Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 12

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN TRAUMA BULLY


URETER/URETRA
Dosen Pengampu: Ns. Dedep Nugraha,M.Kep
Tugas ini di Buat Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Perkemihan

Oleh :
1. DEWI YUNI A (S16012)
2. FRISKA ANDREAS.N (S16023)
3. INTAN ANJASMARA.P (S16032)
4. MUHAMMAD AMIRUL.R (S16042)
5. KARTINA WIDIASTUTI.P ()
6. RISKA AYU PRATIWI (S16052)
7. VIKA SEPTIA NUR .A (S16062)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA


SURAKARTA
2018
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Trauma saluran kemih sering tak terdiagnosa atau terlambat terdiagnosa
karena perhatian penolong sering tersita oleh jejas-jejas ada di tubuh dan anggota
gerak saja, kelambatan ini dapat menimbulkan komplikasi yang berat seperti
perdarahan hebat dan peritonitis, oleh karena itu pada setiap kecelakaan trauma
saluran kemih harus dicurigai sampai dibuktikan tidak ada.
Trauma buli-buli merupakan keadaan darurat bedah yang memerlukan
penatalaksanaan segera. Bila tidak ditanggulangi segera, dapat menimbulkan
komplikasi seperti peritonitis dan sepsis. Secara anatomik, buli-buli terletak di
dalam rongga pelvis terlindung oleh tulang pelvis sehingga jarang mengalami
cedera.
Trauma uretra merupakan Trauma yang jarang dan paling sering terjadi pada
laki-laki, biasanya bersamaan dengan terjadinya fraktur pelvis atau “straddle
injury”. Trauma uretra jarang terjadi pada wanita. Beberapa bagian dari uretra
dapat mengalami laserasi, terpotong, atau memar. Penatalaksaannya bermacam-
macam tergantung pada derajat trauma.
Menurut anatomisnya, uretra dibedakan menjadi dua, uretra posterior terdiri
atas pars prostatika dan pars membranasea dan uretra anterior yang terdiri atas
pars bulbosa dan pars pendulosa. Secara klinis trauma uretra dibedakan menjadi
trauma uretra anterior dan trauma uretra posterior, hal ini karena keduanya
menunjukkan perbedaan dalam hal etiologi trauma, tanda klinis, pengelolaan serta
prognosisnya.
Trauma ureter disebabkan oleh trauma tajam dan trauma tumpul , dari luar
maupun iatrogenik , terutama pada pembedahan rektum,uterus, pembuluh darah
panggul atau tindakan endoskopik.

B. Tujuan Masalah
a. Mengetahui pengertian trauma uretra
b. Mengetahui etiologi trauma uretra
c. Mengetahui patofisiologi trauma uretra
d. Mengetahui tanda dan gejala trauma uretra
e. Mengetahui komplikasi trauma uretra
f. Mengetahui pemeriksaan penunjang trauma uretra
g. Mengetahui penatalaksanaan trauma uretra
h. Mengetahui asuhan keperawatan pada trauma uretra
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Trauma uretra adalah trauma yang terjadi sepanjang uretra dan biasanya
berhubungan dengan intervensi pembedahan. ”Straddle injur” adalah trauma yang
terjadi bila pasien jatuh atau terkena trauma benda keras di daerah selangkangan
(perinium).Trauma dapat mengenai uretra pars membranasea, uretra bulbosa,
uretra pars dulum atau penis (Purnawan junadi , Atiek S Soesmanto, Husna
Amelz, 1982).
Trauma ureter adalah trauma yang disebabkan oleh intervensi iatrogenik
yang dilakukan oleh dokter antaralain pada operasi endourologi trans-ureter
(euteroskopi atau uteretoroskopi,ekstraksi batu dengan dormia atau litotripsi batu
ureter) dan operasi di daerah pelvis (operasi ginekologi bedah digestif atau bedah
vaskular) dan trauma oleh benda tajam. (Nursalam dan fransisca,2006).

B. Etiologi
1. Trauma uretra terjadi akibat cedera yang berasal dari luar dan cedera
iatrogenik akibat intrumentasi pada uretra.
2. Trauma tumpul yang menimbulkan fraktur tulang pelvis, menyebabkan
ruptur uretra pars membranasea,sedangkan trauma tumpul pada
selangkangan atau ”straddle injury” dapat menyebabkan ruptur utetra
para bulbosa.
3. Pemasangan kateter pada uretra yang kurang hati-hati dapat
menimbulkan robekan uretra karena salah jalan (false route)

