Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 12

PENGEMBANGAN GAHARU DI BENGKULU, SUMATERA

(The Development of Agarwood in Bengkulu, Sumatra)*


Oleh/By:
Mucharromah
Fakultas Pertanian Jurusan Perlindungan Tanaman, Universitas Bengkulu
Jl. WR Supratman, Bengkulu 38125, Telp. (0736) 21170 Ext. 207, e-mail mucharro@yahoo.com
*Diterima : 29 September 2009; Disetujui : 12 Maret 2010

i
ABSTRACT
Agarwood or gaharu is a resinous product of certain tree species that has a high economic value. This
paper presented a review on the development of gaharu in Bengkulu Province, Sumatra. Indonesia is well
known of having diverse gaharu-producing tree species. However, natural gaharu in the wild has become
scarce due to over exploitation. It is necessary to protect gaharu-producing tree species diversity in the
nature and at the same time sustain its production by appropriate management of gaharu. Forest
communities living around gaharu forests have long practiced gaharu harvesting and carving. However,
they have little knowledge on the process of gaharu formation as well as its artificial induction. A knowledge
transfer of gaharu and capacity building are important to sustain gaharu existence that may assist the
community to improve their income. Gaharu development requires considerable capital and investments, and
the involvement of multi stakeholders, i.e. government, private sectors, research and development institutes,
and forest community. Institutions that facilitate A-Z gaharu development should be established in the area.
Here, we provided an analysis for setting up gaharu business.
Keywords: Resinous product, high economic value, sustainability, management, capacity building

ABSTRAK
Gaharu adalah produk resin yang diproduksi oleh jenis-jenis pohon tertentu yang memiliki nilai jual tinggi.
Makalah ini menyajikan kajian pengembangan pohon penghasil gaharu di Provinsi Bengkulu, Sumatera.
Walaupun keanekaragaman pohon penghasil gaharu tinggi, tetapi keberadaan gaharu di alam akan terancam
punah karena eksploitasi yang tidak terkendali. Oleh sebab itu, perlu upaya pelestarian jenis dan produksi
gaharu alam melalui manajemen yang baik. Masyarakat di sekitar hutan telah lama mengenal pohon
penghasil gaharu dan cara pemanenannya, namun pengetahuan tentang pembentukan gaharu dan teknologi
induksinya masih terbatas. Transfer teknologi dan pengembangan kapasitas masyarakat sekitar hutan dapat
mempertahankan kelestarian gaharu alam dan meningkatkan pendapatan masyarakat dengan induksi buatan
gaharu. Pengembangan gaharu membutuhkan modal dan investasi yang tinggi sehingga kajian perhitungan
pembuatan analisis ekonomi usaha gaharu dan kerjasama pemerintah, swasta, institusi penelitian dan
pengembangan dan masyarakat akan mempercepat keberhasilan penegmbangan gaharu, yaitu pemerintah,
swasta, dan masyarakat sekitar hutan. Kelembagaan yang memfasilitasi proses pengembangan gaharu perlu
dibentuk di daerah sentra gaharu.
Kata kunci: Produk resin, nilai ekonomi tinggi, kelestarian, manajemen, pengembangan kapasitas

I. PENDAHULUAN gaman pohon penghasil gaharu yang ada


di Indonesia. Dalam pengembangan ga-
Gaharu merupakan produk hasil hutan
haru, masyarakat di sekitar hutan merupa-
non kayu yang memiliki nilai ekonomi
kan sasaran ideal yang dapat melaksana-
sangat tinggi dibanding produk kehutanan
kan peran dan fungsi program tersebut.
lainnya, sehingga sangat potensial untuk
Dari segi keberadaan material bibitnya
dikembangkan. Pengembangan gaharu ini
tersedia di hutan yang memiliki jumlah
selain untuk menjaga kesinambungan
tegakan gaharu alam dan karena buah
produksi, sekaligus juga melindungi kera-
117
Info Hutan Vol. VII No. 2 : 117-128, 2010

