Jurnalkecemasan 6

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 12

ANALISIS TINGKAT KECEMASAN SISWA SEKOLAH MENENGAH

PERTAMA DALAM MENGHADAPI UJIAN NASIONAL PADA


MATA PELAJARAN MATEMATIKA

JihanHidayah Putri1, Edi Surya2


1
Mahasiswa Pendidikan Matematika Pps UNIMED Medan
Jihanhp90@gmail.com
2
Dosen Pendidikan MatematikaPps UNIMED Medan
Edy_surya71@yahoo.com

ABSTRAK

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan untuk


mengetahui bagaimana gambaran tingkat kecemasan siswa menengah pertama
dalam menghadapi UN pada mata pelajaran matematika. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IX-A dan IX-B MTs Aisyiah Sumatera
Utara pada semester genap Tahun Pelajaran 2017/2018. Sampel pada penelitian
ini adalah siswa kelas IX-A dan IX-B yang seluruhnya berjumlah 52 siswa.
Pengumpulan data penelitian menggunakan angket yang diadaptasi dari skala
Likert adalah suatu skala psikometrik yang umum digunakan dalam angket dan
merupakan skala yang paling banyak digunakan dalam riset berupa survei.Dari
hasil pengumpulan data, 52 siswa memperoleh skor ≥ 35 yang berdasarkan Skala
Liekert termasuk dalam kategori tingkat kecemasan yang sangat tinggi, dan siswa
memperoleh skor diantara kurang dari 14 sebanyak 0 siswa tidak cemas, Skor 14
– 20 sebanyak 0 siswa kecemasan ringan, Skor 21 – 27 sebanyak 0 kecemasan
sedang, Skor 28 – 34 sebanyak 3 siswa kecemasan berat. Skor ≥ 35 sebanyak 49
siswa Kecemasan sangat berat atau panik. Terdapat 12 item instrumen angket
yang persentasenya diatas 50 % yaitu item nomor 3 (54 %), 4 (58 %), 5 (54 %), 6
(61 %), 7 (64%), 8 (65%), 9 (55%), 11 (59%), 13 (51%), 14 (73%), 15 (69 %), 16
( 54%).

