Bab II Syarat

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 14

II.2.

Syarat-syarat dan Kriteria


Menurut Depkes RI (2002), ada beberapa prinsip standar rumah sehat. Prinsip ini dapat
dibedakan atas dua bagian:
1. Berkaitan dengan kebutuhan kesehatan, terdiri atas :
a. Perlindungan terhadap penyakit menular, melalui pengadaan air minum, sistem
sanitasi, pembuangan sampah, saluran air, kebersihan personal dan domestik,
penyiapan makanan yang aman dengan struktur rumah yang aman dengan memberi
perlindungan.
b. Perlindungan terhadap trauma/benturan, keracunan dan penyakit kronis dengan
memberikan perhatian pada struktur rumah, polusi udara rumah, polusi udara
dalam rumah, keamanan dari bahaya kimia dan perhatian pada pnggunaan rumah.
c. Stress psikologi dan sosial melalui ruang yang adekuat, mengurangi privasi,
nyaman, memberi rasa aman pada individu, keluarga dan akses pada rekreasi dan
sarana komunitas pada perlindungan terhadap bunyi.

2. Berkaitan dengan kegiatan melindungi dan meningkatkan kesehatan terdiri atas :


a. Informasi dan nasehat tentang rumah sehat dilakukan oleh petugas kesehatan
umumnya dan kelompok masyarakat melalui berbagai saluran media dan
kampanye.
b. Kebijakan sosial ekonomi yang berkaitan dengan perumahan harus mendukung
penggunaan tanah dan sumber daya perumahan untuk memaksimalkan aspek fisik,
mental dan sosial.
c. Pembangunan sosial ekonomi yang berkaitan dengan perumahan dan hunian harus
didasarkan pada proses perencanaan, formulasi dan pelaksanaan kebijakan publik
dan pemberian pelayanan dengan kerjasama intersektoral dalam manajemn dan
perencanaan pembangunan, perencanaan perkotaan dan penggunaan tanah, standar
rumah, disain, dan konstruksi rumah, pengadaan pelayanan bagi masyarakat dan
monitoring serta analisis situasi secara terus menerus.
d. Pendidikan pada masyarakat profesional, petugas kesehatan, perencanaan dan
penentuan kebijakan akan pengadaan dan penggunaan rumah sebagai sarana
peningkatan kesehatan.
e. Keikutsertaan masyarakat dalam berbagai tingkat melalui kgiatan mandiri diantara
keluarga dan perkampungan.
Menurut Depkes RI (2002), indikator rumah yang dinilai adalah komponen rumah yang
terdiri dari: langit-langit, dinding, lantai, jendela kamar tidur, jendela ruang keluarga dan ruang
tamu, ventilasi, dapur dan pencahayaan dan aspek perilaku. Aspek perilaku penghuni adalah
pembukaan jendela kamar tidur, pembukaan jendela ruang keluarga, pembersihan rumah dan
halaman.
Komponen-komponen rumah sehat
1. Lantai
Lantai harus cukup kuat untuk manahan beban di atasnya. Bahan untuk lantai biasanya
digunakan ubin, kayu plesteran, atau bambu dengan syarat-syarat:
 Rata
 Tidak mudah amblas
 Cukup keras sehingga tidak mudah tergerus permukaannya
 Kering
Lantai tanah stabilitas terdiri dari tanah, pasir, semen, dan kapur, seperti tanah tercampur
kapur dan semen, dan untuk mencegah masuknya air kedalam rumah sebaiknya lantai
dinaikkan 20 cm dari permukaan tanah. Lantai ubin adalah lantai yang terbanyak digunakan
pada bangunan perumahan karena: Lantai ubin murah/tahan lama, dapat mudah dibersihkan
dan tidak dapat mudah dirusak rayap.
Supaya lantai tidak mudah melesak atau amblas, dasarnya harus cukup kokoh dan padat
sehinga tidak mudah mengalami perubahan bangun kalau dibebani.

