Liga Eropa Selama 100 Tahun". "Kutukan" Bella Gettmann Ini Terbukti Manjur, Hingga Saat Ini Benfica

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 3

Kutukan Bella Gettman, dan Menanti Patahnya Kutukan di Final Liga Champion

Arti kata kutukan menurut kamus bahasa Indonesia itu sangat menakutkan. Kutukan itu berarti berarti
sumpah (makian, nista, dan sebagainya); laknat (Tuhan). Malahan contoh kalimat yang dipakai untuk
menggambarkan kutukan itu adalah : kena kutukan Tuhan. Angker.

Keangkeran kutukan ini juga ternyata menyelimuti dunia Sepak bola. Beberapa peristiwa aneh yang
menyelimuti mandeknya prestasi sebuah klub pun dinilai disebabkan karena kutukan. Entah itu karena
kebiasaan yang akhirnya jadi mitos atau karena memang sumpah dari seseorang.

Untuk jenis yang terakhir ini, kutukan paling “menarik” bagi saya adalah kutukan yang dinamakan
Kutukan Bella Gettman. Bella Getmann adalah pelatih Benfica, klub di Liga Portugal pada tahun 1961-
1963.

Pelatih asal Hungaria ini sanggup mempersembahkan lima trofi juara dalam tiga musim semasa menjadi
pelatih Benfica. Termasuk di dalamnya dua gelar Piala Champions . Setelah kemenangan di final Piala
Champions 1962 atas Real Madrid, Gettman meminta kenaikan gaji, namun presiden Benfica menolak
permintaan Gettman.

Getmann naik pitam, mengundurkan diri dan mengeluarkan kata-kata : “Benfica tidak akan pernah juara
liga eropa selama 100 tahun”. “Kutukan” Bella Gettmann ini terbukti manjur, hingga saat ini Benfica
tidak pernah menjuarai kompetisi di Eropa.

Benfica kalah di delapan laga final mereka di Eropa, termasuk lima final Piala Champions ( 1963, 1965,
1968, 1988, dan 1990) serta tiga final Piala UEFA/ Europa League (1983, 2013, dan 2014).

Segala usaha dilakukan untuk menghapus kutukan tersebut, pihak klub telah membuat patung Bella
Getmann pada ulang tahun ke-110 klub , namun kutukan pelatih yang telah meninggal pada 28 Agustus
1981 itu belum bisa hilang sampai saat ini.

Menjelang Final Liga Champions 2017 yang mempertemukan Juventus versus Real Madrid, persoalan
kutukan kembali muncul di permukaan. Kedua klub divonis sama-sama dihantui kutukan.

Real Madrid sebagai juara bertahan diselimuti fakta seolah kutukan bahwa juara Liga Champions tidak
akan pernah mampu menjuarai kejuaraan ini dua kali berturut-turut.

Sejak Kejuaraan Klub Eropa (European Cup) diubah namanya menjadi Liga Champions pada tahun 1992,
tidak ada satu tim pun yang mampu mempertahankan trofi tersebut.

Real Madrid di bawah era Carlo Ancelotti sempat berusaha mematahkannya. Musim 2014 'Si Putih'
kembali jadi juara Liga Champions setelah menunggu 12 tahun dengan mengalahkan Atletico Madrid di
final.

Menjalani musim 2015, Ancelotti percaya diri dapat meraih gelar. “Tidak pernah ada tim yang
memenangi Liga Champions dua kali beruntun tapi kami akan mencoba melakukannya," ujar Ancelotti
percaya diri menjelang laga grup musim 2015 melawan AC Milan.

Tampil kuat sejak dari fase grup, apa daya, roh kutukan itu masih menghantui. Bahkan bukan di final
langkah mereka terhenti, Juventus sudah menghentikan mimpi mereka di semifinal.
Kiper Juventus Buffon kala itu seperti mengiyakan bahwa Real dikalahkan juga karena adanya faktor
kutukan. "Ini tampaknya sudah jadi takdir, tapi ini benar-benar berjalan sesuai yang kami harapkan” kata
Buffon.

Juventus lain lagi ceritanya. Juventus bisa dibilang dihantui kutukan final Liga Champions. Dari 8 kali
tampil di final ajang ini, mereka hanya 2 kali menjadi juara pada tahun 1984-1985 dan 1995-1996.

Selebihnya berakhir menyedihkan. Juventus gagal pada musim 1972-1973, 1982-1983, 1996-1997, 1997-
1998, 2002-2003, dan 2014-2015. Bahkan, Juventus pernah dua musim beruntun gagal di final yakni
pada 1996-1997 dan 1997-1998.

Allenatore Juventus, Allegri dengan tenang menanggapi hal ini. "Saya tak memikirkan rekor buruk
Juventus di final Liga Champions. Bahkan, saya meyakini itu tak lagi mempan pada musim ini. Kami telah
melalui perjalanan yang panjang dan mengesankan, tentunya kami ingin menutupnya dengan manis,"
sebut Allegri.

Allegri seperti ingin mengatakan bahwa kutukan itu hanyalah mitos dan akan ada waktunya
terpatahkan. "Tak selamanya hasil negatif terus menghantui. Suatu saat akan menjadi positif dan kini
saat yang tepat" tambah Allegri optimis.

Pihak Real Madrid juga tak kalah optimis. Melalui sang juru gedor andalan, Christiano Ronaldo seperti
tidak menghiraukan kutukan peluang juara berturut-turut di Liga Champions dengan ingin mematahkan
kutukan. "Setiap pemain di Madrid ingin membuat sejarah. Adalah sebuah kehormatan untuk menjadi
tim pertama yang menjuarai dua edisi Liga Champions” ucap Ronaldo.

Menyoal kutukan ini, jelas akan semakin membuat sepak bola menjadi menarik. Patahnya kutukan
dengan misteri di dalamnya menjadi salah satu yang dinantikan di partai final nanti.

Pertanyaannya adalah jikalau kedua tim sama-sama dihantui kutukan, siapa yang nantinya akan terlepas
dari kutukan?

Jika kutukan itu akan semakin sulit dipatahkan karena lamanya waktu kutukan, maka Juventus lebih
berpeluang. Tahun 1996 adalah kali terakhir Juventus juara, bandingkan dengan kutukan Liga
Champions yang sudah dari tahun 1992. Kutukan yang menghantui Real lebih lama 4 tahun dari kutukan
milik Juventus.

Apapun dapat terjadi. Siapapun pemenangnya, namun bagi pihak yang kalah pasti akan menyisakan
pertanyaan yang sama dengan pertanyaan dari pendukung Benfica hingga saat ini. “Kapan Kutukan
Guttman akan lepas?”.

Pendukung As Aguias (The Eagles) mungkin harus sadar satu hal, kalau kutukan itu benar berlaku 100
tahun lamanya seperti yang dahulu diucapkan Guttmann, berarti Benfica masih harus menunggu 46
tahun lagi untuk bisa menjuarai kompetisi antarklub Eropa.

Real Madrid atau Juventus yang akan bertanya seperti itu, sesudah pertandingan final nanti. Kita tunggu
sesuai laga yang akan berlangsung hari Minggu dini hari waktu Indonesia.

Salam

You might also like