Professional Documents
Culture Documents
Formula Deodorant
Formula Deodorant
Formula Deodorant
Dokumen:
DOKUMEN RANCANGAN
PENGEMBANGAN PRODUK Tanggal Pengesahan:
Disusun Oleh
Diseujui Oleh
Diana Fitria
Asisten
PT. Unifarma
Makassar-Indonesia
Halaman1dari17
I. Rancangan Formula
Tiap 50 ml mengandung:
Aluminium Kalium sulfat4%
Setil alkohol 5%
Vaselin Putih 20%
Parafin 30%
Gliserin 5%
Tween 80 5%
Propil Paraben 0,02%
Metil Paraben 0,18%
Oleum Rosae q.s
Aquadest ad 50 ml
Halaman2dari17
III.2 Dasar pemilihan bahan aktif
1. Jenis aluminium sulfat merupakan antiperspirant yang efetif dengan sifat asamnya
yang tidak terlalu tinggi sehingga tidak menimbulkan iritasi.Aluminium klorida biasa
digunakan sebagai antiprespirant dengan zink oksida sebagai antimikrobial agent pada
basis krimnya. Produk ini memang dapat menghilangkan bau tapi tidak dari
kelembapan. Aluminium klorida memppunyai pH 2,5-3 yang sangat asam sehingga
menyebabkan iritasi pada kulit. Sodium aluminium chlorhydroxy, stabil pada natrium
stearat pada deodoran stik lebih baik sebagai antibakteri dibandingkan sebagai
antiperspirant. Sedangkan aluminium chlorohydrate diperuntukkan untk formulasi
sediaan non aquous liquid (Pouchers 89-90).
2. Antiperspirant seperti garam aluminium dapat mengurangi produksi jumlah keringat
yang diproduksi oleh kelenjar ekrin sehingga mengurangi kelembapan ketiak
(Handbook of Cosmetik :690)
3. Alum atau potash alum digunakan sebagai astringent. Alum hanay bekerja
dipermukaan sel dan di ruang interstial. Memiliki permeabilitas yang sangat rendah
terhadap sel. Konsentrasi akhir 1% paling umum digunakan dan dapat ditingkatkan
menjadi 2% atau 4% untuk mencapai respons yang lebih baik Molekul potassium tawas
memiliki muatan ion negatif, sehingga tidak mampu melewati dinding sel dan tidak
terserap. Inilah sebabnya mengapa deodoran ini aman digunakan dan tidak akan
menyebabkan kadar aluminium tinggi (Alzomor, Abdulkarim K et al : 2014)
III.3 Dasar pemilihan bahan tambahan
1. Cetyl Alkohol(Emulsifying agent)
Cetyl alkoholbanyak digunakan dalam sediaan kosmetik dan formulasi
farmaseutikal seperti emulsi dan krim. Dalam lotion, krim dan salep biasa
digunakan sebagai emulsifying agent pada konsentrasi 2-5% (Excipient : 155)
Dalam emulsi minyak dalam air, setil alkohol dilaporkan memperbaiki stabilitas
dengan mengkombinasikan dengan zat pengemulsi yang larut dalam air. Pada
emulsi setengah semisolid, kelebihan setil alkohol digabungkan dengan larutan
pengemulsi berair untuk membentuk fase kontinu viskoelastis yang memberi sifat
semipadat ke emulsi dan juga mencegah droplet koalesense (Eksipient : 155).
Setil alkohol merupakan agen thickening dan stabilizers untuk emulsi M/A (Ansel,
396)
setil alkohol yang biasa digunakan sebagai pengemulsi dalam lotion dan krim,
diserap lebih cepat dan lebih dalam ke dalam kulit (ensiklopedia : 1563).
2. Parafin
Digunakan untuk meningkatkan ketebalan atau kekerasan (Stiffening agent) (
Ansel, 130)
Biasanya dikombinasi dengan vaselin putih agar mendapatkan viskositas yang baik
( Fatsrack :80)
Dapat melembabkan dan membentuk lapisan pada kulit dan lebih oklusif pada
krim (Treatment of dry skin syndrome: 64)
3. Vaselin Putih (Stabilizing agent)
Vaselin biasa digunakan dalam krim, formulasi transdermal dan dasar salep
emolien (Eksipient , 482)
Vaselin putih merupakan minyak mineral yang biasa digunakan sebagai eksipien
hidrofobik yang berperan dalam fase internal di M/A (Fastrak : 66)
Dapat melembabkan dan membentuk lapisan pada kulit dan lebih oklusif pada
krim (Treatment of dry skin syndrome: 64)
Dapat memberikan penghalang oklusif ke kulit mengurangi kehilangan air
transdermal ( Principles of polimer science : 326).
