Toksikologi

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 15

BAB 1

PENDAHULUAN

A. STUDI KASUS

Timah adalah logam lunak dan mudah dibentuk. Hal ini digunakan untuk membuat
kuningan, perunggu. Timah digunakan untuk solder, bahan pengisi dalam tubuh mobil, coran
untuk bagian rem hidrolik, pesawat Blanding gigi dan mesin parts.Organic dan senyawa
anorganik yang digunakan dalam produksi keramik kaca, porselen, enamel, kaca dan tinta.
Timah juga digunakan sebagai insektisida. Stannosischloride digunakan dalam industri kimia
sebagai agent.Tinoxide mengurangi digunakan

Penyepuhan timah merupakan penyebab yang jarang dari stannosis. Pengetahuan


terbaik kita hanya ada dua kasus yang dilaporkan dari stannosis pada penyepuhan timah di
literatur Inggridalam sastra Inggris. Penyepuhan timah dapat ditemukan disebagian besar
Romawi dan jenis pekerjaan menjadi langka saat ini. Kasus ini Penyepuh timah melakukan
pekerjaan ini selama 56 tahun dan memiliki beberapa temuan radiologis khas stannosis.

Seorang pria berusia 63 tahun menunjukkan riwayat tahun batuk nonproduktif dan
meningkatkan dyspnea. Dia telah menjadi penyepuh timah selama 56 tahun. Pada awalnya
dia memulai bekerja dengan ayahnya. Dia telah menggunakan timah pada ornamen,
pembuatan panci dan wajan tanpa menggunakan masker. Dia adalah bukan seorang perokok.
Pada pemeriksaan fisik dia memiliki tekanan darah 110/60 mmHg, denyut nadi dari 76
denyut/Menit. Suhu tubuhnya normal. Pada auskultasi paru-paru ada inspirasi bilateral di
kedua zona tengah dan bawah. Pada pemeriksaan laboratorium penghitungan darah lengkap,
biokimia, tes urin, ANA, anti dsDNA dan RF yang normal. pengujian PPD yaitu dengan
diameter 5 mm. Darah dan tingkat kalsium urin, tingkat ACE darah,x-ray dari tangan-kaki,
pemeriksaan mata normal juga. Hanya CRP yang tinggi. Analisis darah arteri
mengungkapkan PaO2 of 59 mmHg, PaCO2 sebuah 42,1 mmHg, Sa O2 88% dan pH 7,38.
Di tes fungsi paru FVC: 34%, FEV1: 43%, FEV1 / FVC: 102, FEF25-75: 76%. Radiografi
dada menunjukkan infiltrasi bilateral. Pada komputeriasasi resolusi tinggi tomography
(HRCT) menggambarkan pada bagian dada ada infiltrasi di daerah reticulonodularyl dan
daerah tidak jelas dari kekeruhan kaca tanah. Diagnosis pasien menderita stannosis terutama
dengan riwayat sendiri serta pencitraan radiografi. Setelah diagnosis pasien harus
diperlakukan dengan gejalanya dan memperingatkan pasien untuk menjauhkan diri dari
pekerjaannya.

B. TIMAH PUTIH

Timah putih merupakan salah satu logam yang dikenal dan digunakan paling awal.
Timah telah digunakan sejak 3.500 tahun sebelum masehi untuk logam paduan dan sebagai
logam murni digunakan sejak 600 tahun sebelum masehi. Sekitar 35 negara menghasilkan
timah putih untuk memenuhi kebutuhan dunia.

Timah tidak ditemukan dalam unsur bebasnya dibumi, akan tetapi diperoleh dari
senyawaannya. Timah pada saat ini diperoleh dari mineral cassiterite atau tinstone.
Cassiterite merupakan mineral oksida dari timah SnO2, dengan kandungan timah berkisar
78%. Contoh lain sumber biji timah yang lain dan kurang mendapat perhatian daripada
cassiterite adalah kompleks mineral sulfide yaitu stanite (Cu2FeSnS4) merupakan mineral
kompleks antara tembaga-besi-timah-belerang dan cylindrite (PbSn4FeSb2S14) merupakan
mineral kompleks dari timbale-timah-besi-antimon-belerang dua contoh mineral ini biasanya
ditemukan bergandengan dengan mineral logam yang lain seperti perak.

