Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 9

METODE PRAKIRAAN DAMPAK PENTING

Metode prakiraan dampak penting dapat dilakukan dengan perhitungan


matematis ( metode matematis ), Percobaan/eksperimen, simulasisual dan peta,
analogi dan penilaian ahli (professional judgement).
A. METODE PERHITUNGAN MATEMATIS
1. Kualitas Udara
Prakiraan dampak terhadap kualitas udara dengan model matematis dapat
dilakukan dengan memanfaatkan formla – formula baku yang lazim dalm
penelaahan komponen lingkungan yang bersangkutan. Jumlah emisi gas dari
alat – alat berat digunakan pada kegiatan proyek dapat ditentukan
menggunakan faktir emisi dari sumber emisi berdasarkan persamaan berikut
(Godish, 2004; KHL, 2007)
Q = EF x A x (1 – ER/100)
Dengan:
Q : LAju emisi gas atau jumlah pelarutan yang diemisikan dalam satuan
Waktu
EF : Faktor Emisi
ER : Efisiensi pengurangan pelrutan oleh system pengendali dalam alat (%)
Konsentrasi parameter kualitas udara ambient yang terjadi akibat
diemisikannya debu dan gas oleh sumber emisi gas secara teoritis dapat
ditentukan berdasarkan rumus berikut:
Qxs
𝐶=
uxz
Dengan:
C : konsentrasi parameter udara ambient (µg/Nm3)
Q : Laju emisi partikel/gas (µg/det/m2)
S : Panjang daerahtinjauan (m)
u : Kecepatan angin (m/dg)
z : Tinggi pencamuran palutan dengan udara (m)
Selain itu, kadar partikel debu dalam udara ambient di sepanjang jalur
transportasi yang berasal dari debu jalanan yang terdisperi keudara akibat
peristiwa mekanis pada kegiatan mobilisasi peralatan dan material dapat
diprediksi menggunakan persamaa empiris dari Midwest Research Institute
USA (USEPA, 2003) sebagai berikut
(RUMUS)
dengan
e1 = jumlah debu per sepanjang jalan
s = silt content (%)
S = Kecepatan kendaraan (mile/jam)
W = Berat kendaraan (ton)
w = Jumlah roda kendaraan
d = Jumlah hari tidak hujan

Persamaan empiris ini berlaku untuk tipe jalan pengerasan dengan kandungan
liat tertentu. Pada kondisi jalan beraspal, jumlah debu yang terdispersi (E)
dapat dihitung menggunakan rumus empiris berikut (Nipi, 1999)
(RUMUS)
Dengan
VMT = Frekwensi kegiatan
W = Berat kendaraan (ton)
sL = silt loading (g/m2)
Dispersi gas buang akibat kegiatan mobilisasi alat dapat diprediksi
dengan persamaan Goussian ( line Source) Sebaga berikut
(RUMUS)
Dengan
C (x,z) = konsentrasi pencemar di udara ambient (atmosfer), g/m3
X = Jarak antara jalan dengan receptor, m
z = Tinggi receptordiatas permukaan tanah, m
Q =Emision rate per unit jarak, g/s,m
Π = koefisien, 3,14
u = rata – rata kecepatan angin pada subu x, (m/det)
H = Tinggi sumber titik gas buang dari kendaraan, m
dz = koefisien disperse vertical Goussian, m
Untuk mensimulasikan pengaruh emisi terhadap kualitas uadara,
digunakan model perhitungan disperse Goussian . Model Goussian
merupakan bentuk persamaan matematika yang dapat dimasukkan kedalam
perhitungan variable yang bersifat fisik dan diberikan informasi yang lebih.
Detail mengenai sumber pelarutan pada suatu daerah yang diteliti (bakar,
2006). Pada persamaan Gauss, Penyebaran pencemaran pada arah vertical dan
horizontal diasumsikan terjadi secara difusi yang sederhana disepanjangarah
angin berhembus, persamaan ini umumnya digunakan untuk memprediksi
konsentrasi pencemaran yang diemisikan oleh suatu cerobong asap berikut
bentuk persamaannya:
RUMUS
Dimana:
X = konsentrasi pencemar (g/m3)
Q = Laju emisi pencemar (g/s)
u = Kecepatan angin pada ketinggian cerobong (m/s)
ay = Standar deviasi konsentrasi pencemar dalam arah-y (m)
az = Standar deviasi konsentrasi pencemar dalam arah-z (m)
y = Jarak horizontal reseptor dari sumber dalam arah-y
z = Jarak vertical receptor dari sumber dalam arah-y
H = Tinggi efektif pencemar (hs + ∆H)
Persamaan tersebut memiliki beberapa asumsi, yaitu
a. Penyebaran kepulan memiliki distribusi normal/Gauss
b. Laju emisi (Q) constant dan berkesinambungan
c. Kecepatan dan arah angin uniform
d. Kondisi pencemar stady state, atau tidak akan berubah terhadap waktu
e. Reaksi yang melibatkan senyawa pencemar di udara diabaikan
2. Kebisingan
Untuk menggambarkan perubahan tingkat kebisingan digunakan dua
parameter penting, yaitu akumulasi tingkat kebisingan akibat berbagai suber suara
dan perubahan tingkat kebisingan akibat perubahan jarak sumber suara dan titik
yang ditinjau. Akumulasi tingkat kebisingan akibat dua sumber suara dihitung
berdasarkan rumus sebagai berikut (Godish, 2004)
RUMUS
Dengan
LP = Tingkat kebisingan total dBA
P1 = Intensitas suara sumber 1, N/m2
P2 = Intensitas suara sumber 2, N/m2
P0 = Intensitas suara referensi, N/m2
Lebih lanjut formulasi dasar ini telah ditransformasikan ke dalam bentuk
grafik dan dipakai dalam analisis kebisingan. Perubahan tingkat kebisingan grafik
akibat perubahan jarak dihitung berdasarkan fenomena atenuasi geometris, yaitu
sumber titik/sumber diam dan sumber garis/sumber bergerak. Kebisingan sumber
titik/sumber diam mengggunakan rumus
r2
LP2 = LP1 – 20 log 𝑟1

