Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 29

LAPORAN LABORATORIUM DIAGNOSTIK

SUB BAGIAN BAKTERIOLOGI


Diagnosa Escherichia Coli dengan Metode Isolasi Bakteri dan Uji Biokimia
Tgl 9-13 Oktober 2017

OLEH
ANITAWATI UMAR, S.KH
NIM C034171018

PROGRAM PROFESI DOKTER HEWAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2017
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KOASISTENSI LABORATORIUM DIAGNOSTIK

Nama kegiatan : Koas Laboratorium Diagnostik bagian Bakteriologi


Tempat : BBVet Maros
Peserta : Anitawati Umar

Makassar, 23 Oktober 2017


Menyetujui,

Pembimbing Koordinator Laboratorium Diagnostik

(drh. Muhammad Muflih Nur) (drh. A. Magfira Satya Apada, M.Sc)

Mengetahui,
Ketua Program PPDH FK Unhas

Dr. drh. Dwi Kesuma Sari


NIP 19730216 199903 2001

Tanggal Pengesahan:
Tanggal Ujian : 23 Oktober 2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan
hidayah-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Co-Asistensi
Laboratorium Diagnostik Sub Bagian Virologi yang berjudul “Diagnosa Escherichia
coli dengan Metode Isolasi Bakteri dan Uji Biokimia” dengan tepat waktu. Laporan
ini bertujuan untuk melatih penulis dalam mendiagnosa dan melakukan pengujian
yang tepat untuk kasus Colibacillosis pada ungags.
`Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Pembimbing yang telah
memberikan banyak masukan dalam penyusunan Tugas ini. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan
baik moral maupun materi.
Penulis menyadari bahwa isi Laporan ini masih jauh dari kata sempurna
mengingat keterbatasan ilmu dan masih kurangnya dukungan pustaka. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun senantiasa penulis harapkan demi
menyempurnakan laporan ini.

Makassar, Oktober 2017

Penulis
I. PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Kolibasilosis merupakan penyakit bakterial yang umum terjadi pada unggas


disebabkan oleh bakteri gram negatif Escherichia coli jalur pathogen yang dapat
menjadi penyebab penyakit primer maupun sekunder. Penyakit ini dapat menyerang
ayam semua umur terutama ayam muda baik ayam petelur maupun pedaging serta
unggas lainnya seperti kalkun dan itik.
E.coli merupakan mikroorganisme normal (flora normal) yang hidup pada bagian
pencernaan unggas. Menurut Charles R Tabbu (2000), sekitar 10%-15% dari seluruh
E.coli yang ditemukan pada usus ayam sehat merupakan serotype pathogen. Selain
pada usus, E.coli dapat juga ditemukan pada esophagus dan trakea.
Tarmudji (2003) menyatakan bahwa, kasus kolibasilosis di Indonesia telah
dilaporkan menyerang ayam pedaging dan petelur pada berbagai peternakan unggas.
Pada bulan Maret 1973- Februari 1974, Balai Penelitian Veteriner (BalitVet)
mengidentifikasi dua kasus koliseptikemia dari 455 sampel unggas dan meningkat
sebanyak 5,8% pada tahun 1974-1979. Kasus serupa juga terjadi pada Negara
Amerika dan Kanada yang menyebabkan negara tersebut mendapat kerugian
mencapai 30-40juta dollar pertahun akibat infeksi E.coli berupa penurunan kualitas
karkas dan pengafkiran daging.
Kolibasilosis menjadi penyakit dengan prevalensi terbesar dan secara ekonomis
berperan sangat penting dalam dunia perunggasan di Indonesia yang dapat terjadi
sepanjang tahun. Kerugian yang didapatkan, diakibatkan oleh gangguan
pertumbuhan, penurunan reproduksi, penurunan kualitas karkas dan telur serta
peningkatan jumlah ayam yang diafkir, sehingga infeksi E.coli bertanggung jawab
dalam kerugian ekonomi yang besar.
I.2 Tujuan
Untuk mengetahui cara mendiagnosa dan metode yang digunakan dalam
mengidentifikasi E.coli penyebab kolibasilosis

I.2 Masalah
Bagaimana cara mendiagnosa serta metode apa yang sebaiknya digunakan
dalam mengidentifikasi E.coli penyebab kolibasilosis ?
II. TINJAUAN PUSTAKA

