Pengertian Diksi

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Memang harus diakui, dewasa ini ada kecenderungan orang semakin mengesampingkan
pentingnya penggunaan bahasa, terutama dalam tata cara pemilihan kata atau diksi. Terkadang
kita pun tidak mengetahui pentingnya penguasaan bahasa Indonesia yang baik dan benar,
sehingga ketika kita berbahasa, baik lisan maupun tulisan, sering mengalami kesalahan dalam
penggunaan kata, frasa, kalimat, paragraf, dan wacana.

Agar tercipta suatu komunikasi yang efektif dan efisien, pemahaman yang baik penggunaan
diksi atau pilihan kata dirasakan sangat penting, bahkan mungkin vital, terutama untuk
menghindari terjadinya kesalahpahaman dalam berkomunikasi. Diksi atau pilihan kata maupun
kalimat dalam praktik berbahasa sesungguhnya mempersoalkan kesanggupan sebuah kata dapat
juga frasa atau kelompok kata untuk menimbulkan gagasan yang tepat pada imajinasi pembaca
atau pendengarnya.

Suatu karangan terdiri dari beberapa kalimat yang kemudian disusun menjadi satu kesatuan
dengan suatu kesesuaian yang kemudian membentuk paragraf-paragraf, sehingga dapat terbentuk
suatu karangan. Pada suatu karangan, tentunya akanmengacu pada maksud dari penulisan
karangan tersebutterutama dalam menentukan topik yang ada dalam bagian karangan, sehingga
pembaca dapat mengerti maksud dari karangan tersebut. Karangan yang terdiri dari beberapa
paragraf, masing-masing dari paragraf tersebut berisi pikiran utama dan diikuti oleh pikiran-
pikiran penjelas.

Sebuah paragraf belum tentu dapat berwujud keseluruhan karangan. Namun, sebuah paragraf
sudah bisa memberikan suatu informasi kepada pembaca karena ada kalanya suatu karangan
hanya berisi satu paragraf saja sehingga dalam karangan tersebut hanya berisi satu pikiran pokok.
Membuat suatu karangan, penulis diharapkan dapat menguasai struktur paragraf yang digunakan
agar dalam penulisan karangan tersebut dapat tersusun suatu paragraf yang baik. Dalam
menyusun paragraf dimulai dengan menyusun tema dan kerangka karangan yang kemudian
dilanjutkan dengan menyusun kalimat-kalimat secara runtut, logis, dan dalam satu kesatuan ide
yang kemudian dikembangkan dan akan terbentuk beberapa kalimat yang dapat mengungkapkan
suatu informasi dengan pikiran utama sebagai titik pusatnya dan pikiran penjelas sebagai
pendukungnya.

B. Perumusan Masalah
1. Apa pengertian dari diksi, kalimat, paragraf, dan struktur karangan?

1
2

2. Apa manfaat dari diksi, kalimat, paragraf, dan struktur kalimat ?


3. Apa sajakah struktur dari karangan ?
4. Apa sajakah struktur dari paragraf ?
5. Apa sajakan cara untuk pembentukan kata ?
6. Apa saja pola-pola dalam kalimat ?
7. Apa perbadaan antara tema dan topik ?

C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan perumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
tentang
a. Pengertian dari diksi, kalimat, paragraf, dan struktur karangan;
b. Manfaat dari diksi, kalimat, paragraf, dan struktur kalimat;
c. Struktur dari karangan;
d. Struktur dari paragraph;
e. Cara untuk membentuk kata;
f. Pola-pola dalam kalimat; dan
g. Perbedaan tema dan topik.

D. Manfaat Penulisan
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Bagi mahasiswa teknik elektro,penulisan ini bermanfaat untuk menambah ilmu
pengetahuan.
b. Bagi penulis, sebaai sarana untuk menambah wawasan serta menambah referensi
mengenai bahasa Indonesia, terutama tentang diksi, kalimat, paragraf, dan struktur
karangan, sehingga dapat bermanfaat di masa yang akan dating.
3

BAB II

PEMBAHASAN

1. DIKSI

A. Pengertian diksi

Diksi atau pilihan kata pada dasarnya adalah hasil dari upaya memilih kata tertentu yang
dipakai dala suatu kalimat, paragraph, atau wacana. Pemilihan kata bukan sekedar kegiatan
memlih kata yang tepat, melainkan juga memilih kata yang cocok. Cocok disini berarti
sesuai dengan konteks di mana kita berada,dengan siapa kita bicara, dan maknanya tidak
bertentangan dengan nilai rasa masyarkat pemakainya.

Dari uraian diatas, setidaknya ada tiga hal yang dapat kita paham. Pertama, kemampuan
memilih kata hanya kemungkinan bila seseorang menguasai kosa kata yang sangat luas.
Kedua, diksi mengandung upaya untuk membedakan secara tepat kata-kata yang memiliki
nuansa makna yang sempurna. Ketiga, pemilihan kata yang menyangkut kemampuan untuk
memilih kata yang teapt dan cocok untuk situasi atau kondisi tertentu.

B. Makna denotatif dan konotatif

Perbedaan makna denotative dan konotatif didasarkan pada ada atau tidaknya “niali rasa”
pada sebuah kata. Makna denotative sering juga disebut makna denotasional,makna
konseptual, dan makna kognitif. Mkna denotative adalah makna yang sesuai dengan hasil
observasi menurut penglihatan, pendengara, perasaan, atau pengalaman lainnya.