2. Dinding
Dinding harus tegak lurus agar dapat memikul berat sendiri, beban tekanan angin, dan
bila sebagai dinding pemikul harus pula dapat memikul beban diatasnya. Selain itu, dinding
harus terpisah dari pondasi oleh suatu lapisan air rapat air sekurang- kurangnya 15 cm di bawah
permukaan tanah sampai 20 cm di atas lantai bangunan, agar air tanah tidak dapat meresap naik
keatas, sehingga dinding tembok terhindar dari basah dan lembab dan tampak bersih tidak
berlumut.
Syarat lainnya adalah lubang jendela dan pintu pada dinding, bila lebarnya kurang dari 1
m dapat diberi susunan batu tersusun tegak diatas batu,batu tersusun tegak diatas lubang harus
dipasang balok lantai dari beton bertulang atau kayu awet. Untuk memperkuat berdirinya
tembok 1⁄2 bata digunakan rangka pengkaku yang terdiri dari plester-plester atau balok beton
bertulang setiap luas 12 meter.
3. Langit – langit
Dibawah kerangka atap/ kuda-kuda biasanya dipasang penutup yang disebut langit-langit
yang tujuannya antara lain:
a. Untuk menutup seluruh konstruksi atap dan kuda-kuda penyangga agar tidak
terlihat dari bawah, sehingga ruangan terlihat rapi dan bersih.
b. Untuk menahan debu yang jatuh dan kotoran yang lain juga menahan tetesan air
hujan yang menembus melalui celah-celah atap.
c. Untuk membuat ruangan antara yang berguna sebagai penyekat sehingga panas
atas tidak mudah menjalar kedalam ruangan dibawahnya.
Adapun persyaratan untuk langit-langit yang baik adalah:
a. Langit-langit harus dapat menahan debu dan kotoran lain yang jatuh dari atap.
b. Langit-langit harus menutup rata kerangka atap kuda-kuda penyangga dengan
konstruksi bebas tikus.
c. Tinggi langit-langit sekurang-kurangnya 2,40 dari permukaan lantai
d. Langit-langit kasaunya miring sekurang-kurangnya mempunyai tinggi rumah 2,40
m, dan tinggi ruang selebihnya pada titik terendah titik kurang dari 1,75m.
e. Ruang cuci dan ruang kamar mandi diperbolehkan sekurang kurangnya sampai
2,40 m.

4. Atap
Secara umum konstruksi atap harus didasarkan kepada perhitungan yang teliti dan dapat
dipertanggung jawabkan kecuali untuk atap yang sederhana tidak disyaratkan adanya
perhitungan-perhitungan. Maksud utama dari pemasangan atap adalah untuk melindungi
bagian-bagian dalam bangunan serta penghuninya terhadap panas dan hujan, oleh karena
itu harus dipilih penutup atap yang memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Rapat air serta padat dan Letaknya tidak mudah bergeser
b. Tidak mudah terbakar dan bobotnya ringan dan tahan lama
c. Bentuk atap bangunan tergantung terutama pada bentuk denah bangunannya dan
keinginan pemilik bangunan atau perencananya. Bentuk atap yang biasa digunakan
ialah bentuk atap datar dari konstruksi beton bertulang dan bidang atap miring dari
genteng, sirap, seng gelombang atau asbes semen gelombang. Pada bidang atap
miring mendaki paling banyak digunakan penutup/atap genteng karena harga
rumah dan cukup awet.
d. Ada batas tertentu bagi besarnya sudur kemiringan bidang atap, tergantung pada
bahan penutup yang akan digunakan. Bagi genteng kemiringan bidang atap
minimum 35o, dan maksimum kira-kira 60o. Kalau digunakan pelat seng atau
alumunium sebagai penutup atap, kemirngan bidang atap dibuat tidak kurang dari
18-200.