bersifat rekalsitran, sehingga tidak me- produksi dan pengembangan sistem yang
nyebar jauh, kecuali dengan campur ta- akan mendukung pengembangan produk-
ngan manusia. Dari segi kesiapan masya- si, khususnya yang berkaitan dengan pro-
rakatnya, pada umumnya masyarakat ses produksi yang memerlukan dana cu-
yang tinggal di sekitar hutan sudah me- kup besar.
ngenal gaharu, sebagian bahkan pernah Sejauh ini produksi gaharu Indonesia
menjadi pengumpul, sehingga pemaham- masih banyak diambil dari alam sehingga
an dan keterampilannya untuk mendu- disebut sebagai gaharu alam. Gaharu
kung pengembangan cluster industri ga- alam ini telah dikenal sejak ribuan tahun
haru telah sangat memadai. lalu, diperdagangkan ke Timur Tengah
Dari aspek keamanan lingkungan dan oleh para pedagang India dan Indo-China,
keragaman hayati, pengembangan gaharu termasuk dari wilayah barat Indonesia
di sekitar hutan masyarakat akan mem- atau Sumatera dan dihargai sangat mahal,
bantu pengamanan hutan, mengingat ma- khususnya yang memiliki kualitas super
syarakatnya sudah dapat memperoleh dan di atasnya. Gaharu kualitas super
penghasilan dari usaha pengembangan sudah mengeluarkan aroma harum meski
gaharu yang sangat prospektif secara eko- tanpa dipanasi atau dibakar. Bentuk gaha-
nomi. Selain itu, mengingat pohon peng- ru super sangat beragam, dengan tekstur
hasil gaharu memiliki morfologi yang sa- yang sangat keras dan halus tidak ber-
ngat mendukung perannya sebagai ’pen- serat, berwarna hitam mengkilat dan berat
jaga lingkungan’, yaitu meningkatkan ka- hingga tenggelam dalam air. Sementara
pasitas absorbsi dan retensi air tanah, me- gaharu yang memiliki kualitas lebih ren-
nguatkan tanah, sehingga tidak mudah dah (kemedangan dan abuk) disuling un-
longsor serta menyerap CO2 dan mengha- tuk diambil resinnya dan ampasnya dibu-
silkan O2 yang sangat penting dalam at makmul atau hio untuk ritual keagama-
mendukung kehidupan. an. Dengan makin meningkatnya permin-
Dengan demikian, pengembangan ga- taan pasar internasional, maka volume
haru di kawasan sekitar hutan akan mem- perdagangan gaharu makin meningkat,
perkuat fungsi hutan tersebut, di samping sehingga keberadaan pohon penghasil ga-
pemberdayaan dan pemakmuran masya- haru di alam makin terancam akibat pe-
rakat di sekitar wilayah hutan. Dengan ni- nebangan dan dicacah masyarakat untuk
lai ekonomi gaharu yang sangat tinggi diambil gaharunya. Kondisi ini tak akan
dan permintaan pasar dunia yang terus dapat diatasi kecuali dengan melakukan
meningkat, maka pengembangan gaharu pengembangan tanaman pohon penghasil
sangat berpotensi mensejahterakan ma- gaharu secara besar-besaran, khususnya
syarakat, di samping hasil jasa lingkung- di area yang paling potensial, yaitu wila-
an dalam menghindarkan bencana alam yah sekitar hutan. Dengan upaya ini, ma-
kekeringan, kekurangan air bersih, long- ka produksi gaharu Indonesia dapat di-
sor, peningkatan temperatur udara, polu- pertahankan.
si, dan kekurangan oksigen. Namun de-
mikian, pengembangan gaharu tidak sa-
ma dengan pengembangan tanaman per- II. PROGRAM PENGEMBANGAN
tanian yang dapat langsung menghasil- PRODUKSI GAHARU
kan. Produksi gaharu justru tidak akan
terjadi bila pohonnya tumbuh sangat baik A. Sumberdaya Manusia Pendukung
dan tidak terganggu. Oleh karenanya, pe- Proses Produksi
ngembangan produksi gaharu tidak cukup Masyarakat di sekitar wilayah hutan
hanya dilakukan dengan penanaman bibit yang sudah pernah terlibat dalam penca-
pohon penghasilnya saja, tetapi juga perlu rian, pembersihan, dan perdagangan ga-
didukung dengan pengembangan teknik
118
Pengembangan Gaharu di Bengkulu, Sumatera (Mucharromah)

haru merupakan kelompok sasaran yang lasi maupun pelatihan teknik monitoring
sudah dipersiapkan sebagai sumberdaya pembentukan gaharu. Selain itu juga per-
manusia (SDM) untuk pengembangan ta- lu dilakukan teknik pelatihan produksi
naman penghasil gaharu, khususnya da- inokulan sehingga proses produksi dapat
lam proses pasca panen, pembersihan ga- berlangsung lebih efisien melalui pem-
haru dari kayu. Proses ini sangat lambat berdayaan masyarakat di sekitar wilayah
sehingga membutuhkan banyak tenaga hutan.
kerja terampil. Dengan pengalaman men-
cari gaharu alam yang sudah cukup lama, C. Kontrol Kualitas Produk
banyak masyarakat di sekitar hutan yang Untuk keberhasilan dan kesinam-
terampil membersihkan gaharu sehingga bungan suatu proses produksi umumnya
cukup siap untuk mendukung pengem- selalu dilakukan monitoring kualitas pro-
bangan gaharu di daerahnya. duk. Untuk itu penyiapan SDM pendu-
kung pengembangan gaharu juga perlu
B. Kesiapan Teknologi Produksi mempersiapkan personil-personil yang
Berbeda dengan produk hasil hutan mampu mengenali kualitas dan mensorta-
lainnya yang selalu dihasilkan selama ta- si atau mengumpulkan gaharu yang diha-
naman tumbuh sehat atau dengan kata la- silkan berdasarkan gradasi kualitas dan
in produksi merupakan fungsi dari per- kegunaannya. Dari segi bentuknya, gaha-
tumbuhan tanaman sehat, maka gaharu ru merupakan jaringan kayu dari pohon
justru tidak akan didapat pada pohon jenis tertentu (penghasil gaharu) dengan
yang tumbuh sehat tanpa ada gangguan kandungan resin sesuiterpenoid volatil
apapun. Kebanyakan gaharu justru dite- beraroma harum gaharu yang cukup ting-
mukan pada pohon yang terganggu, baik gi. Adanya aroma harum yang khas dan
secara alami oleh faktor fisik maupun tahan lama inilah yang membuat gaharu
biotik ataupun telah diinduksi dengan sangat disukai dan dihargai dengan nilai
menggunakan kedua faktor. Faktor fisik ekonomi yang sangat tinggi. Selain itu ja-
dapat berupa angin atau hujan angin dan ringan yang mengandung resin wangi ga-
petir. haru juga hanya didapati pada bagian po-
Sementara pembentukan gaharu oleh hon yang mengalami proses tertentu, se-
faktor biotik dapat disebabkan oleh infek- perti pelukaan yang disertai infeksi pato-
si jasad renik terhadap tanaman, selain gen melalui inokulasi atau proses lainnya,
akibat gesekan hewan dan perilaku manu- yang selanjutnya membuat jaringan kayu
sia yang tidak direncanakan. Temuan ten- tersebut memiliki warna, aroma, tekstur,
tang adanya jenis jasad renik yang dapat dan tingkat kekerasan dan berat jenis ber-
menginduksi terjadinya akumulasi resin beda. Hal ini membuat gaharu menjadi
wangi yang selanjutnya membentuk ga- makin mahal dan nilainya sangat ditentu-
haru inilah yang mendasari adanya temu- kan oleh kualitas kadar dan kemurnian re-
an tentang teknik induksi pembentukan sin yang dikandungnya.
gaharu yang dapat digunakan untuk men- Pada gaharu alam gradasi kualitas di-
dukung proses produksi gaharu dalam tentukan berdasarkan standar mutu yang
skala industri. Beberapa kelompok pene- telah ditetapkan secara nasional dalam
liti telah menghasilkan inokulasi (Mu- SNI 01-5009.1-1999. Dalam standar ini
charromah et al., 2008a,b,c,d; Santoso et kualitas gaharu dibedakan menjadi tiga
al., 2006, 2008; Kadir, 2009). Namun sortimen, yaitu gubal gaharu, kemedang-
mengingat teknik yang diterapkan belum an, dan abu gaharu. Ketiga sortimen ter-
sepenuhnya dapat dilakukan masyarakat, sebut dibagi lagi dalam 13 kelas kualitas,
maka dalam persiapan pelaksanaan pe- yang terdiri dari:
ngembangan gaharu dibutuhkan pelatih- 1. Gubal gaharu, dengan 3 tanda mutu,
an-pelatihan, baik pelatihan teknik inoku- yaitu:

