Professional Documents
Culture Documents
3 Bab - Ii
3 Bab - Ii
2.1. Broiler
Broiler adalah istilah yang diberikan pada ayam pedaging yang telah
mengalami pemuliaan sehingga menjadi ternak yang unggul. Siregar et al. (1980)
menyatakan bahwa broiler merupakan hasil hibridisasi antara ayam tipe berat
seperti Cornish dan Plymouth Rock yang dikhususkan untuk produksi daging.
Broiler juga didefinisikan sebagai ayam potong jenis ras atau ayam pedaging
jantan maupun betina muda berumur sekitar 6-8 minggu yang dipelihara secara
diantaranya adalah pertumbuhannya cepat dengan ukuran tubuh yang relatif besar,
struktur dagingnya empuk, berkulit licin dan lunak, tulang rawannya belum
daging dan dalam waktu 6-8 minggu bobot hidupnya dapat mencapai 1,75-2 kg
(Irawan, 1996). Wahyu (1992) juga menyatakan bahwa broiler adalah ayam muda
jantan atau betina berumur 6-10 minggu yang mempunyai pertumbuhan cepat,
daging yang empuk, dada relatif lebar dengan kulit yang licin dan lunak. Sanjaya
(1995) menyatakan bahwa ayam broiler merupakan ternak yang paling ekonomis
sebagai penghasil daging dan memiliki ciri khas yaitu pertumbuhannya cepat, siap
dpotong pada usia muda, harga terjangkau, efisien dalam penggunaan ransum,
menghasilkan daging berserat yang lunak bila dibandingkan dengan ternak lain,
5
6
efisien dalam penggunaan kandang dan secara ekonomi merupakan usaha yang
berkisar 1,3-1,4 kg/ekor (Rasyaf 1989; Murtidjo, 2002). Hal yang senada juga
dinyatakan oleh Priyanto (1996) yang menyatakan bahwa broiler siap dipotong
pada umur 35-45 hari dengan berat badan 1,2 – 1,9 kg/ekor. Pemotongan ayam
broiler pada saat berat yang masih rendah ini disebabkan oleh kesediaan
konsumen yang cenderung membeli karkas utuh yang tidak terlalu besar dan pada
berat ini daging ayam broiler masih lunak belum banyak lemak serta tulangnya
tidak begitu keras (Murtidjo, 2002). Lebih lanjut dijelaskan oleh Amrullah (2004)
bahwa karkas yang berukuran kecil 0,8-1,0 kg dipasarkan dalam bentuk utuh,
Broiler memiliki keistimewaan yang dibatasi oleh umur, sifat, daging, cara
Rasyaf (2001) pemeliharaan ternak ayam pedaging atau ayam broiler dapat
dibedakan menjadi dua fase pemeliharaan, yaitu : 1) Masa pemeliharaan awal atau
starter, yaitu pemeliharaan ayam yang berumur satu sampai empat minggu dan 2)
Masa pemeliharaan akhir atau finisher yaitu pemeliharaan ayam pada umur lima
Misalnya di Eropa istilah yang diberikan untuk ayam broiler adalah “Friyer” yaitu
ayam muda yang berumur kurang dari 16 minggu dengan ciri-ciri dagingnya
7
lunak kulit agak licin dan tulang bagian dada masih tampak lunak. Sedangkan
istilah broiler yang disembelih pada umur kurang dari delapan bulan dengan ciri
khas dagingnya masih lunak, kulit agak licin, tulang dada agak keras disebut
dengan istilah Roaster. Irawan (1996) labih lanjut mengemukakan bahwa ditinjau
dari umur dan berat hidup ayam, maka konsumen daging ayam di Asutralia
1. Poussins adalah ayam yang dipotong pada umur 7-8 minggu dengan
2. Grillers adalah ayam yang dipotong pada umur 9-11 minggu dengan
2.2. Pertumbuhan
mahluk hidup, demikian halnya pada ternak pasti juga akan mengalaminya.
