilihat majunya teknologi dan
pengetahuan dalam mendesain struktur untuk mendapatkan bangunan diperlukan desain
struktur yang baik. Desain struktur merupakan salah satu bagian dari seluruh proses
perencanaan pembangunan. Proses desain sendiri dapat di artikan sebagai gabungan
antara unsur seni dan ilmu pengetahuan yang membutuhkan keterampilan dan
pengetahuan dalam mengolahnya (Wahyudi dan Rahim, 1999:2). Adapun tujuan utama
dari desain struktur adalah untuk mendapatkan struktur yang aman terhadap beban atau
efek beban yang bekerja selama masa penggunaan bangunan. Pada intinya sasaran
desain struktur meliputi daya layan, kekuatan yang cukup, fungsi, estetika, dan ekonomi
(Wahyudi dan Rahim, 1999:3)
Tidak dipungkiri bahwa sebagian bangunan di Indonesia didesain dan dibangun
dengan campuran beton yang pada umumnya dipadu dengan baja. Kombinasi tersebut
biasa disebut beton betulang. Beton kuat tehadap tekan dan lemah terhadap tarik, kira-
kira 10-15% dari kekuatan tariknya. Oleh karena itu perlu tulangan untuk menahan
gaya tarik untuk memikul beban-beban yang bekerja pada beton. Sistem-sistem beton

3
tersebut dibentuk dari berbagai elemen struktur beton yang bila dipadukan
menghasilkan suatu sistem menyeluruh. Salah satunya adalah balok. Balok adalah
komponen struktur yang menyalurkan beban-beban tributary dari slab lantai ke kolom
lantai yang vertikal.

2.2 Beban-beban Pada Struktur Bangunan Bertingkat


Beban-beban pada struktur bangunan bertingkat, menurut arah bekerjanya dapat
dibagi menjadi dua, yaitu : (PPI, 1983)
1. Beban Vertikal (Gravitasi)
a. Beban mati (Dead Load)
Beban mati adalah berat dari semua bagian bangunan yang bersifat tetap,
termasuk segala unsur tambahan, pekerjaan pelengkap (finishing), serta alat atau mesin
yang merupakan bagian tak terpisahkan dari rangka bangunannya (PPI, 1983).
Beban mati merupakan berat sendiri bangunan yang senantiasa bekerja
sepanjang waktu selama bangunan tersebut ada atau sepanjang umur bangunan. Pada
perhitungan berat sendiri ini, seorang analisis struktur tidak mungkin dapat menghitung
secara tepat seluruh elemen yang ada dalam konstruksi, seperti berat plafond, pipa-pipa
ducting, dan lain-lain. Oleh karena itu, dalam menghitung berat sendiri konstruksi ini
dapat meleset sekitar 15 % - 20 % (Soetoyo, 2000).
b. Beban Hidup (Live Load)
Beban hidup adalah berat dari penghuni dan atau barang-barang yang dapat
berpindah, yang bukan merupakan bagian dari bangunan. Sedangkan pada atap, beban
hidup termasuk air hujan yang menggenang (Benny, 1996).
Beban gravitasi pada bangunan yang berupa beban mati dan beban hidup ini
akan diterima oleh lantai dan atap bangunan, kemudian didistribusikan ke balok anak
dan balok induk. Setelah itu akan diteruskan ke kolom dan ke pondasi.
Bentuk pendistribusian beban dari plat terhadap balok dalam bentuk trapesium
maupun segitiga dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

4
2. Beban Horizontal (Lateral)
a. Beban Gempa (Earthquake)
Beban gempa adalah besarnya getaran yang terjadi di dalam struktur rangka
bangunan akibat adanya pergerakan tanah oleh gempa. Pertama kali di Indonesia
ketetapan perencanaan gempa untuk bangunan dimasukkan dalam Peraturan Muatan
Indonesia 1970, lalu peraturan ini diperbaharui dengan diterbitkannya Peraturan
Perencanaan Tahan Gempa Indonesia untuk Gedung 1983.
Pada dasarnya ada dua metode Analisa Perencanaan Gempa, yaitu : (Soetoyo, 2000)
1. Analisis Beban Statik Ekuivalen (Equivalent Static Load Analysis).
Analisis ini adalah suatu cara analisa struktur, dimana pengaruh gempa pada struktur
dianggap sebagai beban statik horizontal untuk menirukan pengaruh gempa yang
sesungguhnya akibat gerakan tanah. Metode ini digunakan untuk bangunan struktur
yang beraturan dengan ketinggian tidak lebih dari 40 m.
2. Analisis Dinamik (Dynamic Analysis).
Metode ini digunakan untuk bangunan dengan struktur yang tidak beraturan.
Perhitungan gempa dengan analisis dinamik ini terdiri dari :
a) Analisa Ragam Spektrum Respons
Analisa Ragam Spektrum Respons adalah Suatu cara analisa dinamik struktur, dimana
suatu model dari matematik struktur diberlakukan suatu spektrum respons gempa
rencana, dan berdasarkan itu ditentukan respons struktur terhadap gempa rencana
tersebut.
b) Analisa Respons Riwayat Waktu
Analisa Respons Riwayat Waktu adalah suatu cara analisa dinamik struktur, dimana
suatu model matematik dari struktur dikenakan riwayat waktu dari gempa-gempa hasil
pencatatan atau gempa-gempa tiruan terhadap riwayat waktu dari respons struktur
ditentukan.

5
b. Beban Angin (Wind Load)
Beban angin adalah beban yang bekerja pada bangunan atau bagiannya karena
adanya selisih tekanan udara (hembusan angin kencang). Beban angin ini ditentukan
dengan menganggap adanya tekanan positif dan tekanan negatif (isapan angin), yang
bekerja tegak lurus pada bidang-bidang bangunan yang ditinjau (Benny, 1996).

c. Tekanan Tanah dan Air Tanah


Selain beban-beban tersebut diatas, masih ada beban lain yang perlu diperhitungkan,
yaitu:(Soetoyo, 2000)
1. Beban Temperatur
Beban akibat temperatur ini perlu diperhitungkan jika letak bangunannya berada di daerah
yang perbedaan temperaturnya sangat tinggi.
2. Beban Konstruksi (Construction Load)
Beban konstruksi ini timbul pada saat pelaksanaan pembangunan fisik gedung.