5. Pembagian Ruangan
Telah dikemukakan dalam persyaratan rumah sehat, bahwa rumah sehat harus mmpunyai
cukup banyak ruangan-ruangan seperti: ruang duduk/ruang makan, kamar tidur, kamar mandi,
jamban, dapur, tempat cuci pakaian, tempat berekreasi dan tempat beristirahat, dengan tujuan
agar setiap penghuninya merasa nikmat dan merasa betah tinggal di rumah tersebut. Adapun
syarat-syarat pembagian ruangan yang baik adalah sebagai berikut:
a. Adanya pemisah yang baik antara ruangan kamar tidur kepala keluarga (suami istri)
dengan kamar tidur anak-anak, baik laki-laki maupun perempuan, terutama anak-
anak yang sudah dewasa.
b. Memilih tata ruangan yang baik, agar memudahkan komunikasi dan perhubungan
antara ruangan didalam rumah dan juga menjamin kebebasan dan kerahasiaan
pribadi masing-masing terpenuhi.
c. Tersedianya jumlah kamar/ruangan kediaman yang cukup dengan luas lantai
sekurang-kurangnya 6 m2 agar dapat memenuhi kebutuhan penghuninya untuk
melakukan kgiatan kehidupan.
d. Bila ruang duduk digabung dengan ruang tidur, maka luas lantai tidak boleh kurang
dari 11 m2 untuk 1 orang, 14 m2 bila digunakan 2 orang, dalam hal ini harus
dipisah.
e. Dapur (a) Luas dapur minimal 14 m2 dan lebar minimal 1,5 m2, (b) Bila penghuni
tersebut lebih dari 2 orang, luas dapur tidak boleh kurang dari 3 m2, (c) Di dapur
harus tersedia alat-alat pengolahan makanan, alat-alat masak, tempat cuci peralatan
dan air bersih, (d) Didapur harus tersedia tempat penyimpanan bahan makanan.
Atau makanan yang siap disajikan yang dapat mencegah pengotoran makanan oleh
lalat, debu dan lain-lain dan mencegah sinar matahari langsung.
f. Kamar Mandi dan jamban keluarga
 Setiap kamar mandi dan jamban paling sedikit salah satu dari dindingnya
yang berlubang ventilasi berhubungan dengan udara luar. Bila tidak harus
dilengkapi dengan ventilasi mekanis untuk mengeluarkan udara dari kamar
mandi dan jamban tersebut, sehingga tidak mengotori ruangan lain.
 Pada setiap kamar mandi harus bersih untuk mandi yang cukup jumlahnya.
 Jamban harus berleher angsa dan 1 jamban tidak boleh dari 7 orang bila
jamban tersebut terpisah dari kamar mandi.