Etiologi
Kolibasilosis disebabkan oleh bakteri Escherichia coli yang memiliki ukuran
2−3 x 0,6 μm, tergolong bakteri gram negatif, berbentuk batang namun tidak
memiliki spora. Berdasarkan penyakit yang ditimbulkan, E.coli dapat dibagi menjadi
dua kelompok yaitu (1) E.coli oportunistik yang dapat menyebabkan timbulnya
penyakit tertentu akibat ayam kekurangan pakan atau karena penyakit lain, (2) E. coli
enteropatogenik yaitu E.coli mempunyai antigen perlekatan dan akan memproduksi
enterotoksin sehingga akan menimbulkan penyakit (Tarmudji, 2003). Bakteri ini
membutuhkan temperature 18oC-44oC atau lebih rendah untuk tumbuh pada berbagai
media yang lazim digunakan untuk mengisolasi dan mengkultur bakteri. Bakteri
E.coli memfermentasi karbohidrat dan terkadang membentuk gas (Saif, et.al. 2008).
Infeksi E.coli terutama diakibatkan oleh kurangnya hygiene dan sanitasi serta adanya
kontaminasi feses dari pakan, minum, lantai maupun lingkungan kandang atau
peternakan. Struktur E.coli dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar 1. Bakteri E.coli


Patogenesa
E.coli ditemukan pada saluran digestiv unggas dan jumlahnya semakin
meningkat pada usus kecil dan sekum. Koliseptikemia sering pula ditemukan pada
trakea akibat proses inhalasi dari debu atau lingkungan yang terpapar E.coli (Pattison
et.al, 2008). Penularan E.coli dapat terjadi secara kontak langsung maupun tidak
langsung. Penularan secara langsung terjadi dari kontak langsung antara ayam yang
sensitif dan sakit sedangkan secara tidak langsung berasal dari kontaminasi feses
ayam dan bahan tercemar lainnya. Penularan dapat terjadi secara oral dari pakan,
minuman atau kotoran yang tercemar bakteri ini maupun secara inhalasi yang dapat
mengakibatkan terjadinya infeksi pada saluran respirasi (Tabbu, 2000). Masa
inkubasi E.coli relative pendek, umumnya antara 1 - 3 hari. Pada kasus di lapangan,
koliseptikemia sangat umum ditemukan pada 5-7 hari setelah infeksi dengan agen
predisposisi seperti virus penyebab infeksi bronchitis pada ayam atau virus enteritis
hemoragik di Turkey (Saif, et.al. 2008).

Gejala Klinis
Gejala yang ditimbulkan ayam yang terinfeksi kolibasilosis antara lain akan
menampakkan tanda-tanda klinis : kekurusan, nafsu makan menurun, bulu kusam,
diare, pertumbuhan terganggu, bulu kotor dan lengket pada daerah kloaka.
Kolibasilosis dapat menyebabkan kematian embrio pada telur tetas, koliseptikemia,
airsacculitis, enteritir maupun artritis. Menurut data dari Laboratorium Balitvet
dinyatakan bahwa kolibasilosis lebih sering menginfeksi ayam broiler dibandingan
dengan ayam layer terutama pada umur muda (pasca penetasan). Berdasarkan
umurnya, E.coli dapat menyebabkan kematian pada umur 0-2minggu (omfalitis),
lebih 20minggu (peritonitis), 2-8minggu (koliseptikemia) (Tarmudji, 2003).
Omphalitis atau infeksi kantong kuning telur pada anak ayam merupakan
salah satu bentuk infeksi lokal dari penyakit Collibacilosis. Jika pada kondisi ini
dilakukan pemeriksaan bedah ayam (nekropsi), dapat ditemukan perubahan pada
organ dalamnya seperti peradangan pada pusar, serta kuning telur tidak terserap
sempurna yang akan menyebabkan material kuning telur menjadi keras. Dengan
melihat beberapa perubahan spesifik ini, bisa dipastikan telah terjadi kasus
Collibacilosis bentuk Omphalitis. Menurut Khan et.al. (2004) Berat Badan DOC
broiler normal sekitar 35-40 gram dan ketika terkena omphalitis akan terjadi
penurunan berat badan sebesar 20-25% dari berat badan sebelumnya akibat gejala
klinis yang ditimbulkan antara lain anak ayam terlihat lemah, mengantuk, perut
kembung, tidak nafsu makan ataupun minum, bergerombol di dekat sumber pemanas.
Ayam yang terkena omphalitis memiliki sistem kekebalan yang rendah. Pemeriksaan
postmortem akan didapatkan kongesti paru-paru, hati dan ginjal berwarna gelap dan
membengkak. Penemuan terpenting adalah inflamasi kantung kuning telur serta
terjadi perubahan abnormal pada warna dan konsistensi kuning telur. Umumnya juga
terjadi peritonitis dan hemoragi pada permukaan usus (Vegad, 2007).