6
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Peran Analisis Struktur Dalam Perencanaan Bangunan Gedung


Suatu bangunan gedung beton bertulang yang berlantai banyak sangat rawan
terhadap keruntuhan jika tidak direncanakan dengan baik. Oleh karena itu, diperlukan
suatu perencanaan struktur yang tepat dan teliti agar dapat memenuhi kriteria kekuatan
(strenght), kenyamanan (serviceability), keselamatan (safety), dan umur rencana
bangunan (durability) (Hartono, 1999).
Beban-beban yang bekerja pada struktur seperti beban mati (dead load), beban
hidup (live load), beban gempa (earthquake), dan beban angin (wind load) menjadi
bahan perhitungan awal dalam perencanaan struktur untuk mendapatkan besar dan arah
gaya-gaya yang bekerja pada setiap komponen struktur, kemudian dapat dilakukan
analisis struktur untuk mengetahui besarnya kapasitas penampang dan tulangan yang
dibutuhkan oleh masing-masing struktur (Gideon dan Takim, 1993).
Pada perencanaan struktur atas ini harus mengacu pada peraturan atau pedoman
standar yang mengatur perencanaan dan pelaksanaan bangunan beton bertulang, yaitu
Standar Tata Cara Penghitungan Struktur Beton nomor: SK SNI T-15-1991-03,
Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung 1983, Peraturan Perencanaan Tahan
Gempa Indonesia untuk Gedung tahun 1983, dan lain-lain (Istimawan, 1999).
Analisis Struktur bukan merupakan tahapan akhir dalam proses perancangan,
analisis struktur merupakan alat yang digunakan untuk mendukung proses perancangan.
Tujuan utama dari analisis struktur adalah untuk membantu perancang struktur dalam
membuat keputusan-keputusan penting dalam proses perancangan. Hasil dari suatu
analisis struktur pada sebuah struktur pada beban-beban yang bekerja padanya adalah
respon dari struktur tersebut berupa.

1. Perubahan posisi elemen-elemen atau bentuk konfigurasi struktur.


2. Gaya-gaya internal pada elemen-elemen struktur : gaya aksial, gaya geser,
momen lentur dan momen torsi.

7
3.2 Bagian-Bagian Struktur Bangunan Gedung
3.2.1 Struktur bawah
Struktur bawah (substruktur) adalah bagian-bagian bangunan yang terletak di
bawah permukaan tanah. Struktur bawah ini meliputi pondasi dan sloof.
a. Pondasi
Pondasi bangunan adalah kontruksi yang paling terpenting pada suatu bangunan.
Karena pondasi berfungsi sebagai "penahan seluruh beban yang berada di atasnya dan
gaya – gaya dari luar". Pondasi merupakan bagian dari struktur yang berfungsi
meneruskan beban menuju lapisan tanah pendukung dibawahnya. Dalam struktur
apapun, beban yang terjadi baik yang disebabkan oleh berat sendiri ataupun akibat
beban rencana harus disalurkan ke dalam suatu lapisan pendukung dalam hal ini adalah
tanah yang ada di bawah struktur tersebut. Beton bertulang adalah material yang paling
cocok sebagai pondasi untuk struktur beton bertulang maupun bangunan baja, jembatan,
menara, dan struktur lainnya. Beban dari kolom yang bekerja pada pondasi ini harus
disebar ke permukaan tanah yang cukup luas sehingga tanah dapat memikul beban
dengan aman. Jika tegangan tekan melebihi tekanan yang diizinkan, maka dapat
menggunakan bantuan tiang pancang untuk membantu memikul tegangan tekan pada
dinding dan kolom pada struktur.
Jenis-jenis pondasi
1) Pondasi dangkal
Pondasi dangkal adalah pondasi yang tidak membutuhkan galian tanah terlalu
dalam karena lapisan tanah dangkal sudah cukup keras, apalagi bangunan yang akan
dibangun hanya rumah sederhana. Kekuatan pondasi dangkal ada pada luas alasnya,
karena pondasi ini berfungsi untuk meneruskan sekaligus meratakan beban yang
diterima oleh tanah. Pondasi dangkal ini digunakan apabila beban yang diteruskan ke
tanah tidak terlalu besar. Misalnya, rumah sederhana satu lantai atau dua lantai. yang
termasuk pondasi dangkal antara lain:
 Pondasi menerus (pondasi batu kali)
Pondasi ini digunakan oleh sebagian besar rumah satu lantai di Indonesia.
Pondasi ini dipasang menerus sepanjang dinding bangunan untuk menahan dinding
serta mengikat kolom-kolom berdekatan. Pondasi menerus dibuat dalam bentuk
memanjang dengan potongan persegi ataupun trapesium. Keuntungan memakai pondasi

8
ini adalah beban bangunan dapat disalurkan secara merata, dengan catatan seluruh
pondasi berdiri diatas tanah keras. Sementara kelemahan pondasi ini, biaya untuk
pondasi cukup besar, memakan waktu agak lama dan memerlukan tenaga kerja yang
banyak. Material Penyusun Utama: Batu Kali - Semen - Pasir Cor, Penerapan : Rumah
Sederhana 1 Lantai.
 Pondasi Setempat
Material Penyusun Utama: Besi - Semen - Batu Pecah / Koral - Pasir Cor,
Penerapan : Rumah Sederhana 2 Lantai – Ruko. Pondasi telapak berbentuk seperti
telapak kaki seperti ini.Pondasi ini setempat, gunanya untuk mendukung kolom baik
untuk rumah satu lantai maupun dua lantai. Jadi, pondasi ini diletakkan tepat pada
kolom bangunan. Pondasi ini terbuat dari beton bertulang. Dasar pondasi telapak bisa
berbentuk persegi panjang atau persegi.
2) Pondasi dalam
Pondasi dalam adalah pondasi yang didirikan dipermukaan tanah dengan
kedalam tertentu dimana daya dukung dasar pondasi dipengaruhi oleh beban struktural
dan kondisi permukaan tanah. Pondasi dalam biasanya dipasang pada kedalaman lebih
dari 3 m di bawah elevasi permukaan tanah. Pondasi dalam dapat dijumpai dalam
bentuk pondasi tiang pancang, dinding pancang dan caissons atau pondasi kompensasi.
Pondasi dalam dapat digunakan untuk mentransfer beban ke lapisan tanah yang lebih
dalam sampai didapat jenis tanah yang mampu mendukung beban struktur bangunan.
 Pondasi Sumuran
Material Penyusun Utama: Besi - Semen - Batu Pecah / Koral - Pasir Cor,
Penerapan : Ruko – Kantor. Pondasi sumuran merupakan sebuah bentuk peralihan
antara pondasi dangkal dan pondasi dalam. Pondasi sumuran sangat tepat digunakan
pada lapisan tanah keras yang berada pada kedalaman lebih dari 3m. Diameter pondasi
sumuran biasanya antara 0.80 - 1.00 m dan ada kemungkinan dalam satu bangunan
diameternya berbeda-beda, ini dikarenakan masing-masing kolom berbeda bebannya.
 Pondasi Tiang Pancang
Material Penyusun Utama: Besi - Semen - Batu Pecah / Koral - Pasir Cor (pada
umumnya pabrikasi tiang pancang), Penerapan : Perkantoran - Mall - Gedung
Bertingkat Penggunaan pondasi tiang pancang sebagai pondasi bangunan dilakukan
apabila tanah yang berada dibawah dasar bangunan tidak mempunyai daya dukung

