Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 2

Latar Belakang

-jumlah sampah plastik laut di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun.

-Secara global produksi sampah plastik laut kita nomor dua setelah China. Indonesia berada
di peringkat kedua dunia penghasil sampah plastik ke laut yang mencapai sebesar 187,2 juta
ton setelah Cina yang mencapai 262,9 juta ton.

-Kontribusinya sekitar 57 persen atau 3,32 juta metrik ton per tahun. Hingga 2019 saja,
limbah tak terurai ini diperkirakan mencapai 9,52 juta ton. Jumlah sampah plastik di Indonesia
tahun 2019 diperkirakan mencapai 9,52 juta ton atau 14 persen dari total sampah yang ada.
Dengan estimasi plastik yang digunakan 2,5-5 ton/km jalan, maka limbah plastik dapat
menyumbang kebutuhan jalan sepanjang 190.000 km

Hal itu berkaitan dengan data dari KLHK yang menyebut plastik hasil dari 100 toko atau
anggota Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (APRINDO) dalam waktu satu tahun saja, sudah
mencapai 10,95 juta lembar sampah kantong plastik.

Jumlah itu ternyata setara dengan luasan 65,7 hektare kantong plastik atau sekitar 60 kali luas
lapangan sepak bola.

Setiap 1 kilometer jalan dengan lebar 7 meter, membutuhkan campuran limbah plastik sebanyak
2,5 hingga 5 ton

Metode

Pemanfaatan limbah plastik ini dilakukan dengan dua cara, pertama dry mix yakni
pencampuran plastik, terutama kantong kresek, pada agregat. Dan kedua, wet mix yakni
pencampuran plastik pada aspal.

Caranya, sampah plastik bekas dikumpulkan, kemudian dibersihkan dan dicacah. Hasil
cacahan sampah plastik ini kemudian dicampurkan pada agregat dengan kondisi panas 170
derajat celsius, atau dicampurkan dengan aspal panas dan polymer coated agregat di atas api
160 derajat celsius.

Campuran aspal ini menghasilkan ketahanan deformasi antara 80 persen untuk 10 persen
plastik, hingga 84 persen untuk 5 persen plastik. Sementara bila aspal tak dicampur plastik,
ketahanan deformasinya hanya 63 persen.

"Penggunaan plastik 6-8 persen terhadap kadar aspal, akan menyerap limbah plastik
sebanyak 2,5 ton hingga 5 ton per kilometer jalan, tergantung pada lebar dan ketebalan jalan,"
tutur Danis.

Kelebihan :
stabilitas aspal dan ketahanannya lebih baik. “Stabilitasnya meningkat 40 persen, ini menjadikan
kinerja lebih baik lagi

Kekurangan :
Terkait potensi paparan terhadap racun. Bitumen diproses pada suhu maksimum 160 derajat
celcius, yang cukup tinggi untuk melelehkan plastik tapi terlalu rendah untuk memastikan
degradasi berbagai jenis racun.

plastik jika dibakar akan mengeluarkan zat dioksin yang sangat berbahaya bagi kesehatan. Jenis
penyakit dampak dioksin mengerikan karena bisa membunuh badan manusia secara perlahan.
Plastik pada kondisi panas akan memuai dan mengeluarkan racun. Nah jalan pasti terpapar
matahari. Hal lain, apakah jumlah limbah plastik yang digunakan signifikan dan teknologinya
efisien.

Saran :
merekomendasikan penggunaan plastik yang sesuai dengan Low Density
Polyethylene (LDPE), Polyethylene Kepadatan Tinggi (HDPE), PET dan Poliuretana untuk
konstruksi perkerasan. Dengan kata lain, kemasan laminasi dapat digunakan sebagai pengisi
tapi bukan bahan yang diutamakan dalam proses pembuatan jalan.

You might also like