Professional Documents
Culture Documents
Parkinson
Parkinson
PENDAHULUAN
Penyakit Parkinson merupakan gangguan neurodegeneratif tersering ke-dua setelah
penyakit Alzheimer. Penyakit Parkinson menyerang jutaan penduduk di dunia atau sekitar 1% dari
total populasi dunia. Penyakit tersebut menyerang penduduk dari berbagai etnis dan status sosial
ekonomi.
Penyakit Parkinson diperkirakan menyerang 876.665 orang Indonesia dari total jumlah
penduduk sebesar 238.452.952. Total kasus kematian akibat Penyakit Parkinson di Indonesia
menempati peringkat ke-12 di dunia atau peringkat ke-5 di Asia, dengan prevalensi mencapai 1100
kematian pada tahun 2002.3 Etiologi Penyakit Parkinson belum diketahui. Penyakit ini dipercaya
berkaitan dengan faktor usia, genetik, dan lingkungan.
Proporsi penduduk Lanjut Usia (≥ 60 tahun) di Indonesia semakin bertambah, yaitu 5,4 %
pada tahun 1980 menjadi 6,1% pada tahun 1995.5 Proporsi penduduk Lanjut Usia di Propinsi Jawa
Tengah tahun 2000 6,1 % dan 6,3% pada tahun 2001. Peningkatan ini antara lain karena
keberhasilan program pembangunan nasional khususnya pembangunan kesehatan sehingga
berhasil meningkatkan angka harapan hidup, dari usia 52,41 tahun pada tahun 1980 menjadi usia
67,97 tahun pada tahun 2000.
Penyakit ini memiliki dimensi gejala yang sangat luas sehingga baik langsung maupun
tidak langsung mempengaruhi kualitas hidup penderita maupun keluarga. Penyakit ini dapat
menyebabkan pasien mengalami ganguan pergerakan. Tanda-tanda khas yang ditemukan pada
penderita diantaranya resting tremor, rigiditas, bradikinesia, dan instabilitas postural. Tanda-tanda
motorik tersebut merupakan akibat dari degenerasi neuron dopaminergik pada system
nigrostriatal. Namun, derajat keparahan defisit motorik tersebut beragam. Tanda-tanda motorik
pasien sering disertai depresi, disfungsi kognitif, gangguan tidur, dan disfungsi autonom. Penyakit
ini menyebabkan penderita tidak bisa mengatur/menahan gerakan-gerakan yang tidak disadarinya.
Pengobatan Penyakit Parkinson saat ini bertujuan untuk mengurangi gejala motorik dan
memperlambat progresivitas penyakit. Tetapi selain gangguan motorik penyakit Parkinson juga
mengakibatkan gejala non motorik seperti depresi dan penurunan kognitif, disamping terdapat efek
terapi obat jangka panjang. Hal tersebut tentu saja mempengaruhi kualitas hidup penderita
Parkinson. Peningkatan kualitas hidup adalah penting sebagai tujuan pengobatan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi Fisiologi
SARAF & OTAK
Sistem saraf adalah sistem yang mengatur dan mengendalikan semua kegiatan aktivitas tubuh kita
seperti berjalan, menggerakkan tangan, mengunyah makanan dan lainnya. Sistem Saraf tersusun dari jutaan
serabut sel saraf (neuron) yang berkumpul membentuk suatu berkas (faskulum). Neuron adalah komponen
utama dalam sistem saraf.
Sistem saraf terdiri atas sel-sel saraf (neuron) dan sel-sel penyokong (neuroglia dan Sel Schwann).
Kedua sel tersebut demikian erat berikatan dan terintegrasi satu sama lain sehingga bersama-sama berfungsi
sebagai satu unit. Sistem saraf dibagi menjadi sistem saraf pusat (SSP) dan sistem saraf tepi. Sistem saraf
pusat terdiri dari otak dan medula spinalis. Sistem saraf tepi terdiri dari neuron aferen dan eferen sistem
saraf somatis dan neuron sistem saraf autonom (viseral).