119
Info Hutan Vol. VII No. 2 : 117-128, 2010

a. mutu utama = mutu super bangan produksi gaharu yang pohon


b. mutu pertama = mutu AB penghasilnya telah mulai banyak dibudi-
c. mutu kedua = mutu sabah super dayakan di Sumatera dan wilayah lainnya
2. Kemedangan, dengan 7 kelas mutu, di Indonesia. Dengan demikian pengem-
yaitu: bangan gaharu siap dilaksanakan, tidak
a. mutu pertama = mutu TGA/TK1 hanya di sekitar wilayah hutan, tetapi
b. mutu TGB/TK2 bahkan hingga ke halaman rumah dan
c. mutu TGC/TK3 perkantoran serta sekolah, seperti yang
d. mutu TGD/TK4 telah dilakukan di Kota Bengkulu dan se-
e. mutu TGE/TK5 kitarnya. Namun pengembangan gaharu
f. mutu TGF/TK6 di sekitar wilayah hutan kemungkinan
g. mutu ketujuh = setara dengan M3 akan jauh lebih efisien proses produksi-
3. Abu gaharu yang terbagi dalam 3 ke- nya, di samping lebih besar manfaatnya
las mutu, yaitu: bagi pengamanan lingkungan dan pem-
a. mutu utama berdayaan serta pemakmuran masyarakat.
b. mutu pertama
c. mutu kedua. D. Modal
Namun pembedaan kelas kualitas ter- Saat ini pembentukan gaharu di alam
sebut secara detil sangat sulit dilakukan, telah dilaporkan terjadi pada sedikitnya
sehingga pada prakteknya saat ini kon- 16 jenis pohon dari beberapa genus famili
sumenlah yang menentukan tingkat mutu Thymelaceae, satu famili Leguminoceae,
produk dan harga gaharu. Hal ini merupa- dan satu famili Euphorbiaceae, sebagai-
kan anomali dari kondisi perdagangan mana dilaporkan Wiriadinata (2008) dan
komoditi lainnya, dimana pemilik barang Sumarna (2002).
merupakan penentu harga. Namun de- Di alam tidak semua pohon penghasil
ngan tingkat keahlian sortasi, standar gaharu membentuk gaharu atau hanya se-
kualitas gaharu dan harganya akan lebih dikit sekali menghasilkan gaharu. Jumlah
terjamin. Untuk itu pelatihan SDM dalam gaharu yang dihasilkan per pohon di hu-
teknik monitoring perkembangan pem- tan alam sangat bervariasi dari 0,3 hingga
bentukan gaharu dan kontrol kualitasnya 14 kg dan umumnya semakin banyak de-
sangat penting dilakukan. ngan makin besarnya diameter pohon
Saat ini sudah cukup banyak pohon (MacMahon, 1998). Selain itu, tidak se-
penghasil gaharu yang telah diinokulasi, mua pohon menghasilkan gaharu. Hal ini
khususnya dari jenis Aquilaria dan Gyri- membuat proses produksi gaharu alam
nops. Teknik inokulasi untuk induksi menjadi kian mahal. Pada gaharu budida-
pembentukan gaharu juga telah makin ya, proses produksi gaharu sangat diten-
efisien dan murah. Pada hasil uji lanjut tukan kuantitasnya oleh jumlah lubang
teknik produksi gaharu yang dilakukan atau luka yang diinokulasi dan kualitas-
beberapa bulan lalu di Provinsi Bengkulu, nya tergantung lama waktu sejak inokula-
proses pembentukan gaharu telah sema- si hingga panen. Semakin lama maka se-
kin cepat terjadi. Pada enam bulan setelah makin banyak resin wangi yang teraku-
inokulasi telah dicapai produk kualitas mulasi dan semakin tinggi kualitas gaha-
kemedangan TGB dan TGA, yang biasa- ru yang dihasilkan. Dengan demikian,
nya baru dapat dicapai pada 12-18 bulan maka pengembangan gaharu hasil budi-
setelah inokulasi, meskipun sebagian be- daya dan inokulasi dapat jauh lebih efisi-
sar masih berada pada mutu TGC (Mu- en dibandingkan produksi gaharu bentuk-
charromah et al., 2008). Perkembangan an alam.
keberhasilan teknik inokulasi ini sangat Namun demikian pengembangan ga-
prospektif untuk mendukung pengem- haru tetap memerlukan dukungan dana