6. Ventilasi
Ventilasi adalah proses penyediaan udara segar kedalam suatu ruangan dan pengeluaran
udara kotoran suatu ruangan tertutup baik alamiah maupun secara buatan. Ventilasi harus
lancar diperlukan untuk menghindari pengaruh buruk yang dapat merugikan kesehatan
manusia pada suatu ruangan kediaman yang tertutup atau kurang ventilasi. Pengaruh-pengaruh
buruk itu ialah (Gunawan; 2009) :
a. Berkurangnya kadar oksigen diudara dalam ruangan kediaman.
b. Bertambahnya kadar asam karbon (CO2) dari pernafasan manusia.
c. Bau pengap yang dikeluarkan oleh kulit, pakaian dan mulut manusia.
d. Suhu udara dalam ruangan naik karena panas yang dikeluarkan oleh badan
manusia.
e. Kelembaban udara dalam ruang kediaman bertambah karena penguapan air
dan kulit pernafasan manusia.
Dengan adanya ventilasi silang (cross ventilation) akan terjamin adanya gerak udara
yang lancar dalam ruang kediaman. Caranya ialah dengan memasukkan kedalam ruangan udara
yang bersih dan segar melalaui jendela atau lubang angin di dinding, sedangkan udara kotor
dikeluarkan melalui jendela/lubang angin di dinding yang berhadapan.
Tetapi gerak udara ini harus dijaga jangan sampai terlalu besar dan keras, karena gerak
angin atau udara angin yang berlebihan meniup badan seseorang, akan mengakibatkan
penurunan suhu badan secara mendadak dan menyebabkan jaringan selaput lendir akan
berkurang sehingga mengurangi daya tahan pada jaringan dan memberikan kesempatan kepada
bakteri-bakteri penyakit berkembang biak, dan selanjutnya menyebabkan gangguan kesehatan,
yang antara lain : masuk angin, pilek atau kompilasi radang saluran pernafasan. Gejala ini
terutama terjadi pada orang yang peka terhadap udara dingin. Untuk menghindari akibat buruk
ini , maka jendela atau lubang ventilasi jangan terlalu besar/banyak, tetapi jangan pula terlalu
sedikit. Perencanaan ventilasi menurut Pedoman Peraturan Bangunan Nasional tahun 1989:
1. Sekurang-kurangnya terdapat satu atau lebih banyak jendela/lubang yang langsung
berhubungan dengan udara dan bebas dari rintangan-rintangan, jumlah luas bersih
jendela/lubang itu harus sekurang-kurangnya sama 1/10 dari luas lantai ruangan, dan
setengah dari jumlah luas jendela/lubang itu harus dapat dibuka.
2. Jendela/lubang angin itu harus meluas kearah atas sampai setinggi minimal 1,95 diatas
permukaan lantai.
3. Diberi lubang hawa atau saluran angin pada dan/atau dekat permukaan langit-langit
(ceiling) yang luas bersihnya sekurang-kurangnya 5% dari luas lantai yang
bersangkutan. Pemberian lubang hawa/saluran angin dekat dengan langit-langit bergua
sekali untuk mengluarkan udara panas dibagian atas dalam ruangan tersebut.
Jika ventilasi alamiah untuk pertukaran udara dalam ruangan kurang memenuhi syarat,
sehingga udara dalam ruangan akan berbau pengap, maka diperlukan suatu sistem
pembaharuan udara mekanis. Untuk memperbaiki keadaan udara dalam ruangan, sistem
mekanis ini harus bekerja terus menerus selama ruangan yang dimaksud digunakan. Alat
mekanis yang biasa digunakan/dipakai untuk sistem pembaharuan udara mekanis adalah kipas
angin (ventilating, fan atau exhauster), atau air conditioning.

7. Pencahayaan
Cahaya yang cukup kuat untuk penerangan didalam rumah merupakan kebutuhan
manusia. Penerangan ini dapat diperoleh dengan pengaturan cahaya buatan dan cahaya alam.
a. Pencahayaan alam diperoleh dengan masuknya sinar matahari ke dalam ruangan
melalaui jendela, celah-celah atau bagian ruangan yang terbuka. Sinar sebaiknya
tidak terhalang oleh bangunan, pohon-pohon maupun tembok pagar yang tinggi.
Kebutuhan standar cahaya alam yang memenuhi syarat kesehatan untuk kamar
keluarga dan kamar tidur mnurut WHO 60-120 Lux. Suatu cara untuk menilai baik
atau tidaknya penerangan alam yang terdapat dalam rumah, adalah sebagai berikut
:
 Baik, bila jelas membaca koran dengan huruf kecil. b. Cukup, bila samar-
samar membaca huruf kecil.
 Kurang, bila hanya huruf besar yang terbaca.
 Buruk, bila sukar membaca huruf besar.
Pemenuhan kebutuhan cahaya untuk penerangan alamiah sangat ditentukan oleh
letak dan lebar jendela. Untuk memperoleh jumlah cahaya matahari pada pagi hari
secara optimal sebaiknya jendela kamar tidur menghadap ke timur. Luas jendela
yang baik paling sedikit mempunyai luas 10-20 % dari luas lantai. Apabila luas
jendela melebihi 20 % dapat menimbulkan kesilauan dan panas, sedangkan
sebaliknya kalau terlalu kecil dapat menimbulkan suasana gelap dan pengap.
b. Pencahayaan buatan dapat diatur dengan memilih sistem penerangan dengan suatu
pertimbangan hendaknya penerangan tersebut dapat menumbuhkan suasana rumah
yang lebih menyenangkan. Lampu Flouresen (neon) sebagai sumber cahaya dapat
memenuhi kebutuhan penerangan karena pada penerangan yang relatif rendah
mampu menghasilkan cahaya yang baik bila dibandingkan dengan penggunaan
lampu pijar. Bila ingin menggunakan lampu pijar sebaiknya dipilih yang warna
putih dengan dikombinasikan beberapa lampu neon.
Untuk penerangan malam hari alam ruangan terutama untuk ruang baca dan ruang
kerja, penerangan minimum adalah 150 lux sama dengan 10 watt lampu TL, atau
40 watt dengan lampu pijar.