Patologi Anatomi
Menurut Vegad J.L (2007) dalam buku A Color Atlas of Poultry Disease
menyatakan bahwa penemuan postmortem kolibasilosis pada infeksi yolk sac
ditemukan dilatasi dan perdarahan pada pembuluh darah, inflamasi kuning telur serta
terjadi perubahan warna dan konsistensi. Pada kasus koliseptikemia, perubahan
didapatkan pada jantung (pericarditis) dan hati (perihepatitis). Airsac menebal dan
mengalami perkejuan.

a b

Ket : Gambar 2.a pericarditis : fibrosis pada hati dan jantung


Gambar 2.b koliseptikemia. Deposit fibrin yang menjadi kaseus dan berwarna kuning
(Sumber A Colour Atlas of Poultry Diseases)
Laboratorium Patologi BalitVet telah memeriksa 838 sampel selama satu
tahun dan ditemukan beberapa perubahan patologi anatomi pada infeksi E.coli jalur
pathogen yang menciri antara lain airsacculitis, pericarditis kronis, hepatitis kronis
dengan fibrin yang menutupi sebagian besar ataupun seluruh permukaan hati
berwarna putih ataupun kekuningan. Apabila pada patologi anatomi dapat diisolasi
E.coli sebagai agen tunggal, maka penyakit yang menyerang merupakan kolibasilosis
murni. Tetapi apabila pada pemeriksaan postmortem didapatkan lebih dari satu
penyakit maka infeksi E.coli merupakan infeksi sekunder (ikutan) (Tarmudji, 2003).

Diagnosis
 Isolasi dan Identifikasi Agen Kausatif
Diagnosa E.coli dilakukan berdasarkan isolasi dan identifikasi dari lesi tipikal
kolibasilosis maupun dari feses ayam yang mengalami diare. Material/sampel di strik
pada media kultur EMB (Eosin-Methylen Blue), Mc Conkey atau agar tergitol 7
(media non-inhibitori). Metode laboratorium dapat dilakukan dengan metode PCR
untuk mendeteksi isolate E.coli komensal dan pathogen (Saif, 2008). Karakteristik
E.coli dapat dilihat pada gambar berikut ini :
Gambar 3. Karakteristik E.coli
Pada media EMB, hasil positif E.coli akan menunjukkan koloni khas
berwarna hijau metalik akibat asam yang terbentuk sebagai hasil fermentasi bakteri
berikatan dengan metilen blue pada penyusun agar , warna pink cerah dengan
dikelilingi presipitat warna keputihan pada media Mc Conkey serta warna kuning
pada agar 7 tergitol.

a b

Gambar 4. E.coli pada media (a) Mc Conkey dan (b) EMB

Diferensial Diagnosa
Akut septikemia pada kolibasilosis sering dikelirukan dengan penyakit unggas
lainnya seperti pasteurella dan salmonellosis. Gejala peritonitis maupun pericarditis
biasanya dikelirukan dengan chlamydiophila, pasteurella, atau streptokokus. Lesi
synovial pada E.coli sering dikelirukan dengan infeksi virus, mikoplasma maupun
agen bakteri lainnya (Saif, 2008).

