DS 4 CASE 1 - Metode Morfologi

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 5

1.1.

1 Metode Morfologi
1.1.1.1 Metode Gustafson
Gustafson (1950) dan Thoma (1944) menentukan usia berdasarkan
perubahan makrostruktural gigi geligi. Skala nilai adalah 0, 1, 2, 3 . Enam dental
changes yang digunakan adalah:
1. Derajat Atrisi (A)
Yang dimaksud derajat atrisi adalah keparahan atau ausnya permukaan
kunyah gigi baik insisal maupun oklusal sesuai dengan penggunaannya.
Semakin lanjut usia maka semakin parah derajat atrisinya.
2. Periodontitis atau Perubahan pada Gingiva (P)
Perubahan fisiologis akibat penggunaan gigi dari perlekatan epitel ditandai
dengan turunnya atau dalamnya sulkus gingiva yang melebihi 2 mm.
Semakin lanjut usia, perlekatan gingiva turun kearah akar gigi sehingga
terlihat seakan-akan mahkota lebih panjang.
3. Dentin Sekunder (S)
Dentin sekunder terbentuk karena penggunaan gigi atau atrisi dari
permukaan oklusi. Biasanya terbentuk di atas atap pulpa sehingga makin
usia lanjut, pulpa terlihat seakan-akan menjadi sempit secara rontgenografis
karena dentin sekundernya semakin tebal.
4. Ketebalan Sementum / Cementum Apposition (C)
Ketebalan sementum dapat digunakan untuk mengestimasi usia karena
dengan bertambahnya usia maka akan bertambah tebal jaringan sementum
pada akar gigi.
5. Translusensi Akar / Translucency of The Root (T)
Semakin bertambah usia terjadilah proses kalsifikasi dari bahan-bahan
mineral akar gigi pada tubulus dentin sehingga terjadi translusensi yang
berangsur-angsur mulai dari apeks ke arah servikal. Transparansi dentin ini
dimulai pada dekade ketiga dari tebal tubular dentin 5 milimikron hingga
pada usia 70 tahun tebal tubular dentin tinggal 1 milimikron.
6. Resorpsi Akar / Root Resorption (R)
Menurut Gustafson, bahwa terjadi resobrsi akar gigi permanen akibat
tekanan fisiologis dengan bertambahnya usia. Mili demi mili diukur olehnya
dalam penetuan usia akibat penggunaan gigi.

Keenam faktor di tersebut diberikan skor sesuai skoring yang ditetapkan


Gustafson, lalu dijumlahkan. Setelah itu, dimasukkan ke dalam persamaan yang
telah ditetapkan.

Rumus: An + Pn + Sn + Cn + Rn + Tn = points
Persamaan yang tepat: y = 11.43 + 4.56x, dimana y = usia dan x = points
dari rumus diatas

Standard error sekitar 3,6 tahun. Kerugiannya adalah tidak bisa digunakan pada
yang masih hidup (Foltasove, 2016).
Gambar …. Gambaran perubahan jaringan keras gigi menurut
Gustafson.
Sumber : Foltasova, 2016

1.1.1.2 Metode Dalitz (1962)


Dalitz mengulang kembali metode Gustafson dan menyarankan sistem 5
poin dari 0-4. Perubahan ini direncanakan untuk menambah tingkat akurasi.
Hasilnya menunjukkan resorbsi akar dan formasi sementum sekunder bisa
diabaikan. Kriteria lainnya, atrisi (A), periodontitis (P), dentin sekunder (S), dan
transparansi akar (T) dari 12 gigi anterior, berhubungan dengan usia dan dengan
derajat yang mirip. Dalitz menyarankan rumus:
E = 8.691 + 5.146A + 5.338P + 1.866S + 8.411T
Kerugiannya adalah tidak diperlukan untuk biscuspids dan gigi molar

(Priyadarshini, 2015).

1.1.1.3 Metode Bang dan Ramm (1970)


Bang dan Ramm menemukan bahwa dentin akar menjadi transparan selama
dekade ketiga dimulai pada ujung akar dan meluas ke koronal seiring dengan
bertambahnya usia. Keuntungan utama dari metode ini adalah hasil yang baik
diperoleh hanya dengan mengukur akar yang utuh saja.
1.1.1.4 Metode Johanson (1971)
Perubahan usia dibedakan menjadi tujuh tahap perbedaan dan merupakan
evaluasi dari enam kriteria yang telah diberitahukan sebelumnya. Tujuh tahap
tersebut, yaitu:
1. Attrition (A)

2. Secondary Dentine Formation (S)

3. Periodontal Attachment Loss (P)

4. Cement Apposition ( C )

5. Root Resorption ( R )

6. Apical Translucency ( T )

Johanson membuat studi yang lebih detail mengenai root transparency


dan menyatakan bahwa transparansi akar menjadi lebih jelas saat ketebalan
ground section 0,25 mm.

Formula:
Usia = 11.02 +(5.14 x A) + (2.3 x S) + (4.14 x P) + (3.71 x C) + (5.57 x R) +
(8.98 x T)
1.1.1.5 Metode Maples (1978)
Maples menyarankan penggunaan dua kriteria dari total enam yang
direkomendasikan Gustafson, yaitu pembentukan dentin sekunder (S) dan
transparansi akar (T). Maples menggunakan dua kriteria tersebut untuk
membuat metode yang lebih sederhana dan akurat.
1.1.1.6 Metode Solheim (1993)
Solheim menggunakan 5 perubahan yang dierkomendasikan Gustafson
(atrisi, pembentukan dentin sekunder, aposisi sementum, periodontitis, dan
transparansi akar) serta menambahkan 3 perubahan baru yang menunjukkan
korelasi signifikan pada tipe-tipe gigi. Tiga perubahan yang berhubungan dengan
usia tersebut yaitu kekasaran permukaan, warna, dan jenis kelamin.

You might also like