II.2.2. Sarana Sanitasi


A. Penyediaan Air Bersih
Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya
memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak. Air minum adalah
air yang syaratnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum yang berasal
dari penyediaan air minum (Depkes RI,2002).
Sarana air bersih adalah semua sarana yang dipakai sebagai sumber air bagi penghuni
rumah untuk digunakan bagi penghuni rumah yang digunakan untuk kehidupan sehari-
hari.
Setiap rumah harus memenuhi syarat-syarat teknik penyehatan, terutama syarat yang
menyangkut kesehatan lingkungan dan pencegahan pengotoran lingkungan. Oleh karena
itu, rumah perlu dilengkapi dengan fasilitas penyediaan air bersih untuk makan, minum,
mandi, cuci, dsb. Selain itu, diperlukan juga fasilitas sanitas untuk mencegah pengotoran
lingkungan. Suatu bangunan rumah tinggal perlu dilengkapi dengan kamar mandi, WC,
bak cuci tangan, bak cuci piring, dan tempat cuci pakaian.

Yang perlu diperhatikan antara lain:


1. Jarak antara sumber air dengan sumber pengotoran (seperti septik tank, tempat
pembuangan sampah, air limbah) minimal 10 meter.
2. Pada sumur gali sedalam 3 meter dari permukaan tanah dibuat kedap air, yaitu
dilengkapi dengan cincin dan bibir sumur
3. Penampungan air hujan pelindung air, sumur artesis atau terminal air atau
perpipaan/kran atau sumur gali terjaga kebersihannya dan dipelihara rutin. Jumlah air
untuk keperluan rumah tangga per hari per kapita tidaklah sama pada tiap negara. Pada
umumnya dapat dikatakan dinegara-negara yang sudah maju, jumlah pemakaian air per
hari per kapita lebih besar dari pada negara-negara yang sedang berkembang.
Menurut peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
416/Menkes/Per/IX/1990, Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-
hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum setelah dimasak. Air
bersih didapat dari sumber mata air yaitu air tanah, sumur, air tanah dangkal, sumur artetis
atau air tanah dalam. Air bersih ini termasuk golongan B yaitu air yang dapat digunakan
sebagai air baku air minum.
Kualitas air bersih apabila ditinjau berdasarkan kandungan bakterinya menurut SK.
Dirjen PPM dan PLP No. 1/PO.03.04.PA.91 dan SK JUKLAK Pedoman Kualitas Air
Tahun 2000/2001, dapat dibedakan ke dalam 5 kategori sebagai berikut:
1. Air bersih kelas A ketegori baik mengandung total koliform kurang dari 50
2. Air bersih kelas B kategori kurang baik mengandung koliform 51-100
3. Air bersih kelas C kategori jelek mengandung koliform 101-1000
4. Air bersih kelas D kategori amat jelek mengandung koliform 1001-2400
5. Air bersih kelas E kategori sangat amat jelek mengandung koliform lebih 2400
B. Penggunaan Jamban
Pembuangan tinja manusia yang terinfeksi yang dilaksanakan secara tidak layak tanpa
memenuhi persyaratan sanitasi dapat menyebabkan terjadinya pencemaran tanah dan
sumber-sumber penyediaan air. Disamping itu, juga akan dapat memberi kesempatan bagi
lalat-lalat dari species tertentu untuk bertelur, bersarang, makan bahan tersebut, serta
membawa infeksi, menarik hewan ternak, tikus serta serangga lain yang dapat
menyebarkan tinja dan kadang-kadang menimbulkan bau yang tidak dapat ditolerir.