Pencegahan dan pengobatan


Pengobatan kolibasilosis dapat dimulai dengan sanitasi lingkungan kandang,
air dan pakan unggas. Pemberian antibiotik sebaiknya dilakukan uji resistensi terlebih
dahulu. Beberapa jenis antibiotik telah resisten terhadap bakteri E.coli dikarenakan
obat-obatan tersebut sudah sering digunakan untuk pengobatan bakteri maupun
sebagai anti stress dan imbuhan pakan seperti klorampenikol, tetrasiklin, kanamisin,
eritromisin dan streptomisin seperti yang dilaporkan oleh Zanella, et.al.(2000).
Pengobatan kolibasilosis dapat menggunakan enrofloxacin, kloramfenikol dan
ampisilin (Tarmudji, 2003).
Pencegahan kolibasilosis dimulai dari manajemen bibit, mesin tetas dan
pemeliharan DOC. Litter, pakan dan air merupakan sumber utama infeksi
kolibasiolosis oleh karena itu sumber air minum perlu dijaga kebersihannya dengan
cara klorinasi yaitu penambahan kaporit dalam air untuk mengurangi cemaran E.coli
dan bakteri lainnya (Tarmudji. 2003).

III. MATERI DAN METODE


Alat Bahan
- Cotton Swab - Feses ayam
- Kawat Ose - Media BA (Blood Agar) dan MC
- Pemanas ose (Mc Conkey)
- Mikroskop - Larutan Crystal violet, iodine,
- Tabung dan rak tabung iodine aceton, dan Safranin
- Pipet tetes - Minyak emersi
- Inkubator - H2O2
- Object Glass - Oxidase strip
- Bahan uji dasar dan gula-gula
- Alkohol
- Aquades
Metode

Kultur BA & Inkubasi 24


Isolasi umum
MC jam

Pengamatan Pewarnaan Pengamatan


Bakteri Gram mikroskopis

Uji katalase & Uji


Uji Dasar
uji oksidase Karbohidrat

IV. HASIL
Gejala Klinis
Ayam broiler umur 28 hari berasal dari suatu peternakan unggas di Kab
Maros. Gejala klinis yang terlihat antara lain ayam lesu, anoreksia, bulu kotor,diare
dan feses berwarna kehijauan.
Patologi Anatomi
Nekropsi dilakukan pada ayam dengan hasil temuan sebagai berikut :
perkejuan di daerah liver dan jantung serta ptechiae di daerah trakea.

(a) perkejuan daerah hati (b) fibrosis dan pericarditis (c) perdarahan pada trakea

Pemeriksaan Lab
 Kultur pada Media Blood Agar (BA)

Kultur bakteri pada media umum blood agar menunjukkan hasil tumbuhnya
beberapa koloni bakteri salah satunya adalah E.coli
 Kultur pada Media Mc Conkey

Pada media Mc Conkey sebagai media diferensial menunjukkan hasil


tumbuhnya bakteri E.coli yang ditandai dengan koloni bewarna merah muda.

 Pengamatan pewarnaan gram di bawah mikroskop

Pada pewarnaan gram didapatkan hasil koloni bakteri E.coli berbentuk batang ,
berwarna merah muda (gram negative).
 Uji Katalase dan Oksidase

(a) Uji Katalase + (b) Uji Oxidase –


Pada pengujian katalase, ditemukan hasil positif yang ditandai adanya gelembung
busa, sedangkan pada uji oxidase ditemukan hasil negative yang ditandai tidak
adanya perubahan warna pada strip oxidase.

 Uji Dasar/Uji Biokimia


SIM

Pada Uji SIM didapatkan hasil Indol + ditandai dengan terbentuknya cincin berwarna
merah , Motility + ditandai dengan tabung yang berwarna keruh
 Urease

Pada Uji urease didapatkan hasil negative ditandai dengan tidak adanya
perubahan warna.

 TSI (Triple Sugar Iron)

Pada pengujian TSIA didapatkan hasil slant dan butt berwarna kuninng (asam),
H2S negatif dan gas positif.
 Uji Karbohidrat
Dulcitol

Pada pengujian dulcitol didapatkan perubahan warna dari hijau kebiruan menjadi
kuning yang menandakan dulcitol +

Laktosa

Pada Uji laktosa terjadi perubahan warna menjadi kuning yang menandakan
positif laktosa
Maltosa

Pada uji maltose terjadi perubahan warna menjadi kuning, menandakan maltosa +

Glukosa

Pada uji glukosa terjadi perubahan warna menjadi kuning menandakan glukosa +
dan terbentuk gas dilihat dari tabung durham di dalam tabung.
Manitol

Pada uji manitol terjadi perubahan warna dari biru menjadi kuning yang
menandakan manitol +

Rhamnose

Pada uji rhamnose terjadi perubahan warna menjadi kuning yang menandakan
rhamnose +
Sukrosa

Pada uji sukrosa terjadi perubahan warna menjadi kuning yang menandakan
sukrosa +.