9
beban (bearing capacity) yang cukup untuk memikul beban bangunan dan beban yang
bekerja padanya atau apabila tanah yang mempunyai daya dukung yang cukup untuk
memikul berat bangunan dan seluruh beban yang bekerja berada pada lapisan yang
sangat dalam dari permukaan tanah dengan kedalaman lebih dari 8 meter. Fungsi dan
kegunaan dari pondasi tiang pancang adalah untuk mentransfer beban-beban dari
konstruksi di atasnya (super struktur) kelapisan tanah keras yang letaknya sangat dalam.
Dalam pelaksanaan pemancangan pada umumnya dipancangkan tegak lurus dalam
tanah, tetapi ada juga dipancangkan miring (battle pile) untuk dapat menahan gaya-gaya
horizontal yang bekerja, Hal seperti ini sering terjadi pada dermaga dimana terdapat
tekanan kesamping dari kapal dan perahu. Sudut kemiringan yang dapat dicapai oleh
tiang tergantung dari alat yang dipergunakan serta disesuaikan dengan perencanaannya.
 Pondasi Bored Pile
Material Penyusun Utama: Besi - Semen - Batu Pecah / Koral - Pasir Cor,
Penerapan : Perkantoran - Mall - Gedung Bertingkat Pondasi Bore Pile adalah bentuk
Pondasi Dalam yang dibangun di dalam tanah dengan kedalaman tertentu. Pondasi di
tempatkan sampai ke dalaman yang dibutuhkan dengan cara membuat lobang yang
dibor dengan alat bore pile. Setelah mencapai kedalaman yang dibutuhkan, kemudian
dilakukan pemasangan begisting yang terbuat dari plat besi, kemudian dimasukkan
rangka besi pondasi yang telah dirakit sebelumnya, lalu dilakukan pengecoran terhadap
lobang yang sudah di bor tersebut. Pekerjaan pondasi ini tentunya dibantu dengan alat
khusus, untuk mengangkat kesing dan rangka besi. Setelah dilakukan pengecoran,
kesing tersebut dikeluarkan kembali.
b. Sloof
Sloof adalah jenis Konstruksi Beton Bertulang yang biasanya dibuat pada
bangunan Rumah atau Gedung, dan posisinya biasanya pada Lantai 1 atau lantai
dasar.Inilah sebab nya kita jarang melihat bentuk sloof saat bangunan sudah "Berdiri"
tegak.walau bentuk nya tidak terlihat tapi fungsinya sangat dibutuhkan dalam suatu
bangunan.Seperti dapat kita lihat pada Gambar dibawah ini. Sloof ini berfungsi untuk
memikul Beban dinding, sehingga dinding tersebut "BERDIRI" pada beton yang kuat,
sehingga tidak terjadi penurunan dan pergerakan yang bisa mengakibatkan dinding
rumah menjadi Retak atau Pecah. Jadi bisa dikatakan Sloof juga merupakan salah satu

10
aspek penting bagi rumah. inti dari tugas Sloof adalah mendukung beban dinding rumah
tersebut. Bila dikategorikan Sloof adalah termasuk Pondasi Menerus.
Sloof adalah jenis Konstruksi Beton Bertulang yang sengaja didesain khusus
Luas Penampang dan Jumlah Pembesiannya, disesuaikan dengan kebutuhan Beban
yang akan dipikul oleh Sloof tersebut nantinya. Untuk menetukan Luas Penampang atau
ukuran Sloof ini, dibutuhkan Perhitungan Teknis yang Tepat agar Sloof tersebut nanti
benar-benar Mampu untuk memikul Beban Dinding Bata diatasnya nanti. Untuk lebih
aman nya sebaiknya kita menggunakan jasa Konsultan untuk menghitung dan
mendisain Dimensi Sloof ini.di Karenakan fungsinya yang sangat penting harus sangat
hati-hati dalam pengerjaan nya dan jangan sampai salah dalam perhitungan komposisi
bahan baku nya sebab akan berakibat fatal pada suatu bangunan.
3.2.2 Struktur Atas
Struktur atas suatu gedung adalah seluruh bagian struktur gedung yang berada di
atas muka tanah (SNI 2002). Struktur atas ini terdiri atas kolom, pelat, balok,dinding
geser dan tangga, yang masing-masing mempunyai peran yang sangat penting.
1. Kolom
Kolom merupakan suatu elemen struktur tekan yang memegang peranan penting
dari suatu bangunan, sehingga keruntuhan pada suatu kolom merupakan lokasi kritis
yang dapat menyebabkan runtuhnya (collapse) lantai yang bersangkutan dan juga
runtuh total (total collapse) seluruh struktur (Sudarmoko, 1996). Fungsi kolom adalah
sebagai penerus beban seluruh bangunan ke pondasi. Bila diumpamakan, kolom itu
seperti rangka tubuh manusia yang memastikan sebuah bangunan berdiri. Kolom
termasuk struktur utama untuk meneruskan berat bangunan dan beban lain seperti
beban hidup (manusia dan barang-barang), serta beban hembusan angin. Kolom
berfungsi sangat penting, agar bangunan tidak mudah roboh.
SK SNI T-15-1991-03 mendefinisikan kolom adalah komponen struktur
bangunan yang tugas utamanya menyangga beban aksial tekan vertikal dengan bagian
tinggi yang tidak ditopang paling tidak tiga kali dimensi lateral.
Struktur dalam kolom dibuat dari besi dan beton. Keduanya merupakan
gabungan antara material yang tahan tarikan dan tekanan. Besi adalah material yang
tahan tarikan, sedangkan beton adalah material yang tahan tekanan. Gabungan kedua

11
material ini dalam struktur beton memungkinkan kolom atau bagian struktural lain
seperti sloof dan balok bisa menahan gaya tekan dan gaya tarik pada bangunan.