Dalam ilmu produksi ternak, pertumbuhan merupakan faktor yag sangat penting,
kumulatif jaringan pernyusun tubuh ternak dan dapat memberi gambaran baik
merupakan kriteria utama dalam menentukan produksi ternak. Hal ini sesuai
dengan pendapat Fuad (1986) yang menyatakan bahwa berat hidup pada ayam
broiler merupakan sifat ekonomi karena harga seekor ayam ditentukan oleh berat
hidupnya.
meliputi perubahan berat hidup, bentuk, dimensi linear dan komposisi tubuh
seperti otot, lemak, tulang dan organ serta komponen-komponen kimia terutama
air, lemak, protein dan abu pada karkas. Pertumbuhan adalah suatu proses pada
yang dapat ditentukan melalui perubahan berat di dalam organ (Sussman, 1960).
universal yang bermula dari sel telur yang telah dibuahi dan berlanjut sampai
hewan tersebut menjadi dewasa. Selain itu, pertumbuhan juga dapat diartikan
komponen karkas yaitu tulang, daging dan lemak dengan kecepatan yang berbeda
(Mc Donald et al., 1998). Pertumbuhan adalah suatu proses yang sangat
kompleks, meliputi pertambahan berat badan serta semua bagian tubuh secara
pembangun seperti urat, daging, tulang, otak dan semua jaringan tubuh merupakan
berat badan tiap hari, tiap minggu atau tiap waktu lainnya (Tillman et al., 1991).
Jika dilihat dari sudut kimiawi, pertumbuhan murni adalah suatu pertumbuhan
jumlah protein dan zat-zat mineral yang tertimbun dalam tubuh, sedangkan
penambahan berat akibat penimbunan lemak dan air dalam tubuh bukan
ternak tergantung dari beberpa faktor diantaranya jenis kelamin, umur, spesies dan
kualitas ransum. Hal yang sama juga dinyatakan oleh North (1978) bahwa suatu
pertumbuhan juga dipengaruhi oleh galur, tipe ayam, jenis kelamin, pakan serta
tata laksana pemeliharaan dan kondisi lingkungan. Tillman et al., (1991) juga
pertumbuhan maksimal dengan urutan jaringan saraf, tulang, otot dan terakhir
banyak faktor, diantaranya spesies (genetik), jenis kelamin, umur dan kualitas
serta kuantitas pakan. Bangsa ternak yang besar akan lebih berat, tumbuh lebih
cepat dan lebih berat pada saat mencapai kedewasaan dari pada ternak yang
mempunyai ukuran yang lebih kecil. Ternak jantan juga mempunyai pertumbuhan
Dalam produksi ternak ayam pedaging, selain berat badan dan “Feed
Convertion Ratio” (FCR), kualitas karkas merupakan hal yang perlu diperhatikan.
Karkas ayam broiler adalah bagian dari ayam broiler hidup, setelah dipotong,
Soeparno (1998) juga mendefinisikan karkas ayam, yaitu berat tubuh ayam
setelah pemotongan dikurangi kepala, darah, bulu, kaki serta organ-organ internal,
tetapi paru-paru dan ginjal masih ada. Selain itu, Murtidjo (2002) juga
menyatakan bahwa karkas ayam pedaging adalah daging bersama tulang ayam
hasil pemotongan, setelah dipisahkan dari kepala sampai batas pangkal leher, dari
karkas adalah faktor yang sangat penting untuk menilai karkas (Hartono, 1999).
hidupnya (Anon., 1997). Pada ayam pedaging , persentase karkas sering dipakai
penduga berat daging yang umumnya berkisar antara 65-70% dari berat karkas,
yang artinya ayam jika dipotong akan kehilangan 1/3 berat dari berat potongnya,
karena bagian bulu, kaki, leher, kepala, isi perut, jeroan dan ekor dipisahkan dari
bagian tubuh. Besarnya daging siap masak adalah 75 % dari berat hidup untuk
ayam pedaging, 76% untuk roaster dan 72% untuk capon (Rasyaf, 2001).