Kemudian, sebuah kata disebut mempunyai makna konotatif apabila kata itu mempunyai
nilai rasa, baik positif maupun negative. Makna konotatif juga dapat disbut dengan makna
kias atau makna bukan sebenarnya. Dalam kehidupan bermasyarakat, sudah menjadi sifat
manusia untuk memperhalus pemakaian bahasa. Oleh karena itu, diusahakan membentuk
kata atau istilah yang dianggap berkonotasi negative.

C. Makna umum dan makna khusus

Kata bunga memiliki acuan makna yang lebih luas daripada kata mawar dan melati. Bunga
tidak hanya mawar dan melati, tetapi terdiri atas beberapa macam, seperti kamboja, kertas,
dahlia, dan sebagainya. Kata yang memiliki acuan makna yang lebih luas disebut kata
umum, sedangkan kata yang memiliki makna yang khusus atau spesifik disebut kata khusus.
4

D. Pembentukan dan pemilihan kata

Ada dua cara pembentukan kata, yakni dari dalam dan dari luar bahasa Indonesia. Dari
dalam bahasa Indonesia, terbentuk kosakata baru dengan dasar kata yang sudah ada,
sedangkan dari luar terbentuk kata baru melalui unsur sarapan. Dewasa ini, kata bahasa
Indonesia banyak dipengaruhi bahasa asing. Kontak bahasa memang tidak bias dielakkan
karena hubungan bangsa indoneisa dengan bangsa lain.

Kata-kata pungut ada yang langsung tanpa diubah, tetapi ada juga yang diubah. Kata-kata
pungut yang sudah disesuaikan dengan ejaan bahasa Indonesia disebut bentuk sarapan.
Ada empat macam bentuk sarapan antara lain sebagai berikut.
1. Kata yang sudah sesuai dengan ejaan bahasa Indonesia
2. Kata yang diambil dan disesuaikan dengan ejaan bahasa Indonesia
3. Istilah-istilah asing diterjemahkan dan dipadankan ke dalam bahasa Indonesia.
4. Istilah diambil seperti aslinya karena sifat keuniversalannya.

Kemahiran dalam memilih kata terkait erat dengan penguasaan kosakata.syarat menurut
keraf ada enam, yaitu sebagai berikut.

1. Dapat membedakan antara denotasi dan konotasi


2. Dapat membedakan kata-kata yang hamper bersinonim
3. Dapat membedakan kata-kata yang hamper sama dengan ejaannya
4. Dapat memahami dengan tepat makna kata-kata abstrak
5. Dapat membedakan kata penghubung yang berpasangan dengan tepat
6. Dapat membedakan antara kata-kata yang umum dan khusus

E. Idiomatik
Idiom adalah ungkaoan bahasa yang atrinya secara tidak langsung dapat dijabarkan dari
unsur-unsurnya (Moeliono dalam Ahmad, 1984:177) menurut badudu dalam ahmad,
idiom adalah bahas yang teradatkan. Oleh karena itu, setiap kata yang membentuk idiom
berarti didalamnya sudah ada kesatuan bentuk dan makna.

Walaupun dengan prinsip ekonomi bahasa, salah satu unsurnya tidak boleh dihilangkan.
Ungkapan yang bersifat idiomatic terdiri atas dua atau tiga kata yang memperkuat diksi
dalam kalimat.
5

Diksi membahas penggunaan kata, terutama padasoal kebenaran, kejelasan, dan keefektifan.
Diksi atau pilihan kata yang tepat akan menciptakan sebuahkebenaran dalam menyusun suatu
tuturan atau tulisanuntuk tercapainya sebuah ide atau gagasan yang tepat pula.

Menurut Putrayasa (2007:7) dalam bahasa Indonesia diksi berasal dari kata
dictionary(bahasainggris yang kata dasarnya diction) berarti perihal pemilihan kata. Menurut
Lamuddin (2002:89) pilihan kata ataudiksi pada dasarnya adalah hasil dari upaya memilihkata
tertentu untuk dipakai dalam suatu tuturan bahasa. Pemilihan kata dilakukan apabila tersedia
sejumlah kata yang artinya hampir sama atau kemiripan. Pemlihan kata dilakukan bukanlah
sekadar memilih kata mana yang tepat, tetapi juga kata manayang cocok.Pilihan kata sering
disebut juga dengan istilahdiksi.

Keraf (2010:22—23) mengemukakan bahwaistilah pilihan kata atau diksi sebenarnya bukan
sajadipergunakan untuk masyarakat kata-kata mana yangdipakai untuk mengungkapkan suatu
ide ataugagasan, tetapi juga meliputi persoalan fraseologi,gaya bahasa, dan ungkapan.

Sebenarnya berarti pengertian pilihan kata atau diksi jauh lebih luas dariapa yang dipantulkan
oleh kata-kata saja.Diksi atau pilihan kata merupakan ketepatanseseorang dalam memilih dan
menggunakan katasesuai dengan situasi dan kondisi. ketepatan inimempersalahkan kesanggupan
sebuah kata untuk menimbulkan gagasan-gagasan yang tepat padaimajinasi pembaca atau
pendengar seperti hal-halyang dipikirkan atau dirasakan oleh penulis atau pembicara Diah
(2009:15)

¹SCRIBD, “Diksi”, SCRIBD Online; http://www.scribd.com/doc/125561815/DIKSI-DAN-


GAYA-BAHASA-DALAM-RUBRIK-KONSULTASI-TABLOID-NYATA-EDISI-JANUARI-
MARET-2012#scribd (diakses 12 Desember 2015).
6

2. KALIMAT

A. Pengertian kalimat

Satuan bahasa yang menjadi inti dalam pembicaraan sintaksis adalah kalimat yang
merupakan satuan di atas klausa dan di bawah wacana. Kalimat adalah satuan sintaksis
yang disusun dari konstituen dasar, biasanya berupa klausa dilengkapi dengan konjungsi
bila diperlukan, serta disertai dengan intonasi final.

