Sektor Perindustrian

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 9

TABEL...................................

NO SUMBER KETERANGAN
1 Peraturan Pemerintah No 24 Pasal 1
Tahun 2009 Kawasan industri adalah kawasan tempat pemusatan kegiatan
Tentang industri yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana penunjang
Kawasan Industri yang dikembangkan dan dikelola oleh Perusahaan Kawasan Industri
yang telah memiliki Izin Usaha Kawasan Industri
Pasal 3
 Pembangunan Kawasan Industri di wilayah lintas Provinsi
dilakukan sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional;
 Pembangunan Kawasan Industri di wilayah lintas
Kabupaten/Kota dilakukan sesuai dengan Rencana Tata
Ruang Wilayah Provinsi;
 Pembangunan Kawasan Industri di wilayah
Kabupaten/Kota dilakukan sesuai dengan Rencana Tata
Ruang Wilayah Kabupaten/Kota
Pasal 6
Kewajiban gubernur, bupati/walikota
 Memberikan insentif dan kemudahan lainnya sesuai dengan
ketentuan peraturan perundangan;
 Memberikan kemudahan dalam perolehan/ pembebasan
lahan pada wilayah daerah yang diperuntukkan bagi
pembangunan kawasan industri;
 Mengarahkan kegiatan industri ke dalam kawasan industri;
dan atau
 Mewujudkan Pelayanan Terpadu sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan;

Pasal 7
 Perusahaan industri yang akan menjalankan industri setelah
Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku, wajib berlokasi di
kawasan industri.
 Kewajiban sebagaimana dimaksud diatas dapat dikecualikan
bagi :
- industri yang menggunakan bahan baku dan/atau
proses produksinya memerlukan lokasi khusus,
- industri mikro, kecil, dan menengah
- perusahaan industri yang akan menjalankan
industri dan berlokasi di daerah kabupaten/kota
yang belum memiliki kawasan industri namun
seluruh kaveling industri dalam kawasan
industrinya telah habis.
 Jenis industri yang memerlukan lokasi khusus, serta industri
mikro, kecil dan menengah, ditetapkan oleh Menteri
Perindustrian.

Pasal 8
Perusahaan Industri yang akan melakukan perluasan dengan
menambah lahan melebihi ketersediaan lahan Kawasan Peruntukan
Industri, wajib berlokasi di Kawasan Industri.

Pasal 10,11,12
 Luas lahan kawasan industri paling rendah 50 (lima puluh)
hektar dalam satu hamparan;
NO SUMBER KETERANGAN
 Luas lahan kawasan industri tertentu untuk usaha mikro,
kecil, dan menengah paling rendah 5 (lima) hektar dalam
satu hamparan;
 Perusahaan di dalam kawasan Industri dapat diberikan
fasilitas kepabeanan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang kepabeanan
 Fasilitas perpajakan terhadap kawasan industri dan
perusahaan industri di dalam kawasan industri diberikan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
dibidang perpajakan.

Pasal 13, 14
1) Setiap kegiatan usaha Kawasan Industri wajib memiliki
Izin Usaha Kawasan Industri;
2) Untuk memperoleh Izin Usaha Kawasan Industri,
Perusahaan Kawasan Industri wajib memperoleh
Persetujuan Prinsip sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
3) Kawasan Industri yang telah memperoleh Persetujuan
prinsip dalam batas waktu 2 (dua) tahun wajib
melaksanakan :
- penyediaan / pengusahaan tanah;
- penyusunan rencana tapak tanah
- pematangan tanah;
- penyusunan AMDAL dan mendapat pengesahan;
- perencanaan dan pembangunan prasarana dan
sarana penunjang termasuk pemasangan
instalasi/peralatan yang diperlukan;
- penyusunan Tata Tertib Kawasan Industri (estate
regulation);
- pemasaran kapling industri; dan
- Penyediaan, pengoperasian, dan/atau
pemeliharaan pelayanan jasa bagi perusahaan
industri di dalam kawasan industri.
4) Batas waktu untuk mempersiapkan pembangunan
kawasan industri, hanya dapat diperpanjang untuk satu
kali dengan batas waktu paling lama 2 (dua) tahun;
5) Perusahaan kawasan industri yang telah memperoleh
Persetujuan Prinsip wajib memperoleh Izin Lokasi Kawasan
Industri dengan mengajukan permohonan kepada :
- Bupati/Walikota untuk Kawasan Industri yang
lokasinya di wilayah satu Kabupaten/Kota;
- Gubernur untuk Kawasan Industri yang lokasinya
lintas Kabupaten/Kota; atau
- Menteri untuk Kawasan Industri yang lokasinya
lintas Provinsi.
6) Pemberian Izin Lokasi KI kepada perusahaan KI dilakukan
berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah yang ditetapkan
pemerintah daerah setempat.