Saraf – saraf spinalis dikelompokan menjadi 8 saraf servikalis (C1 – C8), 12 saraf torakalis (T1 –
T12), 5 saraf lumbalis (L1 – L5), 5 saraf sakralis (S1 – S5), dan 1 saraf koksegeus (Swartz, 1995). Tiap
saraf akan keluar dari lubang yang disebut foramen inter vertebralis yang terletak diantara 2 tulang vertebra,
dan selanjutnya akan didistribusikan sebagai saraf segmental tubuh. Radiks semua saraf yang berjalan
kaudal terhadap konus terminalis (dibawah L1) akan memebentuk seutas saraf yang disebut kauda ekuina
(Satyanegara, 1998).
Fungsi Sistem saraf sebagai sistem koordinasi mempunyai 3 (tiga) fungsi utama yaitu: Pengatur
/ pengendali kerja organ tubuh, Pusat pengendali tanggapan, Alat komunikasi dengan dunia luar.
Berdasarkan letak kerjanya Sistem Saraf terdiri atas 3 bagian yaitu :
1. Sistem Saraf Pusat
Otak
Sumsum Tulang Belakang
2. Sistem Saraf Perifer/ tepi
12 pasang saraf serabut otak (saraf cranial)
31 pasang saraf sumsum tulang belakang (saraf spinal)
3. Sistem Saraf Autonom/ saraf tak sadar
Susunan saraf simpatik
Susunan saraf parasimpatik
Jaringan Saraf terdiri dari:
1. Neuron (sel saraf) Merupakan unit anatomis dan fungsional sistem persarafan
2. Sel penyokong (Neuroglia pada SSP & sel schwann pada SST).
Ada 4 neuroglia
- Mikroglia : berperan sbg fagosit
- Ependima : berperan dlm produksi CSF
- Astrosit : berperan menyediakan nutrisi neuron dan mempertahankan potensial
biolelektrik
- Oligodendrosit : menghasilkan mielin pd SSP yg merupakan selubung neuron
3. Mielin
Komplek protein lemak berwarna putih yg menutupi tonjolan saraf (neuron)
Menghalangi aliran ion Na & K melintasi membran neural.
Daerah yg tidak bermielin disebut nodus ranvier
Transmisi impuls pd saraf bermelin lebih cepat dari pada yg tak bermelin, karena adanya
loncatan impuls dari satu nodus kenodus lainnya (konduksi saltatorik).
Pembagian sistem saraf secara anatomi :
1. SSP (Sistem Saraf Pusat)
Sistem saraf pusat (SSP) meliputi otak (ensephalon) dan sumsum tulang belakang (medulla
spinalis). Keduanya merupakan organ yang sangat lunak, dengan fungsi yang sangat penting maka
perlu perlindungan. Selain tengkorak dan ruas-ruas tulang belakang, otak juga dilindungi 3 lapisan
selaput meninges. Bila membran ini terkena infeksi maka akan terjadi radang yang disebut meningitis.
Ketiga lapisan membran meninges dari luar ke dalam adalah sebagai berikut:
1. Durameter; terdiri dari dua lapisan, yang terluar bersatu dengan tengkorak sebagai endostium, dan
lapisan lain sebagai duramater yang mudah dilepaskan dari tulang kepala. Di antara tulang kepala
dengan duramater terdapat rongga epidural.
2. Arachnoidea mater; disebut demikian karena bentuknya seperti sarang labah-labah. Di dalamnya
terdapat cairan yang disebut liquor cerebrospinalis; semacam cairan limfa yang mengisi sela sela
membran araknoid. Fungsi selaput arachnoidea adalah sebagai bantalan untuk melindungi otak dari
bahaya kerusakan mekanik.
3. Piameter. Lapisan terdalam yang mempunyai bentuk disesuaikan dengan lipatan-lipatan
permukaan otak.
Otak
Otak mempunyai lima bagian utama, yaitu: otak besar (serebrum), otak tengah (mesensefalon), otak
kecil (serebelum), sumsum sambung (medulla oblongata), dan jembatan varol.