Gambar 3.1 Kolom

Prinsip Desain Kolom


Elemen struktur kolom yang mempunyai nilai perbandingan antara panjang dan
dimensi penampang melintangnya relatif kecil disebut kolom pendek. Kapasitas pikul-
beban kolom pendek tidak tergantung pada panjang kolom dan bila mengalami beban
berlebihan, maka kolom pendek pada umumnya akan gagal karena hancurnya material.
Dengan demikian, kapasitas pikul-beban batas tergantung pada kekuatan material yang

12
digunakan. Semakin panjang suatu elemen tekan, proporsi relatif elemen akan berubah
hingga mencapai keadaan yang disebut elemen langsing. Perilaku elemen langsing
sangat berbeda dengan elemen tekan pendek. Perilaku elemen tekan panjang terhadap
beban tekan adalah apabila bebannya kecil, elemen masih dapat mempertahankan
bentuk liniernya, begitu pula apabila bebannya bertambah. Pada saat beban mencapai
nilai tertentu, elemen tersebut tiba-tiba tidak stabil, dan berubah bentuk menjadi seperti
tergambar.
Hal inilah yang dibuat fenomena tekuk (buckling) apabila suatu elemen struktur
(dalam hal ini adalah kolom) telah menekuk, maka kolom tersebut tidak mempunyai
kemampuan lagi untuk menerima beban tambahan. Sedikit saja penambahan beban
akan menyebabkan elemen struktur tersebut runtuh. Dengan demikian, kapasitas pikul-
beban untuk elemen struktur kolom itu adalah besar beban yang menyebabkan kolom
tersebut mengalami tekuk awal. Struktur yang sudah mengalami tekuk tidak
mempunyai kemampuan layan lagi. Fenomena tekuk adalah suatu ragam kegagalan
yang diakibatkan oleh ketidakstabilan suatu elemen struktur yang dipengaruhi oleh aksi
beban. Kegagalan yang diakibatkan oleh ketidakstabilan dapat terjadi pada berbagai
material. Pada saat tekuk terjadi, taraf gaya internal bisa sangat rendah. Fenomena
tekuk berkaitan dengan kekakuan elemen struktur. Suatu elemen yang mempunyai
kekakukan kecil lebih mudah mengalami tekuk dibandingkan dengan yang mempunyai
kekakuan besar. Semakin panjang suatu elemen struktur, semakin kecil kekakuannya.
Banyak faktor yang mempengaruhi beban tekuk (Pcr) pada suatu elemen
struktur tekan panjang. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut :
1. Panjang Kolom
Pada umumnya, kapasitas pikul-beban kolom berbanding terbalik dengan
kuadrat panjang elemennya. Selain itu, faktor lain yang menentukan besar beban tekuk
adalah yang berhubungan dengan karakteristik kekakuan elemen struktur (jenis
material, bentuk, dan ukuran penampang).
2. Kekakuan
Kekakuan elemen struktur sangat dipengaruhi oleh banyaknya material dan
distribusinya. Pada elemen struktur persegi panjang, elemen struktur akan selalu
menekuk pada arah seperti yang diilustrasikan pada di bawah bagian (a). Namun bentuk
berpenampang simetris (misalnya bujursangkar atau lingkaran) tidak mempunyai arah

13
tekuk khusus seperti penampang segiempat. Ukuran distribusi material (bentuk dan
ukuran penampang) dalam hal ini pada umumnya dapat dinyatakan dengan momen
inersia (I).
3. Kondisi ujung elemen struktur
Apabila ujung-ujung kolom bebas berotasi, kolom tersebut mempunyai
kemampuan pikul-beban lebih kecil dibandingkan dengan kolom sama yang ujung-
ujungnya dijepit. Adanya tahanan ujung menambah kekakuan sehingga juga
meningkatkan kestabilan yang mencegah tekuk. Mengekang (menggunakan bracing)
suatu kolom pada suatu arah juga meningkatkan kekakuan. Fenomena tekuk pada
umumnya menyebabkan terjadinya pengurangan kapasitas pikul-beban elemen tekan.
Beban maksimum yang dapat dipikul kolom pendek ditentukan oleh hancurnya
material, bukan tekuk.
Untuk kolom pada bangunan sederhana bentuk kolom ada dua jenis yaitu kolom
utama dan kolom praktis.
a. Kolom Utama
Yang dimaksud dengan kolom utama adalah kolom yang fungsi utamanya
menyanggah beban utama yang berada diatasnya. Untuk rumah tinggal disarankan jarak
kolom utama adalah 3.5 m, agar dimensi balok untuk menompang lantai tidak tidak
begitubesar, dan apabila jarak antara kolom dibuat lebih dari 3.5 meter, maka struktur
bangunan harus dihitung. Sedangkan dimensi kolom utama untuk bangunan rumah
tinggal lantai 2 biasanya dipakai ukuran 20/20, dengan tulangan pokok 8 d12 mm,
danbegel d 8-10cm ( 8 d 12 maksudnya jumlah besi beton diameter 12mm 8 buah, 8 –
10 cmmaksudnya begel diameter 8 dengan jarak 10 cm).
b. Kolom Praktis
Adalah kolom yang berpungsi membantu kolom utama dan juga sebagai
pengikat dinding agar dinding stabil, jarak kolom maksimum 3,5 meter,atau pada
pertemuan pasangan bata, (sudutsudut).Dimensi kolom praktis 15/15 dengantulangan
beton 4 d 10 begel d 8-20.

14
Dalam buku struktur beton bertulang (Istimawan dipohusodo, 1994) ada tiga
jenis kolom beton bertulang yaitu :

1. Kolom menggunakan pengikat sengkang lateral. Kolom ini merupakan kolom brton
yang ditulangi dengan batang tulangan pokok memanjang, yang pada jarak spasi
tertentu diikat dengan pengikat sengkang ke arah lateral. Tulangan ini berfungsi
untuk memegang tulangan pokok memanjang agar tetap kokoh pada tempatnya.
2. Kolom menggunakan pengikat spiral. Bentuknya sama dengan yang pertama hanya
saja sebagai pengikat tulangan pokok memanjang adalah tulangan spiral yang
dililitkan keliling membentuk heliks menerus di sepanjang kolom. Fungsi dari
tulangan spiral adalah memberi kemampuan kolom untuk menyerap deformasi
cukup besar sebelum runtuh, sehingga mampu mencegah terjadinya kehancuran
seluruh struktur sebelum proses redistribusi momen dan tegangan terwujud.
3. Struktur kolom komposit seperti tampak pada gambar 1. Merupakan komponen
struktur tekan yang diperkuat pada arah memanjang dengan gelagar baja profil atau
pipa, dengan atau tanpa diberi batang tulangan pokok memanjang.