Trehalosa

Pada uji trehalosa terjadi perubahan warna dari biru menjadi kuning yang
menandakan trehalosa +.
Tabel Hasil Pengujian
Uji Hasil
Katalase +
Oksidase -
Motil +
Indole +
Urease -
TSI a/a, H2S -
Gas Glukosa +
Dulcitol +
Laktosa +
Maltosa +
Manitol +
Rhamnose +
Sukrosa +
Trehalosa +

V. PEMBAHASAN

Seekor ayam berumur 28 hari menunjukkan gejala sakit seperti anoreksia,


lesu, bulu kotor, diare dan feses berwarna kehijauan bercampur sedikit putih.
Diagnosa sementara untuk kasus ini yaitu Kolibasilosis dengan diagnosa banding
fowl cholera. Diagnosa banding berdasarkan feses yang teramati yakni berwarna
hijau. Namun pada feses, tidak ditemukan adanya feses bercampur mukus maupun
suara ngorok dan eksudat cair pada saluran respirasi bagian atas seperti pada kasus
fowl cholera. Ayam kemudian diambil sampel fesesnya untuk dilakukan pengujian
pada bagian bakteriologi. Dilakukan pula nekropsi di bagian Patologi untuk melihat
perubahan anatomi dari organ-organ yang dicurigai terkena Kolibasilosis. Hasil
patologi anatomi (PA) untuk sampel ayam tersebut terlihat adanya perkejuan pada
hati, pericardium terlihat keruh, terdapat fibrin dan perkejuan serta adanya hemoragi
pada trakea. Menurut Vegad (2007), ayam broiler terinfeksi E.coli pada umur kurang
lebih 30 hari akan menunjukkan perubahan berupa lapisan fibrin yang tebal menutupi
hati dan jantung yang apabila terlalu tebal akan berubah warna menjadi kekuningan
dan terdisposisi menjadi perkejuan. Ditemukan pula adanya hemoragi pada trakea.
Pada beberapa kasus, mukosa respiratorius dirusak oleh beberapa agen infeksius
maupun non infeksius seperti mikoplasma, ND, IB maupun akibat level amoniak
yang tinggi sehingga menyebabkan E.coli mudah masuk ke dalam tubuh melalui
inhalasi (Dinev, 2007).
Setelah sampel feses dikoleksi, lalu dilakukan serangkaian pengujian untuk
meneguhkan diagnosa. Pertama, sampel feses dikultur dalam dua media, yang
pertama yaitu blood agar (BA) sebagai media umum untuk pertumbuhan bakteri.
Sampel diambil menggunakan cotton bud lalu di strip pada media BA, kemudian
dilanjutkan menggunakan kawat ose yang telah difiksasi. Hasil strip pada media BA
kemudian diinkubasi selama 24 jam pada inkubator dengan suhu 37oC. keesokan
harinya, koloni yang tumbuh di media BA kemudian di sub culture pada media Mac
Conkey. Mac Conkey merupakan media selektif yang umum digunakan untuk bakteri
gram negatif (Dabbagh, 2017). Hasil sub culture lalu diinkubasi kembali selama
24jam lalu dilakukan pengamatan keesokan harinya. Hasil pengamatan menunjukkan
bahwa media Mac Conkey ditumbuhi oleh koloni bakteri yang berwarna pink. Warna
pink menunjukkan bahwa koloni bakteri memfermentasi laktosa dikarenakan media
mengandung neutral red (indicator PH) yang memberikan warna pink/merah apabila
asam yang dihasilkan oleh bakteri sedang memfermentasi laktosa seperti bakteri
E.coli (Leininger, et.al 2001 dan Dabbagh, 2017). Setelah dilakukan pengamatan
koloni pada media, lalu dilakukan pewarnaan gram.
Pewarnaan gram dilakukan dengan mengambil sedikit koloni pada media Mac
Conkey dengan menggunakan kawat ose, diletakkan pada objek glass yang
sebelumnya telah difiksasi, kemudian ditetesi sedikit aquades. Lalu dilakukan
pewarnaan gram yang bertujuan untuk membedakan spesies bakteri (gram positif atau
negatif) dan melihat morfologi bakteri. Pewarnaan dimulai dengan (1) meneteskan
Cristal Violet sebagai pewarna primer yang memberikan warna pada bakteri selama
satu menit lalu dibilas. (2) sampel ditetesi dengan lugol iodine yang berfungsi untuk
memfiksasi cat primer yang diserap mikroorganisme target selama satu menit lalu
dibilas. (3) sampel ditetesi dengan aceton yang bertujuan untuk melunturkan cat
sebelumnya selama 5 detik lalu dibilas. (4) sampel ditetesi safranin yang berfungsi
