Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 9

DISKUSI PRA PENELITIAN MAHASISWA

PROGRAM STUDI AGRONOMI


FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
Judul : Pengaruh Penggunaan Komposisi Media Tanam
Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Bawang
Putih (Allium sativum L)

Pemrasaran/NIM : Egiansyah Ghinola/05091381520002


Pembimbing : 1.Dr.Ir.Yernelis Syawal, M.S.
2.Dr.Susilawati,S.P.,M.Si
Pembahas : 1.
2.
Hari/Tanggal : / 2018
Waktu : – selesai
Tempat : Ruang Seminar Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas
Pertanian Universitas Sriwijaya

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Bawang putih merupakan produk pertanian yang memiliki pengaruh yang
penting terhadap pengendalian inflasi selain cabai, bawang merah, dan
CPO/minyak goreng. Bawang putih termasuk komoditi sayuran yang banyak
manfaat sehingga kebutuhan bawang putih terus meningkat. Komoditi sayuran ini
mempunyai potensi pengembangan yang baik di Indonesia khusunya dataran
tinggi (Biro perencanaan Kementerian Pertanian, 2014).
Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2016) bawang putih memberikan
kontribusi produksi sebesar 21.151 ton dengan luas panen 2.407 ha terhadap
produksi sayuran nasional. Sentra produksi bawang putih di Indonesia adalah
pulau Nusa Tenggara dengan total produksi sebesar 11.315 ton atau sekitar 53,49
persen dari total produksi bawang putih nasional. Provinsi penghasil bawang
putih terbesar adalah Nusa Tenggara Barat dengan produksi sebesar 11.001 ton
atau sebesar 52,01 persen dari total produksi bawang putih nasional. Sedangkan
provinsi penghasil bawang putih terbesar di luar pulau Nusa Tenggara adalah
Jawa Tengah dengan produksi sebesar 6.819 ton atau sekitar 32,23 persen dari
total produksi bawang putih nasional, diikuti oleh Jawa Barat.

1 Universitas Sriwijaya
Umbi bawang putih memiliki beberapa kandungan gizi, dimana setiap 100
gram umbi bawang putih terkandung Protein 4,50 g, Karbohidrat 23,10 g, Lemak
0,20 g, Kalsium 42,00 mg, Vitamin B 0,22 mg, Vitamin C 15,00 mg dan air 71,00
g. Umbi bawang putih berkhasiat sebagai obat-obatan karena mengandung
senyawa allisin dan scrodinin yang merupakan senyawa zat antibiotika
(pembunuh kuman penyakit) yang merupakan senyawa zat yang dapat
memberikan daya tahan tubuh atau kekebalan imunitas . Sebagai komoditas yang
banyak dikonsumsi oleh masyarakat dan mempunyai peranan serta manfaat yang
besar dalam menunjang kehidupan masyarakat, maka potensi pengembangan
budidaya bawang putih masih terbuka lebar untuk memenuhi kebutuhan dalam
negeri maupun luar negeri (Samadi, 2000)
Produktivitas bawang putih di Iindonesia mengalami penurunan dari 8,83
ton ha pada tahun 2014 menjadi 7,92 ton ha pada tahun 2015 (Pusat Data
Pertanian 2016). Produktivitas yang rendah ini mengakibatkan pemerintah harus
melakukan kebijakan impor untuk memenuhi kebutuhan bawang putih dalam
negeri. Karena Produksi bawang putih yang ada di Indonesia saat ini masih
belum mampu untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri (Sarwadana dan Gunadi,
2007). Berdasarkan Kementerian Pertanian Dikrektotar Jenderal Hortikultura
(2017) Prospek pengembangan bawang putih di Indonesia cukup baik mengingat
Indonesia mampu swamsembada bawang putih pada tahun 2019 yang di targetkan
oleh kementerian pertanian dengan luas tanam 72.249 Ha dan produksi 603.000
ton mampu membuat Indonesia swamsembada bawang putih.
Rendahnya produktivitas bawang putih diakibatkan oleh sistem budidya
yang masih belum maksimal dan tingginya penggunaan pupuk anorganik yang
banyak digunakan oleh petani tanpa mengikut sertakan pupuk organik. Jika hal
ini dilakukan selama bertahun-tahun akan berdampak pada kesuburan tanah yang
dapat mengakibatkan produktivitas tanah menurun. Oleh karena itu penambahan
bahan organik pada tanah dapat memperbaiki struktur tanah yang padat menjadi
gembur dan mempertahankan kesuburan tanah (Wahyudi et al.,2014)
Bahan organik memiliki peran yang penting dalam mempertahankan
kesuburan tanah, karena pemberian bahan organik tidak hanya menambah unsur
hara bagi tanaman, tetapi juga menciptakan kondisi yang sesuai untuk tanaman