Indonesia sebagai produsen timah putih terbesar dunia, mengalami pasang surut
dalam pengusahaan pertambangan timah putih. PT. Timah yang merupakan produsen timah
terbesar pada awal tahun 1990an melakukan restrukturisasi dengan melakukan penciutan
jumlah karyawan serta melepas sebagian wilayah izin usaha pertambangannya. Akan tetapi
dengan meningkatnya harga timah di pasaran dunia pada beberapa tahun terakhir, serta masih
banyaknya sumberdaya timah yang masih tersisa di alam, maka bekas wilayah usaha
pertambangan timah yang telah ditutup sebagian kembali diusahakan oleh pelaku usaha
pertambangan timah putih maupun masyarakat.

Timah merupakan logam ramah lingkungan, penggunaan untuk kaleng makanan


tidak berbahaya terhadap kesehatan manusia. Kebanyakan penggunaan timah putih untuk
pelapis/pelindung, dan paduan logam dengan logam lainnya seperti timah hitam dan seng.
Konsumsi dunia timah putih untuk pelat menyerap sekitar 34% untuk solder 31%.

Timah putih merupakan salah satu mineral logam yang penting bagi Indonesia.
Negara kita adalah salah satu penghasil timah terbesar di samping Malaysia. Logam ini
berwarna putih keperakan, dengan kekerasan yang rendah, bersifat konduktivitas panas dan
listrik yang tinggi, serta mempunyai berat jenis 7,3. Logam timah putih bersifat mengkilap
dan mudah dibentuk. Timah diperoleh terutama dari mineral kasiterit yang terbentuk sebagai
oksida, tidak mudah teroksidasi, sehingga tahan karat.

JENIS TIMAH PUTIH

Berdasarkan proses pembentukannya timah putih dapat digolongkan menjadi beberapa jenis
yaitu :

 Endapan primer : endapan bahan galian mineral yang langsung terbentuk dari
aktivitas magma dalam litosfer.
 Endapan sekunder : endapan bahan galian akibat proses pengikisan, pengangkutan ke
wilayah lain, pengendapan atau sedimentasi di tempat lain.

MANFAAT TIMAH PUTIH

Data pada tahun 2006 menunjukkan bahwa logam timah banyak dipergunakan untuk
solder(52%), industri plating (16%), untuk bahan dasar kimia (13%), kuningan & perunggu
(5,5%), industri gelas (2%), dan berbagai macam aplikasi lain (11%).

Logam timah banyak manfaatnya baik digunakan secara tunggal maupun sebagai
paduan logam (alloy) dengan logam yang lain terutama dengan logam tembaga. Logam timah
juga sering dipakai sebagai container dalam berbagai macam industri. Contoh-contoh paduan
antara tembaga dan timah adalah:

Pewter, merupakan paduan antara 85-99% timah dan sisanya tembaga, antimony, bismuth,
dan timbale. Banyak dipakai untuk vas, peralatan ornament rumah, atau peralatan rumah
tangga.

Bronze adalah paduan logam timah dengan tembaga dengan kandungan timah sekitar 12%.

Fosfor Bronze adalah paduan bronze yang ditambahkan unsur fosfor.

Plating

Logam timah banyak dipergunakan untuk melapisi logam lain seperti seng, timbale dan baja
dengan tujuan agar tahan terhadap korosi. Aplikasi ini banyak dipergunakan untuk melapisi
kaleng kemasan makanan dan pelapisan pipa yang terbuat darilogam.

Superkonduktor
Timah memiliki sifat konduktor dibawah suhu 3,72 K. Superkonduktor dari timah
merupakan superkonduktor pertama yang banyak diteliti oleh para ilmuwan contoh
superkonduktor timah yang banyak dipakai adalah Nb3Sn.