Pasal 15
 Perusahaan kawasan industri dimaksud dapat berbentuk :
- Badan Usaha Milik Negara atau Badan Usaha Milik
Daerah;
- Kooperasi; atau
- Badan usaha swasta.
NO SUMBER KETERANGAN

Pasal 20,21,22
 Perusahaan kawasan industri wajib menyediakan lahan bagi
kegiatan usaha Mikro, kecil, dan menengah.
 Kawasan Industri wajib memiliki Tata Tertib Kawasan
Industri;
 Tata Tertib Kawasan Industri dimaksud paling sedikit
memuat informasi mengenai :
- hak dan kewajiban masing-masing pihak;
- ketentuan yang berkaitan dengan pengelolaan dan
pemantauan lingkungan hidup sesuai hasil studi
AMDAL, RKL dan RPL ;
- ketentuan peraturan perundang-undangan yang
terkait; dan
- ketentuan lain yang ditetapkan oleh pengelola
kawasan industri;
 Kawasan Industri wajib memfasilitasi perizinan dan
hubungan industrial bagi perusahaan industri yang berada
di Kawasan Industri;
 Kawasan industri wajib memenuhi Pedoman Teknis
Kawasan Industri.
 Ketentuan pedoman teknis tersebut diatur dengan
Peraturan Menteri Perindustrian.

Pasal 23
 Perusahaan Industri di dalam KI, wajib memiliki Upaya
Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan
Lingkungan (UPL);
 Perusahaan industri di dalam kawasan industri yang
mengelola atau memanfaatkan limbah bahan berbahaya
dan beracun wajib menyusun AMDAL dan mendapat
pengesahan;
 Perusahaan industri di dalam kawasan industri dikecualikan
dari perizinan yang menyangkut gangguan, lokasi, dan
pengesahan rencana tapak tanah.

Pasal 24
 Setiap Perusahaan Industri di kawasan industri wajib :
- memenuhi semua ketentuan perizinan dan Tata
Tertib Kawasan Industri yang berlaku;
- memelihara daya dukung lingkungan di sekitar
kawasan termasuk tidak melakukan pengambilan
air tanah;
- melakukan pembangunan pabrik dalam batas
waktu paling lama 4 (empat) tahun sejak
pembelian lahan; dan
- mengembalikan kaveling industri kepada
perusahaan kawasan industri apabila dalam waktu
yang ditentukan di atas, tidak melakukan
pembangunan pabrik
 Tata cara pengembalian kaveling industri sebagaimana
tersebut diatas, diatur lebih lanjut dalam tata tertib
kawasan industri masing-masing Kawasan Industri.

2 Peraturan pemerintah republik Pasal 19


indonesia
NO SUMBER KETERANGAN
Nomor 41 tahun 2015 1) Perusahaan Industri dan Perusahaan Kawasan Industri wajib
Tentang Pembangunan sumber memanfaatkan Sumber Daya Alam secara efisien, ramah
daya industri lingkungan, dan berkelanjutan.
2) Pemanfaatan Sumber Daya Alam oleh Perusahaan Industri
dilakukan pada tahap perancangan produk, perancangan
proses produksi, tahap produksi, optimalisasi sisa produk,
dan pengelolaan limbah.
3) Pemanfaatan Sumber Daya Alam oleh Perusahaan Kawasan
Industri dilakukan pada tahap perancangan, pembangunan,
dan pengelolaan Kawasan Industri, termasuk pengelolaan
limbah.

Pasal 20
1) Pemanfaatan Sumber Daya Alam oleh Perusahaan Industri
dilakukan terhadap Sumber Daya Alam yang diolah dan
digunakan secara langsung sebagai Bahan Baku, bahan
penolong, energi, dan/atau air baku untuk Industri.
2) Pemanfaatan Sumber Daya Alam oleh Perusahaan Kawasan
Industri dilakukan terhadap Sumber Daya Alam yang
digunakan sebagai sarana penunjang pengelolaan Kawasan
Industri.
Pasal 21
Pemanfaatan Sumber Daya Alam secara ramah lingkungan dan
berkelanjutan dilakukan melalui:
a. pengurangan limbah;
b. penggunaan kembali;
c. pengolahan kembali; dan/atau
d. pemulihan.