2. Balok
Balok juga merupakan salah satu pekerjaan beton bertulang. Balok merupakan
bagian struktur yang digunakan sebagai dudukan lantai dan pengikat kolom lantai
atas.Fungsinya adalah sebagai rangka penguat horizontal bangunan akan beban-beban.
Persyaratan balok menurut PBBI 1971.N.I – 2 hal. 91 sebagai berikut :
a. Lebar badan balok tidak boleh diambil kurang dari 1/50 kali bentang bersih. Tinggi
balok harus dipilih sedemikian rupa hingga dengan lebar badan yang dipilih.
b. Untuk semua jenis baja tulangan, diameter (diameter pengenal) batang tulangan
untuk balok tidak boleh diambil kurang dari 12 mm. Sedapat mungkin harus
dihindarkan pemasangan tulangan balok dalam lebih dari 2 lapis, kecuali pada
keadaan-keadaan khusus.
c. Tulangan tarik harus disebar merata didaerah tarik maksimum dari penampang.
d. Pada balok-balok yang lebih tinggi dari 90 cm pada bidang-bidang sampingnya
harus dipasang tulangan samping dengan luas minimum 10% dari luas tulangan
tarik pokok.Diameter batang tulangan tersebut tidak boleh diambil kurang dari 8
mm pada jenis baja lunak dan 6 mm pada jenis baja keras.

15
e. Pada balok senantiasa harus dipasang sengkang. Jarak sengkang tidak boleh diambil
lebih dari 30 cm, sedangkan dibagian balok sengkang-sengkang bekerja sebagai
tulangan geser. Atau jarak sengkang tersebut tidak boleh diambil lebih dari 2/3 dari
tinggi balok. Diameter batang sengkang tidak boleh diambil kurang dari 6 mm pada
jenis baja lunak dan 5 mm pada jenis baja keras.
3. Plat Lantai
Plat lantai adalah lantai yang tidak terletak di atas tanah langsung, jadi
merupakan lantai tingkat. Plat lantai ini didukung oleh balok-balok yang bertumpu pada
kolom-kolom bangunan.
Ketebalan plat lantai ditentukan oleh :
a. Besar lendutan yang diijinkan
b. Lebar bentangan atau jarak antara balok-balok pendukung
c. Bahan konstruksi dan plat lantai
Berdasarkan aksi strukturalnya, pelat dibedakan menjadi empat (Szilard, 1974)
a. Pelat kaku
Pelat kaku merupakan pelat tipis yang memilikki ketegaran lentur (flexural
rigidity), dan memikul beban dengan aksi dua dimensi, terutama dengan momen dalam
(lentur dan puntir) dan gaya geser transversal, yang umumnya sama dengan balok. Pelat
yang dimaksud dalam bidang teknik adalah pelat kaku, kecuali jika dinyatakan lain.
b. Membran
Membran merupakan pelat tipis tanpa ketegaran lentur dan memikul beban lateral
dengan gaya geser aksial dan gaya geser terpusat. Aksi pemikul beban ini dapat didekati
dengan jaringan kabel yang tegang karena ketebalannya yang sangat tipis membuat
daya tahan momennya dapat diabaikan.
c. Pelat flexibel
Pelat flexibel merupakan gabungan pelat kaku dan membran dan memikul beban
luar dengan gabungan aksi momen dalam, gaya geser transversal dan gaya geser
terpusat, serta gaya aksial. Struktur ini sering dipakai dalam industri ruang angkasa
karena perbandingan berat dengan bebannya menguntungkan.

16
d. Pelat tebal
Pelat tebal merupakan pelat yang kondisi tegangan dalamnya menyerupai kondisi
kontinu tiga dimensi
Bahan untuk Plat lantai dapat dibuat dari :
a. Plat Lantai Kayu
Ukuran Lebar papan umumnya 20-30cm. Tebal papan ukuran 2-3cm, dengan
jarak balok-balok pendukung antara 60-80cm. Ukuran balok berkisar antara 8/12, 8/14,
10/14. Untuk bentangan 3-3,5cm. Balok-balok kayu ini dapat diletakkan diatas
pasangan bata 1 batu atau ditopang oleh balok beton. Bahan kayu yang dipaki harus
mempunyai berat jenis antara 0,6-0,8 (t/m3) atau dari jenis kayu kelas II.
Keuntungannya :
1. Harga relative murah, berarti biaya bangunan rendah
2. Mudah dikerjakan, berarti pekerjaan lebih cepat selesai
3. Beratnya ringan, berarti menghemat ukuran fondasi
Kerugiannya :
1. Hanya boleh untuk konstruksi bangunan sederhana dengan beban ringan ringan
2. Bukan peredam suara yang baik
3. Sifat bahan “permeable” ( rembes air ), jadi tidak dapat dibuat KM/WC di lantai
atas
4. Mudah terbakar, jadi tidak dapat membuat dapur dilantai atas
5. Tidak dapat dipasang keramik
6. Dapat dimakan bubuk atau serangga, berarti keawetan bahan terbatas
7. Mudah rusak oleh pengaruh cuaca yang berubah-ubah.

Gambar 3.2 Plat Lantai Kayu

17
b. Plat Lantai Beton
Dipasang tulangan baja pada kedua arah, tulangan silang, untuk menahan
momen tarik dan lenturan. Untuk mendapatkan hubungan jepit-jepit, tulangan plat
lantai harus dikaitkan kuat pada tulangan balok penumpu. Perencanaan dan hitungan
plat lantai dan beton bertulang, harus mengikuti persyaratan yang tercantum dalam
buku SNI I Beton 1991.
Beberapa persyaratan tersebut antara lain :
a. Plat lantai harus mempunyai tebal sekurang-kurangnya 12cm, sedangkan untuk plat
atap sekurangkurangnya7cm
b. Harus diberi tulangan silang dengan diameter minimum 8mm dari baja lunak atau
baja sedang
c. Pada plat lantai yang tebalnya > 25cm harus dipasang tulangan rangkap atas bawah
d. Jarak tulangan pokok yang sejajar tidak kurang dari 2,5cm dan tidak lebih dari 20cm
atau dua kalitebal plat lantai, dipilih yang terkecil
e. Semua tulangan plat harus terbungkus lapisan beton setebal minimum 1cm, untuk
melindungi bajadari karat, korosi atau kebakaran
f. Bahan beton untuk plat harus dibuat dari campuran 1 semen : 2 pasir : 3 kerikil + air,
bila untuk lapiskedap air dibuat dari campuran 1semen : 1 ½ pasir : 2 ½ kerikil + air
secukupnya.