Laju pertumbuhan dan komposisi tubuh yang meliputi distribusi berat dan
komposisi kimia komponen karkas dipengaruhi oleh faktor genetik dan faktor
karkas akan dipengaruhi oleh bangsa, jenis kelamin, umur dan keadaan fisik
ransum, serta isi saluran pencernaan. Persentase karkas dipengaruhi oleh pakan,
faktor yang dapat mempengaruhi persentase karkas ayam per individu adalah
kondisi kesehatan ayam, keadaan bulu, besarnya dada dan komposisi fisik,
Komposisi fisik karkas terdiri dari komponen tulang, daging dan lemak
subkutan termasuk kulit (Parakkasi, 1983). Proporsi tulang, daging dan lemak
sebgai komponen utama karkas dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, temperatur,
kelembaban dan nutrisi (Soeparno, 1992). Apabila salah satu komponen fisik
karkas meningkat maka komponen fisik karkas yang lainnya cenderung akan
menurun. Faktor yang mempengaruhi nilai ekonomi karkas meliputi berat karkas,
jumlah daging dan kualitas daging yang dihasilkan. Peni dan Rukmiasih (2000)
menyatakan bahwa daging merupakan salah satu tempat penimbunan zat-zat gizi
dalam tubuh yang terdapat pada serabut-serabut otot. Serabut-serabut ini akan
utuh, belahan kiri dan kanan, seperempat karkas atau potongan-potongan dari
12
karkas yaitu dada, paha, punggung dan sayap. Bahkan di daerah Bali karkas ayam
termasuk didalamnya karkas dengan kaki, leher, dan kepala kecuali jeroannya
komersial berbeda meliputi bagian dada, paha, sayap, punggung depan dan
punggung belakang, dimana bagian dada dan paha mempunyai berat yang paling
tinggi dan mempunyai nilai ekonomi yang paling tinggi diantara recahan karkas
yang lainnya. Bagian dada terdiri dari sternum dan otot yang terkait. Sternum bisa
dalam bentuk utuh (dada penuh) atau dibelah menjadi dua bagian yaitu bagian
kanan dan kiri (Soeparno, 1998). Pada permukaan dada terdapat otot yang besar
disebut dengan otot pectoralis. Otot pectoralis berlokasi di bagian sternum pada
dada depan (“brisket”) dan meluas ke bagian dada belakang. Paha terdiri dari otot
besar dan pada umumnya menghasilkan daging dengan keempukan yang sedang
sampai empuk serta harga yang mahal. Paha (“leg”) dipisahkan pada bagian ace
tubulum, otot pelvik diikutkan, sedangkan tulang pelvik tidak diikutkan pada paha.
Bagian proximal yang disebut “Thigh” dapat dipisahkan dari bagian distal paha
Komposisi fisik karkas terdiri dari komponen daging, tulang dan lemak
Barhiman (1976) bahwa karkas ataupun komposisi fisik karkas terdiri dari
komponen tulang, otot daging, lemak berbeda-beda sesuai dengan besar bobot
13
badan ayam tersebut. Jika salah satu komponen fisik karkas meningkat maka
kedelai, tepung ikan dan bahan lainnya yang mudah diperoleh dilokasi setempat
(bahan baku lokal) menjadi suatu susunan ransum. Jagung merupakan bahan
pakan ternak dengan kandungan energi metabolisme sebesar 3370 Kkal/kg dan
protein 8,6% (Scott et al., 1982), mempunyai potensi yang baik untuk
bahwa pakan yang baik adalah pakan yang seimbang antara energi, protein dan
kandungan energi dan protein dalam ransum lebih penting dari pada kuantitas
energi dan protein dalam ransum tersebut. Beberapa jenis QPM dipasarkan
dengan merek dagang antara lain jagung putih atau jagung kuning Srikandi.