Pasal 22
1) Perusahaan Industri dan Perusahaan Kawasan Industri yang
memanfaatkan Sumber Daya Alam wajib menyusun
rencana Pemanfaatan Sumber Daya Alam.
2) Sumber Daya Alam merupakan Sumber Daya Alam yang
proyeksi kebutuhannya ditetapkan dalam Kebijakan
Industri Nasional.
3) Rencana Pemanfaatan Sumber Daya Alam paling sedikit
memuat:
 ruang lingkup pemanfaatan;
 prinsip pemanfaatan;
 metodologi pemanfaatan; dan
 teknologi dari pemanfaatan.
4) Rencana Pemanfaatan Sumber Daya Alam disampaikan
kepada Menteri.
5) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penyusunan
rencana Pemanfaatan Sumber Daya Alam dan penyampaian
rencana Pemanfaatan Sumber Daya Alam diatur dengan
Peraturan Menteri.

Pasal 26
1) Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah memfasilitasi
ketersediaan Sumber Daya Alam terbarukan dan Sumber
Daya Alam tidak terbarukan.
2) Fasilitasi ketersediaan Sumber Daya Alam terbarukan
dilakukan melalui:
NO SUMBER KETERANGAN
 pemetaan dan penetapan wilayah Penyediaan Sumber
Daya Alam terbarukan;
 konservasi Sumber Daya Alam terbarukan; dan/atau
 penanganan budi daya dan pasca panen Sumber Daya
Alam terbarukan.
3) Fasilitasi ketersediaan Sumber Daya Alam tidak terbarukan
melalui kebijakan yang berorientasi konservasi dengan
melakukan:
 renegosiasi kontrak eksploitasi pertambangan Sumber
Daya Alam Tertentu;
 menerapkan kebijakan secara kontinu atas efisiensi
Pemanfaatan Sumber Daya Alam; dan/atau
 menerapkan kebijakan diversifikasi energi untuk
Industri.

Pasal 41
Setiap Perusahaan Industri dan Perusahaan Kawasan Industri yang
tidak melaksanakan Pemanfaatan Sumber Daya Alam secara efisien,
ramah lingkungan, dan berkelanjutan dikenai sanksi administratif
berupa:
 peringatan tertulis;
 denda administratif;
 penutupan sementara;
 pembekuan Izin Usaha Industri atau Izin Usaha
Kawasan Industri; dan/atau
 pencabutan Izin Usaha Industri atau Izin Usaha
Kawasan Industri.

3 Peraturan pemerintah republik Pasal 6


indonesia 1) Pembangunan Kawasan Industri dilakukan oleh badan usaha
Nomor 142 tahun 2015 yang berbentuk badan hukum dan didirikan berdasarkan
Tentang Kawasan industri hukum Indonesia serta berkedudukan di Indonesia.
2) Badan usaha dapat berbentuk:
 Badan Usaha Milik Negara atau Badan Usaha Milik
Daerah;
 Koperasi; atau
 Perseroan Terbatas.

Pasal 7
1) Kawasan Industri dibangun dengan luas lahan paling sedikit
50 (lima puluh) hektar dalam satu hamparan.
2) Dalam hal Kawasan Industri diperuntukkan bagi Industri Kecil
dan Industri Menengah dapat dibangun dengan luas lahan
paling sedikit 5 (lima) hektar dalam satu hamparan.

Pasal 9
1) Pembangunan Kawasan Industri dilakukan sesuai dengan
pedoman teknis pembangunan Kawasan Industri.
2) Pedoman teknis pembangunan Kawasan Industri paling sedikit
memuat:
 pemilihan lokasi;
 perizinan;
 pengadaan tanah;
 pematangan tanah;
 pembangunan infrastruktur; dan
 pengelolaan.
NO SUMBER KETERANGAN
3) Pedoman teknis pembangunan Kawasan Industri ditetapkan
oleh Menteri.

Pasal 10
1) Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah sesuai dengan
kewenangan masing- masing menyediakan:
 infrastruktur Industri; dan
 infrastruktur penunjang.
2) Infrastruktur Industri paling sedikit meliputi:
 jaringan energi dan kelistrikan;
 jaringan telekomunikasi;
 jaringan sumber daya air dan jaminan pasokan air
baku;
 sanitasi; dan
 jaringan transportasi.
3) Infrastruktur penunjang paling sedikit meliputi:
 perumahan;
 pendidikan dan pelatihan;
 penelitian dan pengembangan;
 kesehatan;
 pemadam kebakaran; dan
 tempat pembuangan sampah.

Pasal 11
1) Perusahaan Kawasan Industri wajib menyediakan infrastruktur
dasar di dalam Kawasan Industri, paling sedikit meliputi:
 instalasi pengolahan air baku;
 instalasi pengolahan air limbah;
 saluran drainase;
 instalasi penerangan jalan; dan
 jaringan jalan.
2) Perusahaan Kawasan Industri dapat menyediakan infrastruktur
penunjang dan sarana penunjang di dalam Kawasan Industri.

