Professional Documents
Culture Documents
Bab Iii
Bab Iii
PENDAHULUAN
Menurut National Spinal Cord Injury Statistical Center (NSCISC, 2000), lebih
dari sepuluh tahun lalu angka kejadian antara pria dan wanita adalah 7 : 4, dengan
rata-rata cedera pada usia 31,8 tahun dengan 50% cedera pada usia 16-30 tahun.
NSCISC mengumpulkan data epidemiologi di Amerika Serikat dari tahun 1973-1997
tentang penyebab dari spinal cord injury diketahui bahwa sekitar 43% karena
kecelakaan kendaraan bermotor, 22% karena jatuh atau pukulan benda keras, 19%
karena kekerasaan dan 11% karena cedera olahraga. Kasus lain, penyebab spinal cord
injury bukan karena trauma hanya 5% (Becker & DeLisa, 1999), seperti spinal
stenosis, tumor , ischemia, infeksi dan 3 mielitis (Mc Kinley et al, 1999). Cedera
medula spinalis merupakan salah satu penyebab utama disabilitas neurologis akibat
trauma.
Data NSCISC memperkirakan ada 10.000 kasus baru cedera medula spinalis
setiap tahunnya di Amerika Serikat. Gaya kompresi adalah gaya yang disalurkan
sepanjang sumbu kolumna vertebralis, lebih sering mengenai vertebra servikalis dan
lumbalis oleh karena sumbu vertebralis lurus. Akibat dari kerusakan kolumna
vertebralis memungkinkan medulla sepinalis turut mengalami kerusakan sehingga
terjadi gangguan neurologis.
Paraplegi adalah paralisis pada kedua tungkai anggota gerak bawah dan
seluruh atau sebagian pada daerah trunk sebagai dampak dari cidera medulla sepinalis
pada thorak atau lumbal atau percabangan saraf di sakral. (Bromley, 1991).
Medula spinalis adalah bagian dari susunan saraf pusat yang seluruhnya
terletak dalam kanalis vertebralis. Medula spinalis dikelilingi oleh struktur-struktur
yang secara berurutan dari luar ke dalam terdiri atas:
1. dinding kanalis vertebralis yang terdiri atas tulang vertebrae dan ligamen.
2. lapisan jaringan lemak ekstradural yang mengandung anyaman pembuluh
darah vena
3. meninges, yang terdiri atas:
Pada tubuh orang dewasa panjang medula spinalis adalah sekitar 43 cm. Pada
masa tiga bulan perkembangan intrauterin, panjang medula pinalis sama dengan
panjang korpus vertebrae. Pada masa perkembangan berikutnya, kecepatan
pertumbuhan korpus vertebrae melebihi kecepatan pertumbuhan medula spinalis.
Akibatnya pada masa dewasa, ujung kaudal medula spinalis terletak setinggi tepi
kranial korpus vertebrae lumbal II atau intervertebral disk I/II. Perbedaan panjang
medula spinalis dan korpus vertebrae ini mengakibatkan terbentuknya konus
medularis (bagian paling kaudal dari medula spinalis yang berbentuk kerucut dan
terutama terdiri atas segmen-segmen sakral medula spinalis) dan cauda equina
(kumpulan radiks nervus lumbalis bagian kaudal dan radiks nervus sakralis yang
mengapung dalam CSF). Kearah kaudal, ruangan subarachnoid berakhir setinggi
segmen sakral II atau III korpus vertebrae. Dengan demikian, di antara korpus
vertebrae lumbal II sampai korpus vertebrae sakral III tidak lagi terdapat medula
spinalis, melainkan hanya terdapat cauda equina yang terapung-apung di dalam CSF.
Hal ini memungkinkan tindakan punksi lumbal di daerah intervertebral disk III/IV
atau IV/V tanpa mencederai medula spinalis.
Di bagian perifer medula spinalis, tampak suatu area yang mengelilingi grey
matter yang tampak lebih cerah dan dikenal dengan white matter. White matter terdiri
atas serat-serat saraf yang berselubung myelin dan berjalan dengan arah longitudinal.