adalah tanaman biji-bijian yang dikonsumsi oleh ternak dan manusia sebagai
sumber energi dan protein. Kandungan protein pada jagung berkisar 8-11%, padi
7-9%, dan gandum 11-14% (Vasal, 2002). Mutu protein dari tanaman jagung
dianggap rendah karena kekurangan dua asam amino lisin dan triptofan yaitu
masing-masing 0,225% dan 0,05% dari total protein biji (Cordova, 2001). Bila
14
jagung digunakan sebagai pakan maka protein ternak juga kekurangan dua
asam amino ini. Dengan demikian diet sehat untuk manusia dan ternak
“Quality Protein Maize” (QPM) atau jagung kuning srikandi adalah jenis
jagung yang mengandung lisin dan triptofan dua kali lipat dari pada jagung biasa,
yakni masing-masing 0,475% dan 0,11% dari total protein biji. Awalnya jagung
ini tidak disukai karena produksinya rendah, tidak tahan lama, dan memiliki
endosperm lunak. Melalui suatu program seleksi berulang dan setelah beberapa
jagung kuning srikandi dengan endosperm lebih keras (Bjarnason dan Vasal,
2001) dan produksinya lebih tinggi dari pada jagung biasa (Cordova ,2001)
Organ dalam ayam broiler yang dikeluarkan dari rongga dada dan perut
pada waktu penyembelihan adalah saluran pencernaan, hati, jantung, limpa, lemak
dan lain-lainnya, beberapa organ dalam tersebut mempunyai nilai komersial yang
saluran pencernaan ternak unggas terdiri dari mulut, farink, esofagus, ventrikulus,
usus halus dan usus besar. Ditambahkan oleh Yupardhi et al. (2001) bahwa
saluran pencernaan unggas dapat dianggap sebagai sebuah pipa yang berlapis tiga
untuk melaksanakan berbagai fungsi. Blakely dan Bade (1991) juga menyatakan
tembolok, proventriculus, ventriculus, usus halus, caeca, usus besar dan kloaka.
melalui saluran lendir usus dan masuk kedalam tubah (Tillman et al., 1991).
proventrikulus adalah bagian dari saluran pecernaan pada unggas yang terletak
berkembang dengan baik dan kaya akan kelenjar seksoris yang menghasilkan
pencernaan protein di dalam makanan dan pada bagian ini pula terjadi proses
(Srigandono, 1996). Organ ini berkontraksi secara teratur dan butir-butur batu
kecil (“grit”) yang ada didalamnya akan membantu pencernaan makanan sehingga
makanan menjadi pasta yang halus (Sutardi, 1980). Untuk membuat permukaan
penggerus yang keras dan untuk melindungi mukosa yang lunak, dihasilkan kolin
dalam lapisan mukosa. Setelah itu, makanan yang halus masuk ke duodenum.
Usus halus (intestinum tenue) unggas lebih pendek dari pada usus halus,
yang terdiri dari duodenum, jejunum dan ileum yang banyak mengandung sel piala
16
Dari pankreas ini akan keluar cairan pankreas dan masuk bagian bawah di ujung
proventrikulus. Jejunum adalah bagian tengah dari usus halus, terletak diantara
dominan adalah Lactobacillus. Ileum adalah bagian terakhir dan terpanjang dari
usus halus. Pada bagian ini dikeluarkan pula cairan pahit atau cairan empedu yang
dihasilkan oleh hati, berguna untuk mencerna lemak dalam usus halus. Peranan
usus halus yang paling penting adalah menyerap kandungan nutrisi yang semula
telah diurai dan dihaluskan oleh alat-alat pencernaan dan enzim yang ada (Rasyaf,
Usus besar (Intestinum Crassum) terdiri dari colon, caecum dan rectum
yang tidak terdiferensiasi dan bermuara bersama ureter dalam kloaka yang
berbentuk seperti lonceng (Yupardhi et al., 2001). Menurut rasyaf (1992) usus
besar berfungsi sebagai buangan fases bersama-sama urine. Air asal urine diserap
kembali dalam usus besar untuk ikut mengatur kandungan air sel-sel tubuh dan
keseimbangan air.
Usus buntu (Caecum) terletak diantara usus halus dan usus besar, setiap
Pada caecum terjadi sedikit penyerapan air dan aktivitas bakteria sehingga dapat
berlangsung pencernaan serat kasar dan protein serta sintesis vitamin (Amarullah,
2004).