Solder
Solder sudah banyak dipakai sejak dahulu kala. Timah dipakai dalam bentuk solder
merupakan campuran antara 5-70% timah dengan timbale akan tetapi campuran 63%
timah dan 37% timbale merupakan komposisi yang umum untuk solder. Solder banyak
digunakan untuk menyambung pipa atau alat elektronik

Pembuatan Senyawa Organotin


Senyawa organoti merupakan senyawa kimia yang terdiri dari timah (Sn) dengan
hidrokarbon membentuk ikatan C-Sn. Senyawa ini merupakan bagian dari golongan
senyawa organometalik. Senyawa ini banyak dipakai untuk sintesis senyawa organic,
sebagai biosida, sebagai pengawet kayu, sebagai stabilisator panas, dan lain sebagainya.
Diantaranya :

 Sebagai pelindung logam supaya tidak mudah karat


 Sebagai bahan pembuatan solder
 Sebagai bahan kerajinan untuk dibuat cinderamata
 Sebagai bahan pembuatan casing telepon genggam
 Sebagai bahan paduan pembuatan logam atau baja
 Berguna untuk bidang industri farmasi

Timah putih pada kaleng digunakan sebagai bahan pengemas yang terbuat dari jenis
logam dengan berat serta ketebalan yang khusus. Penggunaan timah dapat membuat kaleng
dari baja menjadi tahan lebih lama, tahan pada karat serta untuk melindungi produk dari
perkembangan bakteri yang dapat membuat produk menjadi tidak sehat.

BAB II

PEMBAHASAN

Berdasarkan studi kasus yang kami ambil, pekerja mengalami penyakit stannosis, yaitu
terjadinya penyempitan pada katup yang berada di dalam organ tubuh. Hal tersebut dapat
diakibatkan masuknya zat Sn (timah putih) yang selama 56 tahun terpapar ke dalam tubuh
pekerja tersebut. Masuknya timah putih dapat digolongkan ke dalam tiga fase, yaitu:

1. FASE EKSPOSISI

Fase ekposisi merupakan fase dimana zat beracun menyentuh organ biologis dalam
tubuh dan zat yang aktif akan terserap kedalam tubuh. Pada fase ini terjadi proses
diluar tubuh dan bahan kimia aktif akan terdifusi masuk kedalam jaringan tubuh.
cara bahan kimia masuk kedalam tubuh dapat melalui beberapa proses yaitu :

a. Skin (kulit): Untuk kategori bahan kimia yang beruapa cairan (liquid) yang sangat
mudah masuk melalui kulit.
b. Inhalation (saluran napas): Bahan-bahan kimia yang berupa uap dan gas lebih
mudah masuk melalui saluran napas (paru-paru) seperti contohnya bahan-bahan
pelarut organik : hexane, toluene, benzene, trichloroethylene.
 Ingestion (saluran pencernaan)
 Bahan kimia: masuk kedalam tubuh melalui saluran pencernaan atau
gastrointestinal (GIT), biasanya bahan kimia masuk kedalam tubuh disengaja
maupun tidak disengaja yaitu sebagai makanan atau minuman.

2. FASE TOKSOKINETIK

A. Absorpsi

Senyawa organotin lebih mudah terserap melalui paparan secara oral, inhalasi dan
dermal/kulit. Banyak kematian terjadi akibat keracunan dengan menelan triethyltin di
Perancis pada 1954 (WHO 1980) menunjukkan penyerapan yang terjadi. Penyerapan
organotins melalui inhalasi mungkin terjadi dan dapat menunjukkan efek neurologis serius
setelah terjadi paparan uap trimethyltin sebuah (Feldman et al. 1993; Fortemps et al. 1978;
Rey et al. 1984; Ross et al. 1981; Saary dan Rumah 2002; Yanofsky et Al. 1991).

Senyawa organotin, termasuk trimethyltin, triethyltin, tributiltin, dan triphenyltin,


telah menghasilkan toksisitas sistemik pada hewan setelah terpapar kulit, menunjukkan
bahwa eksposur dermal dapat mengakibatkan penyerapan sistemik timah (Mori et al 1984;.
Stoner 1966).
B. Distribusi

Tubuh manusia telah diperkirakan mengandung kurang dari 17 mg timah, dengan


sekitar 6 mg dalam bentuk jaringan lunak dan fraksi tersisa terkait dengan jaringan skeletal.
Konsentrasi timah dalam jaringan manusia postmortem yang tertinggi terjadi di ginjal, hati,
paru-paru, dan tulang (Kehoe et al 1940;.. Schroeder et al 1964).