Halaman3dari17
4. Gliserin
Gliserin merupakan humektan yang dapat digunakan untuk mencegah penguapan
air dari permukaan kulit setelah digunakan. Gliserin biasanya digunakan pada
konsentrasi 5% (Aulton :351)
Dibandingkan dengan bahan lain seperti propilen glikol, gliserin memiliki berat
molekul yang lebih tinggi serta tidak mudah menguap sehingga mampu lebih lama
mempertahankan fungsi humektan (Excipt : 592)
Gliserin dapat berfungsi sebagai humektan sekaligus emollient dengan konsentrasi
≤30 % (Excipt: 283).
Gliserin dapat meningkatkan kelembapan dalam suatu produk. Gliserin adalah
humektan bahan yang digunakan untuk memfasilitasidegradasi
desmosom(Lachman : 54)
6. Tween 80
Emulsifying agent pada emulsi minyak dalam air dengan kombinasi hidrofilik
emulsifier (Eksipien, 550).
Pada emulsi setengah semisolid, kelebihan setil alkohol digabungkan dengan
larutan pengemulsi berair untuk membentuk fase kontinu viskoelastis yang
memberi sifat semipadat ke emulsi dan juga mencegah droplet koalesense
(Eksipient : 155).
Bila digunakan sendiri, ester sorbitan menghasilkan emulsi dan mikroemulsi A/M
yang stabil. Sering digunakan kombinasi dengan polisorbat yang bervariasi
menghasilkan emulsi M/A atau A/M emulsi atau krim(Fastrack : 64)
Biasa digunakan sebagai emulsifying agent dalam suatu sediaan (Ensiklo : 130)
7. Aquadest
Air banyak digunakan sebagai bahan baku, bahan pelarut dalam pengolahan,
formulasi dan pembuatan produk sediaan farmasi, bahan aktif farmasi, zat
antaradan reagen analitis (Eksip : 766)
Digunakan baik sebagai pembawa dan kurangnya aktivitas farmakologi serta tidak
membuat iritasi (Remington , 746)
Purified water ditujukan untuk penggunaan sebagai media pembawa pada
sediaan liquid (8: 332).
Halaman4dari17
8. Span 80
Sorbitan ester biasa digunakan sebagai emulsifying agent dalam suatu sediaan
(Ensiklo: 130)
Ester sorbitan banyak digunakan dalam kosmetik, produk makanan, dan formulasi
farmasi sebagai surfaktan nonionik lipofilik. Terutama digunakan dalam formulasi
farmasi sebagai agen pengemulsi dalam pembuatan krim, emulsi, dan salep untuk
aplikasi topikal. Bila digunakan sendiri, ester sorbitan menghasilkan emulsi dan
mikroemulsi air dalam minyak yang stabil, namun sering digunakan dalam
kombinasi dengan polisorbat 80 yang bervariasi untuk menghasilkan emulsi
minyak dalam air atau krim dalam berbagai konsistensi, dan juga dalam sistem
pengiriman obat pengemulsi diri untuk senyawa yang tidak larut dengan baik
(Eksipt : 675)
Sorbitan ester dapat membentuk emulsi A/M, ketika dikombinasikan dengan
polisorbat dapat membentuk formulasi emulsi A/M atau M/A (Fastrak, 64)
9. Oleum Rosae
pengaroma mempunyai peran penting dalam antiperspirant dan deodorant.
Minyak esensial dan ekstrak tumbuhan telah tersedia yang menggabungkan aksi
deodoran dengan aroma parfum (Pouchers :95)
Sejak beberapa tahun, air aromatik dari bahan volatil seperti range flower oil,
peppermint oil, rose oil, anise oil, spearmint oil, wintergreen oil, camphor, and
chloroform (Ansel :
Minyak mawar sebagian besar digunakan dalam sediaan parfu, dan biasa
digunakan sebagai flavour (Martindale : 2381)
Halaman5dari17
saluran keringat selama tujuh sampai 14 hari tergantung pada
tingkat deskuamasi kulit, rezim kebersihan konsumen, jenis
aktivitas, dan kualitas.
Kontraindikasi : NA
Efek samping : Dosis besar tawas mengiritasi dan mungkin bersifat korosif;
nekrosis gusi dan perdarahan gastrointestinal telah terjadi.