Intonasi yang merupakan syarat penting dalam pembentukan sebuah kalimat, dapat
berupa intonasi deklaratif (dalalm bahasa ragam tulis diberi tanda titik), intonasi
intoregoatif (dalam ragam tulis diberi tanda Tanya), intonasi imperative (dalam raam tulis
diberi tanda seru), itonasi interjektif (dalam bahasa ragam tulis diberi tanda seru).

Konjungsi dalam kalimat berklausa ganda, meskipun dikatakan ada bila diperlukan, tetapi
debaliknya digunakan untuk menghindari kesalahpahaman, terutama dalm bahasa ragam
tulis.

B. Pola kalimat

Berdasarkan fungsi dan peran gramatikalnya, ada enam tipe kalimat yang dapat dijadikan
mdel pola kalimat dasar bahasa Indonesia sebagai berikut.
1. Kalimat dasar tipe s-p
2. Kalmat dasar tipe s-p-o
3. Kalimat dasar tipe s-p-pel
4. Kalimat dasar tipe s-p-ket
5. Kalimat dasar tipe s-p-o-pel
6. Kalimat dasar tipe s-p-o-ket

C. Jenis kalimat

1. Kategori klausa
Kateogori ini dapat dibedakan dengan adanya hal-hal berikut.
a. Kalimat verba, yakni kalimat predikatnya berupa verba dan frasa verba
b. Kalimat adjektif , yakni kalimat yang predikatnya berupa adjektif dan frasa adjektif
c. Kalimat nomina, yakni kalmiat yang predikatnya berupa nomina dan frasa nomina
d. Kalimat preposisional, yakni kalimat yang predikatnya berupa prepossinal dan frasa
preposisional
e. Kalimat numeral, yanki kalimat yang predikatnya berupa numeral dan frasa numeral
7

f. Kalimat adverbial, yakni kalimat yang predikatnya berupa adverbial dan frasa
adverbial

2. Jumlah klausa
a. Kalimat sederhana atau kalimat tunggal, yakni kalimat yang dibangun oleh sebuah
klausa.
b. Kalimat majemuk, yakni kalimat yang dibangun oleh dua klausa atau lebih.
1. Kalimat majemuk rapatan adalah kalimat yang terdiri dari dua klausa atau lebih
yang ada fungsi-fungsi klausanya ada yang dirapatkan karen merupakan substansi
yang sama.
a. Kalimat luas rapatan subjek disusun dengan merapatkan subjek yang
maujudnya sama lalu menghubungkan sisinya dengan konjungsi tertentu.
b. Kalimat luas rapatan predikat disusun dengan merapatkan predikat dari dari
dua buah klausa maujudnya sama, ulalu menghubungkan sisanya dengan
bantuan konjungsi yang dikehendaki maknanya.
c. Kalimat luas rapatan objek disusun dengan dengan merapatkan objek dari dua
buah klausa atau lebih yang maujudnya sama, lalu menghubungkan sisanya
dengan bantuan konjungsi yang sesuai dengan maknan yang dikehendakin.
d. Kalimat luas rapatan fungsi keterangan disusun dari dua buah klausa atau
lebih yang fungsi keterangan merupakan maujud yang sama.
e. Kalimat luas rapatan kompleks dapat disusun dari dua buah klausa atau lebih
yang dari fungsinya merupakan maujud yang sama.

2. Kalimat majemuk setara adalah kalimat yang terdiri dari dua klausa atau lebih
kedudukan yang setara dengan sebuah konjugsi koordinatif.
a. Penambahan
Konjungsi koordinatif yang biasanya digunakan adalah dan.
b. Pertentangan
Konjungsi koordinatif yang biasaynya digunakan adalah tetapi dan sedangkan.
c. Pemilihan
Konjungsi koordinatif yang biasnya digunakan adalah atau
d. Penegasan.
Konjungsi koorinatif yang biasanya digunakan adalah bahkan, malah, apalagi,
dan lagipul.
e. Pengurutan
Konjungsi koordinatif yang biasabya digunakan adalah lalu, kemudian,
selanjutnya, dan sebagainya.
8

3. Kalmat majemuk bertingjat adalah kalimat yang terdiri atas dua buah klausa yang
kedudukan tidak sama. Penggabungan dua buah klausa secara bertngkat dapat
memberi makna sebagai berikut.
a. Sebab
Konjungsubordiantif yang biasanya digunakan adalah sebab atau karena.
b. Akibat
Konjungi subordinatif yang biasanya digunakan adalah sampai, hingga dan
sehingga.
c. Syarat
Konjungsi subordinatif yaang biasanya digunakan adalah kalau, bila, apabila,
bilamana, jikalau dan asal.
d. Tujuan
Konjungsi subordinatif yang digunakan adalah untuk, agar, dan supaya.
e. Waktu
Konjungsi subordinatif yang biasa digunakan adalah sesuda, sbelum,ketika,
selagi, sejak, dan sewaktu.
f. Kesungguhan
Konjungsi subordinatif yang biasa digunakan adalah meskipun, biarpun,
sungguhpun, walaupun dan walaupun.
g. Perkecualian
Konjungsi subordinatif yang digunakan adalah kecuali.
h. Perbandingan
Konjungsi subordinatif yang digunakan adalah seperti, bagai, bak, dan
laksana.
i. Pengandaian
Konjungsi subordinatif yang dgunakan adalah seandainnya, andaikata,
andaikan, dan sekiranya.
j. Cara
Konjungsi subordinatif yang digunakan adalah dengan dan tanpa.
k. Alat
Konjungsi subordinatif yang digunakan adalah dengan dan tanpa.
l. Komplementasi
Konjungsi subordinatif yang digunakan adalah bahwa.
m. Atributif
Konjungsi subordinatif yang digunaka adalah yang.

