Professional Documents
Culture Documents
Tugas Matakuliah CBR Ahmad
Tugas Matakuliah CBR Ahmad
Tugas Matakuliah CBR Ahmad
OLEH
AHMAD NAWAWI : 4161220003
JURUSAN BIOLOGI
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
nikmat, rahmat dan Anugerah yang selalu diberikan kepada penyusun sehingga
dapat menyelesaikan tugas critical book report ini.
Penyusun menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna dan
masih banyak kekurangan yang disebabkan karena keterbatasan pengetahuan.
Oleh sebab itu diharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari semua
pihak demi perbaikan tulisan ini dimasa mendatang. Penyusun berharap agar
tulisan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Medan, 10
Maret 2018
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
Latar belakang
Critical book review merupakan kegiatan mengulas isi buku dengan
menitikberatkan pada evaluasi (penjelasan, interpretasi dan analisis) mengenai
keunggulan dan kelemahan buku, apa yang menarik dari buku tersebut,
bagaimana isi buku tersebut bisa mempengaruhi cara berpikir dan menambah
pemahaman terhadap suatu bidang kajian tertentu.
Mahasiswa dapat menguji pikiran pengarang/penulis lewat sudut
pandangnya dengan berdasarkan pengetahuan & pengalaman yang dimiliki
Melalui kegiatan critical book review mahasiswa di ajak untuk berfikir kritis
mengenai suatu permasalahan, menilai dan menganalisis suatu kajian secara
objektif serta mampu memandang suatu permasalahan dari sudut pandang yang
berbeda.
Tujuan Penulisan
Alasan dibuatnya CBR ini adalah sebagai salah satu persyaratan penyelesaian
tugas, khususnya mata kuliah Bahasa Indonesia, serta untuk menambah wawasan
yang luas akan pengetahuan khususnya di bagian evaluasi dalam bidang
pendidikan. Meningkatkan daya kritis serta menguatkan materi Bahasa Indonesia.
Manfaat
1. Penyelesaian tugas mata kuliah Bahasa Indonesia
2. Menambah pemahaman mahasiswa tentang materi atau isi buku yang di bahas
3. Meningkatkan kemampuan mahasiswa untuk menyampaikan pendapat secara
luas
IDENTITAS BUKU
A. Bahasa
Saat kapan bahasa itu termaknai? , didalam pendahuluan yang terdapat
pada buku ini yaitu di jelaskan pada saat muncul padanya ( anak )
penyadaran bahwa bunyi yang di ucapkan yang terdengar oleh nya itu
mempunyai makna, saat inilah permulaan anak berusaha untuk menguasai
bahasa. Dan dengan penguasaan bahasa itu timbul pula fungsi bahasa
dalam kehidupan anak.
1. Fungsi bahasa
Fungsi bahasa yang tertera yaitu : bahasa sebagai wahana untuk makna
dan bahasa sebagai alat komunikasi dengan lingkungan.
Diperjelas dalam uraian sebagai berikut
a. Bahasa sebagai wahana untuk makna.
Pada waktu anak mengucapkan bunyi tampak padanya, betapa
reaksi ibunya atau orang lain yang mendengar bunyi itu. Di atas
telah di katakan bahwasanya aksi dan reaksi inilah yang
menimbulkan penyadaran baginya bahwa bahasa itu mempunyai
fungsi, dan fungsi itu merupakan wahana bagi berbagai makna
yang muncul dalam kehidupannya.
i) Bahasa sebagai wahana untuk fakta
Dorongan untuk meniru, tetapi terutama dorongan untuk
menyelidiki ( eksploirasi ) membawa anak pada pengamatan
berbagai fakta di lingkungannya dan menghubungkan fakta itu
dengan rangkaian bunyi tertentu yang di dengarnya. Dorongan
meniru membuat anak mengucapkan rangkaian bunyi yang di
dengarnya dan meletakkan relasi antara rangkaian bunyi itu dengan
fakta yang di alaminya.
ii) Bahasa sebagai wahana untuk relasi.
Dalam perkembangan anak sehubungan dengan kemampuannya
menguasai bahasa tampak padanya( di sekelilingnya ) adanya
berbagai jenis benda ( dengan berbagai macam warna, bentuk dan
ukuran ). Lambat laun dapatlah di lihatnya ‘relasi” antara bentuk,
atau warna maupun warnna tertentu dengan fungsi benda itu,
umpamanya : di lihatnya bahwa celananya kecil sedang celana
ayahnya jauh lebih besar dari celananya sendiri. Maka hasil
pengamatannya itu menimbulkan pemahaman bahwa ada relasi
antara besar dan kecilnya celana dengan pemilik celana itu.
iii). Bahasa sebagai wahana untuk nilai
dalam uraian mengenai “ bahasa sebagai wahana untuk relasi”
sudah ada contoh mengenai ‘penilaian’ suatu kejadian atau
kenyataan.