untuk mewarnai mikroorganisme non target selama 1 menit lalu dibilas dan
didiamkan sampai kering. Kemudian dilakukan pengamatan dibawah mikroskop,
hasil pengecatan menunjukkan koloni bakteri berwarna merah, berbentuk batang
pendek. Koloni berwarna merah menunjukkan bahwa koloni tersebut merupakan
gram negatif, hal ini disebabkan bakteri gram negatif memiliki lapisan dinding sel
yang kaya akan lipopolisakarida sehingga pada saat pemberian aseton, ikatan dinding
selnya luntur lalu diisi oleh pewarna safranin (Strohl, et.al, 2001).
Setelah pewarnaan gram, dilakukan uji katalase dan uji oksidase. Pada uji
katalase didapatkan hasil positif dengan terbentuknya gelembung hasil dari enzim
katalase yang memecah hydrogen peroxide menjadi oksigen dan air (Dabbagh, 2017).
Pada uji oksidase didapatkan hasil negatif dimana tidak terjadi perubahan warna pada
kertas oksidase. Uji oksidase dilakukan untuk mengetahui kemampuan bakteri dalam
memproduksi enzim sitokrom oxidase sehingga dapat menggunakan oksigen sebagai
energy (Dabbagh, 2017).
Selanjutnya dilakukan uji Biokimia antara lain uji SIM (Sulfur, Indole,
Motility) dengan hasil Indole + (terbentuk cincin merah) dan Motil +. Menurut
Leboffe (2011), uji indole bertujuan untuk mengidentifikasi kemampuan bakteri
dalam menghasilkan indol dengan menggunakan enzim tryptophanase. Bakteri E.coli
memiliki enzim tryptophanase yang menghidrolisis tryptophan menjadi indol, privuat
dan ammonia. Indol yang dihasilan dideteksi dengan penambahan reagen Kovac’s
yang akan menghasilkan cincin berwarna merah yang disebabkan karena indol
bereaksi dengan aldehid (Sridhar, 2006). Uji motilitas bertujuan untuk melihat
motilitas dari suatu mikroorgansme khususnya membedakan bakteri
Enterobacteriaceae (Shields et.al.¸2013). Hasil pengujian bakteri E.coli adalah positif
dilihat dari pertumbuhan bakteri di aera tusukan yang terlihat keruh. Uji urease
dilakukan untuk mengetahui kemampuan bakteri memproduksi urease (enzim yang
mengkonversi urea menjadi ammonium karbonat. Hasil positif ditunjukkan dengan
perubahan warna pink neon namun jika organisme tidak memproduksi urease, maka
tidak akan terjadi perubahan warna pada media (Dabbagh, 2017). Bakteri E.coli tidak
memproduksi urea sehingga warna media tetap orange. Uji TSIA pada kasus ini
memberikan hasil a/a dengan gas positif, H2S negatif. Hasil tersebut sesuai dengan
referensi Leboffe (2011) yang menyatakan bahwa hasil pengamatan dari uji TSIA
pada E.coli menunjukkan hasil a/a dengan gas positif dan H2S negatif. Warna kuning
pada slunt dan butt terjadi akibat E.coli dapat memfermentasi glukosa, laktosa dan
sukrosa. Positif gas dikarenakan gas yang dihasilkan oleh fermentasi karbohidrat akan
mengangkat agar-agar dari bagian bawah tabung dan terbentuknya gelembung pada
tabung Durham.
Tahap terakhir yaitu uji karbohidrat (glukosa, dulcitol, maltose, laktosa,
sukrosa, rhamnose, manitol dan trehalosa) menunjukkan hasil positif dibuktikan
dengan adanya perubahan warna menjadi kuning. Perubahan tersebut sesuai dengan
teori yang mengatakan bahwa bakteri E.coli merupakan bakteri fakultatif anaerob
dimana fermentasi merupakan proses oksidasi secara anaerob yang membutuhkan
karbohidrat sebagai substratnya. Hasil fermentasi dapat dideteksi dengan melihat
penurunan pH dengan indicator. Warna kuning didapatkan akibat penurunan pH
dimana bakteri E.coli dalam proses fermentasi menghasilkan asam (Wicaksono,
2016).
Bakteri E.coli yang didapatkan pada sampel feses mengarahkan kepada
penyakit kolibasilosis yaitu penyakit yang disebabkan oleh E.coli. Penyakit ini
kemungkinan menyerang ayam tersebut akibat cemaran feses yang mengandung
E.coli (lingkungan yang terpapar E.coli).
VI. KESIMPULAN DAN SARAN