Atas dasar hal tersebut, maka perlu dilakukan penanganan pembungan tinja yang
memenuhi persyaratan sanitasi. Tujuan dilakukannya pembuangan tinja secara saniter
adalah untuk menampung serta mengisolir tinja sedemikian rupa sehingga dapat tercegah
terjadinya hubungan langsung maupun tidak langsung antara tinja dengan manusia, dan
dapat dicegah terjadinya penularan faecal borne diseases dari penderita kepada orang yang
sehat, maupun pencemaran lingkungan pada umumnya.
Adapun persyaratan sarana pembuangan tinja yang baik dan memenuhi syarat kesehatan
adalah:
1. Tidak terjadi kontaminasi pada tanah permukaan.
2. Tidak terjadi kontaminasi pada air tanah yang mungkin masuk ke mata air atau sumur.
3. Tidak terjadi kontaminasi pada air permukaan.
4. Excreta tidak dapat dijangkau oleh lalat atau kuman.
5. Tidak terjadi penanganan Excreta segar. Apabila tidak dapat dihindarkan, harus ditekan
seminimal mungkin.
6. Harus bebas dari bau serta kondisi yang tidak sedap.
7. Metode yang digunakan harus sederhana serta murah dalam pembangunan dan
penyelenggaraannya.
Cara pembuangan tinja yang dianjurkan dari aspek kesehatan lingkungan, antara lain:
1. Kakus Cubluk (pit privy)
2. Kakus cair (agua privy)
3. Kakus leher angsa atau angsa trine
C. Sarana Pembuangan Sampah
Pembuangan sampah adalah kegiatan menyingkirkan sampah dengan metode tertentu
dengan tujuan agar sampah tidak lagi mengganggu kesehatan lingkungan atau kesehatan
masyarakat. Ada dua istilah yang harus dibedakan dalam lingkup pembuangan sampah
solid waste (pembuangan sampah saja) dan final disposal (pembuangan akhir). (Sarudji.
D,2006)
Pembuangan sampah yang berada di tingkat pemukiman yang perlu diperhatikan adalah:
a. Penyimpanan setempat (onsite storage)
Penyimpanan sampah setempat harus menjamin tidak bersarangnya tikus,
lalat dan binatang pengganggu lainnya serta tidak menimbulkan bau. Oleh karena itu
persyaratan kontainer sampah harus mendapatkan perhatian.
b. Pengumpulan sampah
Terjaminnya kebersihan lingkungan pemukiman dari sampah juga tergantung pada
pengumpulan sampah yang diselenggarakan oleh pihak pemerintah atau oleh pengurus
kampung atau pihak pengelola apabila dikelola oleh suatu real estate misalnya.
Keberlanjutan dan keteraturan pengambilan sampah ke tempat pengumpulan merupakan
jaminan bagi kebersihan lingkungan pemukiman.
Sampah terutama yang mudah membusuk (garbage) merupakan sumber makanan lalat
dan tikus. Lalat merupakan salah satu vektor penyakit terutama penyakit saluran
pencernaan seperti Thypus abdominalis, Cholera. Diare dan Dysentri (Sarudji, 2006)

D. Pembuangan Air Limbah


Air limbah adalah air yang tidak bersih mengandung berbagai zat yang bersifat
membahayakan kehidupan manusia ataupun hewan, dan lazimnya karena hasil perbuatan
manusia. sumber air limbah yang lazim dikenal adalah :
1. Berasal dari rumah tangga misalnya air, dari kamar mandi, dapur.
2. Berasal dari perusahaan misalnya dari hotel, restoran, kolam renang
3. Berasal dari industri seperti dari pabrik baja, pabrik tinta dan pabrik cat
4. berasal dari sumber lainnya seperti air tinja yang tercampur air comberan, dan
lain sebagainya.