Umpamanya : bola ini besar, bola itu lebih besar. ‘ nilai” yang di
nyatakan dengan bahasa disini, ialah “ besar dan lebih”.
b. Bahasa sebagai alat komunikasi
Rangkaian bunyi yang di ucapkan oleh anak tampak reaksi dari
lingkungannya. Pada masa permulaan reaksi itu terutama datang
dari ibu si anak. Telah juga di katakan bahwa sifat dan corak reaksi
lingkungan itu sedikit-banyak tergantung pada cara anak
mengungkapkan rangkaian bunyi itu. Dari cara itu ibu/orang di
lingkungan anak dapat menanggapi maksud anak mengeluarkan
rangkaian bunyi yang di maksudkan itu. Kejadian seperti di
uraikan ini telah menunjukkan bahwa rangkaian bunyi, yang di
sebut bahasa itu, mempunyai fungsi sebagai alat komunikasi.
PENGAJARAN BAHASA
Kalau dalam kehidupan sehan-hari anak dalam perkembangannya itu
mempelajari penggunaan bahasa dengan mendengar, memahami, dan meniru
penggunaan bahasa menurut keadaan di lingkungannya, maka pengajaran bahasa
di sekolah dilakukan secara sistematis. Dengan "sistematis" dimaksudkan, bahwa:
-pengajaran itu secara teliti disesuaikan dengan taraf perkembangan psikis anak
yang belajar;
-bagian pelajaran bahasa itu mendapat pelayanan sesuai dengan fungsinya dalam
penggunaan bahasa sebagai alat berkomunikasi (jadi tidak terutama
mementingkan tata bahasa atau ejaan umpamanya, sedang hal-hal yang
menyangkut lafal atau kemahiran berbicara kurang mendapat perhatian!);
-bahan yang disajikan menjadi perangsang untuk perkembangan penguasaan
bahasa anak.
Di sarnping pengertian yang dikemukakan di atas mengenai ''secara
sistematis", maka hendaknya juga diberikan perhatian secukupnya, yang dapat
menjadi unsur penghambat dalam perkembangan penguasaan bahasa oleh anak
yang sedang belajar. Karena perkembangan penguasaan bahasa ini - khususnya
dalam fungsi bahasa sebagai alat untuk berkomunikasi di antara manusia yang
"sebahasa" - mengenai "bahasa lisan" dan "bahasa tulisan", maka dalam bab ini
akan diusahakan menguraikan berbagai aspek dari pengajaran bahasa lisan dan
bahasa tulisan. Yang berkenaan dengan bahasa lisan akan disoroti: pelajaran
cakapan/wicara, bercerita, membaca. Dan yang berkenaan dengan bahasa tulisan
akan dikemukakan hal yang menyangkut: mengarang, menyusun laporan.
A. Pengajaran Bahasa Lisan.
Sukar untuk menentukan dengan angka yang menyatakan persentase
perbandingan penggunaan bahasa lisan dan bahasa tulisan. Akan tetapi
dapat dikemukakan dengan pasti bahwa peranan bahasa lisan jauh
lebih besar dalam kehidupan manusia dibandingkan dengan peranan
bahasa tulisan. Untuk mencapai tujuan dengan pelajaran bahasa lisan,
maka hendaknya dipegang teguh makna dari "berkomunikasi dengan
bahasa lisan", yakni menggunakan bahasa yang mencerminkan dengan
sejelas-jelasnya yang dimaksud oleh pem-bicara sehingga dapat mudah
ditanggapi dan ditangkap oleh pendengar. Untuk mencapainya, maka
anak hendaknya dibiasakan berbicara dengan jelas (lafal dan nadanagu
ucapan), serta menggunakan hukum bahasa daiam penyusunan kalimat
yang digunakan (pengetahuan bahasa). Di samping itu hendaknya anak
dibiasakan pula dengan cepat dan teliti meriangkap yang diucapkan
oleh "orang lain" ketika berkornunikasi. Pernbiasaan ini dalam pada itu
ada yang bersifat lisan, tetapi ada juga yang bersifat tulisan (dan
karena itu sering digabungkan dengan latihan penggunaan ejaan yang
setepat-tepatnya).