C. Metabolism

Ethyltin: Studi yang dilakukan pada tikus menunjukkan bahwa tetra, tri- dan
diethyltin menjalani dealkilasi ke ethyltin senyawa (Bridges et al 1967;. Cremer 1958).
Dealkilasi dan hidroksilasi etil gugus dikatalisis oleh mikrosomal monooxygenase (s) dari
hati, dan jaringan mungkin lainnya (Kimmel et al. 1977).

Butyltin: Studi yang dilakukan pada tikus menunjukkan bahwa tributiltin


mengalami dealkilasi ke senyawa Di- dan monobutyltin. Dealkilasi dan hidroksilasi
dikatalisis oleh mikrosomal monooxygenase. Alkil produk dealkilasi yang terkonjugasi
dengan glutathione dan selanjutnya dimetabolisme untuk turunan asam mercapturic.

Phenyltin: Studi yang dilakukan pada hamster dan tikus menunjukkan bahwa tetra,
tri-, di-, dan Senyawa monophenyltin akan di dearylated. Metabolit dearylated, termasuk
timah anorganik, dapat ditemukan di ginjal dan hati setelah paparan oral untuk senyawa
phenyltin (Ohhira dan Matsui 1993a, 1993b, 2003; Ohirra et al. 1996).

D. Elimination and Excretion

Feses dan urin merupakan rute utama dari ekskresi timah akibat tertelan (oral) pada
manusia.

E. STANOSIS

Stanosis/tin pneucomoniosis merupakan pneukomoniosis nonfibrotik yang terjadi


setelah inhalasi kronis atau pemaparan berat dan lama terhadap partikel oksida timah.
Penyakit ini diderita oleh tenaga kerja pada penambangan timah sistem kering, baik
tambang terbuka maupun tambang bawah tanah, pemisahan dan pengeringan bijih timah,
peleburan timah, industry yang menggunakan timah (solder pada assembling komponen
elektronik, penyambungan kabel, jaringan telepon, sambungan pipa, lapisan kaleng,
container baja berlapis timah, paduan nobium-timah untuk superkonduktor magnit, timah
oksida pada keramik, dsb.

Dalam peleburan, timah dituang ke dalam cetakan ammonium klorida digunakan


sebagai flux. Fume yang timbul dari reaksi flux dan timah lebur menghasilkan senyawa
timah di atmosfer. Selain itu paparan juga dapat terjadi dalam bentuk debu. Maka dari itu
paparan timah penyebab stenosis umumnya terjadi melalui inhalasi.

3. FASE TOKSODINAMIK

Pengendapan debu timah oksida pada saluran pernapasan atas atau bawah. Pasien
mungkin mengeluhkan iritasi mata, hidung, dan membran mukosa lainnya. Dada
pemeriksaan x-ray sering mengungkapkan deposito debu di paru-paru, tapi ini bentuk
pneumokoniosis tidak menyebabkan cedera paru atau penyakit. Suatu rangsangan kimia
langsung pada jaringan disebabkan oleh zat mudah bereaksi dengan berbagai bagian
jaringan. Biasanya zat ini tidak mencapai peredaran darah, karena langsung bereaksi
dengan tempat jaringan yang pertama berhubungan. Jaringan atau organ yang terlibat
terutama adalah mata, hidung, tenggorokan, trakhea, bronkus, epitel, alveolus, esofagus dan
kulit. Interaksi kimia yang langsung pada jaringan.

Jenis zat kimia setelah masuk ke dalam tubuh organisme dapat berinteraksi
dengan fungsi umum sel. Interaksi zat kimia dengan fungsi umum sel tersebut antara lain
dapat diwujudkan dalam bentuk efek narkose. Disamping itu, interaksi zat kimia tertentu
dengan fungsi sel umum dapat diwujudkan dalam bentuk gangguan pada penghantaran
rangsang neurohumoral. Mekanisme gangguan penghantaran rangsang tersebut disebabkan
zat kimia mempengaruhi sinapsis antara sel saraf satu dengan sel saraf lainnya atau
mempengaruhi ujung sel saraf efektor.
GEJALA KERACUNAN TIMAH
Gejala keracunan timah muncul saat timah termakan atau terhirup sehingga memasuki
aliran darah. Timah lalu menghambat produksi Hemoglobin yang dibutuhkan oleh sel-sel
darah merah untuk membawa oksigen. Hal ini juga Menonaktifkan enzim penting yang
dibutuhkan oleh otak dan sistem syaraf. Timah sangat beracun, bahkan dalam jumlah kecil.