II.3. Standar dan Peraturan Rumah Sehat


1. Koefisien Dasar Bangunan (KDB) dan Koefisien Luar Bangunan (KLB)
Koefisien Dasar Bangunan (KDB), yaitu angka persentase perbandingan antara luas seluruh
lantai dasar bangunan gedung yang dapat dibangun dan luas lahan/ tanah yang dikuasai.
Koefisien Lantai Bangunan (KLB), yaitu angka persentase perbandingan antara jumlah seluruh
luas lantai seluruh bangunan yang dapat dibangun dan luas lahan/tanah yang dikuasai.
Berdasarkan Perda No. 7 Tahun 1991 Pasal 86, untuk perhitungan KDB dan KLB, luas tapak
yang diperhitungkan adalah yang dibelakang GSJ (Garis Sempadan Jalan). Sedangkan untuk
perhitungan KDB dan KLB ditentukan sebagai berikut:
a. perhitungan luas lantai adalah jumlah luas lantai yang diperhitungkan sampai batas
dinding terluar,
b. luas lantai ruangan beratap yang mempunyai dinding lebih dari 1,20 m di atas lantai
ruangan tersebut, dihitung penuh 100%,
c. luas lantai ruangan beratap yang bersifat terbuka atau mempunyai dinding tidak lebih
dari 1,20 m di atas lantai ruang, dihitung 50% selama tidak melebihi 10% dari luas
denah yang diperhitungkan sesuai dengan KDB yang ditetapkan;
d. overstek atap yang melebihi lebar 1,50 m maka luas mendatar kelebihannya tersebut
dianggap sebagai luas lantai denah;
e. luas lantai ruangan yang mempunyai tinggi dinding lebih dari 1,20 m diatas lantai
ruangan dihitung 50% selama tidak melebihi 10% dengan KDB yang ditetapkan
sedangkan luas lantai ruangan selebihnya dihitung 100%;
f. teras tidak beratap yang mempunyai tinggi dinding tidak lebih dari 1,20 m di atas lantai
teras, tidak diperhitungkan;
g. dalam perhitungan KLB luas lantai di bawah tanah diperhitungkan seperti luas lantai di
atas tanah;
h. luas lantai bangunan yang diperhitungkan untuk parkir tidak diperhitungkan dalam
perhitungan KLB asal tidak melebihi 50% dari KLB yang ditetapkan, selebihnya
diperhitungkan 50% terhadap KLB;
i. lantai bangunan parkir diperkenankan mencapai 150% dari KLB yang ditetapkan;
j. ramp dan tangga terbuka dihitung 50% selama tidak melebihi 10% dari luas lantai dasar
yang diperkenankan.

 Garis Sempadan Bangunan (GSB)


Merupakan garis yang membatasi jarak minimum sisi bangunan terluar yang diizinkan dari
daerah milik jalan sampai dengan sisi dinding bangunan terluar.

 Garis Sempadan Jalan (GSJ)


Merupakan garis batas perkarangan terdepan. Garis tersebut menjadi batasterdepan pagar
halaman yang dapat dibangun. Pada GSJ terdapat jalur instalasi air, listrik, gas serta saluran
pembuangan.

 Garis Jarak Bebas Samping (GJBS)


Berfungsi untuk memenuhi persyaratan kesehatan, kenyamanan, dan keindahan. Dengan
terdapatnya GJBS, maka memungkinkan sirkulasi udara yang baik ke dalam ruangan untuk
mengurangi panas dan lembab. Sinar matahari juga dapat masuk ke dalam rumah untuk
penghawaan dan pencahayaan. GJBS juga dapat melindungi bangunan dari panas matahari dan
hempasan air hujan.

 Garis Jarak Bebas Belakang (GJBB)


Merupakan garis batas bangunan yang boleh didirikan pada bagian belakang terhadap batas
pekarangan bagian belakang. Halaman kosong di belakang rumah minimal mempunyai
lebar sama dengan panjang garis bebas belakang yang ditentukan. GJBB berfungsi untuk
memungkinkan sirkulasi udara dan pencahayaan alami ke dalam ruangan. Jika ditanami dengan
tumbuhan dapat menambah kesejukan dan volume oksigen bagi penghuni rumah. GJBB juga
dapat menghindari bahaya kebakaran karena bangunan tidak saling rapat satu sama lain.