Sedangkan untuk sumber garis/sumber bergerak menggunakan rumus


r2
LP2 = LP1 – 10 log 𝑟1

LP1 = Tingkat kebisingan pada jarak r1, dB(A)


LP2 = Tingkat kebisingan pada jarak r2, dB (A)
r1 = Jarak pengukuran kebisingan dari sumber kebisingan 1
r2 = Jarak pengukuran kebisingan dari sumber kebisingan 2
Hasil perhitungan tersebut akan dikonfirmasi dengan lokasi pemukiman
penduduk atau jarak penerima yang tingkat kebisingannya memenuhi baku mutu
yang di tetapkan.
3. Kualitas Air
Prakiraan dampak terhadap kualitas air denganmodel matematis dapat
dilakukan dengan memanfaatkan formula – formula bakuyang lazim dalam
penelahaan komponen lingkungan yang bersangkutan . Jumlah limbah yang
dihasilkan oleh suatu kegiatan dapat ditentukan berdasarkan pada debit dan
karakteristik limbah yang dihasilkan , Frekwensi kegiatan serta lama
pengoperasian alat atau kegiatan. Perubahan konsentrasi parameter kualitas air
akibat penambahan bahan pencemar ke badan air yang bersumber dari kegiatan
konstruksi dan pengoperasian fasilitas proyek dapat dihitung menggunakan
persamaan “Model kesetimbangan massa” Berikut
RUMUS
Dengan
C = Konsentrasi parameter pencemar tambahan ke badan air (mg/L)
Qo = Debit air limbah (L/hari)
Co = Konsentrasi pencemar (mg/L)
… = Volume air (Hari)
…. = Volume badan air penerima (L)
4. Laju Permukaan (Run Off)
Menurut wanielista (1990) metode rasional adalah salah satu dari metode
tertua dan awalnya digunakan hanya untuk memperkirakan debit puncak (peak
discharge). Ide yang melatarbelakangi metode rasional adalah curah hujan dengan
intensitas I terjadi secara terus menerus, maka laju hempasan langsung akan
bertambah sampai mencapai waktu konsentrasi (TC).
5. Peningkatan Laju Erosi
Parameter erosi yang telah ditelaah adalah
a. indeks erosivitas hujan
b. Indeks erodibilitas tanah
c. Indeks panjang dan sudut lereng
d. Indeks vegetasi
e. Indeks pengelolaan tanah yang diterapkan

Metode USLE dikembangkan oleh Weischemeir dan smith (1964,1978) untuk


memprediksi besarnya laju erosi pada suatu bidang lahan metode ini
digunakan dalam memprediksi erosi adalah persamaan USLE dirumuskan
sebagai berikut

A = RKLSCP

Dimana

A = Jumlah tanah tererosi (ton/ha/th)


R = Faktor curah hujan dan aliran permukan, yaitu jumlah satuan indeks
erosi hujan yang merupakan perkalian antara energy hujan dan total
(E) dengan intensitas hujan maksimum 30 menit (I30) tahunan.