Gambar 3.2.1 Plat Lantai Beton

18
Plat-lantai beton dapat dibuat menerus/menjadi satu dengan plat luifel dengan
balok penumpu sebagai pembatasnya.
c. Plat Lantai Yumen ( Kayu Semen )
Plat lantai kayu semen ini dibuat dari potongan kayu apa saja dan kecil-kecil
yang kemudian dicampur semenyang berukuran 90cm x 80cm. plat lantai yumen ini
masih jarang digunakan karena termasuk bahan bangunan yang baru dan yumen ini
buatan dari Pabrik Semen Gresik.
Cara Pemasangan Yumen :
Sebelum dipasangi yumen, dack yang akan dibuat dipasangi kayu bangkirai 5/7 dengan
panjang yangsudah diatur dengan jarak 40cm. Kayu yang berjejer tersebut ditumpangi
ring balk dan dicor, setelah itu lembaran yumen dipasang berjejer rapat diatas kayu
tersebut lalu dibaut. Kemudian diatas yumen baru diberi rabat beton (1pc : 2ps : 3kr),
setelah kering dipasang keramik, kalau dilihat dari bawah, kayu tersebut tampak seperti
utuh. Untuk itu kayu tersebut bisa dipakai sebagai kayu ekspos (bisa dipolitur).
Sistem Pelat Satu Arah
Pada bangunan bangunan beton bertulang, suatu jenis lantai yang umum dan
dasar adalah tipe konstruksi pelat balok-balok induk (gelagar). Dimana permukaan pelat
itu dibatasi oleh dua balok yang bersebelahan pada sisi dan dua gelagar pada kedua
ujung. Pelat satu arah adalah pelat yang panjangnya dua kali atau lebih besar dari pada
lebarnya, maka hampir semua beban lantai menuju ke balok-balok dan sebagian kecil
saja yang akan menyakur secara langsung ke gelagar.
Kondisi pelat ini dapat direncanakan sebagai pelat satu arah dengan tulangan
utama sejajar dengan gelagar atau sisi pendek dan tulangan susut atau suhu sejajar
dengan balok-balok atau sisi panjangnya. Permukaan yang melendut dari sistem pelat
satu arah mempunyai kelengkungan tunggal. Sistem pelat satu arah dapat terjadi pada
pelat tunggal maupun menerus, asal perbandingan panjang bentang kedua sisi
memenuhi.
Sistem Pelat Dua Arah
Sistem pelat dua arah dapat terjadi pada pelat tunggal maupun menerus, asal
perbandingan panjang bentang kedua sisi memenuhi. Persyaratan jenis pelat lantai dua
arah jika perbandingan dari bentang panjang terhadap bentang pendek kurang dari dua

19
Beban pelat lantai pada jenis ini disalurkan ke empat sisi pelat atau ke empat
balok pendukung, akibatnya tulangan utama pelat diperlukan pada kedua arah sisi pelat.
Permukaan lendutan pelat mempunyai kelengkungan ganda.
4. Tangga
Tangga merupakan suatu komponen struktur yang terdiri dari plat, bordes dan
anak tangga yang menghubungkan satu lantai dengan lantai di atasnya. Tangga
mempunyai bermacam-macam tipe, yaitu tangga dengan bentangan arah horizontal,
tangga dengan bentangan ke arah memanjang, tangga terjepit sebelah (Cantilever
Stairs) atau ditumpu oleh balok tengah., tangga spiral (Helical Stairs), dan tangga
melayang (Free Standing Stairs).
Bagian-Bagian struktur tangga :
a. Ibu Tangga
Bagian konstruksi pokok yang berfungsi mendukung anak tangga. Ibu tangga
dapat merupakan konstruksi yang menjadi satu dengan rangka bangunannya.

Gambar 3.3 Tangga


Jenis-jenis tangga menurut strukturnya :
a. Tangga Plat
Tangga dengan faktor pendukung berupa plat (biasanya berupa plat beton
bertulang). Diatas tangga plat tangga yang miring ini terdapat anak tangga.

20
b. Tangga Balok
Tangga dengan struktur pendukung berupa balok (dapat berupa balok beton
bertulang, kayu atau baja profil)
c. Tangga kantilever
Anak-anak tangga berupa kantilever yang terjepit salah satu ujungnya di dalam
dinding atau balok.
Persyaratan pembuatan tangga adalah sebagai berikut :
1. Lebar tangga dan bordes memenuhi kebutuhan
2. Panjang tangga cukup, sehingga dapat memberikan aantrede optrede yang
proporsional, aman dan nyaman.
3. Sandaran yang cukup kuat dan aman
4. Memenuhi persyaratan struktural.

5. Dinding Geser
Dinding Geser (shear wall) adalah suatu struktur balok kantilever tipis yang
langsing vertikal, untuk digunakan menahan gaya lateral. Biasanya dinding geser
berbentuk persegi panjang, Box core suatu tangga, elevator atau shaft lainnya. Dan
biasanya diletakkan di sekeliling lift, tangga atau shaft guna menahan beban lateral
tanpa mengganggu penyusunan ruang dalam bangunan.
Dengan adanya dinding geser yang kaku pada bangunan, sebagian besar beban
gempa akan terserap oleh dinding geser tersebut. Menurut Tata Cara Perhitungan
Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung, SNI 03-2847-2006 (Purwono et al., 2007),
perencanaan geser pada dinding structural untuk bangunan tahan gempa didasarkan
pada besarnya gaya dalam yang terjadi akibat beban gempa. Namun, dalam prakteknya
masih terdapat keraguan akan keandalan hasil desain dinding geser berdasarkan konsep
ini. Hal ini menyebab kan masih disyaratkannya konsep desain kapasitas untuk
perencanaan dinding geser dalam berbagai proyek gedung tinggi di Indonesia. Menurut
konsep desain kapasitas, kuat geser dinding didesain berdasarkan momen maksimum
yang paling mungkin terjadi di dasar dinding.
Dalam prakteknya dinding geser selalu dihubungkan dengan system rangka
pemikul momen pada gedung. Dinding struktural yang umum digunakan pada gedung
tinggi adalah dinding geser kantilever dan dinding geser berangkai. Berdasarkan SNI

21
03-1726-2002 (BSN, 2002), dinding geser beton bertulang kantilever adalah suatu
subsistem struktur gedung yang fungsi utamanya adalah untuk memikul beban geser
akibat pengaruh gempa rencana. Kerusakan pada dinding ini hanya boleh terjadi akibat
momen lentur (bukan akibat gaya geser), melalui pembentukkan sendi plastis di dasar
dinding.
Penempatan dinding geser ada 2 macam :
1. Dinding geser sebagai dinding tunggal
2. Dinding geser yang disusun membentuk core (inti).