Berdasarkan arah aliran impulsnya, traktus dalam medula spinalis antara lain:
c. Ekspansi Intrameduler
1) Glioma
2) Ependimoma
3) Malformasi arteriovena. 3)
Tabel tumor yang terjadi pada medulla spinalis
Neuroblastoma Neuroblastoma
Neurofibroma Neurofibroma
Osteoblastoma Oligodendroglioma
Osteochondroma Teratoma
Osteosarcoma
Sarcoma
Vertebral
hemangioma
a. Lesi Ekstradural
Perjalanan klinis yang lazim dari tumor ektradural adalah kompresi
cepat akibat invasi tumor pada medula spinalis, kolaps kolumna
vertebralis, atau perdarahan dari dalam metastasis. Begitu timbul gejala
kompresi medula spinalis, maka dengan cepat fungsi medula spinalis akan
hilang sama sekali. Kelemahan spastik dan hilangnya sensasi getar dan
posisi sendi di bawah tingkat lesi merupakan tanda awal kompresi medula
spinalis.1,8,9
b. Lesi Intradural
1) Intradural Ekstramedular
Lesi medula spinalis ekstramedular menyebabkan kompresi
medula spinalis dan radiks saraf pada segmen yang terkena. Sindrom
Brown-Sequard mungkin disebabkan oleh kompresi lateral medula
spinalis. Sindrom akibat kerusakan separuh medula spenalis ini
ditandai dengan tanda-tanda disfungsi traktus kortikospinalis dan
kolumna posterior ipsilateral di bawah tingkat lesi. Pasien mengeluh
nyeri, mula-mula di punggung dan kemudian di sepanjang radiks
4. Bridging Exercise
Teknik bridging exercise adalah salah satu bentuk latihan untuk
meningkatkan postural control, memelihara postural aligment dan
meningkatkan neuromuscular control. Latihan bridging exercise
merupakan komponen penting dalam memberikan kekuatan local dan
keseimbangan untuk memaksimalkan aktifitas secara efisien. Kerja core
stability memberikan suatu pola adanya stabilitas proksimal yang
digunakan untuk mobilitas pada distal. Pola proksimal ke distal merupakan
gerakan kesinambungan yang melindungi sendi pada distal yang digunakan
untuk mobilisasi saat bergerak. Saat bergerak otot-otot core meliputi trunk
dan pelvic yang bertanggung jawab untuk memelihara stabilitas spine dan
5. Infra red
Terapi infrared adalah salah satu jenis terapi dalam bidang Ilmu
Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi yang menggunakan gelombang
elektromagnetik infra merah dengan karakteristik gelombang adalah
panjang gelombang 770nm-106 nm, berada di antara spektrum gelombang
cahaya yang dapat dilihat dengan gelombang microwave, untuk pemanasan
struktur muskuloskeletal yang terletak superfisial dengan daya penetrasi
0,8-1mm.Tujuan dari terapi ini adalah mengurangi nyeri, melancarkan
sirkulasi darah dan merelaksasikan otot
6. Electrical Stimulation
Electrical Muscle Stimulation (EMS) adalah pengobatan di
mana arus dua fase memberikan rangsangan pada otot-otot dalam
berbagai cara, termasuk denyutan, lonjakan atau kontraksi yang
bertujuan untuk menabah kekuatan kerja otot.
7. Core Stability
Core stability exercise prinsipnya yaitu mengkontraksikan otot
stabilisator trunk yaitu multifidus, transversus abdominis, internal oblique.
Serta diikuti dengan kontraksi otot-otot perut dalam mempertahankan
posisi panggul yang optimal, dengan memelihara vertebra netral dan stabil.
Secara lebih rinci, stabilitas inti adalah interaksi koordinasi dan kekuatan
antara otot perut, trunk, diafragma dan otot pantat selama aktifitas untuk
PROSES FISIOTERAPI
C. Anamnesis Khusus
Keluhan Utama : kelumpuhan pada ekstremitas inferior
Aktifitas yang memperberat : tidak dapat duduk berdiri, berjalan, duduk
terlalu lama dan berpindah tempat
(transfer/ambulasi).
Aktifitas yang memperingan : Berbaring
Lama keluhan : Dirasakan sejak 9 April 2018 hingga saat ini.