 Persepsi dan Keresahan Masyarakat


Persepsi negative dan keresahan masyarakat diperkirakan berdasankan hasil
kuesioner. Hasil kuesioner nanti akanmemunculkan presentasi jumlah masyarakat
disekitar wilayah studi yang berpesepsi dan mengamati keresahan akibat dari
kegiatan pembangunan PLTMG 50 Mw daya output (terpasang 60 MW/ 6 x 10
MW ) dan regasifikasi serta pengoperasian PLTU nii tanasa 3 x 12 MW di desa
nii tanasa, kecamatanlenggasumeeto, Kabupaten Konawe.
 Kesehatan Masyarakat
Analisis dampak kesehatan lingkungan (ADKL) menurut kemenkes RI No
876/Menkes/SK/VII/2001 dalam pedoman teknis analisis dampak kesehatan
lingkungan disebutka bahwa ADKL merupakan model kajian dengan pendekatan
analisis Risiko Kesehatan lingkungan. Dekstop daluation dalm public Health
Assesment digunakan sebagai kajian prediktif estimasi resiko dengan
menggunakan nilai default pada factor antropometri berdasarkan Exposure Factor
Handbook (EPA, 1990).
 Analisis Pajanan

𝐶𝑥𝑅𝑥𝑡𝐸𝑥𝑓𝐸𝑥𝐷𝑡
𝐼= 𝑊𝑏𝑥𝑡𝑎𝑣𝑔

Dimana:
I : Asupan (intake), mg/kg/hari
C : Konsentrasi Risk Agent
R : Laju asupan atau konsumsi
tE : Waktu Pajanan, Hari/tahun
fE : Frekuensi Pajanan, Hari/Tahun
Dt : Durasi Pajanan Tahun

Wb : Berat badan, kg

Tavg : Periode rata – rata

b. Karakteristik Resiko
Karakteristik resiko non karsinogenik
𝐼𝑛𝑘
𝑅𝑄 = 𝑅𝑓𝐷𝑎𝑡𝑎𝑢𝑅𝑓𝐶

Dimana :
RQ : Risk Quatient (Tingkat Resiko)
Ink : Asupan intake Non Karsinogen
RfD : Reference Dose (Toksisitas kuantitatif Non Karsinogenik), Pajanan Oral
c. KarakteristikRisiko Karsinigenik
ECR = CSFxlk

Dimana

ECR = Excss Cancer Risk

CSF = Intake Karsinogenik

B. METODE ANALOGI
Metode analogi akan digunakan untuk memprakirakan dampak besar dan
penting yang timbul akibat aktifitas sejenis yang ada di tempat lain yang
diasusikan mempunyai karakteristik lingkungan yang kurang lebih serupa dengan
kondisi limgkungan di lokasi rencana pembangunan PLTMG 50 MW daya output
(terpasang 60 MW/ 6 x 10 MW ) dan Regasifikasi serta pengoperasian PLTU Nii
Tanasa 3 X 12 MW di desa Nii Tanasa, Kecamatan Lalonggameeto, Kabupaten
Konawe.

Metode Analogi akan dilakukan untuk dampak sebagai berikut :

- Analisis Kecelakaan kerja konstruksi dan operasional


- Analisis kebakaran dan ledakan
- Potensi limbah padat dan limbah cair yang dihasilkan.
C. PENILAIAN AHLI (PROFESIONAL JUDGEMENT)
Prakiraan dampak besar dan penting juga akan mempertimbangkan
pengalaman dan pengetahuan para ahi dalam suatu disiplinilmu terkait
penggunaan metode ini terutama terhadap parameter yang ketersediaan data dan
informasinya sangat terbatas. Penilaian para ahli dilakukan dengan penelusuran
hasil – hasil penilaian yang terkait dengan dampak yang dihasilkan.
Prakiraan dampak yang menggunakan metode ini adalah besar pendapatan,
potensi limbah, jarak sebaran panas, jumlah kecalakaan lalu lintas, persepsi
masyarakat dan keresahan masyarakat dan sebgainya.
D. SIFAT PENTING DAMPAK
Penetapan sifat penting dampak, didasarkan pada 22 undang – undang NO. 32
Tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan Hidup. Penetapan
sifat penting dampak dikelompokkan dalam dampak penting (P) dan tidak penting
(TP) pada masing – masing criteria dampak penting.
Jumlah manusia terkena dampak
 Kriteria P apabila ada manusia terkena dampak
 Kriteria TP apabila tidak ada manusia terkena dampak

Luas wilayah persebaran dampak

 Kriteria P apabila luas dampak > 0,25


 Kriteria TP apabila luas dampak < 0,25
Lama dan intensitas berlangsungnya dampak
 Kriteria P apabila intensitas sama atau lebih besar daripada ambang batas
baku mutu atau dampak berlangsung tidak hanya sesaat
 KriteriaTP apabila intensitas rendah dibawah ambang batas baku

Banyaknya komponen lingkungan yang terkena dampak

 Kriteria P apabila ada komponen lain yang terken dampak


 Kriteria TP apabila tidak ada komponen lain yang terkena dampak

Sifat kumulatif dampak

 Kriteria P apabila dampak akan terakumulasi


 Kriteria TP apabila dampak tidak akan terakumulasi

Berbalik atau tidak berbaliknya dampak

 Kriteria P apabila dampak tidak berbalik


 Kriteria P apabila dampak berbalik

You might also like