Professional Documents
Culture Documents
Laporan Kasus CHF
Laporan Kasus CHF
Diajukan Oleh :
1. Bellavia Fransisca, S.Ked –
2. Dewi Dwipayanti Giri, S.Ked –
3. Tsa Zakiah, S.Ked -
4. Widjayanti, S.Ked - 17360157
Pembimbing :
dr. Toni Prasetya, Sp.PD
I. IDENTIFIKASI PASIEN
MR : 043157
Umur : 47 tahun
Agama : Islam
II. ANAMNESIS
Keluhan utama : Sesak sejak ± 3 hari yang lalu memberat pada hari ini
Keluhan tambahan : Kaki, tangan dan perut bengkak, nyeri dada, batuk, mual,
nafsu makan menurun
1
III. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Os datang ke IGD RSPBA dengan keluhan sesak nafas. Sesak dirasakan sejak ± 3
hari dan memberat pada hari ini. Os juga mengeluh kaki, tangan dan perut bengkak
sejak ± 3 hari yang lalu, os juga merasakan nyeri dan panas pada dada sebelah kiri
menjalar ke punggung. Batuk (+), mual (+), muntah (-), nafsu makan menurun. Os
mengaku sebelumnya juga pernah mengalami sakit serupa.
Os biasanya meminum obat rutin dari RS untuk kontrol gula darah dan
hipertensi , os meminum obat amlodipine 10 mg untuk darah tingginya dan
metformin untuk gula darahnya. Os mengaku rutin mengkonsumsi obat tersebut.
2
3 bulan SMRS os kembali mengalami keluhan yang sama yaitu nafas terasa
sesak dan nyeri dada namun keluhan tersebut hilang timbul. Sehingga os tidak pergi
ke RS.
3 hari SMRS os merasa sesak dan juga mengeluh kaki, tangan dan perut
bengkak, os juga merasakan nyeri dan panas pada dada sebelah kiri menjalar ke
punggung. Batuk (+), mual (+), muntah (-), nafsu makan menurun. Lalu os dibawa
keluarganya ke IGD RSPBA.
Batu ginjal/saluran
- Cacar - Malaria -
kemih
Cacar air - Disentri - Burut (hernia)
- Difteri - Hepatitis - Penyakit prostat
- Batuk rejan - Tifus abdomen - Wasir
- Campak - Hipotensi Diabetes
Influenza - Sifilis - Alergi
- Tonsilitis - Gonore - Tumor
- Kholera Hipertensi - Penyakit Jantung
Demam rematik Ulkus
- - - Asma Bronkhial
akut ventrikulus
- Pneumonia - Ulkus duodeni - Gagal Ginjal
- Pleuritis Gastritis - Sirosis Hepatis
- Tuberkulosis - Batu empedu
Keadaan
Hubungan Diagnosa Penyebab Meninggal
Kesehatan
Kakek - - Umur
Nenek - - Umur
3
Ayah - - Umur
Ibu - - Umur
Saudara - Baik -
Anak-anak - Baik -
Kulit
4
- Kuku kotor - Kuning/ikterus - Ptekie
Kepala
Mata
Telinga
- Nyeri - Tinitus
Sekret - Gangguan pendengaran
- Kehilangan pendengaran
Hidung
Mulut
5
Tenggorokan
Leher
Dada (Jantung/Paru)
Abdomen (Lambung/Usus)
6
Poliuri - Oliguria
- Polaksuria - Anuria
- Hematuria - Retensi urin
- Kencing batu - Kencing menetes
Ekstremitas
7
Pemeriksaan Umum
Nadi : 98 x/menit,
Suhu : 36,5⁰C
Pernapasan : 32 x/menit
GDS : 190
Aspek Kejiwaan
Keadaan spesifik
Kepala
8
Ekspresi wajah : gelisah Simetris muka : simetris
Leher
Tumor (-)
Thorax
Bentuk : normal
Palpasi : Vokal fremitus kanan dan kiri sama, nyeri tekan (-)
Jantung
Inspeksi : Ictus kordis tidak tampak
Palpasi : Ictus kordis teraba
Perkusi, Kanan Atas : ics II linea parasternalis dextra
Kanan Bawah : ics IV linea parasternalis dextra
Kiri Atas : ics II linea parasternalis sinistrs
Kiri Bawah : ics VI linea midclavicularis sinistra
Auskultasi : BJ I-II reguler, Gallop (-), Murmur (-)
Abdomen
9
Inspeksi : Asites (+),distended (-), venektasi(-), caput medusa (-), ikterik (-),
Ekstremitas
Ekstremitas superior dextra dan sinistra: Edema pitting (+), Deformitas (-)
Ekstremitas inferior dextra dan sinistra: Edema pitting (+), Deformitas (-)
10
Wn: 12-16 gr%
Leukosit 7000 4500-10.700 ul
Hitung jenis leukosit
Basofil 0 0-1 %
Eosinofil 0 1-3%
Batang 1 2-6 %
Segmen 72 50-70 %
Limfosit 20 20-40 %
Monosit 7 2-8 %
Lk: 4.6- 6.2 ul
Eritrosit 4,1
Wn: 4.2- 5,4 ul
Lk: 50-54 %
Hematokrit 28%
Wn: 38-47 %
Trombosit 351.000 159.000-400.000 ul
MCV 78 80-96 fl
MCH 23 27-31 pg
MCHC 29 32-36 g/dl
11
Kesan :
Cardiomegali, CTR ≥ 50 %
EKG
12
Hari kedua os mengatakan masih sesak nafas namun berkurang namun masih
terasa lemas, mual dan tidak nafsu makan masih dirasakan. Os merasa sering batuk.