Otak besar (serebrum)
Otak besar mempunyai fungsi dalam pengaturan semua aktivitas mental, yaitu yang berkaitan dengan
kepandaian (intelegensi), ingatan (memori), kesadaran, dan pertimbangan. Otak besar merupakan
sumber dari semua kegiatan/gerakan sadar atau sesuai dengan kehendak, walaupun ada juga beberapa
gerakan refleks otak. Pada bagian korteks otak besar yang berwarna kelabu terdapat bagian penerima
rangsang (area sensor) yang terletak di sebelah belakang area motor yang berfungsi mengatur gerakan
sadar atau merespon rangsangan. Selain itu terdapat area asosiasi yang menghubungkan area motor dan
sensorik. Area ini berperan dalam proses belajar, menyimpan ingatan, membuat kesimpulan, dan belajar
berbagai bahasa. Di sekitar kedua area tersebut dalah bagian yang mengatur kegiatan psikologi yang
lebih tinggi. Misalnya bagian depan merupakan pusat proses berfikir (yaitu mengingat, analisis,
berbicara, kreativitas) dan emosi. Pusat penglihatan terdapat di bagian belakang.
Sumsum sambung berfungsi menghantar impuls yang datang dari medula spinalis menuju ke otak.
Sumsum sambung juga memengaruhi jembatan, refleks fisiologi seperti detak jantung, tekanan darah,
volume dan kecepatan respirasi, gerak alat pencernaan, dan sekresi kelenjar pencernaan.
Jembatan varol (pons varoli)
Jembatan varol berisi serabut saraf yang menghubungkan otak kecil bagian kiri dan kanan, juga
menghubungkan otak besar dan sumsum tulang belakang.
Berdasarkan letaknya, otak dapat dibagi menjadi lima yaitu:
Telensefalon(end brain) terdiri dari: Mesensefalon (mid brain) terdiri dari:
- Hemisfer serebri - Kolikulus superior
- kortek serebri - Kolikulus inferior
- sistem limbik (Bangsal ganglia, - Substansia nigra
hipokampus, Amigdala)
Diensefalon (inter brain) terdiri dari: Metensefalon (after brain) terdiri dari:
- Epitalamus - Pons
- Talamus - Serebelum
- Subtalamus - Mielensefalon
- Hipotalamus - Medula oblongata
B. Patologi
1. Definisi
Penyakit parkinson merupakan proses degeneratif yang melibatkan neuron
dopaminergik dalam substansia nigra (daerah ganglia basalis yang memproduksi dan
menyimpan neurotransmitter dopamin). Daerah ini memainkan peran yang penting
dalam sistem ekstrapiramidal yang mengendalikan postur tubuh dan koordinasi
gerakan motorik volunter, sehingga penyakit ini karakteristiknya adalah gejala yang
terdiri dari bradikinesia, rigiditas, tremor dan ketidakstabilan postur tubuh (kehilangan
keseimbangan).
Parkinsonism adalah suatu sindrom yang ditandai oleh tremor waktu istirahat,
rigiditas, bradikinesia, dan hilangnya refleks postural akibat penurunan kadar dopamin
dengan berbagai macam sebab.
2. Etiologi
Etiologi Parkinson primer masih belum diketahui. Terdapat beberapa dugaan, di
antaranya ialah; infeksi oleh virus yang non-konvensional (belum diketahui), reaksi
abnormal terhadap virus yang sudah umum, pemaparan terhadap zat toksik yang belum
diketahui, serta terjadinya penuaan yang prematur atau dipercepat.
Parkinson disebabkan oleh rusaknya sel-sel otak, tepatnya di substansi nigra. Suatu
kelompok sel yang mengatur gerakan-gerakan yang tidak dikehendaki (involuntary).
Akibatnya, penderita tidak bisa mengatur/menahan gerakan-gerakan yang tidak
disadarinya. Mekanisme bagaimana kerusakan itu terjadi belum jelas benar. Beberapa
hal yang diduga bisa menyebabkan parkinson adalah sebagai berikut:
1. Usia
PARKINSON 8
Insiden meningkat dari 10 per 10.000 penduduk pada usia 50 sampai 200 dari
10.000 penduduk pada usia 80 tahun. Hal ini berkaitan dengan reaksi
mikrogilial yang mempengaruhi kerusakan neuronal, terutama pada substansia
nigra.
2. Genetik
Penelitian menunjukkan adanya mutasi genetik yang berperan pada
Parkinson’s Disease. Yaitu mutasi pada gen sinuklein pada lengan panjang
kromosom 4 (PARK1) pada pasien dengan Parkinsonism autosomal dominan.
Pada pasien dengan autosomal resesif, ditemukan delesi dan mutasi point pada
gen parkin (PARK2) di kromosom. Selain itu juga ditemukan adanya disfungsi
mitokondria.