Jenis dinding geser berdasarkan variasi susunan dinding geser dalam denah dibagi atas :
1. Dinding geser sebagai dinding eksterior
2. Dinding geser sebagai dinding interior
3. Dinding geser simetri
4. Dinding geser asimetri
5. Dinding geser penuh selebar bangunan
6. Dinding geser hanya sebagian dari lebar bangunan

6. Dinding
Dinding adalah bagian bangunan yang terletak di bagian atas sloof dimana
dinding berfungsi sebagai penutup bagaian badan bangunan, penyekat antar ruangan,
sebagai elemen estetika / keindahan bangunan bahkan sebagai elemen pemikul
konstruksi bagian bangunan lain yang ada diatasnya dan meneruskannya ke balok sloof.
Dinding adalah suatu struktur padat yang membatasi dan kadang melindungi
suatu area. Umumnya, dinding membatasi suatu bangunan dan menyokong struktur
lainnya, membatasi ruang dalam bangunan menjadi ruangan-ruangan, atau melindungi
atau membatasi suatu ruang di alam terbuka. Tiga jenis utama dinding struktural adalah
dinding bangunan, dinding pembatas (boundary), serta dinding penahan (retaining).
Dinding bangunan memiliki dua fungsi utama, yaitu menyokong atap dan
langit-langit, membagi ruangan, serta melindungi terhadap intrusi dan cuaca. Dinding
pembatas mencakup dinding privasi, dinding penanda batas, serta dinding kota. Dinding
jenis ini kadang sulit dibedakan dengan pagar. Dinding penahan berfungsi sebagai

22
penghadang gerakan tanah, batuan, atau air dan dapat berupa bagian eksternal ataupun
internal suatu bangunan.
Jenis dinding :

 Dinding Partisi : Dinding ringan yang memisahkan antar ruang dalam.


Terbuat dari gypsum, fiber, tripleks atau Duplex.
 Dinding Pembatas : Untung menandakan batas lahan. Atau bisa disebut
dinding Privasi.
 Dinding Penahan : Digunakan pada tanah yang berkontur dan dibutuhkan
struktur tambahan untuk menahan tekanan tanah.
 Dinding Struktural : Untuk menopang atap dan sama sekalitidak
menggunakan cor beton untuk kolom. Konstruksinya 100% mengandalkan
pasangan batubata dan semen.
 Dinding Non-Struktural : Dinding yang tidak menopang beban, hanya
sebagai pembatas apabila dinding di robohkan, maka bangunan tetap berdiri.
beberapa material dinding non-struktural diantaranya seperti batu bata,
batako, bata ringan, kayu dan kaca.

Gambar 3.4 Dinding

23
7. Pintu, jendela dan ventilasi

Gambar 3.5 Pintu, Jendela dan Ventilasi

a. Pintu adalah tempat keluar masuk orang, hewan, udara , cahaya, barang, dsb
keluar / kedalam bangunan atau ruangan.
b. Jendela adalah tempat keluar masuknya udara maupun cahaya kedalam
bangunan yang bisa dibuka dan ditutup.
c. Ventilasi adalah tempat keluar masuknya udara maupun cahaya kedalam
bangunan yang selalu terbuka. Letak ketiga elemen bangunan ini menjadi satu
kesatuan dengan dinding bangunan.
8. Balok latei/lintel

Gambar 3.6 Balok Latei/lintel


Balok Latei / Lintel adalah balok beton yang terletak diatas kusen pintu dan
jendela dimana fungsi dari balok ini adalah agar kusen tidak menerima beban langsung

24
dari atas melainkan dipikul oleh balok ini sehingga kusen akan tetap kuat dan tidak
melengkung karena berat beban dari atas dan ketika terjadi gempa beban tidak menimpa
langsung kusen sehingga daun pintu tidak terjepi kusan serta bebas dibuka dan menjadi
tempat untuk evekuasi.
9. Balok Ring

Gambar 3.7 Balok Ring


Balok Ring adalah balok beton yang terletak diatas dinding bangunan. Balok ini
berfungsi mengikat dinding yang ada dibawahnya, stabilisator dan pengunci ujung atas
balok kolom, serta menerima beban dari rangka atap atau bagian lain yang ada
diatasnya meratakannya lalu meneruskannya kebagian bangunan yang ada dibawahnya
terutama pada balok kolom.
10. Langit-langit

Gambar 3.8 Langit-Langit


Langit – langit adalah bagian bangunan yang menjadi pembatas antara konstruksi atap
dengan ruangan yang ada didalam bangunan. Fungsi dari langit – langit ini adalah :

 Agar ruangan dibawahnya tampak bersih dan tidak kelihatan rangka atapnya.
 Menahan kotoran / percikan air yang jatuh dari celah – celah bidang atap.

25
 Mengurangi panas dan sinar matahari melalui bidang atap.
 Sebagai tempat memasang / jalur instalasi listrik.
11. Plat lantai

Plat lantai adalah lantai yang tidak terletak di atas tanah langsung, jadi merupakan lantai
tingkat. Plat lantai ini didukung oleh balok-balok yang bertumpu pada kolom-kolom
bangunan.
Ketebalan plat lantai ditentukan oleh :

 Besar lendutan yang diijinkan.


 Lebar bentangan atau jarak antara balok-balok pendukung.
 Bahan konstruksi dan plat lanta.

Berdasarkan aksi strukturalnya, pelat dibedakan menjadi empat (Szilard, 1974)

 Pelat kaku.
 Membran.
 Pelat flexible.
 Pelat tebal.

Bahan untuk Plat lantai dapat dibuat dari :

 Plat Lantai Kayu.


 Plat Lantai Beton.
 Plat Lantai Yumen ( Kayu Semen ).

12. Kuda-kuda

Kontruksi kuda-kuda adalah suatu komponen rangka batang yang berfungsi untuk
mendukung beban atap termasuk juga beratnya sendiri dan sekaligus dapat memberikan
bentuk pada atapnya. Kuda – kuda merupakan penyangga utama pada struktur atap.
Umumnya kuda-kuda terbuat dari :

1) Kuda-kuda kayu

Digunakan sebagai pendukung atap dengan bentang sekitar 12 m.

26
2) Kuda-kuda bamboo

Pada umumnya mampu mendukun beban atap sampai dengan 10 m.

3) Kuda-kuda baja

Sebagai pendukung atap, dengan sistem frame work atau lengkung dapar mendukung
beban atap sampai beban atap sampai dengan bentang 75 m, seperti pada hanggar
pesawat, stadion olahraga, bangunan pabrik, dan lain-lain.