2 Universitas Sriwijaya
dan mampu meningkatkan jumlah air yang dapat ditahan di dalam tanah dan
jumlah air yang tersedia bagi tanaman. Beberapa bahan organik yang dapat
digunakan diantaranya arang sekam padi dan pupuk kotoran sapi (Sudomo dan
Santoso, 2011)
Arang sekam merupakan salah satu campuran media tanam yang dapat
mengikat air yang berasal dari bahan alami dan merupakan bahan pembenah tanah
yang mampu memperbaiki sifat-sifat tanah. Arang sekam padi bersifat poros
sehingga drainase dan aerasi pada tanah menjadi baik sehingga sangat
berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman (Onggo et al.,2017)
Pupuk kotoran sapi terdapat uunsur hara C, N-total,P2O5 dan K2O masing –
masing adalah 22;1.7;0,9 dan 0.3%. Keuntungan pupuk kandang sapi dapat
memperbaiki struktur tanah, sebagai penyedia unsur hara makro dan mikro bagi
tanaman, menambah kemampuan tanah dalam menahan air, menambah
kemampuan tanah untuk menahan unsur-unsur hara, serta sebagai sumber energi
bagi mikroorganisme (Iqbal,2008)
Hasil penelitian Rosliana et al. (2014) didapatkan bahwa jenis media arang
sekam, kompos (kotoran sapi) dan tanah (1:1:1) merupakan komposisi media
yang paling ideal untuk memproduksi umbi bawang merah yaitu dengan bobot
berat umbi segar 3-4 gram per umbi. Pada hasil penelitian Muarif (2017)
penggunaan komposisi media 60% tanah bebanding 40% pupuk kandang kotoran
sapi dapat menunjukan hasil berat kering tertinggi dengan rata-rata 84,36 g per
rumpun.
Berdasarkan uraian di atas perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui
pengaruh pemberian berbagai kombinasi bahan organik terhadap pertumbuhan
dan hasil bawang putih (Allium sativum)
1.2.Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan media
tanam terhadap pertumbuhan dan hasil bawang putih (Allium sativum)
1.3.Hipotesis
Diduga penggunaan komposisi media tanam 60% tanah + 40 % Pupuk
kandang kotoran Sapi merupakan perlakuan terbaik dan mampu meningkatkan
pertumbuhan dan hasil tanaman bawang putih ( Allium sativum L)

3 Universitas Sriwijaya
II. PELAKSANAAN PENELITIAN

2.1. Tempat dan Waktu


Penelitian akan dilaksanakan pada ketinggian tempat 700 Mdpl di lahan
perkarangan rumah warga Desa Sinar Mulyo, Kecamatan Pulau Panggung,
Kabupaten Tanggamus. Penelitian di mulai pada bulan Juni 2018 – September
2018
2.2. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah 1) Cangkul, 2) Jangka
Sorong, 3) Meteran, 4) Mistar, 5) Timbangan Digital, 6) Parang, 7) Ember, 8)
Kamera, 9) Oven, 10) Polibag 10 Kg dan 11) Alat Tulis.
Bahan yang akan digunakan pada penelitian ini adalah : 1) Air, 2)Arang
sekam, 3) Bibit bawang putih varietas Lumbu, 4)Fungisida Dithane, 5) Pupuk
NPK, 6) Pupuk kandang kotoran sapi, 7) Tanah.
2.3. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Rancangan
Acak Kelompok (RAK) dengan 11 perlakuan dan 3 ulangan ,sehinga diperoleh 33
unit perlakuan dengan setiap unit perlakuan terdiri dari 3 tanaman. Total tanaman
sebanyak 99 tanaman .Perlakuan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
P0 = kontrol ( 100% tanah)
P1 = 90% tanah : 10 % Pupuk Kandang kotoran Sapi
P2 = 80% tanah : 20% Pupuk Kandang kotoran Sapi
P3 = 70% tanah : 30% Pupuk Kandang kotoran Sapi
P4 = 60% tanah : 40% Pupuk Kandang kotoran Sapi
P5 =50% tanah : 50% Pupuk Kandang kotoran Sapi
P6 = 90% tanah : 10 % Arang Sekam
P7 = 80% tanah : 20% Arang Sekam
P8 = 70% tanah : 30% Arang Sekam
P9 = 60% tanah : 40% Arang Sekam
P10 = 50% tanah : 50% Arang Sekam

