Professional Documents
Culture Documents
Jurnal Reading - Hipereemesis Gravidarum - Imam
Jurnal Reading - Hipereemesis Gravidarum - Imam
SMF Ilmu Penyakit Obstetri dan Ginekologi RSD dr. Soebandi Jember
Oleh
Imam Adi Nugroho
122011101077
Hasil: Kejadian HG lebih rendah pada wanita dengan risiko kelahiran preterm
spontan (1,52% n= 6) dibandingkan dengan wanita tanpa faktor risiko yang dapat
diidentifikasi untuk risiko kelahiran preterm spontan (3,33%, n = 159; P = .049).
Kesimpulan: Kejadian inap rumah sakit akibat HG berkurang pada wanita dengan
faktor risiko kelahiran preterm spontan dibandingkan dengan yang tidak memiliki
faktor risiko. Eksplorasi patogenesis dari HG dapat memperbaiki pemahaman
mekanisme yang mendasari kelahiran preterm spontan.
KATA KUNCI
2. METODE
Wanita dengan gestasi multipel, penyakit trofoblastik, dan fungsi tiroid yang
abnormal dikeluarkan.19 Kami memeriksa data catatan kasus dan data PTBC untuk
mendapatkan bukti pengobatan progesteron pada trimester pertama dan kedua;
wanita-wanita ini kemudian dikecualikan (Gambar 1).Rawat inap di rumah sakit
untuk HG diambil dari Medical Koding menggunakan ICD-10 kode O21.0 (HG
ringan) dan O21.1 (HG dengan gangguan metabolik), n = 6 untuk wanita yang
merupakan rujukan klinik kelahiran preterm dan n = 159 untuk wanita tanpa
faktor risiko untuk kelahiran spontan premature, Gambar 1 menunjukkan
representasi diagram dari proses inklusi.
3. HASIL
Delapan belas wanita yang hadir di PTBC selama periode penelitian diobati
dengan progesteron (median umur gestational: 12 minggu [2 + 0 sampai 20 + 5
minggu]; data gestasional tidak tersedia untuk tiga wanita), tidak ada yang
mengaku mengalami HG. Empat belas dari 394 wanita yang termasuk dalam
penelitian ini juga termasuk dalam penelitian randomized control trial
OPPTIMUM, penelitian yang menyelidiki penggunaan progesteron dalam
mencegah kelahiran preterm spontan, menggunakan progesteron atau plasebo
setelah kehamilan usia 20 minggu, namun tidak ada dari peserta yang dirawat
dengan HG, meski waktu pemberian progesterone pada usia kehamilan tersebut
dapat menghalangi terajadinya HG pada trimester pertama. Empat puluh dari 416
wanita yang dirujuk ke PTBC memiliki riwayat prosedur pngikatan serviks,
namun tidak ada yang dirawat di rumah sakit karena HG. Pengobatan dengan
progesterone dan atau cerclage tidak ditawarkan kepada wanita yang tidak dirujuk
ke PTBC.
Enam dari 412 wanita (1,46%) pada kelompok PTBC dirawat dengan HG,
dibandingkan dengan 159 dari 4762 wanita (3,33%) tanpa rujukan dari PTBC
(rasio z 2,086, P = .037). Bila wanita yang diobati dengan progesteron dari
dieksklusi dari analisis, maka perbedaan proporsi tetap signifikan (6 dari 394
perempuan dari PTBC [1,52%] dirawat dengan HG; z = 1,97, P = 0,049; tabel 2).