Kepala terasa berat. Tekanan darah masih tinggi. Ekstremitas atas dan bawah dextra
sinistra dan abdomen masih edema. Os terlihat gelisah.
Anamnesis
1. Sesak nafas
2. Lemas
3. Sakit kepala
4. Tidak nafsu makan
Pemeriksaan Fisik :
1. TD 150/100
2. Asites
3. Ekstremitas edema
4. JVP ↑
5. Hepar teraba
6. Nyeri tekan epigastrium
Pemeriksaan Laboratorium :
1. Hb 9,5
2. Eritrosit 4,1
3. Hematokrit 28%
13
4. MCV 78
5. MCH 23
6. MCHC 29
7. Urea 99
8. Kreatinin 8,7
EKG :
Atrial fibrillation, supra ventricular takikardi, right ventricular hypertrophy
Rontgen :
Cardiomegali, CTR ≥ 50 %
XV. DIAGNOSIS
XVII. PENATALAKSANAAN
- Darah Lengkap
- Cek UC
- EKG
- GDS per hari
- Rontgen Thorax
- Aff infus (vemplon saja)
XIX. PROGNOSIS
15
BAB II
ANALISIS KASUS
Os biasanya meminum obat rutin dari RS untuk kontrol gula darah dan
hipertensi , os meminum obat amlodipine 10 mg untuk darah tingginya dan
metformin untuk gula darahnya. Os mengaku rutin mengkonsumsi obat tersebut.
16
mengaku merasa lebih nyaman jika berbaring dengan bantal yang lebih tinggi .
mual (+), muntah (-), BAB dan BAK normal. Demam disangkal
3 bulan SMRS os kembali mengalami keluhan yang sama yaitu nafas terasa
sesak dan nyeri dada namun keluhan tersebut hilang timbul. Sehingga os tidak pergi
ke RS.
*Kriteria Mayor
-Paroxysmal Nocturnal Dyspneu (sesak malam hari)
-Bendungan vena sentral
-Peninggian tekanan vena jugularis
-Ronkhi paru
-Bunyi jantung S3 Gallop
-Refluks hepatojugular
-Edema paru
-Kardiomegali
*Kriteria Minor
-Batuk malam hari
-Dyspneu d'effort (sesak saat aktivitas)
-Edema ekstremitas (bengkak pada kaki atau tangan)
-Takikardi (nadi >120x/menit)
-Hepatomegali
-Efusi pleura
-Penurunan kapasitas vital 1/3 dari normal
18
*Kriteria Mayor atau Minor
-Penurunan berat badan >4,5 kg dalam 5 hari pengobatan
Diagnosis gagal jantung ditegakkan minimal ada 1 kriteria mayor dan 2 kriteria
minor.
Pada kasus pasien memenuhi 2 kriteria mayor (Peninggian tekanan
vena jugularis, ronkhi paru) dan 2 kriteria minor (edema ekstremitas,
hepatomegali) sehingga dapat didiagnosa CHF dan karena riwayat pasien
menderita hipertensi selama 8 tahun sehingga penyebabnya bisa disebabkan
oleh HHD ( Hipertensi Heart Disease).
19
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Gagal jantung didefinisikan sebagai kondisi dimana jantung tidak lagi dapat
20
perikard, jantung tidak dapat diastole, obstruksi pengisian ventrikel, aneurisme
ventrikel, disenergi ventrikel, restriksi endokardial atau miokardial) dan
abnormalitas otot jantung yang terdiri dari primer (kardiomiopati, miokarditis
metabolic (DM, gagal ginjal kronik, anemia) toksin atau sitostatika) dan sekunder
(iskemia, penyakit sistemik, penyakit infiltrative, dan korpulmonal).
