Professional Documents
Culture Documents
Laporan Audit Energi Sistem Pencahayaan
Laporan Audit Energi Sistem Pencahayaan
Oleh :
Fajar Ramadhan
NIM. 151734009
Pembimbing : Ir. Conny Kurniawan Wachjoe, M.Eng., Ph.D.
A. Tujuan
Setelah melakukan praktikum, mahasiswa diharapkan dapat:
B. Tinjauan Pustaka
Cahaya merupakan suatu keharusan agar dapat melakukan aktivitas dengan baik
serta untuk menciptakan kenyamanan visual. Cahaya matahari dan kubah langit
telah menjadi sumber utama cahaya hingga saat ini. Bahkan sampai saat ini,
sebagian besar kebutuhan kita akan pencahayaan sebenarnya dapat dipenuhi oleh
pencahayaan alami jika bangunan dirancang dengan tepat. Namun, pencahayaan
buatan dengan listrik tidak dapat dihindari pada saat cahaya alami tidak tersedia,
atau di dalam ruangan tanpa akses ke pencahayaan alami.
1. Pencahayaan alami
Pencahayaan alami adalah sumber pencahayaan yang berasal dari sinar matahari.
Sinar alami mempunyai banyak keuntungan, selain menghemat energi listrik juga
dapat membunuh kuman. Untuk mendapatkan pencahayaan alami pada suatu ruang
diperlukan jendela-jendela yang besar ataupun dinding kaca sekurang-kurangnya
1/6 daripada luas lantai.
2. Pencahayaan buatan
Pencahayaan buatan adalah pencahayaan yang dihasilkan oleh sumber cahaya
selain cahaya alami. Pencahayaan buatan sangat diperlukan apabila posisi ruangan
sulit dicapai oleh pencahayaan alami atau saat pencahayaan alami tidak mencukupi.
Fungsi pokok pencahayaan buatan baik yang diterapkan secara tersendiri maupun
yang dikombinasikan dengan pencahayaan alami adalah sebagai berikut:
Menciptakan lingkungan yang memungkinkan penghuni melihat secara detail
serta terlaksananya tugas serta kegiatan visual secara mudah dan tepat
Memungkinkan penghuni berjalan dan bergerak secara mudah dan aman
Tidak menimbukan pertambahan suhu udara yang berlebihan pada tempat kerja
Memberikan pencahayaan dengan intensitas yang tetap menyebar secara merata,
tidak berkedip, tidak menyilaukan, dan tidak menimbulkan bayang-bayang.
Meningkatkan lingkungan visual yang nyaman dan meningkatkan prestasi.
Sistem pencahayaan buatan yang sering dipergunakan secara umum dapat
dibedakan
atas 3 macam yakni :
1. Sistem Pencahayaan Merata
Pada sistem ini iluminasi cahaya tersebar secara merata di seluruh ruangan. Sistem
pencahayaan ini cocok untuk ruangan yang tidak dipergunakan untuk melakukan
tugas visual khusus. Pada sistem ini sejumlah armatur ditempatkan secara teratur di
seluruh langit-langit.
Proses simulasi photon yang lebih dikenal sebagai radiosity tersebut sangat handal
untuk menciptakan gambar still image, tetapi tidak dianjurkan untuk membuat
sebuah animasi. Penggunaannya akan sangat tergantung kepada kondisi yang
pembaca alami dalam proses pembuatan ilustrasi. Bounce light merupakan elemen
yang sangat penting dalam menciptakan kesan nyata pada gambar kita. Tanpa
bounce light maka ilustrasi arsitektur akan berkesan seperti gambar komputer biasa
yang kaku dan tidak berkesan hidup.
Pemantulan cahaya dibagi atas 2 bagian yaitu :
1. Specular Reflection
Pantulan sinar cahaya pada permukaan yang mengkilap dan rata seperti cermin
yang memantulkan sinar cahaya kearah yang dengan mudah dapat diduga.
2. Diffuse Reflection
Pantulan sinar cahaya pada permukaan tidak mengkilap seperti pada kertas atau
batu. Pantulan ini mempunyai distribusi sinar pantul yang tergantung pada struktur
mikroskopik permukaan.