4. Kalimat majemuk kompleks adalah kalimat yang yang terdiri atas tiga klausa
ataua lebih yang didalamnya terdapat hubungan koordinatif (setara) dan hubungan
subordinatif (bertingkat).
9

3. Modus kalimatnya
modus adalah pengungkapan atau penggambaran suatu psikologiserbuatan menurut
tafsiran si pembaca atau si pendengar tentang apa yang diungkapkannya.
a. Kalimat deklaratif
Kalimat deklaratif adalah kalimat berita yang mengandung intonasi deklaratif,
dalam ragam tulisnya diberi tanda titik.
b. Kalimat interogatif
Kalimat interogatif adalah kalimat Tanya yang mengandug intonasi interogatif,
dalam ragam tulisnya diberi tanda Tanya.
c. Kalimat imperative
Kalimat imperatif adalah kalimat yang meminta pendengar atau pembaca
melakukan suatu tindakan.
d. Kalimat interjektif
Kalimat interjektif merupakan kalimat yang berupa seruan yang berisi ungkapan
perasaan yang spontan atau reaksi mendadak berupa senang, emosi dan sedih.
e. Kalimat optative
Kalimat oftatif adalah kalimat yang menyatakan harapan atau keinginan.

4. Jenis kalimat unsur kalimat


Berdasarkan struktur internal klausa utama, kalimat diklarifikasikan sebagai kalimat
sempurna dan kalimat tak sempurna.
a. Kalimat minor
Kalimat ini juuga diseut juga kalimat tak berklausa. Klaimta minor terbagi
menjadi dua, yaitu kalimat minor yang tak berstruktur dan kalimat minor yang
berstruktur.
1) Kalimat minor tak berstruktur
Kalimat ini muncul sebagai wacan yang ditentukan oleh situasi
a. Kalimat minor panggilan
b. Kalimat minor seru
c. Kalimat minor perintah, larangan dan Tanya bentuk singkat
d. Kalimat minor judul
e. Kalimat mnor semboyan
f. Kalimat minor salam

2) Kalimat berstruktur
Kalimat ini muncul sebagai pelengkap atau penyempurna kalimat utuh klausa
sebelumnya dalam wacana. Kalimat minor berstruktur dibedakan berdasarkan
sumber penurunannya sebagai berikut.
a) Kalimat minor elips
b) Kalimat minor urutan
10

c) Kalimat minor marginal

b. Kalimat mayor
Kalimat ini sekurang-kurangnya memiliki fungsi subjek dan predikat.

5. Urutan struktur kalimat


Dalam pengembagian jenis, kalimat ini dibedakan menjadi dua, yaitu kalimat versi
dan kalimat inversi, dengan penjelasan sebagai berikut.
a. Struktur kalimat dasar (kalimat versi)
Kalimat dasar atau kalimat versi adalah kalimat yang mengandung hal-hal sebagai
berikut.
1) Terdiri atas satu klausa
2) Unsur-unsurnya lengkap
3) Susunan unsurnya menurut menurut urutan yang paling umum dengan kata
lain dengan urutan unsurnya yang paling lazim. Terdapat lima struktur (pola)
kalimat dasar, yaitu sebagai berikut.
a) KB+KB (kata benda+kata benda)
b) KB+KK (kata benda+kata kerja)
c) KB+KS (kata benda+kata sifat)
d) KB+Kbil ( kata benda+kata bilangan)
e) KB+Kdep (kata benda+kata depan)

b. Kalimat inversi
Sebuah kalimat yang biasanya memliki pola yang berurutan yaiut subjek,
predikat, objek dan keterangan.

D. Kalimat efektif
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan maksud penutur\penulis
secara tepat sehingga maksud itu dapt dipahami oleh pendengar\pembaca secara tepat
pula. Utuk mendapatkan keefektifan tersebut, kalimat efektif harus memenuhi paling
tidak enam syarat.
1. Kesatuan
Kesatuan adalah terdapatnya satu ide pokok dalam sebuah kalimat.
2. Kepaduan(koherensi)
Kepaduan adalah terjadimya hubungan yang padu antara unsur-unsur pembentuk
kalimat.
3. Keparalelan
Keparalelan atau kesejajaran adalah terdapat unsur yang sama derajatnya, sama pola,
atau susunan kata dan frasa yang dipakai dalam kalimat.
4. Ketepatan
11

Ketepatan adalah kesesuaian/kecocockan pemakaian unsur-nsur yang membentuk


suatu kalimat sehingga tecipta pengertian yang bulat dan pasti.
5. Kehematan
Kehematan adalah menghindari pemakaian yang tidak perlu.
6. Kelogisan
Kelogisan adalah terdapatnya arti kalimat yang logis/masuk akal

Moeliono (1988) mengungkapkan satu istilah yang menarik sebagai bagian dari rujukan untuk
tulisan ini. Moeliono mengungkapkan istilah pola dasar kalimat inti. Istilah pola dasar kalimat
inti ini berbeda dengan yang diungkap Badudu (1990).

Dalam memahami materi kalimat, terdapat beberapa syarat yang mesti dikuasai pembelajar di
antaranya penguasaan kategori kata (kelas kata). Pembahasan kelas kata lebih banyak diperoleh
pada materi morfologi. Pembahasan kalimat berdasarkan kategori kata pun di bahas oleh Badudu
(1990), Chaer (1994) juga Kridalaksana (1994). Pembahasan kalimat yang diuraikan para pakar
mendorong kemungkinan pengembangan tulisan kalimat. Berdasarkan pembahasan dalam kajian
pustaka inilah tulisan ini dilanjutkan.