6. Pelajaran Membaca.
Sering dianggap bahwa membaca ialah menyuarakan lambang-
lambang tertulis. (dengan lafal dan nada serta lagu yang tepat). Akan tetapi
cara demikian sebenarnya hanya mencakup "teknik membaca". "Membaca"
yang sebenarnya, ialah mencamkan yang dinyatakan dengan limbang-lambang
tertulis itu. Walaupun ada juga bahasa tulisan — terutama sajak dan prosa
berirama — yang sebaiknya disuarakan ketika membacanya,tetapi kebanyakan
kegiatan membaca itu dilakukan tanpa suara.
a. Pelajaran membaca teknis.
Tujuan pelajaran "membaca teknis", ialah menambah kelancaran murid
menpbah lambang-lambang tertulis menjadi suara atau ucapan yang
mengandung makna, sedang makna itu dipahami oleh murid yang
membaca.
b. Pelajaran membaca dalam hati.
"Membaca dalam hati", ialah jenis membaca tanpa menyuarakan yan
dibaca itu. Jenis membaca ini lebih diutamakan,karena penelitian telah
membuktikan bahwa "membaca dalam hati" lebih cepat jalannya dari
membaca dengan menyuarakan yang dibaca. Mata lebth cepat menanggapi
yang dibaca itu dibandingikan dengan kecepatan mulut menguca kan yang
dibaca pula, penyuaraan yang dibaca itu dilakukan setelah mata
menangkap) menanggapi bahan yang hendak dibaca. Dengan demikian
maka "dihilangkan" penggunaan waktu untuk menyuarakan bacaan, kalau
seseorang membaca dalam hati.
c. Pelajaran membaca cepat.
Dalam kehidupan sehari-hari seseorang harus dapat membaca
suatu pengumuman, pemberitahuan, berita di surat kabar dalam waktu
sesingkat-singkatnya. Tetapi waktu membaca suatu pelajaran pun
hendaknya dapat dilakukan dalam waktu singicat. Sehubungan dengan itu
maka sejak murid telah lancar membaca (diharapkan telah dicapai oleh
murid sejak kelas III Sekolah Dasar), hendaknya diusahakan pula
memupuk kecepatannya mem-baca. Oleh karena itu perlu ada pelajaran
membaca cepat. Pelajaran itu di kelas rendah dapat diberikan dua kali
sebulan dan di kelas V — VI dapat diadakan dua atau tiga kali dalam satu
bulan.
Bahan untuk "membaca dalam hati" hendaknya dipilih bahan baru,
maka untuk pelajaran "membaca cepat" hendaknya diberikan bahan
bacaan, yang sudah pernah dibaca oleh murid. Tujuan yang hendak
dicapai, ialah "melatih mata pelajar untuk secepat-cepatnya bergerak
ketika membaca) sambil "menjangkau" sebanyak-banyaknya perkataan
yang hendak dibaca itu". Itu sebabnya maka diusahakan supaya kecepatan
dan kemampuan mata jangan dihambat perkembangannya dengan bahan
yang belum dipahami oleh murid. Kemajuan yang dicapai anak dalam
pelajaran "membaca cepat" hendak-nya diketahui oleh murid sendiri.
Dengan demilkian diketahuinyalah, apakah ia dalam waktu sebulan
mencapai kemajuan atau tidak.
d. Pelajaran Bahasa Tulis.
Salah satu penemuan terbesar dalam sejarah perkembangan
kebudayaan manusia, ialah penemuan "baliasa tulisan". Dengan bahasa
tulisan itu dapat diwariskan harta kebudayaan kepada keturunan dalarn
bentuk yang lebih tepat dari pada yang mungkin dilakukan dengan cara
lisan. Hal inti jelas kelihatan umpamanya pada perbedaan yang tampak
pada "cerita rakyat" (cerita yang diturunkan secara lisan) dan hasil
sastera dari masa lampau. Sehubungan dengan yang dikemukakan di
atas dapatlah dikatakan, bahwa manusia dari masa sekarang dapat
mengetahui, apa yang terjadi pada masa lampau serta dapat pula ia
mewariskan sesuatu kepada keturunannya, yang akan membacanya
pada masa yang masih akan datang. Seperti halnya dengan membaca,
maka bahasa tulisan mengenal teknik menulis" dan "isi" yang
dituliskan.
i. Pelajaran mengenai penggunaan tanda baca.