Penyerapan sistemik dari larutan irigasi kandung kemih dapat
menyebabkan toksisitas akut pada aluminium
Toksisitas : Tidak bisa diklasifikasikan sebagai karsinogen manusia. Logam
aluminium dan senyawa tidak larut
Dosis dan : 1-15%
pemberian
Interaksi obat : Dalam studi kasus pasien pada dialisis jangka panjang,
penyerapan aluminium sistemik dengan sitrat oral bersamaan
(sebagai agen alkalinisasi) dan aluminium yang mengandung
pengikat fosfat (misalnya aluminium hidroksida atau karbonat)
meningkat secara signifikan. Berdasarkan mekanisme yang
diusulkan dan kesamaan farmakologis, interaksi dapat
diharapkan terjadi antara asam sitrat dan garam aluminium
lainnya (misalnya, aluminium fosfat, aluminium glycinate,
attapulgite, dihydroxyaluminum, kaolin, magaldrate).
Farmakokinetika : NA
Halaman6dari17
Polimorfisme : NA
Informasi : NA
tambahan
Stabilitas : Suhu :-
Cahaya : Stabil terhadap adanya cahaya
pH :3,0-4,0
Air : Stabil terhadap adanya hidrolisis
Lainnya :-
Inkompatibiltas : Gugus fungsi :-
Ion logam :-
Senyawa tertentu :
Saran : Simpan dalam wadah kedap udara
Penyimpanan
Halaman7dari17
Penanganan : -
Toksisitas : -
Saran penyimpanan : Harus disimpan dalam wadah kedap udara, di tempat kering
dan sejuk
2. Span 80
Nama resmi : Sorbitan monooleat RB:
Nama lain : Span 80
Kelas fungsional : Emulsifying agent
Konsentrasi : 1-15%
RM : C24H44O6
BM : 429
Halaman8dari17
Stabilitas : Stabil dalam bentuk fisik (es, cair, uap)
Inkompatibilitas : Dalam formula air dapat bereaksi dengan bahan exipient lain
yang mudah terhidrolisis
Penanganan : -
Toksisitas : Padasaatpenyimpanandanpenggunaannyaharusterlindungdarik
ontaminasipartikel-partikel ion danbahan organik yang
dapatmenaikkankonduktivitasdanjumlahkarbonorganik
Kelarutan : Dalam air : Larut 1 dalam 400 bagian air, larut 1 dalam 50
bagian air panas 50°C, larut 1 dalam 30 bagian air panas 80°C.
Halaman9dari17
Toksisitas : NA
Saran penyimpanan : Dalam wadah tertutp baik ditempat yang dingin dan kering.
5. Cetyl alcohol
Nama resmi : Cetyl alcohol RB:
Nama lain : Alcohol cetylicus; Avol;
Cachalot; Crodacol C70;
Crodacol C90;
Crodacol C95; ethal; ethol;
HallStar CO-1695; 1-
hexadecanol; nhexadecyl
alcohol;
Kelas fungsional : Emulsifier agent
Konsentrasi : 1-15%
RM : C16H34O
BM : 242,44
Pemerian : Warna :putih sampai kekuningan
Rasa :-
Bau : Berbau khas
Bentuk :lunak, serpihan putih, butiran kotak
Kelarutan : Bebas larut dalam etanol (95%) dan eter, kelarutan meningkat
dengan meningkatnya suhu; praktis tidak larut dalam air.
Mampu meleleh dengan lemak, parafin cair dan padat, dan
isopropil miristat.
pKa dan pH larutan : NA
Titik lebur : 316-344oC
Informasi lain : NA
Stabilitas : Cetyl alcohol stabil dengan adanya asam, alkali, cahaya, dan
udara; itu tidak menjadi tengik.
Inkompatibilitas : Kompatibel dengan oksidator kuat. Cetyl alcohol bertanggung
jawab untuk menurunkan titik leleh ibuprofen, yang berakibat
pada kecenderungan menempel selama proses pelapisan
kristal ibuprofen.
Penanganan : NA
Toksisitas : NA
Saran penyimpanan : Wadah tertutup dengan baik di tempat sejuk dan kering.
6. Paraffin Liquidum
Nama resmi : Paraffin liquidum
Nama lain : Parafin cair
Kelas fungsional : Emolient dan oinment base
Konsentrasi : 10-50%
RM : NA
BM : NA
Pemerian : tidak berbau dan tidak berasa, tembus, tidak berwarna, atau
putih.