Adanya riwayat Parkinson’s Disease pada keluarga meningkatkan faktor
resiko menderita Parkinson’s Disease sebesar 8,8 kali pada usia kurang dari
70 tahun dan 2,8 kali pada usia lebih dari 70 tahun. Meskipun sangat jarang,
jika disebabkan oleh keturunan, gejala parkinsonisme tampak pada usia relatif
muda. Kasus-kasus genetika di USA sangat sedikit, belum ditemukan kasus
genetika pada 100 penderita yang diperiksa. Di Eropa pun demikian. Penelitian
di Jerman menemukan hasil nol pada 70 penderita. Contoh klasik dari
penyebab genetika ditemukan pada keluarga-keluarga di Italia karena kasus
penyakit itu terjadi pada usia 46 tahun.
3. Faktor Lingkungan
a. Xenobiotik
Berhubungan erat dengan paparan pestisida yang dapat menimbulkan
kerusakan mitokondria.
b. Pekerjaan
Lebih banyak pada orang dengan paparan metal yang lebih tinggi dan
lama.
c. Infeksi
Paparan virus influenza intra-utero diduga turut menjadi faktor
predesposisi Parkinson’s Disease melalui kerusakan substansia nigra.
Penelitian pada hewan menunjukkan adanya kerusakan substansia
nigra oleh infeksi Nocardia astroides.
PARKINSON 9
d. Diet
Konsumsi lemak dan kalori tinggi meningkatkan stress oksidatif, salah
satu mekanisme kerusakan neuronal pada Parkinson’s Disease.
Sebaliknya, kopi merupakan neuroprotektif.
e. Trauma kepala
Cedera kranio serebral bisa menyebabkan Parkinson’s Disease, meski
mekanismenya masih belum jelas benar.
f. Stres dan depresi
Beberapa penelitian menunjukkan depresi dapat mendahului gejala
motorik. Depresi dan stres dihubungkan dengan Parkinson’s Disease
karena pada stres dan depresi terjadi peningkatan turnover katekolamin
yang memacu stres oksidatif.
PARKINSON 10
tangan (seperti orang menghitung uang). Semua itu terjadi pada saat
istirahat/tanpa sadar. Bahkan, kepala penderita bisa bergoyang-goyang
jika tidak sedang melakukan aktivitas (tanpa sadar). Artinya, jika
disadari, tremor tersebut bisa berhenti. Pada awalnya tremor hanya
terjadi pada satu sisi, namun semakin berat penyakit, tremor bisa terjadi
pada kedua belah sisi.
b. Rigiditas/kekakuan
Tanda yang lain adalah kekakuan (rigiditas). Jika kepalan
tangan yang tremor tersebut digerakkan (oleh orang lain) secara
perlahan ke atas bertumpu pada pergelangan tangan, terasa ada tahanan
seperti melewati suatu roda yang bergigi sehingga gerakannya menjadi
terpatah-patah/putus-putus. Selain di tangan maupun di kaki, kekakuan
itu bisa juga terjadi di leher. Akibat kekakuan itu, gerakannya menjadi
tidak halus lagi seperti break-dance. Gerakan yang kaku membuat
penderita akan berjalan dengan postur yang membungkuk. Untuk
mempertahankan pusat gravitasinya agar tidak jatuh, langkahnya
menjadi cepat tetapi pendek-pendek.
Adanya hipertoni pada otot fleksor ekstensor dan hipertoni
seluruh gerakan, hal ini oleh karena meningkatnya aktifitas
motorneuron alfa, adanya fenomena roda gigi (cogwheel phenomenon).
c. Akinesia/Bradikinesia
Kedua gejala di atas biasanya masih kurang mendapat perhatian
sehingga tanda akinesia/bradikinesia muncul. Gerakan penderita
menjadi serba lambat. Dalam pekerjaan sehari-hari pun bisa terlihat
pada tulisan/tanda tangan yang semakin mengecil, sulit mengenakan
baju, langkah menjadi pendek dan diseret. Kesadaran masih tetap baik
sehingga penderita bisa menjadi tertekan (stres) karena penyakit itu.
Wajah menjadi tanpa ekspresi. Kedipan dan lirikan mata berkurang,
suara menjadi kecil, refleks menelan berkurang, sehingga sering keluar
air liur.
