Analisis Putaran Pilgub Dki 2017 PDF

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 5

Page |1

ANALISIS PUTARAN KEDUA


PILGUB DKI 2017
oleh Dr. Erdi, M.Si
Master Politik dan Doktor Kebijakan Publik dari
FISIP UNTAN

Berdasarkan data dari KPU DKI, jumlah pemilih pada Pilgub DKI
2017 berjumlah 7.079.745; sementara pemilih yang menggunakan hak
pilih adalah 5.452.203 (77%) sehingga terdapat sebanyak 1.627.542 (23%)
pemilih yang tidak menggunakan hak pilih (golongan putih alias golput).
Disinyalir, pemilih yang tidak menggunakan hak pilih itu adalah pemilih
rasional dari kalangan profesional, pebisnis, cendekia, pedagang kecil dan
menengah serta kelompok masyaraat yang tidak tertarik dengan hiruk-
pikuk pesta demokrasi. Kelompok terakhir ini tidak merasakan manfaat
atas pemenang Pilgub DKI karena mereka merasa Gubernur DKI terpilih
akan tidak memberikan perubahan apapun pada nasib mereka. Namun,
saya yakin kelompok golput ini masih dapat digerakkan dan akan
terpanggil melalui program nyata yang secara khusus menyentuh
kepentingan khusus; termasuk melalui gerakan jihad yang saat ini sedang
hangat dibicarakan publik dihubungkan dengan ajang Pilgub DKI 2017.
Hasil putaran pertama, per 17 Februari 2017 diperoleh bahwa
Pasangan Calon (Paslon) 1 Agus-Sylvi mendapat 17.37% suara; sementara
Paslon 2 Ahok-Djarot 42,87% dan Paslon 3 Anies-Sandi 39,76%. Kemudian
pada putaran kedua akan bertarung Paslon 2 dan 3 dengan cerita plus
minus. Di kalangan publik beredar semboyan Ahok-Djarot tidak menebar
janji tetapi telah berbuat nyata; sementara Anies-Sandi terkenal dengan
pemerintahan humanis dan pengembang wirausaha. Masih tentang plus
minus bahwa Ahok adalah tersangka penistaan agama yang tidak ditahan
penguasa negeri ini; sementara Anies adalah cendekia yang hanya bisa
omong melalui retorika santun. Semua hal di atas tentu sedikit banyak
akan mempengaruhi pemikiran dan pilihan publik; para pemilih di putaran
kedua Pilgub DKI 2017. Namun yang jelas, komposisi struktur pemilih dari
putaran pertama akan tidak banyak mengalami perubahan.

Dr. Erdi, M.Si


LP3M UNTAN, Dosen FISIP UNTAN, IPDN Kalbar dan UPBJJ-UT Pontianak
Page |2

Tulisan ini menganalisis persebaran massa Agus-Sylvi dan juga


melihat ketertarikan massa mengambang yang pada putaran I belum
“terpanggil” untuk menggunakan hak suara mereka. Proposisi yang saya
bangun adalah massa Agus-Sylvi akan tumpah ke Anies-Sandi dengan
deviasi 5%; sementara massa golput akan terpanggil menggunakan hak
suara mereka sebesar 80% dengan komposisi 80% ke Paslon Anies-Sandi
dan 20% memilih Paslon Ahok-Djarot. Proposisi ini dibangun atas dasar:
(1) Standar deviasi terbesar dalam penelitian sosial adalah 5%; ketika
dihubungkan dengan partai pengusung Anies-Sandi (PD, PPP, PAN
dan PKB) dimana nakhoda partai adalah SBY, Muhaimin Iskandar,
Zulkifli Hasan dan M Romahormuziy; tampaknya lebih berpihak pada
aksi 212 dan 112 ketimbang aksi 412.
(2) Pandangan politik akan terhubung dengan agama secara kental, kuat
dan bahkan tidak terpisahkan (Picard dan Madiner, 2011).
(3) Untuk menunjukkan bahwa rezim lama masih ada dan menjadi
kekuatan pengontrol atas kekuasaan kini, sehingga transformasi
pemikiran politik elit nasional akan terus mempengaruhi pemikiran
elit politik lokal. Transformasi pilihan publik akan berbanding lurus
ketika terdapat kesamaan faham/ideologi; dan akan berbanding
terbalik ketika terdapat perbedaan tajam (Berg dan Rao, 2005).
(4) Dukungan politik yang mempengaruhi pilihan publik juga didasarkan
pada kepentingan khusus dan sesaat (Grossman dan Helpman, 2001).
(5) Tidak ada perubahan signifikasi atas informasi dan program yang
telah diterima publik dari proses kampanye pada putaran pertama.
Berdasarkan lima proposisi di atas, maka kekuatan Ahok-Djarot
pada putaran pertama yang didukung oleh PDI-P, Nasdem, Golkar dan
Hanura sebagai partai penguasa saat ini akan tidak banyak mengalami
perubahan signifikan ketika dihubungkan dengan dasar ketiga, keempat
dan kelima; sementara Paslon Aneis-Sandi akan mendapat tambahan
kekuatan; dari semula hanya dua partai (Gerinda dan PKS) akan menjadi 6
(enam) partai, yakni ditambah partai pengusung Agus-Sylvi berdasarkan
prespektif pertama dan kedua. Kemungkinan deviasi berdasar persepsi
pertama atas massa Agus-Sylvi hanya 5% atau sebesar 46.344 suara akan
ke paslon Ahok-Djarot; sementara paslon Anies-Sandi akan mendapat
tambahan sebanyak 880.531 suara.
Ketika dihubungkan dengan dasar kedua, yakni politik yang
terhubung dengan agama dan kepentingan khusus; dimana 80% massa
mengambang akan terpanggil untuk menggunakan hak suara dan