120
Pengembangan Gaharu di Bengkulu, Sumatera (Mucharromah)

yang relatif besar meskipun rasio keun- mampu menutupi pembiayaan untuk pe-
tungannya terhadap modal juga cukup be- ngembangan selanjutnya.
sar, sebagaimana disajikan pada analisis Saat ini kualitas gaharu hasil inokula-
usaha inokulasi gaharu (Lampiran 1) dan si sudah jauh lebih baik dan pada bebera-
budidaya gaharu (Lampiran 2). Berdasar- pa hasil penelitian sudah mendekati mutu
kan hasil analisis tersebut, maka pengem- gubal kualitas kemedangan B/C (Santoso,
bangan gaharu paling efisien bila dilaku- 2008; Mucharromah & Surya, 2006) atau
kan di area sekitar hutan yang masih kaya bahkan B (Surya, 2008 - komunikasi pri-
dengan tegakan gaharu berdiameter > 20 badi; Mucharromah et al., 2008). Dengan
cm yang dapat diinokulasi untuk mem- teknik inokulasi dan jenis isolat yang le-
percepat produksi dan menambah modal bih murni dan potensial serta waktu anta-
awal untuk penanaman pada area yang le- ra inokulasi dan panen yang lebih pan-
bih luas, untuk kesinambungan usaha pe- jang, maka kualitas gubal super mungkin
ngembangan gaharu. Selain itu juga di- akan dapat dicapai.
perlukan adanya kerjasama dan komit- Kandungan resin yang tinggi, aroma
men semua pihak untuk membantu meng- resin gaharu juga sangat menentukan
awali usaha ini berdasarkan keahlian dan kualitas. Sejauh ini aroma gaharu alam
bidang pekerjaannya. lebih lembut dibanding hasil inokulasi,
Sementara kehadiran jenis cendawan kemungkinan karena kemurnian resin
lainnya, khususnya cendawan pelapuk yang dikandungnya. Pada pengamatan
kayu, justru mendegradasi kembali resin mikroskopis, Mucharromah dan Maranti-
gaharu yang sudah dideposisi bahkan ka (2009) menunjukkan bahwa pada ja-
hingga menghancurkan selnya, sehingga ringan yang terkontaminasi resin gaharu
gaharu yang sudah mulai terbentuk men- yang awalnya berwarna coklat bening ke-
jadi hancur dan lapuk minimal sebagian merahan berubah menjadi berwarna kehi-
dan kualitas gaharu yang dihasilkannya taman dan menghilang sebelum selnya
menurun. Dengan demikian, maka peng- hancur. Oleh karena itu dalam proses pro-
gunaan inokulan unggul dan teknik ino- duksi gaharu dengan inokulasi perlu dite-
kulasi yang meminimalkan kontaminasi rapkan prinsip-prinsip aseptik yang akan
akan dapat meningkatkan kualitas gaharu membatasi peluang terjadinya kontamina-
yang dihasilkan dan mengefisienkan pro- si (Mucharromah et al., 2008).
ses produksi hingga dapat dilaksanakan Selain itu kekhasan aroma gaharu ju-
dengan modal lebih rendah. ga dipengaruhi oleh jenis pohon pengha-
Pada gaharu kualitas gubal akumulasi silnya dan kemungkinan juga jenis mi-
resin wangi terjadi maksimal hingga lu- kroorganisme inokulannya, sehingga aro-
ber dan menutupi sel-sel di sekitarnya. ma gubal gaharu kualitas terbaik dari ber-
Akibatnya jaringan kayu tersebut menjadi bagai wilayah dapat berbeda (Mucharro-
halus, seperti dilapisi agar dan berwarna mah et al., 2007). Jenis-jenis pohon peng-
coklat kemerahan atau kehitaman, tergan- hasil gaharu dari spesies Aquilaria ma-
tung intensitas atau kadar resin gaharu laccensis, A. beccariana, A. microcarpa,
yang dikandungnya. Bila kualitas seperti A. hirta, dan A. agallocha yang banyak
ini dapat dihasilkan dari inokulasi pohon dijumpai di Sumatera, dikenal menghasil-
pada awal proses pengembangan, maka kan gaharu yang disukai konsumen man-
produksi gaharu selanjutnya tidak banyak canegara sejak zaman dahulu kala. Oleh
memerlukan bantuan modal lagi, karena karenanya pengembangan gaharu di wila-
kualitas seperti gaharu alam tersebut ber- yah sekitar hutan dengan cara memperba-
nilai sangat tinggi, yaitu USD 2.000 hing- nyak pohon-pohon jenis Aquilaria yang
ga USD 16.000 per kilogram di tingkat ada di lokasi tersebut dan menginokulasi
’end-consumer’ di luar negeri, sehingga pohon yang sudah tua untuk membiayai
peremajaannya akan dapat mengembali-