Penggunaan panas dan sistem pencahayaan menjadi hal yang penting dalam
menunjang kehidupan manusia. Sebelum ditemukannya lampu, penerangan
diperoleh dari pembakaran bahan bakar secara langsung (api unggun, obor, lampu
minyak, dsb). Di abad ke -21, prinsip yang sama masih digunakan untuk
menghasilkan panas dan cahaya, melalui penggunaan lampu pijar. Walaupun, saat
ini telah digunakan produk-produk penerangan yang lebih canggih dan beraneka
ragam.
Fenomena pancaran cahaya dari suatu benda bisa terjadi dari fenomena:
Pijar. Zat padat dan cair memancarkan radiasi yang dapat dilihat bila
dipanaskan sampai suhu 1000K. Intensitas meningkat dan penampakan
menjadi semakin putih jika suhu naik.
Muatan Listrik. Jika arus listrik dilewatkan melalui gas maka atom dan
molekul memancarkan radiasi dimana spektrumnya merupakan
karakteristik dari elemen yang ada.
Electro luminescence. Cahaya dihasilkan jika arus listrik dilewatkan
melalui padatan tertentu seperti semikonduktor atau bahan yang
mengandung fosfor.
Photoluminescence. Radiasi pada salah satu panjang gelombang diserap,
biasanya oleh suatu padatan, dan dipancarkan kembali pada berbagai
panjang gelombang. Bila radiasi yang dipancarkan kembali tersebut
merupakan fenomena yang dapat terlihat maka radiasi tersebut disebut
fluorescence atau phosphorescence.
2. Pencahayaan
Pencahayaan merupakan salah satu faktor untuk mendapatkan keadaaan
lingkungan yang aman dan nyaman serta berkaitan erat dengan produktivitas
manusia. Pencahayaan yang baik memungkinkan orang dapa melihat objek-objek
yang dikerjakannya secara jelas dan cepat.
Menurut sumbernya, pencahayaan dapat dibagi menjadi :
1. Pencahayaan Alami
Pencahayaan alami adalah sumber pencahayaan yang berasal dari sinar
matahari. Dengan sinar matahari dapat menghemat energi listrik.
2. Pencahayaan buatan
Pencahayaan buatan adalah pencahayaan yang dihasilkan oleh sumber
cahaya selain cahaya alami, contohnya adalah lampu.
3. Intensitas Cahaya
Candela, adalah satuan intensitas cahaya dari sisi sumber yang
memancarkan radiasi monokromatik dengan frekuensi 540×1012 Hz.
Lumen, adalah satuan flux cahaya yang jatuh pada setiap meter persegi
(m2) pada lingkaran dengan radius 1m jika sumber cahanya isotropic 1
candela (Lumen=Candela/m2)
Lux, adalah iluminasi yang dihasilkan jika 1 lumen jatuh pada bidang 1m2
(di sisi penerima) (Lux=Lumen/m2)
Lampu Pijar
Lampu pijar adalah sumber cahaya buatan yang dihasilkan melalui
penyaluran arus listrik melalui filamen yang kemudian memanas dan
menghasilkan cahaya.
Efikasi: 12 lumen/Watt
Indeks Perubahan Warna: 1A
Temperatur lampu: hangat (2500-2700K)
Umur lampu: 1000-2000 jam
Lampu Halogen
Lampu halogen adakan sebuah lampu pijar di mana sebuah filamen
wolfram disegel di dalam sampul transparan kompak yang diisi dengan
gas lembam dan sedikit unsur halogen seperti iodin atau bromin.
Efficacy – 18 lumens/Watt
Indeks Perubahan Warna – 1A
Suhu Warna – Hangat (3.000K-3.200K)
Umur Lampu – 2000-4.000 jam
Kelebihan
a) Lebih kompak
b) Umur lebih panjang
c) Lebih banyak cahaya
d) Cahaya lebih putih (suhu warna lebih tinggi)
Kekurangan
a) Lebih mahal
b) IR meningkat
c) UV meningkat
d) Masalah handling
Lampu LED
Lampu LED adalah lampu yang menggunakan teknologi LED atau Light
Emitting Diode, yaitu semikondutor yang bekerja mengubah energi listrik
yang diterimanya menjadi cahaya.