4) Kuda-kuda dari beton bertulang

Dapat digunakan pada atap dengan bentang sekitar 10 hingga 12 m.


Pada dasarnya konstruksi kuda-kuda terdiri dari rangkaian batang yang selalu
membentuk segitiga. Kuda-kuda diletakkan di atas dua tembok selaku tumpuannya.
Perlu diperhatikan bahwa tembok diusahakan tidak menerima gaya horizontal maupun
momen, karena tembok hanya mampu menerima beban vertikal saja. Kuda-kuda
diperhitungkan mampu mendukung beban-beban atap dalam satu luasan atap tertentu.
Beban-beban yang dihitung adalah beban mati (yaitu berat penutup atap, reng, usuk,
gording, kuda-kuda) dan beban hidup (angin, air hujan, orang pada saat
memasang/memperbaiki atap).
13. Atap
Struktur atap adalah bagian bangunan yang menahan /mengalirkan beban-beban
dari atap. Struktur atap terbagi menjadi rangka atap dan penopang rangka atap. Rangka
atap berfungsi menahan beban dari bahan penutup atap sehingga umumnya berupa
susunan balok –balok (dari kayu/bambu/baja) secara vertikal dan horizontal –kecuali
pada struktur atap dak beton. Berdasarkan posisi inilah maka muncul istilah
gording,kasau dan reng. Susunan rangka atap dapat menghasilkan lekukan pada atap
(jurai dalam/luar) dan menciptakan bentuk atap tertentu. Penopang rangka atap adalah
balok kayu yang disusun membentuk segitiga,disebut dengan istilah kuda-kuda. Kuda-
kuda berada dibawah rangka atap,fungsinya untuk menyangga rangka atap. Sebagai
pengaku,bagian atas kuda-kuda disangkutkan pada balok bubungan,sementara kedua
kakinya dihubungkan dengan kolom struktur untuk mengalirakan beban ke tanah.

27
Secara umum dikenal 4 jenis struktur atap yaitu:

1) struktur dinding (sopi-sopi) rangka kayu.


2) kuda-kuda dan rangka kayu.
3) struktur baja konvensional.
4) struktur baja ringan.
a) Atap dan bagian-bagiannya:
1) jurai dalam

Jurai dalam ialah bagian yang tajam pada atap,berjalan dari garis tiris atap sampai
bubungan,dan terdapat pada pertemuan dua bidang atap pada sudut bangunan kedalam.

2) jurai luar

Jurai luar,ialah bagian yang tajam pada atap,berjalan dari garis tiris atap sampai
bubungan,terdapat pada pertemuan dua bidang atap pada sudut bangunan ke luar.

3) bubungan (nok)

Merupakan sisi atap yang teratas,selalu dalam keadaan datar dan umumnya menentukan
arah bangunan.

4) Gording

Balok atap sebagai pengikat yang menghubungkan antar kuda-kuda. Gording juga
menjadi dudukan untuk kasau dan balok jurai dalam.

5) Kasau

Komponen atap yang terletak diatas gording dan menjadi dudukan untuk reng.

6) Reng

Komponen atap yang memiliki profil paling kecil dalam bentuk dan ukurannya.
Posisinya melintang diatas kasau. Reng berfungsi sebagai penahan penutup atap
(genteng dan lain-lain). Fungsi lainnya adalah sebagai pengatur jarak tiap genteng agar
rapi dan lebih “terikat”. Jarak antar reng tergantung pada ukuran genteng yang akan
dipakai. Semakin besar dimensi genteng,semakin sedikit reng sehingga biaya pun lebih
hemat.

28
b) Penutup Atap

Penutup merupakan bagian yang menutupi atap secara keseluruhan sehingga terciptalah
ambang atas yang membatasi kita dari alam luar. Ada berbagai pilihan penutup atap
dengan pilihan bentuk dan sifat yang berbeda. Dua faktor utama yang harus
dipertimbangkan dalam pemilihannya adalah faktor keringanan material agar tidak
terlalu membebani struktur bangunan dan faktor keawetan terhadap cuaca
(angin,panas,hujan). Faktor lain adalah kecocokan/keindahan terhadap desain rumah.
Ukuran dan desain dari penutup atap juga memberi pengaruh pada struktur,misalnya
konstruksi kuda-kuda,ukuran reng,dan sudut kemiringan.

c) Komponen pelengkap

Elemen pelengkap pada atap selain berfungsi struktural juga estetis.

1) Talang

Saluran air pada atap yang berfungsi mengarahkan air agar jatuh ketanah disebut talang.
Talang dipasang mendatar mengikuti tiris atap kemudian dialirkan ke bawah melalui
pipa vertikal.

2) Lisplang

Dari segi konstruksi, lisplang menciptakan bentukan rigid (kokoh, tidak berubah) dari
susunan kasau. Pada pemasangan rangka penahan atap, batang-batang kasau hanya
ditahan oleh paku dan ada kemungkinan posisinya bergeser. Disinilah lisplang
berfungsi untuk mengunci susunan kasau tersebut agar tetap berada pada tempatnya.
Dari segi estetika, lisplang berfungsi menutupi kasau yang berjajar dibawah susunan
genteng/bahan penutup atap lain. Maka tampilan atap pada bagian tepi akan terlihat rapi
oleh kehadiran lisplang.

29
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Struktur adalah bagaimana bagian-bagian dari sesuatu berhubungan satu dengan
lain atau bagaimana sesuatu tersebut disatukan. Struktur adalah sifat fundamental bagi
setiap sistem. Identifikasi suatu struktur adalah suatu tugas subjektif, karena tergantung
pada asumsi kriteria bagi pengenalan bagian-bagiannya dan hubungan mereka.
Tujuan utama dari analisis struktur adalah untuk membantu perancang struktur
dalam membuat keputusan-keputusan penting dalam proses perancangan. Hasil dari
suau analisis struktur pada sebuah struktur pada beban-beban yang bekerja padanya
adalah respon dari struktur tersebut uang berupa :

 Perubahan posisi elemen-elemen atau bentuk konfigurasi struktur


 Gaya-gaya internal pada elemen-elemen struktur : gaya aksial, gaya geser,
momen lentur dan momen torsi.

4.2 Saran
Saran terhadap makalah ini adalah sekiranya dapat memberikan masukan dan
kritik demi kesempurnaan makalah ini agar dapat bermanfaat bagi mahasiswa dan
masyarakat tentang struktur bangunan sipil.

30

You might also like