Kata Kunci: kecemasan siswa, matematika, sekolah menengah, ujian nasional


1. PENDAHULUAN

Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia


yang dinamis dan merupakan syarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan
atau perkembangan pendidikan adalah hal yang memang seharusnya terjadi
dengan sejalannya perubahan budaya kehidupan guna untuk memperbaiki
pendidikan pada semua tingkat yang akan bermanfaat di masa yang akan datang
dalam Trianto (2011). Untuk itu dunia pendidikan harus melaksanakan
pembelajaran yang akan memberi bekal kepada siswa agardapat mengikuti
pembelajaran tersebut dengan secara efektif.
Matematika adalah salah satu mata pelajaran yang paling penting dalam
pendidikan karena matematika sangat memegang peranan penting dalam
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang bersifat universal dan
mendasari perkembangan teknologi modern yang membutuhkan kemampuan
berpikir logis, sistematis, kritis, kreatif dan inovatif dalam Hasrattudin (2015) dan
dalam pengembangan matematika tersebut tentu juga tidak lepas dari bagaimana
matematika diajarkan di lembaga pendidikan, hal ini sudah menjadi hal umum
bahwa pendidikan matematika di sekolah merupakan pondasi kuat dalam
pengembangan matematika di suatu negara termasuk di Indonesia. Usaha
Indonesia dalam pengembangan sains dan matematika terlihat dari pemberian
mata pelajaran matematika sejak dini. Menurut Hudoyo dalam (Saputra Roy
Paulus,2014) berpendapat bahwa pemfokusan pelajaran matematika disebabkan
matematika merupakan dasar untuk mengembangkan ilmu, sehingga mutlak
diperlukan tenaga yang terampil dan pandai dalam matematika. Bila
perkembangan ilmu matematika dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan
maka akan diperoleh generasi yang berkualitas di masa yang akan datang. Namun
usaha tidak selalu sama dengan yang diharapkan. Ini membuktikan bahwa siswa
kesulitan dalam menghubungkan konsep baru dengan konsep yang telah ada
sebelumnya. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata perolehan tes kemampuan
penalaran matematis yang diberikan. Menurut Fatma Erya Santoso dan Edy
Surya(2017) menyimpulkan bahwa pembelajaran matematika di sekolah dapat
memberikan siswa kemampuan menalar dan memahami hal-hal yang terjadi di
sekitarnya. Hal ini mengindikasi bahwa pembelajaran matematika penting
diberikan di sekolah dengan tujuan memberikan kemampuan berpikir logis kepada
siswa untuk memahami berbagai situasi (kondisi) yang ada di sekitarnya.
Menurut Muhammad Arief Rivai dan Edy Surya(2017) banyak diantara
siswa yang jarang mengevaluasi apa yang telah mereka pelajari. Sehingga,
kesalahan yang sama sering terjadi di pembelajaran selanjutnya. Terkadang
hambatan tersebut muncul baik dari dalam diri peserta didik maupun dari
lingkungan sekitar atau bahkan dari matematika itu sendiri karena sudah tidak
dapat disangkal lagi bahwa matematika bukan ilmu yang mudah untuk dipelajari.
Menurut Friska Labora Christiani dan Edy Surya(2017) berbagai upaya
telah dilakukan dalam meningkatkan pengetahuan dan pemahaman siswa tentang
matematika, seperti: Perubahan kurikulum matematika, penggunaan metode yang
lebih konkrit dan lebih dekat dengan siswa, dan juga pengadaan dan
pengembangan media ataupun perangkat pembelajaran pendidikan matematika.
Di balik pentingnya matematika sebagaimana pembahasaan di atas, terdapat suatu
permasalahan mengenai matematika. Permasalahan yang dimaksud adalah
kecemasan matematika atau mathematics anxiety yang disebut juga dengan math
anxiety. Kecemasan matematika merupakan perasaan tertekan maupun rasa gugup
yang mengganggu dalam memanipulasi angka dan melakukan pemecahan
permasalahan matematika yang luas, baik di dalam kehidupan sehari-hari maupun
di dalam proses pembelajaran. Menurut George Brown College dalam kecemasan
matematika merupakan perasaan tertekan yang mempengaruhi kemampuan
matematika, sikap negatif terhadap matematika ataupun merasa kurang percaya
diri terhadap matematika. Peneliti menyimpulkan bahwa kecemasan matematika
merupakan perasaan tertekan, khawatir, cemas, gelisah, tidak suka, maupun rasa
takut seseorang terhadap segala sesuatu yang berkaitan dengan matematika.
Menurut Sri Ayu Bintang Lestar dan Edi Surya salah satu mata pelajaran
yang ada dalam UN adalah mata pelajaran matematika. Dalam dunia pendidikan,
matematika merupakan salah satu mata pelajaran disekolah yang dinilai cukup
memegang peranan penting dalam membentuk dan mengembangkan potensi
siswa, karena matematika merupakan suatu sarana berpikir untuk mengkaji
sesuatu secara logis dan sistematis. Menurut Sevindir, dkk (2014) bahwa belajar
matematika dan memperoleh keterampilan matematika merupakan hal yang cukup
penting dan karena telah menjadi bahasa teknologi, maka matematika penting
untuk ilmu pengetahuan dan keterampilan siswa. Ignacio (2006) juga berpendapat
bahwa belajar matematika telah menjadi kebutuhan bagi pengembangan individu
sepenuhnya di masyarakat yang kompleks saat ini seperti adanya kemajuan
teknologi dan semakin pentingnya sarana komunikasi saat ini membuat perlunya
bagi setiap orang untuk mampu beradaptasi dengan situasi yang baru.
Berkenaan dengan hal di atas, seharusnya matematika menjadi mata
pelajaran yang diminati oleh siswa. Namun kebanyakan siswa Indonesia
menganggap matematika sebagai pelajaran yang sulit dan rumit karena selalu
berhubungan dengan angka, rumus dan hitung menghitung, bahkan mereka pun
tidak berniat untuk mempelajarinya, kecuali karena tuntutan materi. Survei dari
Program for International Student Assesment (PISA) pada tahun 2012 yang
dilakukan pada 65 negara menunjukkan bahwa kemampuan matematika siswa-
siswi Indonesia menduduki peringkat paling bawah dari 65 negara
(http:/news.detik.com).
Menurut Didik Rezki Suryani dan Edy Surya – Mukhtar untuk mengatasi
masalah tersebut perlu diadakan perbaikan rancangan pembelajaran khususnya
perbaikan bahan ajar yang digunakan. Salah satunya dengan membuat bahan ajar
rancangan sendiri. Bahan ajar merupakan salah satu penunjang untuk tercapainya
tujuan pembelajaran. Bahan ajar dapat diartikan bahan-bahan atau materi
pelajaran yang disusun secara lengkap dan sistematis berdasarkan prinsip-prinsip
pembelajaran yang digunakan guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Bahan
ajar bersifat sistematis artinya disusun secara urut sehingga memudahkan siswa
belajar
Berdasarkan observasi awal (tanggal 2 dan 4 November 2017) dalam
bentuk wawancara kepada salah seorang guru matematika SMP MTs Aisyiyah
Sumatera Utara didapatkan data bahwa sekitar 70% siswa berpikir bahwa
matematika adalah pelajaran yang menakutkan, sulit untuk dipelajari dan sangat
kompleks. Adanya persepsi negatif seperti ini akan menimbulkan kecemasan
pada diri siswa dalam belajar matematika.
Berdasarkan permasalahan yang diajukan di atas, maka peneliti tertarik
untuk mengangkat masalah ini ke dalam satu penelitian yang berjudul “Analisis
tingkat kecemasan siswa sekolah menengah pertama dalam menghadapi
ujian nasional pada mata pelajaran Matematika.”

2. METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di kelas IX-A dan IX-B SMP MTs Aisyiyah
Sumatera Utara semester II (genap) Tahun Pelajaran 2017/2018 dari tanggal 2
November 2017 sampai dengan tanggal 4 November 2017 dan subjek dalam
penelitian ini adalah siswa kelas IX-A dan IX-B SMP MTs Aisyiyah Sumatera
Utara, Tahun Pelajaran 2017/2018, yang berjumlah 52 orang siswa. Jenis
penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif yang bertujuan untuk
mengetahui bagaimana gambaran tingkat kecemasan siswa sekolah menengah
pertama dalam menghadapi UN pada mata pelajaran matematika
Instrumen Angket
SS S KS TS STS
1. Saya takut akan ketidakmampuan dalam
menjawab
soal matematika dan ujian Nasional
2. Saya merasa percaya diri akan kemampuan
saya
menghadapi pelajaran matematika dalam
Ujian Nasional.
3. Saya merasa gugup akan menghadapi
pelajaran matematika dalam Ujian Nasional
4. Saya merasa lemas ketika memikirkan mata
pelajaran matematika dalam Ujian Nasional
5. Saya merasa pusing ketika memikirkan mata
pelajaran matematika dalam Ujian Nasional
6. Saya tidak merasa pusing ketika memikirkan
mata pelajaran matematika dalam Ujian
Nasional
7. Saya tidak dapat tidur lelap mendengar
pelaksanaan ujian nasional tidak lama lagi
8. Saya merasa santai aja dalam meyikapi
pelajaran matematika dalam Ujian Nasional
9. Saya gelisah memikirkan pelajaran
matematika dalam Ujian Nasional
10. Saya takut akan ketidakmampuan dalam
menjawab soal pelajaran matematika dalam
Ujian Nasional
11. Saya merasa pesimis dengan pelajaran
matematika dalam Ujian Nasional
12. Saya merasa Optimis dengan pelajaran
matematika dalam Ujian Nasional
13. Ketika belajar matematika saya sangat
berkonsentrasi karena memikirkan mata
pelajaran matematika ada dalam Ujian
Nasional
14. Saya sering menyendiri setelah mengetahui
Ujian Nasional dilaksanakan pada tahun ini
15. Saya selalu menghindar apabila teman-teman
memperbincangkan masalah percepatan
Ujian nasional.
16. Ketika belajar matematika saya sulit
berkonsentrasi karena memikirkan mata
pelajaran matematika ada dalam Ujian
Nasional

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

a.Hasil

70

60

50

40

30

20

10

0
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35 37 39 41 43 45 47 49 51

Diagram 1. Tingkat Kecemasan Siswa Sekolah Dasar Menghadapi UN


Pada Mata Pelajaran Matematika Berdasarkan Liekert
Dari hasil pengumpulan data, 52 siswa memperoleh skor ≥ 35 yang
berdasarkan berdasarkan Skala Liekert termasuk dalam kategori tingkat
kecemasan yang sangat tinggi dan siswa memperoleh skor diantara kurang dari
14 sebanyak 0 siswa tidak cemas, Skor 14 – 20 sebanyak 0 siswa kecemasan
ringan, Skor 21 – 27 sebanyak 0 kecemasan sedang, Skor 28 – 34 sebanyak 3
siswa kecemasan berat. Skor ≥ 35 sebanyak 49 siswa berdasarkan Skala Liekert
termasuk dalam kategori tingkat kecemasan tinggi. Dari diagram 1 dapat dilihat
bahwa tingkat kecemasan siswa sekolah menengah pertama dalam menghadapi
UN pada mata pelajaran matematika secara umum berada pada tingkat kecemasan
yang sangat tinggi.