Lampu TL
Lampu TL adalah lampu listrik yang memanfaatkan gas neon dan lapisan
Fluorescent sebagai pemendar cahaya pada saat dialiri arus listrik. Tabung
lampu TL ini diisi oleh semacam gas yang pada saat elektrodanya mendapat
tegangan tinggi gas ini akan terionisasi sehingga menyebabkan elektron-
elektron pada gas tersebut bergerak dan memendarkan lapisan
fluorescent pada lapisan tabung.
Gambar 5 Lampu TL
Komponen Pencahayaan
1. Reflector/luminer. Tingkat pemantulan bahan reflektor dan bentuk reflektor
berpengaruh langsung terhadap efektifitas dan efisiensi fitting. Reflektor
konvensional yang menyebar memiliki tingkat pemantulan 70-80% apabila
baru. Bahan yang lebih baru dengan daya pemantulan yang lebih tinggi atau
semi-difusi memiliki daya pemantulan sebesar 85%. Pendifusi/Diffuser
konvensional menyerap cahaya lebih banyak dan menyebarkannya daripada
memantulkannya ke area yang dikehendaki.
2. Gir:
a) Balas, adalah alat untuk membatasi arus, untuk melawan karakteristik
tahanan negatif dari berbagai lampu. Untuk lampu neon, membantu
meningkatkan tegangan awal yang diperlukan untuk memulai penyalaan.
b) Ignitor, digunakan untuk penyalaan awal lampu metal halide dan uap
sodium intensitas tinggi
Tabel Karakteristik Kinerja Pencahayaan dari Luminer
Kinerja Sistem Pencahayaan
Berdasarkan SNI, kinerja sistem pencahayaan dibagi menjadi dua:
1. Intensitas pencahayaan. Standar Intensitas minimum yang dipersyaratkan untuk
ruangan tertentu berdasarkan fungsi ruangan tersebut.
2. Daya Pencahayaan
Standar SNI untuk daya listrik maksimum
Nyalakan CB yang menghubukan lampu dengan sumber listrik, dan nyalakan alat
ukur listrik yang terpasang pada meja praktikum.
Menunggu sistem berjalan selama 5 menit, kemudian ukur nilai intensitas cahaya
dari lampu menggunakan luxmeter. Mengukur dilakukan di tiga posisi berbeda pada
meja praktikum.
Ukur parameter-parameter listik yang ada pada alat ukur selama 5 menit sekali,
seperti tegangan, arus, faktor daya, dan daya pada sistem selama proses
berlangsung.
63 cm
(Berwarna Putih Sedikit Kotor)
151 cm
13 cm
50 cm
94 cm
151 cm
Gambar 2. Dimensi titik lampu
Atap Meja Praktikum
57 cm
Meja Praktikum
𝑃
Daya Pencahayaan =𝐴
𝑉 . 𝐼 . 𝐶𝑜𝑠 𝜃
=
𝐴
224,68 x 0,065 x 0,38
=
0,9513
= 5,843 watt/m2
𝐼𝑛𝑡𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑃𝑒𝑛𝑐𝑎ℎ𝑎𝑦𝑎𝑎𝑛
Efikasi = 𝐷𝑎𝑦𝑎 𝑃𝑒𝑛𝑐𝑎ℎ𝑎𝑦𝑎𝑎𝑛
216,06
=
5,843
U = 0,98737
Nilai utility factor sebesar 0,98737
Opsi 1 : Untuk memperbaiki nilai efikasi lampu dapat dilakukan dengan cara
melakukan perawatan, misalnya dengan cara membersihkan lampu dari debu maka
perubahan nilai M menjadi 0,8.
𝑁. 𝐹. 𝑈. 𝑀. 𝐾
E =
A
0,8
E = x 36,977
0,6
E = 49,30267 lumen/watt
0,8
Nilai Lux = 𝑥 216,06 lux
0,6
= 288,08 lux
Maka didapatkan nilai efikasi setelah pembersian lampu sebesar 49,30267
lumen/watt
Opsi 2 : Untuk memperbaiki nilai efikasi lampu dapat dilakukan dengan cara
mengganti lampu dengan merk dan jenis yang sama tanpa dibersihkan, sehingga
membuat nilai M menjadi 0,7.