Gerakan volunteer menjadi lambat sehingga berkurangnya
gerak asosiatif, misalnya sulit untuk bangun dari kursi, sulit memulai
PARKINSON 11
berjalan, lambat mengambil suatu obyek, bila berbicara gerak lidah dan
bibir menjadi lambat. Bradikinesia mengakibatkan berkurangnya
ekspresi muka serta mimik dan gerakan spontan yang berkurang,
misalnya wajah seperti topeng, kedipan mata berkurang, berkurangnya
gerak menelan ludah sehingga ludah suka keluar dari mulut.
d. Tiba-tiba berhenti atau ragu-ragu untuk melangkah
Gejala lain adalah freezing, yaitu berhenti di tempat saat mau
mulai melangkah, sedang berjalan, atau berputar balik; dan start
hesitation, yaitu ragu-ragu untuk mulai melangkah. Bisa juga terjadi
sering kencing, dan sembelit. Penderita menjadi lambat berpikir dan
depresi.13 Bradikinesia mengakibatkan kurangnya ekspresi muka serta
mimik muka. Disamping itu, kulit muka seperti berminyak dan ludah
suka keluar dari mulut karena berkurangnya gerak menelan ludah.
e. Mikrografia
Tulisan tangan secara gradual menjadi kecil dan rapat, pada
beberapa kasus hal ini merupakan gejala dini.
f. Langkah dan Gaya berjalan (sikap Parkinson)
Berjalan dengan langkah kecil menggeser dan makin menjadi
cepat (marche a petit pas), stadium lanjut kepala difleksikan ke dada,
bahu membengkok ke depan, punggung melengkung bila berjalan.10
PARKINSON 12
(1) tubuh condong ke depan, (2) bahu abduksi, (3) siku fleksi 90˚, (4) pergelangan
tangan ekstensi, (5) Hip dan lutut semifleksi.
g. Bicara Monoton
Hal ini karena bradikinesia dan rigiditas otot pernapasan, pita
suara, otot laring, sehingga bila berbicara atau mengucapkan kata-kata
yang monoton dengan volume suara halus ( suara bisikan ) yang lambat.
h. Gangguan Behavioral
Lambat-laun menjadi dependen ( tergantung kepada orang lain
), mudah takut, sikap kurang tegas, depresi. Cara berpikir dan respon
terhadap pertanyaan lambat (bradifrenia) biasanya masih dapat
memberikan jawaban yang betul, asal diberi waktu yang cukup.
i. Gejala Lain
Kedua mata berkedip-kedip dengan gencar pada pengetukan
diatas pangkal hidungnya (tanda Myerson positif)10
PARKINSON 13
penderita sering mengalami pingsan, umumnya disebabkan
oleh hypotension ortostatik, suatu kegagalan sistemsaraf
otonom untuk melakukan penyesuaian tekanan darah sebagai
jawaban atas perubahan posisi badan - berkurangnya atau
hilangnya kepekaan indra perasa bau (microsmia atau
anosmia).
PARKINSON 14
patofisiologi yang terjadi perlu diketahui lebih dahulu tentang ganglia basalis dan
sistem ekstrapiramidal.
Dalam menjalankan fungsi motoriknya, inti motorik medula spinalis berada
dibawah kendali sel piramid korteks motorik, langsung atau lewat kelompok inti
batang otak. Pengendalian langsung oleh korteks motorik lewat traktus piramidalis,
sedangkan yang tidak langsung lewat sistem ekstrapiramidal, dimana ganglia basalis
ikut berperan. Komplementasi kerja traktus piramidalis dengan sistem ekstapiramidal
menimbulkan gerakan otot menjadi halus, terarah dan terprogram.