4 Universitas Sriwijaya
Data yang diperoleh akan dianalisis menggunakan uji Anova (Analisis
Sidik Ragam ) dengan F tabel, analisis ini dilakukan dengan membandingkan F
hitung. Jika F hitung lebih kecil dari F tabel 5% maka perlakuan tidak
berpengaruh nyata. Jika F hitung lebih besar dari F tabel 5% maka perlakuan
berpengaruh sangat nyata dan jika F hitung lebih besar dari F tabel 1% maka
perlakuan berpengaruh nyata. Apabila F hitung nyata atau sangat nyata maka
dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) untuk hasil beda nyata antar
Perlakuan.
2.4. Cara Kerja
2.4.1. Persiapan Bahan Tanam
Bibit Bawang putih yang digunakan adalah bibit yang berasal dari umbi
bawang putih yang telah siap dibudidayakan dengan jenis varietas Lumbu.
2.4.2. Pembuatan Arang Sekam
Arang sekam dibuat dengan cara melakukan pembakaran yang tidak
sempurna pada sekam padi sehimgga menghasilkan arang sekam yang dapat
digunakan sebagai media organik.
2.4.3. Persiapan Media Tanam
Media yang digunakan adalah tanah bagian atas (Top Soil ), arang sekam
padi dan pupuk kotoran sapi yang telah dibersihkan dari material yang
mengganggu, kemudian media tanah di ayak sebelum digunakan hal ini bertujuan
membersihkan tanah dari batu dan material lainya. Mencampurkan arang sekam
atau Pupuk kandang kotoran sapi sesuai dengan komposisi perlakuan media tanam
yang akan digunakan dan kemudian dimasukan kedalam polybag ukuran 10 Kg.
2.4.4. Penanaman
Bibit bawang putih yang di potong 1/3 bagian pada ujung umbinya
langsung di tanam ke dalam media pada masing – masing polybag yang telah
disiapkan dengan kedalaman 2 - 3 cm.
2.4.5. Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman dilakukan antara lain penyiraman, pemupukan,
pengendalian gulma dan pengedalian hama dan penyakti. Penyiraman dilakukan
setiap hari yakni pagi dan sore hari tergantung kondisi lingkungan dan
kelembapan tanah. Penyiraman menggunakan ember atau selang dengan air sesuai

5 Universitas Sriwijaya
dengan kebutuhan tanaman bawang putih. Pemupukan dilakukan dengan
pemberian pupuk dasar NPK setengah dosis dari dosis anjuran pada setiap
polybag tanaman pada 30 HST. Pengendalian gulma yang dilakukan secara
manual dengan mencabut gulma yang tumbuh disekitar tanaman. Pengendalian
hama dan penyakit dapat dilakukan dengan cara manual yaitu memotong bagian
tanaman yang terserang hama dan menggunakan fungisida Dithaane pada tanaman
yang terserang jamur.
2.4.6. Panen
Panen dilakukan jika bawang putih telah berumur 90 – 100 hari setelah
tanam dengan ciri – ciri daun sudah menguning dan kering serta batangnya
mengeras. Pemanenan dapat dilakukan pada pagi atau sore hari saat kondisi tanah
dalam keadaan kering.Setelah panen, dikeringkan anginkan selama 7 hari
kemudian dilakukan penimbangan untuk mengetahui bobot kering umbi.
2.5. Parameter
2.5.1. Tinggi Tanaman
Pengukuran tinggi tanaman dilakukan mulai dari pangkal batang sampai
ujung daun tertinggi yang diluruskan secara vertikal ke atas menggunakan mistar.
Di ukur pada saat tanaman umur satu minggu setelah tanam dan pengukuran
dilakukan setiap satu minggu sekali.
2.5.2. Jumlah Daun Per Tanaman
Menghitung jumlah daun pada setiap helai daun yang keluar,pengamatan
pada saat umur tanaman satu minggu setelah tanam dan penghitungan dilakukan
setiap satu minggu sekali.
2.5.3. Diameter Umbi Pertanaman
Diameter umbi diamati pada saat tanaman bawang putih sudah dipanen
yaitu 100 HST. Bawamg putih diukur diameter umbi dengan menggunakan
jangka sorong.
2.5.4. Berat Segar Umbi Per Tanaman
Berat segar umbi per tanaman diamati saat tanaman bawang putih sudah
dipanen yaitu 100 HST. Bawang putih kemudian dibersihkan dari
tanah,selanjutnya ditimbang menggunakan timbangan digital.