121
Info Hutan Vol. VII No. 2 : 117-128, 2010

kan protensi produksi gaharu yang dahulu lah dilakukan pengembangan gaharu se-
dimiliki Sumatera dan wilayah Indonesia banyak >10.000 batang yang ditanam di
lainnya. sekitar pohon induk yang diinokulasi. Na-
mun kerjasama ini masih membutuhkan
cukup banyak modal untuk menjadi usa-
III. PENGEMBANGAN GAHARU DI ha pengembangan gaharu yang mandiri,
SUMATERA karena masih harus melakukan panen dan
proses pembersihan gaharu yang bersifat
A. Teknik Pengembangan padat karya. Meskipun gaharu yang dipa-
nen akan menghasilkan produk yang da-
Secara teoritis akumulasi resin wa-
pat dijual, namun untuk pelaksanaan pro-
ngi gaharu telah dilaporkan distimulasi
ses panen dan pembersihan tersebut di-
oleh infeksi cendawan dari jenis tertentu
perlukan modal yang cukup besar. Oleh
(Mucharromah & Surya, 2006, 2008a,b,c;
karenanya pengembangan gaharu tidak
Santoso et al., 2006; Sumarna, 2002). Ke-
dapat dilakukan secara mandiri, khusus-
mampuan cendawan inokulan dalam
nya pada masyarakat yang tidak memiliki
menstimulir produksi resin juga sangat
modal dan hanya mengandalkan sumber-
terkait dengan tingkat akumulasi resin
daya alam dan keterampilan. Oleh kare-
yang merupakan hasil neto dari proses
nanya campur tangan Pemerintah sangat
sintesis dikurangi dengan degradasinya
diharapkan.
serta jenis resin dan kemurniannya (Agri-
Keberadaan pohon penghasil gaharu
os, 2005; Langenhein, 2004; Mucharro-
di lapangan telah banyak membantu pe-
mah, 2004). Dengan demikian, maka
laksanaan uji efektivitas inokulasi, uji
penggunaan jenis inokulan tertentu dan
produksi, pelatihan inokulasi, pelatihan
kemurniannya serta penerapan teknik
monitoring pembentukan gaharu serta
aseptik dalam penyiapan dan aplikasi ino-
upaya produksi gaharu hasil inokulasi.
kulan, ketepatan teknik inokulasi dan ke-
Namun dari segi kualitasnya, gaharu hasil
terampilan pekerja akan sangat mempe-
inokulasi hingga kini belum dapat menca-
ngaruhi proses produksi dan kualitas pro-
pai kualitas tertinggi gaharu alam, yaitu
duk. Oleh karenanya di Bengkulu pe-
super, double super, dan lebih tinggi. Ter-
ngembangan gaharu diawali dengan
bentuknya gaharu kualitas super atau
pengujian efektivitas berbagai isolat cen-
dawan yang berpotensi menginduksi yang sering disebut gubal super ini, ke-
mungkinan akan dapat dicapai seiring de-
pembentukan gaharu dan diikuti dengan
ngan pengembangan penelitian inokulan
pengembangan inokulan unggul yang ma-
unggul yang terus dilakukan. Secara teo-
sih terus dilakukan untuk peningkatan
ritis keunggulan inokulan dalam mengin-
kualitas.
duksi pembentukan gaharu berkaitan de-
Selain itu, setelah didapat inokulan
ngan jenis dan kemurnian mikro organis-
efektif dan hasil inokulasi yang cukup
me yang digunakan, sebagaimana ditun-
menjanjikan, maka kepada masyarakat
jukkan oleh data mikroskopis perkem-
pemilik tegakan gaharu yang diameternya
bangan deposisi resin gaharu pada area
telah mencapai > 20 cm ditawarkan ker-
jaringan sekitar lubang yang diinokulasi
jasama pengembangan gaharu dengan pe-
atau hanya dilukai (Mucharromah & Ma-
nanaman kembali dan inokulasi. Kerjasa-
rantika, 2009).
ma ini meliputi pemeliharaan dan pena-
Sebagaimana diuraikan sebelumnya,
naman kembali anakan alam yang ada di
pengembangan gaharu memerlukan mo-
sekitar tegakan induk, hingga mencapai
dal yang cukup besar, karena prosesnya
populasi minimal 10 hingga 100 batang
cukup kompleks. Pertama, anakan alam
tanaman muda per pohon induk diinoku-
atau bibit harus ditanam dan dipelihara.
lasi untuk produksi gaharu. Sekarang te-
Selanjutnya pohon yang sudah cukup be-
122
Pengembangan Gaharu di Bengkulu, Sumatera (Mucharromah)

sar (diameter > 20 cm) perlu diinduksi upaya-upaya yang dilakukan akan mem-
dengan inokulasi jasad renik atau perla- beri hasil yang berkelanjutan.
kuan lainnya agar membentuk gaharu.
Proses induksi pembentukan gaharu dila- C. Kelembagaan
kukan dengan memberikan inokulan pada Selain itu, mengingat proses produk-
sejumlah besar lubang yang dibuat spiral si gaharu jauh lebih rumit dibandingkan
dengan jarak 7-10 cm horisontal dan 12- proses produksi komoditi hasil hutan dan
20 cm vertikal, dari pangkal batang hing- perkebunan atau pertanian lainnya, maka
ga ujung pucuk yang masih bisa dipanjat. perlu ada suatu kelembagaan yang bertu-
Proses inokulasi ini selain memerlukan gas untuk membantu penyiapan dan pe-
keterampilan, juga keberanian dan keter- laksanaan proses produksinya hingga ber-
sediaan personil dengan kondisi fisik hasil berkembang menjadi industri gaharu
yang mendukung pelaksanaan pekerjaan. yang mandiri. Kelembagaan tersebut da-
Selanjutnya pohon yang telah diinokulasi pat sangat sederhana bila pengembangan
dimonitor hingga waktu panen. Setelah gaharu dapat diberlakukan seperti komo-
dipanen secara total, dilakukan proses diti pertanian atau perkebunan hasil budi-
pembersihan untuk memisahkan gaharu daya. Namun bila perdagangan gaharu
dari jaringan kayu yang lebih sedikit kan- masih diatur oleh kuota yang dalam pro-
dungan resin wanginya. Proses ini dilaku- ses perdagangannya melibatkan banyak
kan secara manual dengan melibatkan se- pihak, maka pengembangan gaharu perlu
jumlah besar tenaga kerja. dilakukan dengan melibatkan berbagai pi-
hak yang terkait dengan perdagangannya,
B. Nilai Ekonomi tidak hanya dengan pihak yang dapat
Pada gaharu hasil inokulasi untuk membantu pengembangannya.
membersihkan 1 kg gaharu umumnya di- Dalam pelaksanaannya pelibatan ba-
perlukan 4-5 orang-hari kerja (OH), se- nyak pihak ini bila tidak dipayungi de-
hingga untuk menghasilkan gaharu seba- ngan deskripsi tugas yang mendetail dan
nyak 270 ton sebagaimana jumlah yang tidak saling tumpang-tindih, justru akan
diekspor pada tahun 2000-an akan mam- dapat menghambat pengembangan gaha-
pu menyerap tenaga kerja sebanyak ru yang dituju. Sejauh ini pengembangan
56.000 hingga 68.000 orang/hari. Jumlah gaharu yang dilakukan di Provinsi Beng-
ini cukup besar dan akan mampu mempe- kulu, baik oleh pihak swasta maupun per-
kerjakan masyarakat sekitar hutan seba- guruan tinggi dan kelompok masyarakat,
nyak 280 hingga 340 orang/tahun dengan dibuat secara sangat sederhana, dengan
200 hari kerja/tahun. Dengan peningkatan kontrak kerjasama antara pemilik pohon/
permintaan dan kapasitas produksi, maka lahan dengan pelaksana yang berupa per-
jumlah tenaga kerja yang dikaryakan juga guruan tinggi, swasta atau kelompok ma-
akan semakin meningkat. Dari segi jum- syarakat. Mengingat pohon yang diinoku-
lah tenaga kerja yang menangani proses lasi atau bibit yang ditanam berada di la-
pembersihan produk ini kemungkinan ti- han pribadi, baik halaman maupun kebun,
dak banyak berbeda antara produksi ga- maka proses pengembangan gaharu yang
haru alam dengan gaharu budidaya, tetapi telah dilakukan sejauh ini berjalan aman.
dari segi keamanan pekerja dan lingkung- Hal ini dikarenakan upaya pengembangan
an, pengembangan gaharu hasil budidaya yang dilakukan masih belum mencapai
dan inokulasi makin lama makin membe- tahap produksi gaharu yang siap diperda-
rikan keuntungan melimpah dan makin gangkan. Bila sudah mencapai tahap pro-
lestari, sementara gaharu alam akan ma- duksi, maka dengan adanya aturan kuota,
kin habis, sehingga tidak berkelanjutan. penjualan gaharu hingga kini masih me-
Oleh karenanya pengembangan gaharu merlukan adanya sertifikasi jumlah untuk
harus dilakukan secara serius, sehingga memastikan bahwa batas kuota belum