Pola dasar kalimat inti diungkapkan dengan berbagai istilah oleh Badudu (1997: 32), Moeliono
(1998: 322), dan Sugono (1997: 99). Istilah pola dasar kalimat inti merupakan istilah dari
Moeliono.Badudu (1997: 32) mengemukakan delapan pola dasar kalimat inti. Contoh kalimatnya
adalah sebagai berikut. (1) Saya mandi (S-P). (2) Saya menulis surat (S-P-O). (3) Ayah
mengirimkan uang kepada ibu (S-P-O-K). (4) Mereka berburu rusa (S-P-Pel). (5) Mereka
menganggap saya pengajar (S-P-O-Pel). (6) Ayah mengirimi ibu uang bulan lalu (S-P-O-Pel-K).
(7) Saya sakit sebulan (S-P-K). (8) Penyelesaiannya makan waktu setahun (S-P-Pel-K).

Moeliono (1998: 322) mengemukakan enam pola dasar kalimat inti. Contoh kalimatnya adalah
sebagai berikut. (1) Orang itu sedang tidur (S-P). (2) Ayahnya membeli mobil baru (S-P-O). (3)
Beliau menjadi ketua koperasi (S-P-Pel). (4) Kami tinggal di Jakarta (S-P-Ket).(5) Dia
mengirimi ibunya uang (S-P-O-Pel). (6) Beliau memperlakukan kami dengan baik (S-P-O-K).

Dalam penelitian ini pola dasar kalimat yang dikemukakan Badudulah yang digunakan.
Penentuan penggunaan pola dasar kalimat ini diambil berdasar pada kecenderungan rasionalitas
dari uraian Badudu. Sekalipun uraian Moeliono tidaklah bertentangan dengan uraian Badudu,
uraian Badudu dipertimbangkan lebih lengkap.
²UPI, “Kalimat”, UPIOnline;

http://file.upi.edu/Direktori/JURNAL/PENDIDIKAN_DASAR/Nomor_8-
Oktober_2007/Pembelajaran_Kalimat_Bahasa_Indonesia_Dengan_Pola_Spiral_Pada_Program_
Pendidikan_Guru_Sekolah_Dasar.pdf (diakses 14 Desember 2015).
12

3. PARAGRAF

A. Pengertian paragraf
Paragraph mempunyai beberapa pengertian : (1) paragtaf adalah satuan bahasa tulis yang
terdiri atas beberapa yang tersusun secara lengkap, utuh dan padu. (2) paragraph adalah
bagian dari suatu karangan yang terdiri atas sejumlah kalimat yang mengungkapkan suatu
informasi dengan pikiran utama sebagai pengendalinya dan pikiran penjelas sebagai
pendukungnya (Widjono dalam Ahmad, 2007: 173-174).
B. Ciri-ciri paragraf
Galam karangan panjang, paragraf mempunyai bebrapa ciri. Alek A. dan Achmad H.P
dalam Ahmad (2010:208) mengemukakan ciri-ciri paragraf sebagai berikut.
1. Kalimat perama bertakuk kedalamlima ketukan spasi untuk jenis karangan ilmiah
formal, misalnya makalah, skripsi, tesis, dan disertasi.
2. Paragraph menggunakan ikiran utama (gagasan utama) yang dinyatakan dalam
kalimat topik.
3. Setiap paragraf menggunakan sebuah kalimat topikdan selebihnya merupakan
pengembang yang berfungsimenjelaskan, munguraikan, atau menerangkan pikiran
utama yang ada dalm kalimat topik.
4. Paragraf menggunakan pikiran penjelas (gagasan penjelas) yang dinyatakan dalm
kalimat penjelas.

C. Fungsi paragraf
Beberapa fungsi paragraf menurut Widjono dalam Ahmad, (2007:175) adalah sebagai
berikut.
1. Mengekspresikan gagasan tertulis dengan memberi bentuk suatu pikiran dan persaan
kedalam serangkain kalimat yang tersusun secara logis dalam suatu kesatuan.
2. Menandai peralihan(pergantian) gagasan baru bagi karangan yang terdiri atas
beberapa paragraf, ganti paragraf berarti ganti pikiran.
3. Memudahkan peorganisasian bagi penulis dan memudahkan pemahaman bagi
pembacanya.
4. Memudahkan pengembangan topik karangan dalam satuan-satuan unit pikiran yang
lebih kecil.
5. Memudahkan pengendalian variable, terutama karangan yang terdiri atas beberapa
variable.
D. Syarat-syarat paragraf
Seperti halnya bahasa yang memiliki hierarki dan unsur lahiriah seperti kalimat, frasa,
kata, dan sebagainya, serta nonlahiriah terkait makna dan maksud, paragraf juga memiliki
unsur-unsur itu. Jika diurainkan lebih rinci, lazimnya paragraf terdiri atas:
1. Klaimat topik/kalimat utama,
2. Kalimat pengembang atau kalimat penjelas,
13

3. Kalimat penegas, dan


4. Kalimat transisi.

E. Pengembangan paragraf
Secara umum, paragraph dapat dikembangkan melalui beberapa pola. Pola-pola tersebut
diuraikan di bawah ini.
1. Pola urutan ruang dan waktu
2. Pola sebab-akibat
3. Pola susunan pembandig
4. Pola susunan ibarat
5. Pola susunan daftar
6. Pola susunan contoh
7. Pola susunan gambar