Gambar 1 Proses identifikasi kasus dan kelahiran wanita dengan
peningkatan resiko kelahiran prematur spontan (kohor klinik kelahiran prematur
spontan dan non kohor klinik kelahiran prematur spontan) pada studi retrospektif
kohor di UCLH antara April 2012 dan Januari 2014. Catatan diidentifikasi pada
klinik kelahiran premature spontan dan catatan medis dari departemen koding
medis dan sistem informasi. Populasi akhir diidentifikasi setelah identifikasi
kriteria eksklusi. Jumlah kelahiran premature spontan pasien pada klinik kelahiran
premature spontan mencapai 11,45% (n=45) Jumlah kelahiran spontan pada
pasien non klinik kelahiran premature spontan mencapai 7,7%, Ket: IUD (Intra
Uterine Death), TOP (Termination on Pregnancy)
Tabel 2. Insidensi dari HG pada wanita yang memilki resiko kelahiran prematur
spontan (kohor Klinik Kelahiran Preterm) dan wanita yang tidak beresiko
kelahiran preterm spontan (non kohor Klinik Kelahiran Preterm) pada sebuah
studi kohort retrospektif di UCLH pada April 2012 dan Januari 2014
4. DISKUSI
Hasil penelitian ini sesuai dengan konsep bahwa wanita yang melahirkan
prematur secara spontan mengalami perubahan respon hormonal terhadap
kehamilan yang berhubungan dengan plasentasi abnormal. Hiperemesis
gravidarum bertahan sampai trimester kedua diketahui memiliki hubungan dengan
kelaianan yang disebabkan disfungsi plasenta, seperti preeklampsia dan abrupsio
plasenta,24 mendukung hipotesis ini. Selain itu sebuah penelitian meta-analisis
terbaru6 mengidentifikasi dua penelitian yang menunjukkan hubungan antara
konsentrasi progesteron serum tinggi dan HG.7,8 Sehingga, walaupun penelitian ini
dilakukan secara independen kohort, dapat dihipotesiskan bahwa konsentrasi
progesteron lebih tinggi memberikan risiko kelahiran preterm spontan yang lebih
rendah. Kurangnya hubungan antara konsentrasi progesteron dan HG dijelaskan
dalam studi ketiga25 yang diidentifikasi oleh Niemeijer et al. dapat dijelaskan
dengan menilai tingkat keparahan perempuan mual dan muntah sesuai pasien-
selesai kuesioner, bukan standar NICE yang lebih obyektif definisi untuk HG.5
Yang perlu dicatat kejadian HG pada kelompok yang tidak dirujuk ke klinik
kelahiran preterm lebih tinggi (3,33%) dari angka yang dikutip di tempat lain
yaitu: 0,8%, 12 atau 0,5-2%.18 Hal ini mungkin karena variabilitas di pengkodean
definisi yang digunakan dalam penelitian untuk menghitung kejadian HG. Begitu
pula dengan angka terminasi kehamilan di penelitian ini lebih tinggi dari standar
usia tingkat terminasi untuk Inggris dan Wales (1,59% pada tahun 2013)26 namun
lebih rendah dari yang dilaporkan di kalangan wanita yang dirawat di rumah sakit
dengan HG pada pusat penelitian lain (10,6%)27
6. KESIMPULAN
Penelitian ini menemukan bahwa rawat inap rumah sakit akibat HG pada
wanita dengan peningkatan risiko kehamilan preterm spontan berkurang
dibandingkan dengan wanita tanpa faktor risiko yang dapat diidentifikasi untuk
kehamilan preterm spontan. Hal ini mendukung hipotesis kami bahwa HG dan
sPTB adalah manifestasi klinis dari spektrum ekstrem biokimia yang berlawanan,
dan menunjukkan bahwa eksplorasi lebih lanjut dari pathogenesis HG dapat
menambah pemahaman tentang mekanisme yang mendasarinya kehamilan
preterm spontan.
REFERENSI
1. Dodd JM, Jones L, Flenady V, Cincotta R, Crowther CA. Prenatal
administration of progesterone for preventing preterm birth in women
considered to be at risk of preterm birth. Cochrane Database Syst Rev.
2013;7:CD004947.
2. Lachelin GCL, McGarrigle HHG, Seed PT, Briley A, Shennan AH, Poston L.
Low saliva progesterone concentrations are associated with spontaneous early
preterm labour (before 34 weeks of gestation) in women at increased risk of
preterm delivery. Int J Obstet Gynaecol. 2009;116:1515‐1519.
3. Carter J, Hezelgrave N, Seed P, et al. Combined fetal fibronectin and saliva
progesterone measurement for prediction of spontaneous preterm birth. Arch
Dis Child—Fetal Neonatal Ed.2014;99:A12.
4. Maged AM, Mohesen M, Elhalwagy A, Abdelhafiz A. Salivary progesterone
and cervical length measurement as predictors of spontaneous preterm birth.
J Matern Fetal Neonatal Med. 2015;28:1147‐1151.
5. Priya B, Mustafa MD, Guleria K, Vaid NB, Banerjee BD, Ahmed RS.
Salivary progesterone as a biochemical marker to predict early preterm birth
in asymptomatic high-risk women. BJOG Int J Obstet Gynaecol.
2013;120:1003‐1011.
6. Niemeijer MN, Grooten IJ, Vos N, et al. Diagnostic markers for hyperemesis
gravidarum: a systematic review and metaanalysis. Am J Obstet Gynecol.
2014;211:150.e1‐15.
7. Taşkin S, Taşkin EA, Seval MM, Atabekoğlu CS, Berker B, Soylemez F.
Serum levels of adenosine deaminase and pregnancy-related hormones in
hyperemesis gravidarum. J Perinat Med. 2009;37:32‐35.