Penyebab : Kompresi medulla spinalis metastase
Riwayat perjalanan penyakit : Keluhan ini di rasakan sejak 9 April 2018.
kelemahan kedua tungkai sejak 1 minggu yang
lalu. Sebelumnya pasien merasakan kram dan
D. Pemeriksaan Fisik
1. Vital Sign
TekananDarah : 110/80 mmHg
DenyutNadi : 76 x/menit
FrekuensiPernapasan : 20 x/menit
Suhu : 36,50C
Berat Badan : 55 kg
Tinggi Badan : 156 cm
2. Inspeksi
Statis
1) Tidur terlentang di atas bed
2) Terpasang infus di dorsum sisi kanan
3) Terpasang kateter
4) Tidak ada pendarahan
5) Ada dekubitus
Dinamis
2. Tes kognitif
a) Komunikasi : Baik
b) Atensi : Baik
c) Motivasi : Baik
d) Emosi : Baik
e) Problem solving : Baik
Hasil :
Tonus otot ekstremitas superior : 3
Tonus otot ekstremitas inferior : 1
5 5
0 0
+
6. Pemeriksaan Refleks
Refleks Destra Sinistra
Refleks Fisiologis Patella negatif negatif
Achilles negatif negatif
Biceps negatif negatif
Tricep negatif negatif
Refleks Patologis Babinsky ada ada
Chadock negatif negatif
Hoffman negatif negatif
tromner
7. Pemeriksaan Sensorik
Tes tajam tumpul Negatif
Tes rasa sakit Negatif
Tes rasa gerak Negatif
mentega dll
2 = Mandiri
1 = Mandiri
Gigi.
baju)
2 = Mandiri
2 = Kontinensia (teratur)
2 = Mandiri
3 = Mandiri
2 = Mandiri
TOTAL SKOR 5
1. Skor 20 : Mandiri
2. Skor 12-19 : Ketergantungan Ringan
3. Skor 9-11 : Ketergantungan Sedang
4. Skor 5-8 : Ketergantungan Berat
5. Skor 0-4 : Ketergantungan Total
2. Inpairment
a. Kelumpuhan pada kedua tungkai
b. Kelemahan pada otot-otot tungkai
c. Penurunan ronus otot hypotonus
d. Atropi
3. Activity Limitation
a. Penurunan kemampuan transfer dan ADL (duduk, berdiri,
berjalan, transfer dll)
b. BAB dan BAK tidak terkontrol
c. Penurunan kemampuan untuk mobilitas ditempat tidur.
4. Participation Restriction
2. Passive Exercise
Ekstremitas Bawah
Posisi Pasien : Tidur terlentang dengan tungkai berada pada posisi
anatomi.
Posisi Fisioterapis : Berdiri di samping bed bagian tungkai pasien
dengan posisi kedua tangan berada pada tungkai pasien.
Pelaksanaan : Fisioterapis memberikan latihan gerakan pasif
terhadap tungkai pasien secara berulang-ulang.
Tujuan :
a. Meminimalkan efek terjadinya kontraktur
b. Mempertahankan integritas sendi dan jaringan lunak
c. Membantu sirkulasi dan vaskularisasi dinamik
3. Bridging exercise
Posisi pasien : supine lying dengan posisi fleksi knee 600 dan
kedua ada di samping badan
4. Breathing Exercise
K. Evaluasi Fisioterapi
Setelah pemberian terapi beberapa hari kelumpuhan kedua tungkai
mulai menurun, peningkatan tonus otot pasien sudah ada (tonus otot 1),
kekuatan otot pada ekstremitas inferior belum ada, reaksi keseimbangan dan
koordinasi sangat kurang, reaksi motorik dan sensorik belum ada dan aktifitas
daily living (ADL) sangat kurang (ketergantungan berat) dan sensibilitas
pasien tidak ada peningkatan.
PENUTUP
5. http://sulfandyphysio.blogspot.co.id/2012/04/penatalaksanaan-fisioterapi-
pada.html
Dokumentasi
1. Melakukan pemeriksaan reflex fisiologis (Tendon Achilles)