VI.1 Kesimpulan

Pada pemeriksaan sampel feses suspect kolibasilosis dengan melakukan


isolasi pada media Mac Conkey, pewarnaan gram, uji biokimia dan uji karbohidrat
ditemukan penyebab ayam sakit dengan gejala anoreksia, bulu kotor,diare dan feses
berwarna kehijauan adalah bakteri E.coli (kolibasilosis). Penyakit ini kemungkinan
didapatkan oleh unggas tersebut akibat lingkungan (feses) yang tercemar E.coli.

VI.2 Saran
Pada identifikasi bakteri E.coli sebaiknya dilakukan sub culture kembali pada
media yang lebih selektif yaitu EMBA (Eosin Methylene Blue Agar) untuk lebih
meyakinkan bahwa bakteri yang tumbuh pada Mac Conkey adalah bakteri E.coli.
VII. DAFTAR PUSTAKA

Dabbagh, 2017. Practical Bacteriology Labarotary Manual. King Saud University.

Dinev, Ivan. 2007. Diseases of Poultry 1st ed. A Colour Atlas. Ceva Sante Animal.

Khan, K.A, et.al. 2004. Factors Contributing to Yolk retention in Poultry : Review.
Pakistan Vet J. 24(1)

Leboffe MJ. 2011. A Photographic Atlas for the Microbiology Laboratory.


Morton Publishing Company

Leinenger, et.al. 2001. Use of eosin methylene blue agar to differentiate Escherichia
coli from other gram-negative mastitis pathogens. J Vet Diagn Invest 13:273-
275.

Pattison, et.al. 2008. Poultry Diseases 6th Ed. Saunders Elsevier

Saif, Y.M et.al. 2008. Disease of Poultry 12th ed. Blackwell Publishing.

Shield P, et.al. 2013. Motility test medium protocol. American Society for
Microbiology.

Sridhar, RPN. 2006. IMViC reaction. JJMMC.

Strohl, et.al. 2001. Lippincott’s Illustrated Reviews: Microbiology. Lippincott


William & Wilkins, USA

Tarmudji, 2003. Kolibasilosis pada Ayam : Etiologi, Patologi dan Pengendaliannya.


Wartazoa Vol.13 No 2th.

Tabbu, Charles Rangga. 2000. Penyakit Ayam dan Penanggulangannya (Penyakit


Bakterial, Mikal, dan Viral) Vol.1. Yogyakarta : Penerbit PT Kanisius

Vegad, J.L. 2007. A Colour Atlas of Poultry Diseases An Aid to Farmers and Poultry
Professionals. International Book Distributing Co.
Wicaksono, Rochmat. 2016. Pemanfaatan Bakteri Bacillus Subtilus untuk Proses Self
Healing Concreate dengan Metode Enkapsulasi Hidrogel Bakteri. Tugas Akhir.
Jurusan Departemen Teknik Sipil Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta.

Zanella G, et.al. 2000. Severe E.coli O11 septichemia and polyserositis in hens at the
start of lay. Avian Pathology. 29:311-317
VIII. DOKUMENTASI KASUS

Kultur sampel pada media Mac Conkey Pengamatan koloni pada Mac Conkey

Pewarnaan gram Pengamatan bakteri di bawah mikroskop

Uji Katalase & Oksidase Uji Biokimia dan karbohidrat

You might also like