6 Universitas Sriwijaya
2.5.5. Jumlah Siung Per Umbi
Jumlah siung per umbi dihitung pada saat umur tanaman mencapai umur
panen yaitu 100 HST. Umbi dibersihkan dari tanah yang menempel dan dihitung
jumlah siung per umbi.
2.5.6. Berat Segar Siung Per umbi
Berat segar siung per umbi diamati saat tanaman bawang putih sudah
dipaanen yaiut 100 HST. Siung bawang putih dilepaskan satu – persatu dari
umbinya dan ditimbang menggunakan timbangan digital.
2.5.7. Berat Kering Angin Umbi Per Tanaman
Berat kering angin Umbi per tanaman diamati yaitu dengan menimbang
berat kering umbi per tanaman.Proses pengeringan dilakukan dengan cara
dikeringkan anginkan selama 3-5 hari lalu umbi ditimbang beratnya dengan
timbangan digital.

7 Universitas Sriwijaya
DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. 2016. Statistik Tanaman Sayuran dan Buah – buahan
Semusim.Subdiktorat Publikasi dan Kompilasi Statistik

Biro Perencanaan Kementerian Pertanian. 2014. Kebijakan Pembangunan


Pertanian 2015- 2019

Iqbal, Achmad. 2008. Potensi Kompos dan Pupuk Kandang untuk Produksi Padi
Organik. Jurnal Akta Agrosia, 1(1):13-18

Kementerian Pertanian Direktorat Jenderal Hortikultura . 2017. Pengembangan


Bawang Putih Nasional 2016- 2019. Kementrian Pertanian RI
( www.pertanian.go.id)

Mu’arif. 2011. Pengaruh Penggunaan Komposisi Media Tanam Terhadap


Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Bawang Merah (Allium cepa L.).
Indralaya : Universitas Sriwijaya

Onggo, T. M., Kusumiyati, & Nurfitriana, A. (2017). Pengaruh penambahan arang


sekam dan ukuran polybag terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman tomat
kultivar ‘Valouro’ hasil sambung batang. Jurnal Kultivasi. 16 (1): 298-304.
Pusat Data dan Informasi Pertanian. 2016. Outlok Bawang putih. Kementerian
Pertanian

Rosliani, R., Hilman, Y., Hidayat, H., dan Sulastrini, I. (2014). Teknik Produksi
Umbi Mini Bawang Merah Asal Biji (True Shallot Seed) Dengan Jenis
Media Tanam dan Dosis NPK yang Tepat di Dataran Rendah. J. Hort. 24
(3): 239-248.

Samadi, B. (2000). Usaha Tani Bawang Putih. Kanisius. Yogyakarta.98 hlm.


Sarwadana, S. M., dan Gunadi, I. G. (2007). Potensi Pengembangan Bawang
Putih (Allium Sativum L.) Dataran Rendah. J. Agritrop. 26 (1): 19 - 23.

Sudomo, A., dan Santosa, H. B. (2011). Pengaruh Media Organik dan Tanah
Mineral Terhadap Pertumbuhan dan Indeks Mutu Bibit Mind (Melia
azedarach L.)J. Penelitian Hutan dan Konservasi Alam. 8 (3): 263-271.
Wahyudi, A., Zulqarnida, M., dan Widodo, S. (2014). Aplikasi Pupuk Organik
dan Anorganik dalam Budidaya Bawang Putih Varietas Lumbu Hijau.
Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Teknologi Pertanian. 237-243.

8 Universitas Sriwijaya
Denah Penelitian
Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3

P9 P1 P6

P6 P7 P4

P1 P5 P10

P10 P8 P2

P7 P3 P5

P4 P6 P7

P2 P9 P0

P5 P2 P1

P8 P0 P3

P3 P10 P9

P0 P4 P8

Setiap unit percobaan terdapat 3 tanaman

9 Universitas Sriwijaya

You might also like