Umumnya mungkin tidak ada gejala atau abnormal temuan pada pemeriksaan fisik. Tapi
jika paparan durasi panjang terutama lebih dari 20 tahun, pasien dapat memiliki gejala pada
Paru-paru. Kasus ini memiliki waktu yang lama hingga menimbulkan gejala.
1. Kegagalan pernapasan.

2. Jika ada, menimbulkan sesak napas

3. hingga batuk-batuk

PENANGANAN BERDASARKAN FASE YANG TERJADI

A. Penanganan Fase Eksposisi

Fase eksposisi merupakan fase di mana masuknya bahan toksik hingga sampai ke kondisi
siap untuk diabsorpsi atau diserap oleh tubuh. Pencegahan yang tepat dalam fase eksposisi
ini yaitu menjauhkan diri dari paparan sumber timah yang biasanya terkandung dalam
bensin, alat renovasi rumah, bahkan juga bahan kosmetik yang mengandung timah.
Sedangkan penanganan yang tepat di fase eskposisi yaitu dengan mengonsumsi suplemen
tambahan kalsium atau bisa dengan minum susu karena banyak mengandung kalsium yang
dapat menetralisir timah putih dalam tubuh.
B. Penanganan Fase Toksokinetik

a. Fase absorpsi

Metode yang digunakan adalah:

 Emetika (apomorfina, sirup ipeka)


 Pernuntahan mekanis (sentuhan jan pada kerongkongan bagian atas atau telak)
 Pembilasan lambung
 Penetralan kimia (penetralan asam-basa)
 Penyerapam (arang aktif)

b. Fase distribusi

Metode yang digunakan adalah:

 Penjerat ion dengan cara merubah pH darah (perbaikan keseimbangan asambasa


 Penggantian tempat ikatan racun (infus albumin)

c. Fase eliminasi

Metode yang digunakan adalah:

 Hemodialisis
 Dialisis pentoneal
 Pertukaran transfusi
 Penyesuaian pH dan diuresis (membasakan air kencing untuk asarn organik lemah
dan mengasamkan air kencing untuk basa organik lemah)
 Peningkatan ekskresi atau pembentukan produk kurang toksik dengan cara kelasi
kompleksasi.

d. Penanganan
 Menghindari absorbsi sejumlah racun yang ada dalam saluran pencernaan dengan
memberikan adsorbensia dan atau laksansia dan pada kasus keracunan tertentu
diberikan parafin cair.
 Menetralkan atau menginaktivasi racun secara kimia menjadi bentuk yang
kurang/tida toksik, yaitu dengan membentuk garam yangsukar larut atau perubahan
menjadi senyawa yang tidak berkhasiat atau tidak toksik.
 Mengosongkan saluran cerna dengan cepat dengan cara seperti: bilas lambung atau
membuat muntah sebelum absorbsi terjadi.

C. Penanganan Fase Toksodinamik

 Kontak mata : jika bagian tubuh yang terkena adalah mata maka segera siram
dengan air mengalir kurang lebih 15 menit sambil menahan kelopak mta tetap
terbuka. Jika menggunakan contact lenses segara dibuka. Segera dapatkan
perawatan medis jika iritasi masih berlangsung. Jangan menggosok area yang
terkena.
 Kontak kuliat : segera cuci dengan air dan sabun. Jika terjadi iritasi kulit segera
hubungi dokter
 Pernafasan : segera ganti dengan udara bersih. Jika berhenti bernafas segera berikan
bantuan pernafasann. Segera cari bantuan medis. Jika koraban sadar, minta dia
untuk membebaskan jalan pernafasan
 Pencernaan : segera cari bantuan medis. Bilas mulut. Minum banyak air putih. Buat
korabn muntah jika dia dalam keadaan sadar.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Timah putih merupakan salah satu mineral logam yang penting bagi Indonesia.
Logam ini berwarna putih keperakan, dengan kekerasan yang rendah, bersifat konduktivitas
panas dan listrik yang tinggi, serta mempunyai berat jenis 7,3. Logam timah putih bersifat
mengkilap dan mudah dibentuk. Timah diperoleh terutama dari mineral kasiterit yang
terbentuk sebagai oksida, tidak mudah teroksidasi, sehingga tahan karat.