𝑁. 𝐹. 𝑈. 𝑀. 𝐾
E =
A
0,7
E = 𝑥 36,977
0,6
E = 43,13983 lumen/watt
0,7
Nilai Lux = x 216,06 lux
0,6
= 252,07 lux
G. Pembahasan
Dalam praktikum audit sistem pencahayaan kami menggunakan lampu philips jenis
esensial 11W, praktikum dilakukan di laboratorium konservasi energi gedung
kuliah U, kami melakukan pengamatan pada sebuah meja dengan dimensi 151 x 63
cm, pada meja tersebut memiliki karakteristik berwarna putih sedikit kotor, tinggi
lampu dari meja sebesar 57 cm. Kondisi lab konservasi meliputi warna tembok
krem sedikit kotor, warna lantai putih sedikit kotor, memiliki 9 jendela berdimensi
1,5 x 0,6 meter dan 9 jendela yang berukuran 0,6 x 0,6 meter, jendela ini tanpa kain
hordeng sehingga cahaya alami dapat masuk ketika pengukuran, nilai intensitas
cahaya alami sebesar 52 lux. Pada saat praktikum lampu dalam ruangan dinyalakan,
jumlah lampu yang dinyalakan sebanyak 6 buah dengan ukuran lumen pada meja
kerja sebesar 125 lux. Pengukuran nilai parameter dilakukan setiap selang waktu 5
menit sekali, kami melaakukan pengukuran sebanyak 6 kali. Parameter-parameter
yang diukur selama praktikum antara lain nilai intensitas cahaya, tegangan, arus,
faktor daya dan daya. Alat ukur yang digunakan sudah terpasang di meja kerja.
Pengukuran intensitas cahaya yang dihasilkan dari lampu rata-rata sebesar 216,06
lux, dengan nilai daya penyinaran sebesar 5,843 watt/m2, dan nilai efikasi sebesar
36,977 lumen/watt. Baseline yang saya dapat sebesar 36,977 lumen/watt sedangkan
standard dari spesifikasi lampu intensitasnya sebesar 594 lux dan efikasinya
sebesar 54 lumen/watt. Perbedaan tersebut disebabkan karena pengaruh dari faktor
utilitas dan faktor perawatan. Faktor utilitas yang berpengaruh adalah warna meja
kerja yang tidak putih bersih atau terdapat sedikit kotoran, jendela yang tidak
dipasang hordeng sehingga membat cahaya alami masuk ke dalam ruangan, warna
cat tembok yang sedikit kotor, dan ketinggian pemasangan lampu ini yaitu sebesar
57 cm. Faktor perawatan yaitu terdapat debu pada lampu, bedu ini dapat
mempengaruhi intensitas cahaya lampu yang terukur, semakin besar ketebalan debu
maka nilai intensitas lampunya semakin rendah.
Dari hasil yang sudah didapatkan maka kita dapat menentukan peluang untuk
mengefisiensikan lampu tersebut, kami telah menganalisis peluang untuk
mengefisiensikan lampu philips jenis esensial 11 W dengan 2 opsi pilihan, opsi
pertama adalah melakukan perawatan pada lampu dengan cara membersihkan
lampu dari debu, dengan langkah tersebut pengaruh yang dirasakan adalah nilai M
atau mantanance factor semakin tinggi dari nilai M sebelumya, dalam perhitungan
kami nilai M naik dari 0,6 menjadi 0,8. Kenaikan ini mengakibatkan perbaikan nilai
efikasi lampu yaitu dari 36,977 menjadi 49,30267 lumen/watt dan nilai lux dari
216,06 lux menjadi 288,08 lux.
Opsi kedua adalah dengan mengganti lampu yang baru dengan jenis yang sama
yaitu philips jenis esensial 11 W, penggantian lampu tersebut mengakibatkan
perubahan nilai utility factor dari 0,6 menjadi 0,7 dan peningkatan nilai intensitas
cahaya lampu dari 216,06 lux menjadi 252,07 lux dan nilai efikasi dari dari 36,977
lumen/watt menjadi 43,13983 lumen/watt.
H. Kesimpulan
Dari hasil praktikum yang telah kami buat didapatkan hasil bahwa
listrik.blogspot.co.id/2008/12/instalasi-penerangan-teori-dasar.html [12
Maret 2018]
dan Komputer, Politeknik Caltex Riau Vol.2, No.1, April 2014, 51-58.
Pekanbaru