Pasal 12
1) Setiap kegiatan usaha Kawasan Industri wajib memiliki IUKI.
2) IUKI diberikan hanya bagi kegiatan usaha Kawasan Industri
yang berlokasi di dalam Kawasan Peruntukan Industri sesuai
dengan rencana tata ruang wilayah nasional, rencana tata
ruang wilayah provinsi, atau rencana tata ruang wilayah
kabupaten/kota.
3) IUKI diberikan sesuai dengan izin lokasi kegiatan usaha
Kawasan Industri.
4) IUKI diberikan oleh Menteri, gubernur, bupati/walikota sesuai
dengan kewenangannya.

Pasal 19
1) Pemberian IUKI dilakukan melalui Izin Prinsip.
2) Izin Prinsip diberikan kepada perusahaan yang melakukan
kegiatan usaha Kawasan Industri untuk menyiapkan lahan
Kawasan Industri sampai dapat digunakan, menyusun analisis
dampak lingkungan, analisa dampak lalu lintas (ANDALALIN),
perencanaan dan pembangunan infrastuktur Kawasan
Industri, serta kesiapan lain.
NO SUMBER KETERANGAN
3) Permohonan Izin Prinsip diajukan kepada Menteri, gubernur,
dan bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya melalui
pelayanan terpadu satu pintu.
4) Permohonan Izin Prinsip melampirkan paling sedikit:
 fotokopi akta pendirian perusahaan yang telah
disahkan oleh menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang Hukum atau oleh menteri
yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang Koperasi bagi pemohon yang berstatus
Koperasi;
 fotokopi nomor pokok wajib pajak perusahaan;
 sketsa rencana lokasi (desa, kecamatan,
kabupaten/kota, provinsi);
 d. surat pernyataan perusahaan bahwa rencana lokasi
terletak dalam Kawasan Peruntukan Industri sesuai
Rencana Tata Ruang Wilayah; dan
 khusus untuk penanaman modal asing melampirkan
persyaratan yang ditetapkan berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

Pasal 24
1) Menteri, gubernur, dan bupati/walikota sesuai dengan
kewenangannya sejak permohonan diterima dengan lengkap
dan benar dalam waktu paling lama 5 (lima) hari kerja
melakukan pemeriksaan lapangan yang hasilnya dituangkan
dalam berita acara pemeriksaan.
2) Berdasarkan hasil berita acara pemeriksaan, Menteri,
gubernur, dan bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya
menerbitkan atau menolak permohonan IUKI paling lama 5
(lima) hari kerja sejak berita acara pemeriksaan diterima.

Pasal 26
1) Setiap Perusahaan Kawasan Industri yang melakukan
perluasan kawasan wajib memiliki izin Perluasan Kawasan
Industri.
2) Sebelum mengajukan permohonan izin Perluasan Kawasan
Industri, Perusahaan Kawasan Industri harus telah menguasai
dan selesai menyiapkan lahan Kawasan Industri sampai dapat
digunakan, menyusun perubahan analisis dampak lingkungan,
perencanaan dan pembangunan infrastruktur Kawasan
Industri, serta kesiapan lain dalam rangka perluasan kawasan.
3) Perluasan Kawasan Industri dilakukan di dalam Kawasan
Peruntukan Industri.

Pasal 27
1) Perusahaan Kawasan Industri mengajukan permohonan izin
perluasan kepada Menteri, gubernur, dan bupati/walikota
sesuai dengan kewenangannya melalui pelayanan terpadu
satu pintu.
2) Permohonan izin perluasan Kawasan Industri dilakukan
dengan paling sedikit melampirkan:
 fotokopi IUKI;
 dokumen rencana perluasan kawasan;
 data Kawasan Industri 2 (dua) tahun terakhir;
 perubahan izin lingkungan;
NO SUMBER KETERANGAN
 fotokopi susunan pengurus/pengelola Kawasan
Industri; dan
 dokumen lain yang dipersyaratkan peraturan
perundang-undangan.
3) Izin Perluasan Kawasan Industri hanya diberikan seluas lahan
yang telah siap digunakan dan dikuasai yang dibuktikan
dengan Surat Pelepasan Hak (SPH) atau sertifikat.
4) Pemenuhan ketentuan dilakukan melalui pemeriksaan
lapangan yang hasilnya dituangkan dalam Berita Acara
Pemeriksaan.