90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35 37 39 41 43 45 47 49 51

Diagram 2. Persentase Rata-rata Jumlah Skor yang di dapat siswa

Dari hasil diagram 2 dapat dilihat bahwa siswa yang memiliki skor
kecemasan ≥ 35 sebanyak 49 siswa dan terlihat juga bahwa kecemasan sangat
berat atau panik dimiliki oleh siswa no 47 dan no 15 dengan persentase 81% dan
80 %.
80
70
60
50
40
30
20
10
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

Diagram 3. Persentase Jawaban Siswa Pada Tiap Item Instrumen Angket

Dari tabel diatas dapat diketahui beberapa pernyataan dari item instrumen
angket yang dapat memberikan gambaran tentang hal-hal yang berkaitan dengan
tingkat kecemasan siswa yang tinggi. Terdapat 12 item instrumen angket yang
persentasenya diatas 50 % yaitu item nomor 3 (54 %), 4 (58 %), 5 (54 %), 6 (61
%), 7 (64%), 8 (65%), 9 (55%),11 (59%), 13(51%), 14(73%), 15 (69%), 16(54%).
Siswa no 48 memiliki persentase jumlah skor jawaban paling tinggi (80%).
Item instrumen angket nomor 14 memiliki persentase jawaban paling
tinggi (73%), yang artinya siswa memiliki kecemasan yang tinggi dikarenakan
siswa takut tidak mampu menjawab soal-soal mata pelajaran matematika dalam
UN. Item instrumen angket nomor 15 juga memiliki persentase jawaban yang
tinggi (69%), yaitu ketika belajar matematika mereka sulit berkonsentrasi karena
memikirkan mata pelajaran matematika ada dalam Ujian Nasional, yang artinya
bahwa kecemasan siswa juga dipengaruhi oleh faktor waktu pelaksanaan UN.
Selain itu dari kelima item yang lain dapat diketahui bahwa siswa mengalami
beberapa kecemasan yang termasuk dalam kategori tinggi yaitu sulit
berkonsentrasi, gugup, jantung berdetak tak beraturan, sulit bernafas dan merasa
pusing yang terjadi karena siswa memikirkan, mengingat dan mendengar hal-hal
yang berkaitan dengan mata pelajaran matematika dalam UN.
b. Pembahasan
Dari hasil penelitian, siswa memiliki tingkat kecemasan yang sangat tinggi
dikarenakan siswa takut tidak mampu menjawab soal-soal mata pelajaran
matematika dalam UN. Untuk lebih mengetahui penyebabnya, peneliti melakukan
wawancara terhadap beberapa siswa. Berdasarkan hasil wawancara, dapat diambil
kesimpulan bahwa siswa takut tidak mampu menjawab soal-soal mata pelajaran
matematika dalam UN karena siswa telah memiliki persepsi bahwa matematika
merupakan pelajaran yang sulit, yang kemudian membuat siswa merasa cemas
karena takut tidak mampu menjawab soal-soal mata pelajaran matematika dalam
UN yang akhirnya akan berpengaruh pada hasil UN siswa tersebut. Hal ini sesuai
dengan penelitian Wahid, dkk (2014) dan Lavasani, dkk (2011) yang menyatakan
bahwa persepsi negatif tentang matematika akan menimbulkan kecemasan pada
diri siswa yang akan berpengaruh pada hasil belajar siswa tersebut.
Dari hasil penelitian juga diketahui bahwa 49 siswa memperoleh skor ≥
35, yaitu 36 siswa perempuan dan 16 siswa laki-laki yang berdasarkan Skala
Liekert termasuk dalam kategori tingkat kecemasan yang sangat tinggi. Hal ini
sesuai dengan penelitian dari Pena (2016) yang telah dikemukakan pada kajian
pustaka, bahwa tingkat kecemasan siswa perempuan lebih tinggi dibandingkan
dengan siswa laki-laki, hal ini dikarenakan siswa perempuan memiliki tekanan
keberhasilan akademis lebih besar, mereka lebih takut gagal dalam menghadapi
ujian dibandingkan siswa laki-laki.
Selain itu, dari hasil wawancara juga diketahui bahwa tingkat kecemasan
siswa juga dipengaruhi oleh faktor waktu pelaksanaan UN yang tidak lama lagi
sehingga membuat siswa merasa gelisah, sulit berkonsentrasi, gugup, jantung
berdetak tak beraturan, sulit bernafas dan merasa pusing. Hal ini sesuai dengan
hasil penelitian yang dilakukan oleh Ranjan, dkk (2013) yang menyatakan bahwa
pelaksanaan tes atau ujian dapat menimbulkan kecemasan matematika.
Kesimpulan dari penelitian Mutodi & Hlanganipani Ngirande (2014) juga
mengungkapkan bahwa kecemasan matematika datang ketika menjelang tes atau
ujian. Sehingga dapat dikatakan bahwa semakin dekat waktu pelaksanaan ujian
maka akan membuat individu atau siswa semakin merasa cemas menghadapi
ujian.

4. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat diambil
kesimpulan bahwa tingkat kecemasan siswa sekolah menengah pertama kelas IX-
A dan IX-B MTs Aisyiah Sumatera Utara dalam menghadapi UN pada mata
pelajaran matematika termasuk dalam kategori tingkat kecemasan yang sangat
tinggi, yang dalam penelitian ini hasil tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor
yaitu rasa takut siswa yang besar mereka sulit berkonsentrasi karena memikirkan
mata pelajaran matematika ada dalam Ujian Nasional

5. SARAN
Kecemasan siswa menengah pertama kelas IX-A dan IX-B MTs Aisyiah
Sumatera Utara dalam menghadapi UN pada mata pelajaran matematika yang
termasuk dalam kategori tingkat kecemasan yang sangat tinggi dapat berpengaruh
pada hasil UN siswa. Agar hasil UN sesuai dengan yang diharapkan, ada baiknya
para guru memberikan pelatihan seperti membahas soal-soal UN terutama soal-
soal matematika sebelum UN dilaksanakan, menanamkan rasa percaya diri
terhadap siswa dalam menyelesaikan soal-soal matematika, selalu memberikan
motivasi pada siswa agar lebih rajin belajar dan selalu berpikir positif bahwa
mereka dapat menjawab soal-soal UN.

DAFTAR PUSTAKA

Christiani L.F, Surya, E. 2017 Analisis Model Pembelajaran Kontekstual


Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Pada Materi
Segi Empat. Medan : Universitas Negeri Medan

Lavasani, Masoud Gholamali & Farah Khandan. 2011. The Effect of Cooperative
Learning on Mathematics Anxiety and Help Seeking Behaviour.
Journal of Procedia - Social and Behavioral Sciences, 15 (pp. 271-
276)
Lestari Bintang A.S, Surya, E. 2017. Analysis the Level Anxiety of Students in
Dealing with National Exam on Mathematics Subjects. Medan :
Universitas Negeri Medan

Mutodi, P., & Hlanganipani Ngirande. 2014 .Exploring Mathematics Anxiety:


Mathematics Students’ Experiences. Mediterranean Journal of Social
Sciences 1(5): 283-294.
PISA.2013.http://news.detik.com/read/2013/12/04/144944/2432402/10/ini-
peringkat-kemampuan-matematika-siswa-di-dunia-indonesia-nomor-
berapa (accessed November 2017)

Ranjan & Gunendra Chandra. 2013. Math Anxiety : The Poor Problem Solving
Factor in School Mathematics. International Journal of Scientific and
Research Publications 4(3): 1-5.

Rivai M.A , Surya, E. 2017. Analisis Model Pembelajaran Missouri Mathematics


Project Terhadap Kemampuan Penalaran Matematika Siswa SMP. Medan
: Universitas Negeri Medan

Santoso E.F & Surya, E. 2017. Pengaruh pendekatan realistic mathematics


education (RME) terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa
berbasis masalah open ended.Medan: Universitas Negeri Medan

Suryani R.D, Surya, E. 2017, Mukhtar. 2017. pengembangan modul matematika


berbasis pendekatan pembelajaran saintifik di SMP Negeri 8
Padangsidempua. Medan : Universitas Negeri Medan

Wahid, Sharifah Norhuda Syed,Yusharina Yusof & Mohd. Rizal Razak. 2014.
Math Anxiety Among Students In Higher Education Level. Journal of
Procedia - Social and Behavioral Sciences, 123 (pp. 232 – 237)

Penulis 1 JihanHidayahPutri
Penulis 2 Edy Surya

You might also like