17
mempunyai fungsi sangat fital. Jantung terbagi oleh sebuah septum menjadi 2
belahan, kiri dan kanan, setiap belahan kemudian dibagi dalam dua rongga yaitu
atrium dan ventrikel. Jantung mempunyai fungsi yang sangat penting bagi
hampir semua zat yang diabsorbsi dari intestinum tenue melalui daerah portal.
Jadi, jelas bahwa banyak fungsi hepar berkaitan dengan metabolisme zat-zat itu.
Fungsi utama hati adalah sekresi getah empedu, metabolisme protein, karbohidrat
Limpa adalah organ limfoid yang terbesar dari tubuh, karena itu, susunan
histologinya lebih kompleks dari pada jaringan limfoid. Limpa terbungkus oleh
kapsula dan terdiri atas sel SRE. Limpa terbagi atas 2 bagian, yaitu cortex yang
terdiri dari jaringan limfoid serta terdapat limfosit, serta bagian pulpa
ransum tanpa diikuti dengan peningkatan protein. Hal ini sesuai dengan hasil
imbangan energi dan protein dalam pakan dapat mempengaruhi rataan persentase
lemak abdominal, baik pada temperatur rendah maupun pada temperatur tinggi.
Selanjutnya dinyatakan bahwa semakin tinggi imbangan energi dan protein dalam
18
kualitas karkas. Salah satu alternatif peningkatan kualitas karkas ayam pedaging
Istilah probiotik pertama kali diperkenalkan oleh Lilly dan Stillwell (1956)
dalam Jin et al., (1997), yakni faktor yang mempengaruhi pertumbuhan yang
dalam keadaan hidup, jumlahnya banyak (lebih dari satu juta per gram) dan tetap
hidup serta stabil dalam ekosistem usus. Ritonga (1992) menyatakan bahwa
kriteria probiotik adalah bakteri tersebut tidak patogen terhadap ternak dan
asam dan garam empedu maupun respon kekebalan tubuh ternak, serta sanggup
kapasitas daya cerna sehingga diperoleh zat pakan yang lebih banyak untuk
unggas juga sangat menguntungkan karena dapat menghasilkan zat atau enzim
dengan meningkatnya katersediaan lemak dan protein bagi ternak, disamping itu
cancer”). Jin et al. (1997) menambahkan bahwa penggunaan probiotik pada ternak
zat makanan dan menurunkan kadar gas amoniak faeses. Dengan sifat tersebut
dicapai dan absorbsi absolut pakan di dalam saluran pencernaan ayam dapat
ditingkatkan.
ransum unggas adalah starbio. Menurut Sumarto yang dikutip oleh Rai et al.
mampu mencerna lemak, serat dan protein ransum menjadi bahan yang mudah
diserap. Kemampuan kerja starbio ini disebabkan karena starbio yang digunakan
bakteri Streptococcus lactis dan jenis fungsi seperti Aspergilus niger dan
Aspergilus oryzae (Samadi, 2002). Bakeri asam laktat seperti Lactobacillus dan
probiotik yang diproduksi secra komersial. Prinsip kerja dari probiotik ini adalah
bakteri-bakteri pathogen.
Kelebihan lain dari starbio yang banyak digunakan oleh produsen pakan
adalah bentuknya bubuk, dapat stabil bila disimpan dalam suhu 80-900C, dan bila
disimpan dalam suhu kamar yang normal dapat stabil dalam jangka waktu panjang
(Anon., 1998). Hasil analisis proksimat probiotik starbio adalah kadar air 19,71%
protein kasar 10,42%, ekstrak eter 0,11% serat kasar 8,37% dan abu 51,54%.
pemanfaatan starbio dalam ransum adalah biaya pakan menjadi lebih murah,
karena penggunaan pakan sangat efisien dan mengakibatkan konversi pakan lebih
baik, bobot badan lebih baik, ternak lebih sehat dan tidak mudah terserang
penyakit, mortalitas berkurang dan sanitasi kandang lebih baik karena bebas dari