8. Yoneyama Y, Kobayashi H, Kato M, et al. Plasma 5’-nucleotidase activities
increase in women with hyperemesis gravidarum. Clin Biochem.
2002;35:561‐564.
9. Alijahan R, Hazrati S, Mirzarahimi M, Pourfarzi F, Ahmadi Hadi P.
Prevalence and risk factors associated with preterm birth in Ardabil, Iran.
Iran. J Reprod Med. 2014;12:47‐56.
10. McCarthy FP, Khashan AS, North RA, et al. A prospective cohort study
investigating associations between hyperemesis gravidarum and cognitive,
behavioural and emotional well-being in pregnancy. PLoS ONE.
2011;6:e27678.
11. Kuru O, Sen S, Akbayır O, et al. Outcomes of pregnancies complicated by
hyperemesis gravidarum. Arch Gynecol Obstet. 2012;285:1517‐1521.
12. Vandraas KF, Vikanes AV, Vangen S, Magnus P, Stoer NC, Grjibovski AM.
Hyperemesis gravidarum and birth outcomes—a population-based cohort
study of 2.2 million births in the Norwegian Birth Registry. BJOG Int J
Obstet Gynaecol. 2013;120:1654‐1660.
13. McManemy J, Cooke E, Amon E, Leet T. Recurrence risk for preterm
delivery. Am J Obstet Gynecol. 2007;196:576.e1‐6; discussion 576.e6-7.
14. Albrechtsen S, Rasmussen S, Thoresen S, Irgens LM, Iversen OE. Pregnancy
outcome in women before and after cervical conisation: population based
cohort study. BMJ. 2008;337:a1343.
15. Hua M, Odibo AO, Longman RE, Macones GA, Roehl KA, Cahill AG.
Congenital uterine anomalies and adverse pregnancy outcomes. Am J Obstet
Gynecol. 2011;205:558.e1‐5.
16. DeFranco EA, Lewis DF, Odibo AO. Improving the screening accuracy for
preterm labor: is the combination of fetal fibronectin and cervical length in
symptomatic patients a useful predictor of preterm birth? A systematic review.
Am J Obstet Gynecol. 2013;208:233.e1‐6.
17. Moreau C, Kaminski M, Ancel PY, et al., and EPIPAGE Group. Previous
induced abortions and the risk of very preterm delivery: results of the
EPIPAGE study. BJOG Int J Obstet Gynaecol. 2005;112:430‐437.
18. NICE CKS. Nausea/vomiting in pregnancy.
http://cks.nice.org.uk/nauseavomiting-in-pregnancy. Accessed December 20,
2015.
19. McCarthy FP, Lutomski JE, Greene RA. Hyperemesis gravidarum: current
perspectives. Int J Womens Health. 2014;6:719‐725.
20. Norman JE, Shennan A, Bennett P, et al. Trial protocol OPPTIMUM— does
progesterone prophylaxis for the prevention of preterm labour improve
outcome? BMC Pregnancy Childbirth. 2012;12:79.
21. Veenendaal MVE, van Abeelen AFM, Painter RC, van der Post JAM,
Roseboom TJ. Consequences of hyperemesis gravidarum for offspring: a
systematic review and meta-analysis. BJOG Int J Obstet Gynaecol.
2011;118:1302‐1313.
22. Koudijs HM, Savitri AI, Browne JL, et al. Hyperemsis gravidarum and
placental dysfunction disorders. BMC Pregnancy Childbirth. 2016;16:374.
23. Mullin PM, Ching CY, Schoenberg F, et al. Risk factors, treatments and
outcomes associated with prolonged hyperemesis gravidarum. J Matern Fetal
Neonatal Med. 2012;25:632‐636.
24. Bolin M, Akerud H, Cnattingius S, Stephansson O, Wikstrom AK.
Hyperemesis gravidarum and risks of placental dysfunction disorders: a
population-based cohort study. BJOG Int J Obstet Gynaecol. 2013;120:541‐
547.
25. Masson GM, Anthony F, Chau E. Serum chorionic gonadotrophin (hCG),
schwangerschaftsprotein 1 (SP1), progesterone and oestradiol levels in
patients with nausea and vomiting in early pregnancy. Br J Obstet Gynaecol.
1985;92:211‐215.
26. Department of Health. Abortion Statistics, England and Wales: 2013. 2014.
https://www.gov.uk/government/uploads/system/uploads/attachment_data/file
/319460/Abortion_Statistics__England_and_Wales_2013.pdf. Accessed
December 20, 2015.
27. Poursharif B, Korst LM, Macgibbon KW, Fejzo MS, Romero R, Goodwin
TM. Elective pregnancy termination in a large cohort of women with
hyperemesis gravidarum. Contraception. 2007;76:451‐455.