1.Gangguan irama jantung atau konduksi ,beban pengisian (preload) dan beban
tekanan (afterload) pada ventrikel yang mengalami dilatasi atau hipertrofi
memungkinkan adanya peningkatan daya kontraksi jantung yang lebih kuat,
sehingga curah jantung meningkat. Pembebanan jantung yang lebih besar
meningkatkan simpatis, sehingga kadar katekolamin dalam darah meningkat dan
terjadi takikardi dengan tujuan meningkatkan curah jantung. Pembebanan jantung
yang berlebihan dapat mengakibatkan curah jantung menurun, maka akan terjadi
redistribusi cairan dan elektrolit (Na) melalui pengaturan cairan oleh ginjal dan
vasokontriksi perifer dengan tujuan untuk memperbesar aliran balik vena (venous
return) ke dalam ventrikel sehingga meningkatkan tekanan akhir diastolic dan
menaikkan kembali curah jantung .Dilatasi, hipertrofi, takikardi, dan
redistribusi cairan badan merupakan mekanisme kompensasi untuk
mempertahankan curah jantung dalam memenuhi kebutuhan
kompensasi untuk mempertahankan curah jantung dalam memenuhi kebutuhan
sirkulasi badan. Bila semua kemampuan mekanisme kompensasi jantung tersebut
di atas sudah dipergunakan seluruhnya dan sirkulasi darah dalam badan belum juga
terpenuhi, maka terjadilah keadaan gagal jantung
Gagal jantung kiri atau gagal jantung ventrikel kiri terjadi karena adanya
gangguan pemompaan darah oleh ventrikel kiri sehingga curah jantung kiri
menurun dengan akibat tekanan akhir diastole dalam ventrikel kiri dan
volume akhir diastole dalam ventrikel kiri meningkat. Keadaan ini merupakan
beban atrium kiri dalam kerjanya untuk mengisi ventrikel kiri pada waktu diastolic,
dengan akibat terjadinya kenaikan tekanan rata-rata dalam atrium kiri. Tekanan
dalam atrium kiri yang meninggi ini menyebabkan hambatan aliran masuknya
darah dari vena-vena pulmonal. Bila keadaan ini terus berlanjut,
21
maka bendungan akan terjadi juga dalam paru-paru dengan akibat terjadinya edema
paru dengan segala keluhan dan tanda-tanda akibat adanya tekanan dalam sirkulasi
yang meninggi.
Keadaan yang terakhir ini merupakan hambatan bagi ventrikel kanan yang
menjadi pompa darah untuk sirkuit paru (sirkulasi kecil). Bila beban pada ventrikel
kanan itu terus bertambah, maka akan meransang ventrikel kanan untuk
melakukan kompensasi dengan mengalami hipertropi dan dilatasi sampai batas
kemempuannya, dan bila beban tersebut tetap meninggi maka dapat terjadi gagal
jantung kanan, sehingga pada akhirnya terjadi akhirnya terjadi gagal jantung kiri-
kanan. Gagal jantung kanan dapat pula terjadi karena gangguan atau hambatan pada
daya pompa ventrikel kanan sehingga isi sekuncup ventrikel kanan tanpa
didahului oleh gagal jantung kiri. Dengan menurunnya isi sekuncup ventrikel
kanan, tekanan dan volume akhir diastole ventrikel kanan akan meningkat dan ini
menjadi beban atrium kanan dalam kerjanya mengisi ventrikel kanan pada waktu
diastole, dengan akibat terjadinya kenaikan tekanan dalam atrium kanan. Tekanan
dalam atrium kanan yang meninggi akan menyebabkan hambatan aliran masuknya
darah dalam vena kava superior dan inferior ke dalam jantung sehingga
mengakibatkan kenaikan dan adanya bendungan pada vena-vena sistemik tersebut
(bendungan pada vena jugularis dan bendungan hepar) dengan segala akibatnya
(tekanan vena jugularis yang meninggi dan hepatomegali). Bila keadaan ini terus
berlanjut, maka terjadi bendungan sistemik yang lebih berat dengan aakibat
timbulnya edema tumit atau tungkai bawah dan asites.