C. Patofisiologi
a. Rudapaksa tajam atau tumpul
b. Iatrogenik
c. Tindakan endoscopic
D. Tanda dan Gejala
1. Ringan
Gejala kliniknya adalah perdarahan per uretra yang bukan suatu
hematuria tetapi darah langsung keluar dari uretra
2. Sedang
Gejala kliniknya adalah adanya hematom yang besar tapi tidak progresif
karena hematom tetap dalam bulbus karvenosus.
3. Berat
Gejala kliniknya darah akan mengalir keluar dan terus menjular
kebawah kulit (subkutis) oleh karena itu terbentuk hematom progresif,
mula-mula didaerah perinium, terus ke skrotum ,daerah ingunal,
suprapubik sampai di penis. Bila dari anamnesis diketahui ada trauma
dan pada peadaan klinik ditemukan hematom progresif demikian ini
jeals ”straddle injury” berat tidak perlu foto rontgen lagi bila tidak
segera diobati penderita dapat meninggal akibat perdarahan atau
urosepsis. (Purnawan junadi, Atiek S Soesmanto, Husna Amelz,1982)

E. Komplikasi
1. Fistula ureter
2. Infeksi retroperitonial
3. Obstruksi ureter karena stenosis
4. Peritonitis bila urine keluar kedalam kavum peritoneal

F. Pemeriksaan Penunjang

Diagnosis ditegakan melalui:


1. Foto oretrografi dengan memasukan kontras melalui uretra, sehingga
dapat diketahui adanya ruptur uretra dan lokasinya
2. Pemeriksaan radiologi pelvis menggambarkan beberapa bagian luasnya
fraktur panggul
3. Pemeriksaan rectal untuk mengetahui hematoma pada kandung kemih
yang tinggi
4. Urethrography tindakan untuk pencegahan aseptic Infus urography
untuk mengevaluasi status renal dan level dari bladder.