PARKINSON 15
BAB III
PROSES FISIOTERAPI
A. Identitas Umum Pasien
Nama : Tn. X
Umur : 61 tahun
Jenis Kelamin : Laki Laki
B. Anamnesis Khususu
Keluhan utama : gemetaran (tremor)
Lama keluhan : 6 bulan
Aktivitas memperberat : saat beristirahat (resting tremor)
Aktivitas memperingan : saat beraktivitas
Jenis tremor : rigiditas (roda bergigi)
Riwayat penyakit penyerta : hipertensi
RPP : Dua bulan yang lalu penderita tiba-tiba panas, demam,
pusing mual, muntah. Kemudian penderita dirawat di RS selama 3 minggu. Setelah itu
tiba-tiba muncul gerakan kaki dan tangan yang tidak disadari
C. Pemeriksan Fisik
a. Vital sign :
Tekanan darah : 150/90 mmHg
Denyut nadi : 72 kali per menit
Frekuensi pernapasan : 25 kali per menit
Suhu badan : 36,5o C
b. Inspeksi/Observasi
Statis :
Membungkuk (fleksi trunk)
PARKINSON 16
Tremor muncul saat istirahat (resting tremor)
Dinamis :
Gerakan kaku dalam setiap gerakan
Pola jalan abnormal (kecil dan cepat), sulit berhenti saat mulai berjalan, sulit
menengok saat dipanggil.
c. Palpasi
Rigiditas atau kaku (hipertonus) pada otot lengan yang mengalami tremor
Spasme otot biceps dan brachioradialis
1 = butuh bantuan
2 = mandiri
1 = mandiri
2 = mandiri
PARKINSON 17
2 = mandiri
1 = kadang inkontinensia
(maksimal 1x24 jam)
2 = kontinensia (teratur)
2 = mandiri
3 = mandiri
PARKINSON 18
1 = menggunakan kursi roda
3 = mandiri (meskipun
menggunakan tongkat
2 = mandiri
Keterangan :
20 : Mandiri
12 - 19 : Ketergantungan ringan
9 - 11 : Ketergantungan sedang
Hasil nilai pemeriksaan yang diperoleh sesuai dengan kemampuan pasien adalah 17 yang
berarti pasien mengalami ketergantungan ringan
b. Pemeriksaan MMT
Nilai Keterangan
PARKINSON 19
4 Full ROM dapat melawan gravitasi dengan tahanan minimal
Hasil :
Sinistra Dextra
Extremitas Superior 4 4
Extremitas Inferior 4 4
3 Peningkatan tonus otot lebih nyata sepanjan sebagian besar ROM, tapi sendi
masih mudah digerakkan
Hasil :
Sinistra Dextra
Extremitas Superior 5 5
Extremitas Inferior 5 5
PARKINSON 20
Balik kanan kiri : tidak mampu dilakukan
Bridging : tidak mampu dilakukan
g. Tes koordinasi
Heel to knee : sulit dilakukan
Finger to nose : sulit dilakukan
E. Pemeriksaan Penunjang
b. Problematik Fisioterapi
Impairment :
Tremor
Rigiditas
Spasme otot biceps dan brachioradialis
Gangguan postur
Activity Limitation :
Kesulitan ketika memegang sesuatu benda
Kesulitan berhenti saat mulai berjalan
Kesulitan saat menengok ketika dipanggil.
Participation Restriction :
Pasien kesulitan dalam bekerja dan beribadah
Pasien kesulitan untuk melakukan aktivitas seperti biasa dalam bersosialisasi
pada kegiatan di masyarakat.
PARKINSON 21
BAB IV
PENUTUP
Penyakit Parkinson adalah penyakit neurodegeneratif yang bersifat kronis
progresif, merupakan suatu penyakit/sindrom karena gangguan pada ganglia basalis
akibat penurunan atau tidak adanya pengiriman dopamine dari substansia nigra ke
globus palidus/ neostriatum (striatal dopamine deficiency). Di Amerika Serikat, ada
sekitar 500.000 penderita parkinson. Di Indonesia sendiri, dengan jumlah penduduk
210 juta orang, diperkirakan ada sekitar 200.000-400.000 penderita.
PARKINSON 22
DAFTAR PUSTAKA
https://med.unhas.ac.id/kedokteran/wp-content/uploads/2016/09/Bahan-Ajar-
3_Pakinson.pdf
https://id.scribd.com/upload-
document?archive_doc=81353709&escape=false&metadata=%7B%22context%22%
3A%22archive_view_restricted%22%2C%22page%22%3A%22read%22%2C%22ac
tion%22%3Afalse%2C%22logged_in%22%3Atrue%2C%22platform%22%3A%22
web%22%7D
https://id.scribd.com/document/271140423/Fisioterapi-Parkinson
PARKINSON 23