F. Jenis-jenis paragraf
1. Paragraf deskripsi
Deskripsi adalah suatu bentuk karangan yang melukiskan suatu sesuai dengan
keadaan sebenarnya sehingga pembaca dapat mencitrai (meliihat, mendengar,
mencium, dan mersakan) apa yang ditulisnya sesuai dengan citra penulisnya
(Jauharoti Alfin, dkk., dalam Ahmad 2008:7-11).
Untuk mengembangkan paragraph deskripsi, ada tiga pola yang digunakan yaitu:
a) Paragraph deskripsi spasial
b) Paragraph deskripsi sebjektif
c) Paragraph deskripsi objektif
a. Teknik penulisan
Untuk mencapai tujuan deskripsi, harus melalui pendekatan bagaimana penulis
melihat objek dan sikap yang diambil untuk menggambarkan objek secara tepat.
Pendekatan tersebut adalah sebagai berikut.
1) Pendekatan realistis
2) Pendekatan sikap penulis

2. Paragraf eksposisi
Eksposisi adalah penulisan untuk memberitahukan atau memberi informasi mengenai
suatu objek tertentu (Gorys Keraf dalam Ahmad,1995:8). Paragraph eksposisi juga
disebut dengan paparan.eksposisi juga dirumuskan sebagai tulisan yang utamanya
adalah mengklarifikasi, menjelaskan, medidik, atau mengevaluasi sebuah persoalan.
a. Teknim penulisan
Jenis metode penulisan eksposisi sebagai beerikut.
1) Metode identifikasi
2) Metode perbandingan
14

3) Metode ilustrasi
4) Metode klasifikasi
5) Metode definisi
6) Metode analisis

3. Paragraf argumentasi
Argumentasi adalah karangan yang terdiri atas paparan alas an dan penyitetisan
pendapat untuk membangun suatu kesimpulan (Jauharoti Alfin, dkk., dalam Ahmad
2008:11-10). Karangan ini selalu memuat alasan (argument) atau bantahan yang
memperkuat ataupun menolak sesuatu guna mempengaruhi keyakinan pembaca.
Paragraph argument secara tradisional terdiri atas kategori, yaitu induktif dan
deduktif.
a. Tenik penulisan
Argumentasi berarti mengemukakan masalah dengan mengambil sikap pasti untuk
mengungkapkan segala persoalan dengan segala kesungguhan intelektualnya, bukan
sekedar mana suka atau pendekatan emosional. Adapun komposisi argumentasi
adalah sebagai berikut.
1) Pendahuluan
2) Tubuh argumentasi
3) Kesimpulan

4. Paragraf narasi
Narasi besala dari kata to narrate, yang berarti bercerita. Cerita adalah rangkuman
peristiwa atau kejadian secara kronologis,baik fakta maupun rekaan atau fiksi. Narasi
bias saja dimulai dari peristiwa di tengah atau paling belakang sehingga
memunculkan alur flashback.

Pada dasarnya, dibagi dalam tiga bagian, yaitu awal, tengah, dan akhir.awal narasi
biasanya berisi pengantar, bagian tengah adalah bagian yang munculnya konflik yang
kemudian digiring ke klimaks, akhir yang mereda in memiliki cara pengungkapan
bermacam-macam.
a. Teknik penulisan
Narasi berbentuk karangan yang berusaha menggambarkan peristiwa pada suatu
waktu dengan sejelas-jelasnya kepada pembaca. Hal yang terpenting dalam karangan
narasi adalah unsur tindakan atau buatan sehingga pembaca seolah-olah dapat melihat
atau mengalami sendiri peristiwa tersebut. Terdapat dua bentuk narasi, yaitu narasi
sugestif dan narasi ekspositoris.

5. Paragraph persuasi
15

Persuasi adalah karangan yang berisis paparn berdaya-bujuk, berdaya-ajak, ataupun


berdaya imbau yang dapat membangkitkan ketergiuran pembaca untuk meyakini dan
menuturi imbauan implisit maupun eksplisit yang dilontarkan oleh penulis (E.
Kusnadi, dkk., dalam Ahmad 2006:44). Selain itu persuasi bertolak ukur pada
pedoman bawha pikiran manusia dapat diubah.
a. Teknik penulisan
Tujuan akhir dari karangan persuasi adalah adanya kesepakatan.terdapat tuga hal
yang harus diperhatikan dalam karangan persuasi, yakni kredibilitas penulis,
kemampuan menyugesti pembaca, dan bukti-bukti.

G. Koherensi dan Kohesi


Kalima-kalimat dalam sebuah paragraf harus berkaitan antara yang satu dengan yang
lainnya. Kepaduan paragraf juga diciptakan dengan pemanfaatan kata-kata transisi seperti
ditunjukan berikut ini.
1. Kata transisi penunjuk hubungan tambahan
2. Kata transisi penunjuk hubungan pertentangan
3. Kata transisi penunjuk hubungan perbandingan
4. Kata transisi penunjuk hubungan akibat
5. Kata transisi penunjuk hubungan tujuan
6. Kata transisi penunjuk hubungan singkatan
7. Kata transisi penunjuk hubungan tempat dan waktu