 Gambar tentang GSB, GSJ, GJBS, GJBB

II.4. Bangunan Tahan Gempa untuk Rumah Tinggal


Gempa dapat menyebabkan tanah di bawah bangunan dan sekitarnya tergoncang dan
bergerak secara tidak beraturan. Tanah akan bergerak dalam tiga dimensi sehingga membentuk
frekuensi getaran. Getaran tersebut akan menjadi gaya inersia yang bekerja pada tiap elemen
bangunan dan mengakibatkan bangunan ikut terguncang. Gaya inersia tersebut bergantung
pada massa dan kekakuan bangunan. Semakin besar massa dan kaku suatu bangunan, maka
momen inersia yang bekerja semakin besar. Gempa tersebut akan menyebabkan berbagai
macam kerugian, yaitu:
1. Pecahnya fondasi dan lantai yang mengakibatkan bangunan turun atau miring.
2. Dinding, pintu, dan jendela retak atau pecah.
3. Rangka bangunan, plafon, dan atap mengalami deformasi atau pergeseran ke arah
horizontal dan menjadi labil. Sehingga ikatan antar elemen struktur lepas.
4. Dapat mengakibatkan korsleting listrik.
5. Kerugian total adalah bangunan tersebut rubuh.
Indonesia merupakan negara yang dilalui oleh tiga lempeng, sehingga merupakan kawasan
rawan gempa. Untuk itu, dalam membuat desain dan analisis bangunan harus memperhatikan
pengaruh gempa tersebut. Beberapa cara sederhana untuk mengurangi dampak gempa pada
bangunan tidak bertingkat (Puspantoro, 1996):
1. Denah yang sederhana dan simetris bermanfaat untuk mengurangi efek momen
punter oleh gempa yang terjadi.
2. Perencanaan ruang, dinding penyekat, serta pintu dan jendela sebaiknya simetris
dengan sumbu bangunan.
3. Bahan yang dipilih yang ringan, terutama untuk bagian atap.
4. Dinding dari pasangan bata tanpa struktur beton bertulang tidak boleh digunakan
untuk bangunan bertingkat.
5. Fondasi dan rangka bangunan harus diberi perkuatan.
6. Fondasi batu kali harus dibuat menerus di bawah seluruh pasangan bata dengan
diberi balok sloof di atasnya yang berfungsi untuk meratakan beban dari atas dan
penahan gaya lateral dari gempa.

 Pondasi
Pondasi merupakan bagian dari struktur yang paling bawah dan berfungsi untuk menyalurkan
beban ke tanah. Kedalaman minimum untuk pembuatan pondasi adalah 6—75 cm. Pondasi
harus memlikihubungan yang kuat dengan sloof. Hal ini dapat dilakukan dengan pembuatan
angkur antara sloof dan pondasi dengan jarak 1 m. Angkur dapat dibuat dari besi berdiameter
12 mm dengan panjang 20 -25 cm. Pondasi salah satu hal yang harus di perhatikan pada saat
membangun, karena pondasi termasuk salah satu bagian penting dalam bangunan.

 Beton
Beton adalah bagian umum pada bangunan, beton dapat di buat dengan mencampur
pasir(ageregat halus, kerikil (ageregat kasar) air dan semen.

 Beton Bertulang
Beton bertulang merupakan bagian terpenting dalam membuat rumah menjadi tahan gempa.
Pengerjaan dan kualitas dari beton bertulang harus sangat diperhatikan karena dapat
melindungi besi dari pengaruh luar, misalnya korosi. Para pekerja atau tukang suka
menganggap remeh fungsinya. Penggunaan alat bantu seperti molen atau vibrator
sangatdisarankan untuk menghasilkan beton dengan kualitas tinggi.

Syarat Minimum Strktur Bangunan Tahan Gempa


1. Bangunan tembokan bata/batako dengan perkuatan kayu
2. Bangunan tembokan bata/batako dengan perkuatan beton bertulang
3. - Bangunan papan kayu dengan perkuatan kayu
- Bangunan papan kayu dengan perkuatan kayu

You might also like