Professional Documents
Culture Documents
CEK FAKTA: Siapakah Rohingya Dan Mengapa Mereka Termarjinalkan?
CEK FAKTA: Siapakah Rohingya Dan Mengapa Mereka Termarjinalkan?
Menurut Menteri Imigrasi dan Kependudukan Myanmar Khin Yi, ada sekitar 1,33
juta orang Rohingya di negaranya.
Sementara itu, ahli sejarah dan warga setempat mengklaim bahwa Rohingya
merupakan penduduk asli negara bagian Rakhine sejak abad ke-19, ketika
Myanmar masih berada di bawah penjajahan Inggris.
Namun, Myanmar tidak mengakui kaum Rohingya sebagai warga negara atau
kelompok etnis mereka. Hanya sekitar 40.000 yang diakui oleh pemerintah
Myanmar dan diberikan hak kewarganegaraan.
Presiden Myanmar Thein Sein mengacu pada Rohingya sebagai "Bengali" (orang
Bangladesh) —menyiratkan bahwa mereka adalah penduduk asli Bangladesh dan,
oleh karena itu, dideportasi dari Myanmar. Namun, pemerintah Bangladesh juga
tidak mengakui Rohingya sebagai bagian dari mereka.
Zaw Htay, seorang pejabat senior kepresiden Myanmar, mengatakan, "Jika mereka
menggunakan istilah 'Rohingya' kami tidak akan mengambil bagian di dalamnya
karena kami tidak mengenal istilah ini. Pemerintah Myanmar telah memprotes
penggunaan kata tersebut sejak lama”.
Kaum etnis minoritas Rohingya di atas sebuah kapal kayu yang terdampar di Laut
Andaman, dekat Malaysia, di bagian selatan Thailand, pada 14 Mei 2015. Foto
oleh EPA
Sebuah insiden besar melibatkan mereka terjadi pada 2012, ketika umat Islam
Rohingya terlibat dalam kasus pemerkosaan dan pembunuhan seorang wanita
Buddha di Myanmar. Hal ini mengakibatkan serangkaian perkelahian berdarah
antara umat Buddha di Rakhine dan Muslim Rohingya. Sebuah laporan
mengatakan sedikitnya 90 orang tewas dan 3.000 rumah hancur akibat kekerasan
tersebut.
Tampaknya kaum Rohingya lebih rela untuk menyerahkan nasib hidup mereka ke
tangan oknum perdagangan manusia daripada harus musnah oleh kaum ekstremis
Buddha di Rakhine.
Sebuah kamp perdagangan ditemukan pada Mei 2015 di hutan yang sepi di
Thailand selatan, di mana ditemukan setidaknya 30 mayat yang dikubur dalam
sebuah liang dangkal. Mayat-mayat lainnya ditemukan hanya ditutupi selimut dan
ditinggal di tempat terbuka.
Korban selamat dari insiden kapal juga berbagi cerita mereka. Mereka disolasi
selama dua bulan di kapal, berjuang dengan membatasi makanan untuk bertahan
hidup. Beberapa Rohingya melompat dari kapal, termasuk perempuan dan anak-
anak, sementara yang lain terlempar dari perahu untuk menghindari berdesak-
desakan.
Selain itu, tak satu pun dari negara-negara tetangga yang bersedia menerima
Rohingya dan takut dengan terus masuknya migran.
Negara tetangga lainnya juga telah menutup mata. Thailand, salah satunya,
mengklaim angkatan lautnya memberikan bantuan kepada kapal seperti makanan,
air, dan obat-obatan. Namun militer Negeri Gajah Putih terus menolak mereka
masuk karena resistensi pemerintah untuk pendatang.