Dari studi kasus yang kami ambil, dapat dilihat bahwa pekerja melakukan pekerjaan
penyepuhantimah putih yang dalam prosesnya terdapat proses elekrolisis. Benda logam
yang akan disepuh dijadikan katode dan potongan tebal logam penyepuh dijadikan anode.
Kedua elektrode itu dibenamkan dalam suatu larutan garam dari logam penyepuh yang
dihubungkan dengan sumber arus searah (arus DC). Berdasarkan hal tersebut, dapat
dianalisis bahwa timah putih dapat masuk ke dalam tubuh melalui kulit (zat timah saat
dalam bentuk larutan), juga dapat masuk ke dalam tubuh melalui saluran pernafasan
(apabila ada gas dari timah putih yang menguap dan terhirup oleh pekerja).

B. Saran

1. Pekerja timah disarankan mengurangi berpapasan langsung dalam waktu yang lama
dengan paparan timah
2. Pekerja timah disarankan untuk memperhatikan gejala-gejala yang timbul akibat
keracunan timah
3. Pekerja timah yang telah terpapar racun timah disarankan untuk melakukan
penanganan secara cepat

Daftar Pustaka

 Utoyo, Bambang. Geograf : Membuka Cakrawala Dunia. PT Settia Purna. (


https://books.google.co.id/books?id=zOUzlQcTP54C )
 http://psdg.bgl.esdm.go.id/buletin_pdf_file/Bul%20Vol%203%20no.%202%20thn
%202008/1.%20MAKALAH%20timah%20putih.pdf
 http://manfaat.co.id/29-manfaat-timah-hitam-dan-putih-bagi-industri
 https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=3&cad=rja
&uact=8&sqi=2&ved=0ahUKEwikzuQ1d3SAhWIn5QKHQBlDo0QFggmMAI&ur
l=https%3A%2F%2Ffrankyluhulimadr.files.wordpress.com%2F2011%2F11%2Ftp-
pengaruh-logam-berat-timah-terhadap-kognitif-
anak1.docx&usg=AFQjCNFi0dtwYB0Ql3H5HtTzoim4gfYs2g&sig2=EnxNxvv6eI
5CXJxQWekq3A&bvm=bv.149760088,d.dGo
 https://www.atsdr.cdc.gov/toxprofiles/tp55.pdf diakses pada Kamis, 16 Maret 2017
 Prawirakusumah, Suma’mur dan Soedirman. Kesehatan Kerja dalam Perspektif
Hiperkes dan Keselamatan Kerja. Jakarta : Erlangga, 2014.
 http://elisa.ugm.ac.id/user/archive/download/32041/7ffd8a1ae606574b497de8152fe
4a885
 http://elisa.ugm.ac.id/user/archive/download/40899/83b772b2c704d59ea7161d6830
c0d087
 Bakta I M. dan Suastika, I K. (1999), Gawat Darurat di bidang Penyakit Dalam,
Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta
 Moffat, A. C, et all. (1986), Clarke’s Analysis of Drugs and Poisons: In
Pharmaceutical, body fluids, and postmortem material.Pharmaceutical Press.
London.
 Mutschler, E. (1991), Dinamika Obat. Edisi kelima. Diterjemahkan oleh Mathilda
B. Widianto dan Anna Setiadi Ranti. Penerbit ITB. Bandung.
 Ariens, E.J., Mutschler E., and Simonis A.M., (1986) Toksikologi Umum:
Pengantar. Gajahmada University Press, Yogyakarta.
 Lexi-comp on CD Rom
 Stedman’s medical Dictionary on CD Rom
 USA-OSHA SAFETY DATA SHEET

You might also like