123
Info Hutan Vol. VII No. 2 : 117-128, 2010

terlewati, sehingga cukup menyulitkan ragaman hayati yang ada di sekitarnya


meskipun prosesnya sederhana. Hal ini serta meningkatkan kapasitas hutan
mungkin perlu disederhanakan dalam dalam menanggulangi potensi bahaya
upaya pengembangan gaharu yang dila- bencana alam yang disebabkan oleh
kukan, mengingat wilayah sekitar hutan longsor, banjir, kekeringan, polusi,
yang menjadi area pengembangan gaharu dan beragam kerusakan lingkungan la-
umumnya cukup jauh dari lokasi institusi innya.
yang mensertifikasi produknya. 2. Untuk lebih mengefisienkan proses
Dalam hal pengembangan gaharu produksi dan menekan pembiayaan,
ini, perguruan tinggi dapat memainkan maka program pengembangan gaharu
peran yang dapat menguntungkan semua ini perlu dilakukan dengan mengadop-
pihak. Dalam hal ini peran perguruan si model yang paling efisien dan prak-
tinggi yang mengembangkan penelitian tis, sehingga keberhasilannya akan le-
gaharu dapat dilakukan dalam bentuk bih terjamin. Hal ini sangat penting
pembinaan kelompok produksi gaharu di untuk diperhatikan mengingat proses
sekitar wilayah hutan serta penelitian un- pembentukan gaharu tidak berjalan se-
tuk pemutakhiran teknik produksi, pe- cara otomatis pada tanaman yang tum-
ngembangan inokulan unggul untuk pe- buh sehat, sebagaimana produk perta-
ningkatan mutu serta pengembangan tek- nian atau perkebunan dan kehutanan
nik pengawasan kualitas produk. Peran lainnya.
tersebut dapat dilakukan melalui kegiatan
penelitian dan pengabdian pada masyara-
kat yang sudah secara rutin dilakukan DAFTAR PUSTAKA
perguruan tinggi dengan dukungan pen- Agrios, G.N. 1988. Plant Pathology. Aca-
danaan dari instansi pemerintah maupun demic Press, New York.
swasta. Anonim. 1995. Analisa Penyebab Terja-
dinya Gubal dan Kemedangan pada
Pohon Gaharu. Makalah Dipresen-
IV. PENUTUP tasikan Pada Temu Pertama Pakar
1. Pengembangan gaharu merupakan su- Gaharu, 20 Oktober1995, Jakarta.
atu program yang sangat besar, tidak Anonim. 2006. Agarwood. http://en
hanya karena menghasilkan produk .wikipedia.org/wiki/Agarwood.
bernilai ekonomi yang sangat tinggi, Terakhir dimodifikasi 11:11, 31
yang berpotensi sangat besar untuk Oktober 2006.
memberdayakan masyarakat di sekitar Maryani, N., G. Rahayu, dan E. Santoso.
wilayah hutan, tetapi juga karena upa- 2005. Respon Acremonium sp Asal
ya ini memerlukan adanya investasi Gaharu terhadap Alginate dan
teknologi dan modal yang cukup besar CaCl2. Prosiding Seminar Nasio-
bagi keberhasilannya. Oleh karenanya nal Gaharu, Seameo-Biotrop, Bo-
pengembangan gaharu perlu dilaksa- gor, 1-2 Desember 2005.
nakan dengan perencanaan yang sa- MacMahon, C. 1998. White Lotus Aro-
ngat matang dari setiap tahapan pro- matics. http://members.aol.com
sesnya, sehingga dapat berjalan dan /ratrani/Agarwood. html. Updated
meningkatkan kemandirian masyara- April 16th, 2001, Accessed 16 April
kat di wilayah sekitar hutan. Hal ini 2006.
sangat penting dilakukan, tidak hanya Mucharromah, Misnawaty, dan Hartal.
untuk menjamin peningkatan dan kesi- 2008. Studi Mekanisme Akumulasi
nambungan produksi gaharu, tetapi ju- Resin Wangi Aquilaria malaccensis
ga untuk melindungi hutan dan ke- (Lamk.) Merespon Pelukaan dan