Manifestasi CHF tidak hanya disebabkan karena ketidakmampuan jantung
dalam mensuplai oksigen yang adekuat ke jaringan perifer, tapi juga tergantung
pada respon sistemik dalam mengkompensasi ketidakadekuatan suplai oksigen ke
jaringan.
Beberapa faktor yang menentukan cardiac output meliputi heart rate dan
stroke volume. Stroke volume ditentukan oleh preload, kontraktilitas, dan afterload.
Variabel-variabel ini penting diketahui dalam patofisiologis CHF dan potensi
terapi. Selain itu interaksi kardiopulmonary penting juga untuk diketahui
dalam peranannya dalam kegagalan jantung
22
Mekanisme kompensasi gagal jantung
Mekanisme Frank Starling meningkatkan stroke volume berarti terjadi peningkatan
volume ventrivuler end diastolic. Bila terjadi peningkatan pengisian diastolic,
berarti ada peningkatan peregangan dari serat otot jantung, lebih optimal pada
filament aktin dan myosin, dan hasilnya meningkatkan tekanan pada kontraksi
berikutnya. Pada keadaan normal, mekanisme Frank Starling
mencocokkan output dari dua ventrikel .Pada gagal jantung, mekanisme Frank
Starling membantu mendukung kardiak output. Kardiak output mungkin akan
normal pada penderita gagal jantung yang sedang beristirahat, dikarenakan
terjadinya peningkatan volume ventricular end diastolic dan mekanisme Frank-
Starling. Mekanisme ini menjadi tidak efektif ketika jantung mengalami
pengisian yang berlebihan dan serat otot mengalami peregangan yang berlebihan.
Hipertrofi otot jantung dan remodeling
Perkembangan hipertrofi otot jantung dan remodeling merupakan salah satu
mekanisme akibat meningkatnya kerja yang berlebih. Meskipun hipertrofi ventrikel
memperbaiki kerja jantung, ini juga merupakan faktor risiko yang penting bagi
morbiditas dan mortalitas. Keadaan hipertrofi dan remodeling
dapat menyebabkan perubahan dalam struktur (massa otot, dilatasi chamber) dan
fungsi (gangguan fungsi sistolik dan diastolik). Ada 2 tipe hipertrofi, yaitu pertama
Concentric hypertrophy, terjadi penebalan dinding pembuluh darah, disebabkan
oleh hipertensi.dan kedua Eccentric hypertrophy, terjadi peningkatan panjang otot
jantung disebabkan oleh dilated cardiomyopathy
Klasifikasi Gagal Jantung
Selain menggunakan kriteria Framingham, terdapat beberapa pembagian
kriteria yang dipakai pada gagal jantung, diantaranya klassifikasi menurut New
York Heart Association (NYHA), dan pembagian stage menurut American Heart
Association.
Klassifikasi fungsional yang biasanya dipakai menurut NYHA adalah (Figueroa
dan Peters, 2006) :
Klas I : tidak ada keterbatasan dalam melakukan aktifitas apapun, tidak
muncul gejala dalam aktivitas apapun.
23
Klas II : mulai ada keterbatasan dalam aktivitas, pasien masih bisa melakukan
aktivitas ringan dan keluhan berkurang saat istirahat
Klas III : terdapat keterbatasan dalam melaksanakan berbagai aktivitas, pasien
merasa keluhan berkurang dengan istirahat.
Klas IV : keluhan muncul dalam berbagai aktivitas, dan tidak berkurang
meskipun dengan istirahat.
Pemeriksaan Penunjang
. Radiologi
Foto thorax dapat membantu dalam mendiagnosis gagal jantung.
Kardiomegali biasanya ditunjukkan dengan adanya peningkatan cardiothoracic
ratio / CTR (lebih besar dari 0,5) pada tampilan postanterior. Pada pemeriksaan ini
tidak dapat menentukan gagal jantung pada disfungsi siltolik karena ukuran bias
terlihat normal
Diabetes Melitus
Definisi
24
Diabetes Melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik
insulin absolut):
1) Autoimun.
2) Idiopatik.
25
b.Diabetes tipe 2(bervariasi mulai yang terutama dominan resistensi
insulin disertai defesiensi insulin relatif sampai yang terutama defek sekresi
insulindisertai resistensi insulin).
Diabetes tipe 2 ( Diabetes Non Insulin Dependent) ini tidak ada kerusakan
pada pankreasnya dan dapat terus menghasilkan insulin, bahkan kadang-
kadang insulin pada tingkat tinggidari normal. Akan tetapi, tubuh manusia
resisten terhadap efek insulin, sehingga tidak ada insulin yang cukup untuk
memenuhi kebutuhan tubuh. Diabetes tipe ini sering terjadi pada dewasa yang
berumur lebih dari 30 tahun dan menjadi lebih umum dengan peningkatan usia.