Mengarang pada hakikatnya bukan hanya menulis simbol-simbol grafis tetapi mengarang adalah
menuangkan buah pikiaran ke dalam bahasa tulis melalui kalimat-kalimat yang dirangkai secara
utuh, lengkap, jelas sehingga buah pikiran tersebut dapat dikomunikasikan kepada pembaca.
Secar singkat kegiatan dalam rangka mengarang, pengarang menggunakan bahasa tulis untuk
menyatakan isi hati secara menarik dan mudah dipahami (Byrne, 1979:19). Paragraf merupakan
himpunan dari kalimat-kalimat yang bertalian dalam satu rangkaian untuk membentuk sebuah
gagasan. Paragraf merupakan gagasan yang lebih tinggi/lebih luas dari kalimat. Sebuah paragraf
menjadi jelas setelah ada uraian atau penjelasan yang menampilkan pokok-pokok pikiran yang
berkaitan

dan mendukung gagasan pokok (Keraf, 1997:35). Seperti sudah dijelaskan bahwa ke-terampilan
menerapkan EYD, memilih kata yang tepat, membuat kalimat efektif, belum sepenuhnya
menjamin seorang penulis dapat menulis dengan baik (Sabarti Akhadiah, dkk, 1992:170). Dalam
menuangan gagasan atau pikiran, dituntut mampu menghubung-hubungkan kalimat dengan
kalimat dalam satu kesatuan yang padu. Hubungan itu menyatakan kesatuan yang diikat oleh
struktur bahasa dan kesatuan yang logis. Dalam tulis menulis atau karang mengarang, ikatan itu
dilahirkan dalam bentuk paragraf.
16

Paragraf merupakan inti penuangan buah pikiran dalam sebuah karangan. Dalam paragraf
terkandung satu uni buah pikiran yang didukung oleh semua kalimat dalam paragraf tersebut,
mulai dari kalimat pengenal, kalimat utama atau kalimat topic, kalimat-kalimat penjelas sampai
kepada kalimat penutup. Himpunan kalimat ini saling bertalian dalam suatu rangkaian untuk
membentuk sebuah gagasan. Paragraf dapat dikatakan karangan yang paling pendek. Dengan
adanya paragraf, kita dapat membedakan di mana suatu ide mulai dan berakhir. Kita akan
kepayahan membaca sebuah buku, kalau tidak ada paragraf, karena seolah-olah kita dicambuk
untuk membaca terus-menerus sampai selesai. Kitapun sulit mengorganisasi pikiran dari suatu
gagasan ke gagasan lain. Dengan adanya paragraf, kita dapat berhenti sebentar, sehingga kita
dapat mengadakan konsentrasi pikiran tentang tema yang terkandung di dalamnya.

Paragraf merupakan bagian dari sebuah karangan yang terdiri dari beberapa bagian seperti
berikut: a) paragraf pembuka yang terletak di awal karangan, b) paragraf isi atau penghubung
yang membangun badan karangan,dan c) paragraf penutup atau pengalih yang mengakhiri
sebuah karangan (Keraf, 1997:41)

³JOURNAL, “Paragraf”, JOURNAL Online;

http://journal.uny.ac.id/index.php/jpip/article/view/4795/4145 (diakses 14 Desember 2015).


17

4. STRUKTUR KARANGAN

A. Pengertian tema dan topik


Secara etimologis, kata tema berasal dari bahasa yunani tithenai yang berarti “sesuatu
yang telah ditempatkan” atau “sesuatu yang tealh diuraikan”. Sedangkan topik bersala
dari kata topoi yang berarti “tempat”. Ini berarti bahwa tema/topik merupakan sesuatu
yang sudah ditentukan atau dibatasi. Secara sederhana, topik ialah pokok pembicaraan
atau segala yang ingin dibahas, dari topik khusus, sempit, konkret, dan jelas.

Pada dasarnya, istilah tema dan topik sudah kita dengar dalam acara-acara tertentu,
seperti tema menyambut tahun baru hijriyah, tema menyambut peringatan isra mikraj
nabi Muhammad Saw.,

Seperti yang dipaparkan diatas, jika mengambil tema pendidikan islam dan tafsir-hadist,
maka topik akan sangat luas. Topik yang luas akan sulit dibahas secara mendalam.
Supaya tidak terlalu luas dan mudah dibahas, topik tersebut perlu dibatasi. Penulis dapat
memilih,misalnya, tokoh-tokoh pendidikan. Selanjutnya, tokoh tersebut dipersempit
menjadi Zakiah Darajat, Mahmud Yunus, Al-Ghazali, KH. Ahmad Dahlan, dan lain-lain.

Menurut Sabarti Akhadiah dalam Ramlan (2011:134), ada lima hal yang perlu
diperhatikan dalam memilih topik.
1. Ada manfaatnya untuk perkembangan ilmu dan profesi.
2. Cukup menarik untuk dibahas.
3. Dikenal dengan baik.
4. Bahannya mudah diperoleh.
5. Tidak terlalu luas dan tidak terlalu sempit.

B. Pengertian judul
Judul adalah nama, merek, atau labelkarangan. Judul bersifat eksplisit. Dalam karangan
fiksi, misalnya roman layar terkembang, bukan membicarakan tentang laar yang
terkembang, melainkan tentang ideology. Lain halnya dengan karya ilmiah. Dalam karya
ilmiah, biasanya topik bias serta-merta menjadi judul. Berdasarkan uraian ini, topik yang
sudah sangat spesifik dapat dijadikan judul. Oleh kaarena itu, dalam menulis judul
karanganilmiah, penulis dituntut untuk mempertimbangkan beberapa hal sebagai berikut.
a. Harus sesuai dengan topk/isi dan jangkauannya.
b. Sebaiknya dinyatakan dengan frasa/kelompokkata, bukan kalimat.
18

c. Sesingkat mungkin
d. Sejelas mungkin, tidak dalam bentuk konotatif bermakna ambiguitas.
e. Provokatif, mamancing orang untuk membaca tulisan itu.