124
Pengembangan Gaharu di Bengkulu, Sumatera (Mucharromah)

Infeksi Cendawan. Laporan Peneli- Producing Aquilaria Species. Jour-


tian Fundamental, DIKTI. nal of Tropical Forest Products 2:
Mucharromah. 2008. Hipotesa Mekanis- 272-285.
me Pembentukan Gubal Gaharu. Ngatiman dan Armansyah. 2005. Uji
Makalah Seminar Nasional Pe- Coba Pembentukan Gaharu dengan
ngembangan Produksi Gaharu Pro- Cara Inokulasi. Prosiding Seminar
vinsi Bengkulu untuk Mendukung Nasional Gaharu “Peluang dan
Peningkatan Ekspor Gaharu Indo- Tantangan Pengembangan Gaharu
nesia. FAPERTA UNIB, Bengkulu, Di Indonesia”, Bogor, 1-2 Desem-
Indonesia, 12 Agustus 2008. ber 2005. SEAMEO BIOTROP.
Mucharromah, Hartal, dan Surani. 2008. Parman, T. Mulyaningsih, dan Y.A. Rah-
Tingkat Akumulasi Resin Gaharu man. 1996. Studi Etiologi Gubal
Akibat Inokulasi Fusarium sp pada Gaharu pada Tanaman Ketimunan.
Berbagai Waktu Setelah Pengebor- Makalah Temu Pakar Gaharu di
an Batang Aquilaria malaccensis Kanwil Dephut Propinsi NTB, Ma-
(Lamk.). Makalah Semirata Bidang taram, 11-12 April 1996.
MIPA, BKS-PTN Wilayah Barat, Parman dan T. Mulyaningsih. 2006. Tek-
Universitas Bengkulu, 14-16 Mei nologi Budidaya Tanaman Gaharu
2008. untuk Menuju Sistem Produksi Gu-
Mucharromah, Hartal, dan U. Santoso. bal Gaharu Secara Berkelanjutan.
2008. Potensi Tiga Isolat Fusarium Makalah Disampaikan pada Work-
sp. dalam Menginduksi Akumulasi shop Gaharu Tingkat Nasional. Su-
Resin Wangi Gaharu pada Batang rabaya, 11-13 September 2006.
Aquilaria malaccensis (Lamk.). Purba. J.N. 2007. Identifikasi Genus
Makalah Semirata Bidang MIPA, Cendawan yang Berasosiasi dengan
BKS-PTN Wilayah Barat, Univer- Pohon Aquilaria malaccensis
sitas Bengkulu, 14-16 Mei 2008. (Lamk.) dan Gubal Gaharu Hasil
Mucharromah. 2006. Teknologi Budida- Inokulasi Serta Potensinya Untuk
ya dan Produksi Gubal Gaharu di Menginfeksi Bibit Gaharu. Skripsi
Provinsi Bengkulu. Fakultas Perta- Fakultas Pertanian Universitas
nian Universitas Mataram Bekerja- Bengkulu.
sama dengan Balai Pengelolaan Da- Raintree. 2001. Data Base Entry For
erah Aliran Sungai Dodokan Moyo- Aquilaria agallocha. Raintree Nu-
sari Nusa Tenggara Barat (BP DAS trition, Inc., Austin, Texas. Sites :
Dodokan Moyosari NTB). Univer- hhtp//www.rain-tree.com/aquilaria
sitas Mataram, Lombok, Nusa .htm. Date 3/3/06.
Tenggara Barat, 18 November Santoso, E., L. Agustini, D. Wahyuno, M.
2006. Turjaman, Y. Sumarna, dan R.S.B.
Mucharromah. 2006a. Fenomena Pem- Irianto. 2006. Biodiversitas dan
bentukan Gubal Gaharu pada Aquí- Karakterisasi Jamur Potensial Peng-
laria malaccensis (Lamk.). (un- induksi Resin Gaharu. Makalah
published). Workshop Gaharu Tingkat Nasio-
Mucharromah dan J. Surya, 2006b. Tek- nal. Kerjasama Dirjen PHKA dan
nik Inokulasi dan Produksi Gaharu. ASGARIN, Surabaya 12 September
Makalah Workshop Gaharu Tingkat 2006.
Nasional. Kerjasama Dirjen PHKA Sumarna, Y. 2005. Strategi Budidaya
dan ASGARIN, Surabaya 11-13 dan Pengembangan Produksi Gaha-
September 2006. ru. Prosiding Seminar Nasional Ga-
Ng, L.T., Y.S. Chang, and A.K. Azizil. haru, Seameo-Biotrop, Bogor, 1-2
1997. A Review on Agar (Gaharu) Desember 2005.

125
Info Hutan Vol. VII No. 2 : 117-128, 2010

Lampiran (Appendix) 1. Analisis usaha inokulasi gaharu (Analysis of gaharu inoculation business)

Waktu inokulasi (Inoculation period) (tahun/year) :3


Jumlah tegakan gaharu (Number of gaharu stands) (batang/stem) :1
Proyeksi hasil (Projected product) (kg/batang/stem) : 20 Kelas (Class) BC
30 Kelas (Class) Kemedangan
Total proyeksi hasil (Total of projected product) (kg/batang/stem) : 50
Penjualan kelas BC per batang (Selling of BC class per stem) (kg) : 60
Penjualan bubuk per batang (Selling of powder per stem) (kg) : 100
Harga
Total cost
No Uraian (Detail) QTY Unit (Price)/unit
(x Rp1.000)
(x Rp1.000)
A. Beban operasi (Operation cost)
Beban pembelian batang/tanah (Stem/land 1 Btg/Stem 100 100
purchase cost)
Beban pengadaan inokulan (Inoculant purchase 1 Btg/Stem 5.000 5.000
cost)
Beban pembelian peralatan (Instrument 1 Set/Stem 90 90
purchase cost)
Beban stressing agent (Stressing agent cost) 1 Btg/Stem 1.500 1.500
Beban tenaga ahli inokulasi (Professional 1 Btg/Stem 200 200
inoculation fee)
Beban tenaga kerja (Labour fee) 1 Btg/Stem 600 600
Beban pemeliharaan/perawatan (Maintenance 3 Thn/year 12 36
cost)
Beban operasi lainnya (Other operational costs) 1 Btg/Stem 300 300
Total beban operasi (Total operational cost) 7.826
A.1. Beban panen & paska panen (Harvest and post
harvest costs)
Beban penebangan (Tree harvesting cost) 1 Btg/stem 50 50
Beban angkut ke gudang (Transportation to the 1 Btg/stem 50 50
storage cost)
Beban pembersihan gaharu (Gaharu carving 50 Kg 25 1.250
cost)
Beban pengepakan (Packing cost) 50 Kg 2 100
Total beban panen & paska panen (Total 1.450
harvesting and post cost)
A.2. Beban pemasaran & umum lainnya (Marketing
dan general cost)
Beban angkut penjualan (Selling transportation 50 Kg 5 250
cost)
Beban penjualan (Marketing cost) 50 Kg 10 500
Beban retribusi (Retribution cost) 50 Kg 5 250
Beban pengurusan surat-surat (Paperwork cost) 1 Btg/stem 6 6
Beban umum lainnya (Other general cost) 50 Kg 0,5 25
Total beban pemasaran & umum lainnya (Total 1.031
marketing and general cost)
Total beban operasi (Total operational cost) 10.307
B. Proyeksi penghasilan (Projected project)
Penjualan kelas BC (BC class selling) 60 Kg 2.000 120.000
Penjualan bubuk (Powder selling) 100 Kg 5 500
Total proyeksi penghasilan (Projected income) 120.500
C. Beban zakat/pajak (Alms/tax) 5% % 6.025
D. Proyeksi keuntungan (Projected profit) 104.168
Sumber (Source):
Hasil perhitungan peneliti dengan CV Gaharu 88 Bengkulu, 2006 (Cost analysis by researchers and CV Gaharu 88
Bengkulu, 2006)
126
Pengembangan Gaharu di Bengkulu, Sumatera (Mucharromah)