Cara diagnosis
dl. Gejala klasik adalah: poliuria, polidipsia dan berat badan turun tanpa
sebab.
26
TGT : glukosa darah plasma 2 jam setelah beban antara 140-199 mg/dl(7,8-11,0
mmol/L)
1) Retinopati diabetic
Pada retinopati diabetik prolferatifterjadi iskemia retina yang
progresif yang merangsang neovaskularisasi yang
menyebabkan kebocoran protein-protein serum dalam
jumlah besar. Neovaskularisasi yang rapuh ini berproliferasi
ke bagian dalam korpus vitreum yang bila tekanan meninggi
saat berkontraksi maka bisa terjadi perdarahan masif yang
berakibat penurunan penglihatan mendadak. Hal tersebut
pada penderita DMbisa menyebabkan kebutaan.
2) Neuropati diabetik
3) Nefropati diabetik
Ditandai dengan albuminura menetap > 300 mg/24 jam atau > 200
28
kerusakan ginjal pada tingkat glomerulus. bila terjadi terus
menerus dan inflamasi kronik, nefritis yang reversible akan
adalah :
Nefropati diabetik
29
filtrasi glomerolus (LFG), dan peningkatan tekanan daerah arterial.Progresi
umum dari mikroalbuminuria menjadi nefropati menyebabkan banyak
yang menganggap mikroalbuminuria sebagai tanda nefropati tahap awal.
Kelainan ginjal sering terjadi sekunder pada penderita diabetes yang lama
terutama penderita diabetes tipe I. Secara klinis nefropati diabetik ditandai
dengan adanya peningkatan proteinuria yang progresif, penurunan LFG,
hipertensi, dan risiko tinggi untuk menderita penyakit kardiovaskular.
Perjalanan alamiah nefropati diabetik merupakan sebuah proses dengan
progresivitas bertahap setiap tahun. Diabetes fase awal ditandai dengan
hiperfiltrasi glomerulus dan peningkatan LFG. Hal ini berhubungan
dengan peningkatan perkembangan sel dan ekspansi ginjal, yang mungkin
dimediasi oleh hiperglikemia. Mikroalbuminuria biasanya terjadi setelah
5 tahun menderita penyakit Diabetes tipe 1 sedangkan nefropati yang ditandai
dengan ekskresi protein urin lebih dari 300 mg/hari, biasanya terjadi dalam waktu
10-15 tahun. Penyakit ginjal stadium terminal terjadi pada sekitar 50%
penderita DM tipe I, yang akan mengalami nefropati dalam 10 tahun.
30
Tekanan darah tinggi secara signifikan dapat memberikan
kontribusi pada perkembangan penyakit ginjal. Dan, penyakit ginjal itu sendiri
dapat membuat tekanan darah tinggi, sehingga menciptakan efek siklus.
Faktor-faktor yang menyebabkan nefropati diabetiktermasuk keturunan, diet
dan kondisi medis lainnya seperti tekanan darah tinggi.Kadar gula darah
tinggi, penyebab lain nefropati, dapat menyebabkan ginjal untuk menyaring
darah terlalu banyak. Seiring waktu, ini overworks ginjal dan dapat menyebabkan
protein dan limbah bocor ke dalam urin
2.Hipertensi
31
hiperaktivitas susunan saraf simpatis, sistem renin-angiotensin, defek dalam
ekskresi Na, peningkatan Na dan Ca intraselular, dan faktor-faktor yang
meningkatkan risiko, seperti obesitas, alkohol, merokok, serta polisitemia.
Patofisiologi
32
Aterosklerosis adalah kelainan pada pembuluh darah yang ditandai
dengan penebalan dan hilangnya elastisitas arteri. Aterosklerosis
merupakan proses multifaktorial. Terjadi inflamasi pada dinding
pembuluh darah dan terbentuk deposit substansi lemak, kolesterol, produk
sampah seluler, kalsium dan berbagai substansi lainnya dalam lapisan
pembuluh darah. Pertumbuhan ini disebut plak. Pertumbuhan plak di
bawah lapisan tunika intima akan memperkecil lumen pembuluh darah,
obstruksi luminal, kelainan aliran darah, pengurangan suplai oksigen pada
organ atau bagian tubuh tertentu.
2)Sistem renin-angiotensin
33
saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion
melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca
ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya
norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah.
Komplikasi
34
DAFTAR PUSTAKA
35
36