G. Penatalaksanaan
1. Ringan
Selalu konservativ, lakukan sistostomi dan antibiotika untuk profilaksi
ada bahaya striktura dikemudian hari.
2. Sedang
1) Bila hematom kecil dilakukan terapi konservatif, yaitu kateter dover
selama 1-2 minggu dan antibiotika untuk profilaksis
2) Bila hematom besar, dilakukan prosedur yang sama dengan yang
berat, karena kadang-kadang dalam hematom terjadi infeksi
sekunder sehingga terbentuk lubang dan kateter terlihat dari luar.
Sebelum terjadi kerusakan demikian lebih baik dilakukan operasi.
3. Berat
Dilakukan operasi peneotomi (dari kulit sampai daerah yang robek atau
hematom) dan :
a. Semua bekuan darah dikeluarkan
b. Kateter dipasang di uretra ,akan tampak ujung kateter menonjol
kedaerah operasi dan kateter akan dibelokan masuk uretra bagian
proksimal.
c. Hemostatis sebaik-baiknya.
d. Dinding uretra dijahit ”interrupted” dengan ”catgut” dan ”non
traumatic neddle”
e. Tinggalkan drain di daerah operasi Karena ada bahaya striktura
dikemudian hari setiap kali dangan ‘’bogule’’(purnawan junadi,
Atiek S Soesmanto, Husna Amelz,1982).
H. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas Pasien
1) Meliputi : nama, alamat
2) Jenis kelamin : trauma uretra biasanya terjadi kepada pria karena
uretra pria lebih panjang sehingga resiko terjadi trauma lebih
besar.
3) Umur : usia produktif lebih beresiko karena rentan terjadi
kecelakaan
4) Pekerjaan : pekerjaan berat lebih beresiko terjadi kecelakaan
dalam pekerjaan
b. Keluhan Utama
Hal yang paling dirasakan pasien seperti :
1) Nyeri akut
2) Perdarahan perutetra post trauma
3) Fraktur pelvis
4) Hematum penis, dll
c. Riwayat penyakit sekarang
Menceritakan tentang perjalanan penyakit dari pasien dirumah
sampai dibawa ke rumah sakit. Biasanya pasien mengeluh
perdarahan peruretra post trauma, hematoma, dll
d. Riwayat penyakit dahulu
Kaji pasien apakah memiliki riwayar fraktur pelvis
e. Riwayat penyakit keluarga
Biasannya tidak ditemukan adanya hubungan riwayat penyakit
keluarga dengan trauma uretra
f. Pola kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan
Misalnya: kebiasaan mengendarai sepeda beresiko untuk terjadinya
ttrauma atau cidera uretra
2. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan peruretra
b. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan fraktur tulang
pelvis, iritasi kulit pada penis
c. Resiko infeksi berhubungan dengan iritasi jaringan kulit
d. Ganguan eliminasi urin berhubungan dengan retensi urin
3. Intervensi
Tujuan dan
No Diagnosa Intervensi Rasional
kriteria hasil
1 RResiko syokT Tujuan: 1. Monitor ttv 1. Perubahan ttv
hipovolemiSSetelah dilakukan 2. Monitor intake terjadi bila
k b.d tindakan dan output setiap perdarahan hebat
perdarahan keperawatan 5-10 menit 2. Perubahan outpu
peruretra syok dapat 3. Berikan cairan merupakan tanda
teratasi infus NaCl adannya gangguan
melalui IV fungsi ginjal
KKriteria hasil: 3. Dapat
PPasien tidak meningkatkan
pucat, volume cairan
konjungtiva intravaskuler
ananemis, TD
normal, turgor
kulit baik
2 GGangguan YTujuan 1. Kaji nyeri : 1. Membantu evaluasi
rasa SSetelah dilakukan lokasi, derajat
nyaman tindakan karakteristik, ketidaknyamanan
nyeri b.d keperawatan lokasi intensitas ( dan deteksi dini
fraktur nyeri berkurang skala 0-10) terjadinya
tulang 2. Dorong dan komplikasi
pelvis, KKriteria Hasil: ajarkan teknik 2. Mengembalikan
iritasi kulitP Pasien tampak relaksasi perhatian dan
pada penis rileks 3. Kolaborasi medis meningkatkan rasa
dalam pemberian konrtol
analgetik 3. Analgatik dapat
menghilangkan
nyeri
3 RResiko TTujuan: 1. Jelaskan pada 1. Pengetahuan yang
infeksi b.dSSetelah dilakukan klien tentang memadai
iritasi tindakan tanda-tanda memungkinkan
jaringan keperawatan terjadinya infeksi klien kooperatif
kulit resiko infeksi 2. Kaji tanda-tanda terhadap tindakan
berkurang infeksi keperawatan
3. Motivasi klien 2. Deteksi dini adanya
KKriteria Hasil: untuk menjaga infeksi dan
Tidak ada eritema bersihan diri menentukan
dan gejala 4. Kolaborasi tindakan
infeksi lainnya dengam tim selanjutnya
medis dalam 3. Lingkungan yang
pemberian lembab merupakan
antibiotik media pertumbuhan
kuman,
meningkatkan
resiko terjadinya
infeksi
4. Mencegah
pertumbuhan
kuman yang lebih
progresif
4 GGanguan TTujuan: 1. Perhatikan aliran 1. Penurunan aliran
eliminasi SSetelah dilakukan dan karakteristik menunjukkan
urin b.d tindakan urin retensi urine, urin
retensi urin keperawatan 2. Kateterisai untuk keruh, adanya
tidak ada residu urin dan mucus, atau
gangguan biarkan kateter mengindikasikan
eliminasi urin tak menetap proses infeksi
sesuai indikasi 2. Menghilangkan
KKriteria Hasil: 3. Siapkan alat atau menegah
1. Pasien bisa bantu untuk retensi urin dan
berkemih drainasi urin mngesampingkan
2. Distensi adanya triptue
abdomen uretra
tidak teraba 3. Diindikasikan
untuk
mengeluarkan
kandung kemih
selama episode akut
dengan azotemia
atau bila bedah
dikontraindikasikan
karena status
kesehatan pasien
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Trauma buli-buli merupakan keadaan darurat bedah yang memerlukan
penatalaksanaan segera. Bila tidak ditanggulangi segera, dapat menimbulkan
komplikasi seperti peritonitis dan sepsis. Secara anatomik, buli-buli terletak di
dalam rongga pelvis terlindung oleh tulang pelvis sehingga jarang mengalami
cedera.
Trauma uretra merupakan Trauma yang jarang dan paling sering terjadi pada
laki-laki, biasanya bersamaan dengan terjadinya fraktur pelvis atau “straddle
injury”. Trauma uretra jarang terjadi pada wanita. Beberapa bagian dari uretra
dapat mengalami laserasi, terpotong, atau memar. Penatalaksaannya bermacam-
macam tergantung pada derajat trauma.
A. Saran
Untuk meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan maka penulis
memberikan saran-saran sebagai berikut :
1. Pada pengkajian perawat perlu melakukan pengkajian dengan teliti
melihat kondisi klien serta senantiasa mengembangkan teknik terapeutik
dalam berkomunikasi dengan klien.
2. Agar dapat memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan serta sikap profesional
dalam menetapkan diagnosa keperawatan.
3. Selain itu juga perawat harus memperhatikan personal hygiene untuk
mengurangi dampak yang terjadi pada saat memberikan pelayanan
kesehatan pada penderita trauma uretra.
DAFTAR PUSTAKA

Bruner and Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Vol. 2. Jakarta : EGC

DEPKES RI. 1995. Asuhan keperwatan pasien dengan ganguan /penyakit sistem
urogenital. Jakarta : Pusat Tenaga Kesehatan

Dr. Nursalam ,M.nurs, Fransisca B.B.Spd., S.kep.,Ners ,Sistem perkemihan , jakarta,


salemba medika, 2006,

Muttaqin Arif, Sari Kumala. 2012. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem


Perkemihan. Jakarta: Salemba Medika

Purnawan junadi , Atiek S Soesmanto, Husna Amelz, Kapita selekta kedokteran edisi
II, Media aesculapsus fak.kedokteran UI,jakarta, 1982

You might also like