Dr. Erdi, M.Si


LP3M UNTAN, Dosen FISIP UNTAN, IPDN Kalbar dan UPBJJ-UT Pontianak
Page |3

sebanyak 80%-nya dari massa ini akan memfokuskan diri pada satu pilihan.
Bila ini yang terjadi, maka Anies-Sandi kemungkinan akan mendapat
tambahan sebanyak 1.041.627 suara; sementara Ahok-Djarot hanya
mendapat tambahan sebanyak 260.407 suara.
Ketika harus dihitung hasil suara pada putaran kedua Pilgub DKI
2017 dimana 80% massa golput menggunakan hak pilih mereka; maka
hasilnya adalah kemenangan bagi Anies-Sandi; dengan perolehan
2.644.100 (39,26%) suara untuk Ahok-Djarot dan Anies-Sandi sebanyak
4.089.954 (60,74%). Ketika suara golput tidak dapat ditarik ke pemilihan
atau hanya memperebutkan suara pemilih Agus-Sylvi; maka hasil Pilgub
DKI pada putaran kedua adalah 2.383.693 (43,88%) untuk Paslon Ahok-
Djarot dan 3.048.327 (56,12%) untuk kemenangan Anies-Sandi.
Oleh karena itu, kedua kubu membutuhkan kerja keras yang lebih
keras lagi, terutama dari Paslon Ahok-Djarot untuk dapat menarik dan
mempengaruhi warga Golput Jakarta agar menggunakan hak pilih mereka
pada Pilgub DKI 2017. Tidak cukup di sini, kubu Ahok-Djarot juga
diharapkan dapat menangkap kebutuhan khusus para pemilih
mengambang yang pada putaran pertama belum menentukan pilihan.
Diantaranya adalah program memperkecil jurang antara kaya dan miskin,
jaminan pemasaran produksi masyarakat Kabupaten Kepulauan Seribu,
jaminan pemenuhan sanitasi pada kawasan kumuh, memberikan ruang
usaha bagi UMKM, komitmen menjadi gubernur santun, dan lain-lain.
Ketika ini berhasil dilakukan Ahok-Djarot dengan mendapatkan suara dari
massa ini sebesar 80% (1.041.627 suara), barulah Paslon No. 2 ini dapat
memenangkan Pilgub DKI 2017; dengan komposisi suara Ahok-Djarot
sebesar 3,4 juta (50,87%) berbanding 3,3 juta (49,13%) bagi Anies-Sandi.
Mari kita lihat hasilnya nanti!

Referensi
Berg, Rikke dan Nirmala Rao. 2005. Transforming Local Political
Leadership. Palgrave Mcmillan.
Grossman, Gene M. dan Elhanan Helpman. 2001. Special Interest Politics.
The MIT Press. Cambridge. London.
Picard, Micheal dan Remy Madiner. 2011. The Politics of Region in
Indonesia: Syncretism, Orthodoxy and Religius Contension in Java
and Bali. Routledge of Shoutheast Asia Series.

Dr. Erdi, M.Si


LP3M UNTAN, Dosen FISIP UNTAN, IPDN Kalbar dan UPBJJ-UT Pontianak
Page |4

Dr. Erdi, M.Si


LP3M UNTAN, Dosen FISIP UNTAN, IPDN Kalbar dan UPBJJ-UT Pontianak
Page |5

Dr. Erdi, M.Si


LP3M UNTAN, Dosen FISIP UNTAN, IPDN Kalbar dan UPBJJ-UT Pontianak

You might also like