Setelah murid menguasai teknik menulis (dan juga membaca)
permulaan, mulailah diajarkan kepada merekapenggunaan
huruf besar, titik, koma, tanda seru, dan tanda tanya, tiitk koma
dan tanda kutip. Pada umumnya yaitu pertama tama di
perkenalkan, ialah titik. Setiap kalimat di akiri dengan titik.
e. Pelajaran Mendengarkan.
Pelajaran mendengarkan dalam pelaksanaannya mendengarkan
bahasa "lisan". Sehubungan dengan itu soal sekitar "latihan
mendengarkan" ini dibicarakan tersendiri. Dalam berkomunikasi
dengan penggunaan bahasa bukan hanya pembicara yang harus mampu
menyampaikan hasratnya dalam bahasa yang tepat dan baik, tetapi
yang mendengar suatu ucapan pun harus pula dengan tepat dapat
menangkap yang diucapkan pembicara itu. Kalau kedua hal ini telah
ter-penuhi, maka komunikasi itu akan berjalan lancar dan tidak akan
menimbul-kan salah paham. Untuk mencapai kemampuan yang
disebut terakhir itu, maka di sekolah (sejak dari kelas I) diadakan
pelajaran/latihan mendengarkan. Latihan ini ada yang diberikan pada
waktu-waktu tertentu, tetapi ada juga yang dilakukan secara mendadak
selama 3-5 menit. Tetapi hendaknya latihan demikian itu sering
diberikan. Ada tiga jenis latihan mendengarkan, yakni: 1. melakukan
sesuatu yang diucapkan oleh orang lain (guru atau murid lain); 2.
mengucapkan kembali yang diucapkan oleh orang lain (guru atau
murid lain) dan 3. menuliskan sesuatu yang diucapkan oleh orang lain
(guru atau murid lain). Ketiga jenis latihan mendengarkan ini akan
dibicarakan dengan singkat dalam uraian berikut:
1. Latihan mendengarkan dengan melakukan yang diucapkan.
Guru mengatakan kepada murid "Saya akan mengatakan
sesuatu. Kemudian seorang di antara kamu akan saya minta
melakukannya di depan kelas! Perhatikan baik-baik dan lihat
apakah murid yang saya minta melakukan-nya tepat
melaksnakan tugasnya!" Murid lain turut mengawasi, apakah
ka-limat yang diucapkan guru itu tepat dilakukan/diperankan
oleh murid yang mendapat giliran. Guru mengatakan: -Panggil
tukang kebun kemari!
-Bersihkan papan tulis! - Buka mulutmu lebar-lebar! dan
sebagainya. Kiranya diperhatikan, bahwa kalimat itu jangan
lebih panjang dari 5 per-kataan, terutama pada permulaan kelas
II. Di kelas III dan di kelas yang lebih tinggilagi telah dapat
digunakan kalimat yang lebih panjang, yang "diceraikan"
pengucapannya dengan lagu kalimat, umpamanya: -Kalau
kamu mau ambil sepotong kue ini untukmu! - Pergi sebentar
keluar dan lihat apa tukang kebun ada! dan sebagainya.
KEUNGGULAN
menurut saya buku ini sudah layak di baca untuk kalangan guru yang
menggunakannya sebagai acuan dalam mengajar, karena buku ini menjelaskan
secara terperinci mengenai pembahasan yang di bahas, serta menjadikan pembaca
khususnya guru menjadi mudah dalam memahami makna dari sebuah kalimat
yang di ungkapkan dalam buku ini karena di dalam buku ini di lengkapi dengan
contoh tindakan dari sebuah pengertian per sub-bab nya.
KELEMAHAN
Menurut saya, buku ini memiliki desain sampul yang kurang menarik,
tidak terdapat keterangan penulis,jumlah halaman ISBN. Juga tidak adanya corak
warna yang di dalam buku ini, sehingga kesannya seperti buku yang di fotokopy.
SARAN
Alangkah baiknya buku ini di lengkapi dengan desain cover yang lebih
menarik, jangan hanya menggunakan warna kuning sebagai dasar warna
keseluruhan, karena kurang menarik kalau hanya memiliki 1 warna, dan juga isi
dalam buku ini sebaiknya di lengkapi dengan gambar, misalnya tindakan anak
saat berbicara dengan guru atau lainnya, juga di lengkapi warna di dalamnya,
sehingga kesannya tidak seperti buku yang di fotokopy.
DAFTAR PUSTAKA
Ackbar Ny. S.A., (1979). Bahasa indonesia (pedoman gru membaca dan menulis
permulaan ). C.V. “Remaja Karya”. Bandung