C. Struktur penulisan karangan


Struktur utama karya ilmiah adalah fakta dan data. Untuk mendapatkan itu, yang
dilakukan oleh seorang penulis nonfksi adalah penelitian(research), baik penelitian
perpustakaan maupun penelitian lapangan.
1. Bahan pustaka
Penulisan karangan ilmiah wajib didukung dengan landasan teoritis. Oleh karenaitu,
penulis dituntut untuk mencari buku yang berhubungan dengan topik yang dibahas.

2. Wawancara
Wawancara adalah salah satu cara yang mengajukan pertanyaan kepada seorang ang
dianggap berkompeten tentang yang ditulis. Wawancara biasanya dilakukan untuk
mendapatkan data secara lisan. Artinya, orang yang diwawancarai hendaknya
langsung kita temui.

3. Angket
Angket adalah daftar pertanyaan tertulis yang digunakan untuk mendapatkan opini
tentang sesuatu.

D. Susunan kerangka karangan


Penyusunan kerangka karangan adalah tahap akhir dari dari prapenulisan. Hal yang
mempengaruhi kerangka karangan ialah tujuan dan bahan penulisan. Di bawah ini
sipaparkan hal-hal apa saja yang dilalui dalam kerangka karangan.
1. Bahan kerangka
Secara umum, kerangka karangan berbentuk deklaratif (berita) yang lengkap untuk
merumuskan sebuah topik, sub-subtopik. Di bawah ini, disajikan contoh kerangka.
I. Pendahuluan
a. Latar belakang
b. Perumusan masalah
c. Tujuan penulisan
d. Pembatasan masalah
e. Metode pembahasan
f. Sistematika penulisan
II. Landasan teori : rumusan teori yng berhubungan dengan topik yang akan
dibahas,misalnya pengertian, bagian-bagian, dan lain-lain sifat teoritis.
III. Hasil penelitian : berisi inti pembahasan.
IV. Penutup: biasanya berisi kesimpulan (jawaban masalah dan saran-saran jika ada.
19

Daftar pustaka: memuat referensi tentang tulisan tersebut

2. pengembangan kerangka
tahap pengembangan kerangka adalah mengumbangkan kerangka menjadi kalimat,
wacana, dan bab. Bagian-bagian tersebut tidak menjadi tulisan yang benar dan utuh,
tetapi masih dapt diperbaiki dan direvisi.

3. Revisi
Tahap revisi adalah tahap pengoreksian hasil kerangka karangan. Hal yang dikoreksi
adalah tulisa berupa kalimat, wacana, dan bab yang merupakan hasil pengmbangan
kerangka.
20

BAB III

PENUTUP
A. SIMPULAN
1. Diksi adalah ketepatan pemilihan kata di pengaruhi oleh kemampuan pangguna
bahasa yang terkait dengan kemampuan yang memahami, mengetahui, menguasai
dan penggunaan kata aktif dan efektif kepada pembaca dan pendengarnya.
2. Makna denotasi adalah makna yang sebenarnya yang sama dengan makna lugas
untuk menyampaikan sesuatu yang bersifat faktual. Makna pada kalimat yang
denotatif tidak mengalami perubahan makna.
3. Makna konotasi adalah makna yang bukan sebenarnya yang umumnya bersifat
sindiran dan merupakan makna denotasi yang mengalami penambahan.
4. Makna umum adalah makna yang memiliki ruang lingkup cakupan yang luas dari
kata yang lain.
5. Makna khusus adalah makna yang memiliki ruang lingkup cakupan yang sempit
dari kata yang lain.
6. kalimat yang merupakan satuan di atas klausa dan di bawah wacana. Kalimat adalah
satuan sintaksis yang disusun dari konstituen dasar, biasanya berupa klausa
dilengkapi dengan konjungsi bila diperlukan, serta disertai dengan intonasi final.
7. paragraf adalah satuan bahasa tulis yang terdiri atas beberapa yang tersusun secara
lengkap, utuh dan padu.
8. Secara etimologis, kata tema berasal dari bahasa yunani tithenai yang berarti “sesuatu
yang telah ditempatkan” atau “sesuatu yang tealh diuraikan”. Sedangkan topik
bersala dari kata topoi yang berarti “tempat”. Ini berarti bahwa tema/topik
merupakan sesuatu yang sudah ditentukan atau dibatasi. Secara sederhana, topik
ialah pokok pembicaraan atau segala yang ingin dibahas, dari topik khusus, sempit,
konkret, dan jelas.
B. SARAN
Penulisan mengenai diksi, kalimat, paragraf, dan strutur karangan diharapkan dapat
memberikan manfaat dan hasil penulisan yang lebih bagus, bahwa agar mendapatkan
hasil yang baik dalam menulis suatu karya.
21

DAFTRAR PUSTAKA

S.R., Ahmad, P. Hendri. Mudah Menguasai Bahasa Indonesia. Bandung : Yrama Widya, 2015.

¹SCRIBD. “Diksi”, SCRIBD Online. http://www.scribd.com/doc/125561815/DIKSI-DAN-


GAYA-BAHASA-DALAM-RUBRIK-KONSULTASI-TABLOID-NYATA-EDISI-JANUARI-
MARET-2012#scribd (diakses 12 Desember 2015).

UPI. “Kalimat”, UPIOnline.


http://file.upi.edu/Direktori/JURNAL/PENDIDIKAN_DASAR/Nomor_8-
Oktober_2007/Pembelajaran_Kalimat_Bahasa_Indonesia_Dengan_Pola_Spiral_Pada_Program_
Pendidikan_Guru_Sekolah_Dasar.pdf (diakses 14 Desember 2015).

JOURNAL. “Paragraf”, JOURNAL Online.

http://journal.uny.ac.id/index.php/jpip/article/view/4795/4145 (diakses 14 Desember 2015).

You might also like