Lampiran (Appendix) 2. Analisis usaha budidaya gaharu (Cost analysis of gaharu plantation)
Waktu budidaya (Plantation period) (tahun/year) :7
Luas lahan (Area coverage) (ha) :1
Populasi tegakan per ha (Population of stands per ha) : 1.000
Rasio jumlah suntikan (lubang)/kg (Ratio of injection numbers/ holes) : 80
Jumlah lubang per batang (Number of holes per stem) : 160
Proyeksi hasil panen per batang (kg) (Projected harvest per stem) : 160:80 = 2
Nilai tukar rupiah (Exchange rate IDR) : 9.000

Harga (Price)/ Total


No Uraian (Detail) QTY Unit unit cost
(x Rp1.000) (x Rp1.000)
A. Biaya akuisisi lahan (Land acquisition cost)
Biaya pembelian lahan (Land buying cost) 1 ha 15.000 15.000
Biaya perizinan/sertifikat/notariat 1 Surat 4.000 4.000
(Permission/certificate cost) (Letter)*
Total biaya akusisi lahan (Total cost of land 19.000
acquisition)
B. Biaya pra operasi (Start-up cost)
Sarana & prasarana TBM/tanaman belum
menghasilkan (Facility of pra-productive
plant)
Rumah jaga (Security office) 1 Unit 2.000 2.000
Sarana penerangan (Lighting facility) 1 Unit 1.000 1.000
(PLN/State owned electricity company)
Sarana komunikasi (Communication facility) 1 Unit 2.000 2.000
Sarana lainnya (Other facility) 1 - 1.000 1.000
Total biaya pra operasi (Total operational 6.000
cost)
A+B Total biaya (direkapitulasi) (Total cost/ 25.000
recapitulation)
C Beban operasi (Operational cost)
C.1. Beban penanaman pohon baru (New tree
planting cost)
Beban pembukaan lahan (Land clearing cost) 1 ha 1.000 1.000
Beban pembelian bibit (Seedling purchase 1.000 Btg/stem 5 5.000
cost)
Beban pembuatan lubang (Planting hole 1.000 Btg/stem 1 1.000
making cost)
Beban penanaman pohon gaharu (Planting 1.000 Btg/stem 0,5 500
cost)
Beban pemupukan (Fertilization cost) 1.000 Btg/stem 5 5.000
Beban perawatan dan pengamanan 1 ha 24.000 24.000
(Maintenance and security cost)
Total beban penanaman pohon baru (Total of 36.500
new planting cost)
C.2. Beban inokulasi (Inoculation cost)
Beban pengadaan inokulan (Inoculant 1.000 Btg/stem 20 20.000
purchase cost)
Beban pembelian peralatan (Instrument 1 Set 3.000 3.000
purchase cost)
Beban stressing agent (Stressing agent cost) 1.000 Btg/stem 10 10.000
Beban tenaga kerja (Labour cost) 1.000 Btg/stem 5 5.000
Beban pemelihaaan/perawatan (Maintenance 1.000 Btg/stem 10 10.000
cost)
Beban operasi lainnya (Other operational 1.000 Btg/stem 1 1.000
cost)
Total beban inokulasi (Total of inoculation 49.000
cost)

127
Info Hutan Vol. VII No. 2 : 117-128, 2010

Lampiran (Appendix) 2. Lanjutan (Continued)

Harga (Price)/ Total


No Uraian (Detail) QTY Unit unit cost
(x Rp1.000) (x Rp1.000)
C.3. Beban panen & paska panen (Harvest and
post harvest cost)
Beban penebangan (Tree harvesting cost) 1.000 Btg/stem 5 5.000
Beban angkut ke gudang (Transportation to 1.000 Btg/stem 5 5.000
storage cost)
Beban pembersihan gaharu (Gaharu carving 2.000 Kg/stem 10 20.000
cost)
Beban pengepakan (Packing cost) 2.000 Kg/stem 2 4.000
Total beban panen & paska panen (Total of 34.000
harvest and post harvest cost)
C.4. Beban pemasaran & umum lainnya
(Marketing and general cost)
Beban angkut penjualan (Transportation for 2.000 Kg 5 10.000
marketing cost)
Beban penjualan (Marketing cost) 2.000 Kg 10 20.000
Beban retribusi (Retribution cost) 2.000 Kg 20 40.000
Beban umum lainnya (Other costs) 2.000 Kg 0,5 1.000
Total beban pemasaran & umum lainnya 71.000
(Marketing and general cost)
Total beban operasi (Total operational cost) 190.500
D Proyeksi penghasilan (Projected cost)
Penjualan kelas C (Class C selling) 2.000 Kg 2.000 4.000.000
Total proyeksi penghasilan (Total projected 4.000.000
income)
E Beban zakat/pajak (Alms/tax) 5% % 200.000
F Proyeksi keuntungan (Projected profit) 3.609.500
Sumber (Source):
Hasil perhitungan peneliti dengan CV Gaharu 88 Bengkulu, 2006 (Cost analysis by researchers and CV
Gaharu 88 Bengkulu, 2006)

128

You might also like