Pasal 34
1) Perusahaan Kawasan Industri wajib menyediakan lahan bagi
kegiatan Industri kecil dan Industri menengah.
2) Luasan lahan untuk kegiatan Industri kecil dan Industri
menengah ditetapkan dari luas kaveling Industri.
3) Lahan dapat ditetapkan sebagai sentra Industri kecil dan
Industri menengah oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah.
4) Ketentuan lebih lanjut mengenai penyediaan lahan bagi
kegiatan Industri kecil dan Industri menengah diatur dalam
Peraturan Menteri.

Pasal 36
1) Perusahaan Industri yang akan menjalankan industri wajib
berlokasi di Kawasan Industri.
2) Kewajiban berlokasi di Kawasan Industri dikecualikan bagi
Perusahaan Industri yang akan menjalankan Industri dan
berlokasi di daerah kabupaten/kota yang:
 belum memiliki Kawasan Industri; atau
 telah memiliki Kawasan Industri tetapi seluruh kaveling
Industri dalam Kawasan Industrinya telah habis.
3) Pengecualian terhadap kewajiban berlokasi di Kawasan
Industri juga berlaku bagi:
 Industri kecil dan Industri menengah yang tidak
berpotensi menimbulkan pencemaran lingkungan hidup
yang berdampak luas; atau
 Industri yang menggunakan bahan baku khusus
dan/atau proses produksinya memerlukan lokasi
khusus.
4) Perusahaan Industri yang dikecualikan dan Perusahaan
Industri menengah wajib berlokasi di Kawasan Peruntukan
Industri.
5) Industri ditetapkan oleh Menteri.

Pasal 38
1) Perusahaan Industri di dalam Kawasan Industri wajib
memiliki:
 Upaya Pengelolaan Lingkungan; dan
 Upaya Pemantauan Lingkungan.
2) Perusahaan Industri di dalam Kawasan Industri yang kegiatan
usahanya mengolah atau memanfaatkan limbah bahan
berbahaya dan beracun, wajib menyusun Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan dan mendapat pengesahan oleh instansi
yang berwenang.
3) Kewajiban penyusunan AMDAL dikecualikan apabila AMDAL
Kawasan Industri telah mencakup/memenuhi kebutuhan
NO SUMBER KETERANGAN
terhadap kegiatan mengolah atau memanfaatkan limbah
bahan berbahaya dan beracun.
4) Perusahaan Industri di dalam Kawasan Industri dikecualikan
dari perizinan yang menyangkut gangguan, lingkungan,
lokasi, tempat usaha, peruntukan penggunaan tanah,
pengesahan rencana tapak tanah, dan Analisis Dampak Lalu
Lintas (ANDALALIN).
5) Pengecualian perizinan yang menyangkut lingkungan tidak
menghapus kewajiban dan tanggung jawab Perusahaan
Industri di dalam Kawasan Industri untuk melakukan
pengelolaan lingkungan.

Pasal 41
1) Perusahaan Kawasan Industri dan Perusahaan Industri di
dalam Kawasan Industri diberikan insentif perpajakan.
2) Insentif perpajakan diberikan berdasarkan pengelompokan
WPI.
3) Dalam hal pemberian insentif perpajakan terdapat perubahan
pengelompokan WPI, diatur dalam peraturan menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang keuangan
berdasarkan usulan Menteri.
4) Ketentuan lebih lanjut mengenai insentif perpajakan diatur
dalam peraturan menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang keuangan.

Pasal 42
1) Perusahaan Kawasan Industri diberikan fasilitas kemudahan
pembangunan dan pengelolaan tenaga listrik untuk
kebutuhan sendiri dan industri di dalam Kawasan Industri.
2) Ketentuan lebih lanjut mengenai fasilitas kemudahan
pembangunan dan pengelolaan tenaga listrik diatur dalam
peraturan menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang energi dan sumber daya mineral.

Pasal 43
1) Perusahaan Kawasan Industri dan Perusahaan Industri di
dalam Kawasan Industri dapat diberikan insentif daerah.
2) Ketentuan mengenai pengaturan insentif daerah ditetapkan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 53
Perusahaan yang melakukan kegiatan usaha Kawasan Industri dan
tidak memiliki IUKI dikenai sanksi administratif berupa:
 peringatan tertulis;
 denda administratif; dan/atau
 penutupan sementara.

Pasal 54
Perusahaan Kawasan Industri yang melakukan perluasan tetapi tidak
memiliki Izin Perluasan Kawasan Industri dikenai sanksi administratif
berupa:
 peringatan tertulis;
 denda administratif; dan/atau
 penutupan sementara.

You might also like