Kelarutan : NA
pKa dan pH larutan : NA
Titik lebur : 96-105oC
Stabilitas : Parafin stabil, meski pencairan dan pembekuan berulang dapat
mengubah sifat fisiknya.
Halaman10dari17
Informasi lain : NA
inkompatibilitas : NA
Toksisitas : NA
Penganangan : NA
penyimpanan : Parafin stabil, meski pencairan dan pembekuan berulang dapat
mengubah sifat fisiknya.
7. Vaselin Putih
Nama resmi : White petrolatum RB:
Nama lain : Merkur; mineral jelly; petroleum
jelly; Silkolene; Snow White; Soft
White; vaselinum flavum; yellow
petrolatum; yellow petroleum
jelly.
Kelas fungsional : Emolient
Konsentrasi : 10-30%
RM : NA
BM : NA
Pemerian : berwarna kuning pucat sampai kuning, tembus pandang, dan
lembut. Tak berbau, hambar, dan tidak lebih dari sedikit neon
di siang hari, bahkan saat meleleh
Kelarutan : NA
pKa dan pH larutan : NA
Titik lebur : NA
Stabilitas : Petrolatum adalah bahan yang secara inheren stabil karena
sifatnya yang tidak reaktif dari komponen hidrokarbonnya;
Sebagian besar masalah stabilitas terjadi karena adanya
sejumlah kecil kotoran. Pada paparan cahaya, kotoran ini dapat
teroksidasi untuk menghitamkan petrolatum dan menghasilkan
bau yang tidak diinginkan.
Informasi lain : NA
Inkompatibilitas : NA
Toksisitas : NA
Penanganan : NA
Penyimpanan : disimpan dalam wadah yang tertutup rapat, terlindung dari
cahaya, di tempat yang sejuk dan kering.
8. Propil paraben(2 : 411)
Nama resmi : Propylis parabenum RB :
Nama lain : Propil paraben, nipasol
Kelas fungsional : Pengawet
Konsentrasi : 0,02%
RM : NA
BM : 180,20
Pemerian : Warna : Putih
Rasa : Tidak berasa
Bau : Tidak berbau
Bentuk : serbuk hablur, kristal
Halaman11dari17
larutan alkali hidroksida
Inkompatibilitas : Berubah warna dengan adanya besi dan terhidrolisis oleh alkali
lemah dan asam kuat
Toksisitas : NA
penanganan : NA
Informasi lain : NA
penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
9. Oleum Rosae
Nama resmi : Oleum Rosae RB :
Nama lain : Attar of Rose; Esencia de Rosa;
Oleum Rosae; Otto of Rose;
Rosa, aceite esencial de
Kelas fungsional : Pengaroma
Konsentrasi : NA
RM : NA
BM : NA
Pemerian : Warna :
Rasa : pahit
Bau : khas
Bentuk :cairan
Toksisitas : NA
Penanganan : NA
Informasi lain : NA
penyimpanan : Disimpan pada wadah yang tertutup rapat
Halaman12dari17
2. AG-AR-00-00 Erlenmeyer 100 2 SOP-LABFAR-A1-001
3. AG-GB-00-00 Beaker Glass 100 ml 2 SOP-LABFAR-A1-002
4 AG-GB-00-00 Beaker Glass 500 ml 1 SOP-LABFAR-A1-002
4. AG-PU-00-00 Pipet Ukur 3 SOP-LABFAR-A1-010
5. Ag-UK-00-00 Gelas Ukur 100 ml 1 SOP-LABFAR-A1-004
6. AG-UK-00-00 Gelas Ukur 10 ml 1 SOP-LABFAR-A1-004
7. BC-BC-00-00 Botol Coklat 5 SOP-LABFAR-A1-029
8. AG-TA-00-00 Timbangan analitik 1 SOP-LABFAR-A1-003
9. AG-BU-00-00 Buret 25 ml 1 SOP-LABFAR-A1-003
10. AG-CO-00-00 Corong 50 ml 1 SOP-LABFAR-A1-006
11. AG-TG-00-00 Termometer gelas 0- 1 SOP-LABFAR-A1-008
100
12. SE-SE-00-00 Sendok tanduk 2 SOP-LABFAR-A1-024
13. M-BF-RV-01 Viskometer 1 SOP-LABFAR-A2-010
14. KL-MA-S3-01 Kompor listrik 1 SOP-LABFAR-A2-018
15. PH-LU-00-01 pH Meter Lutron 1 SOP-LABFAR-A2-032
VI.2 Parameter Kritis
Tentukan parameter kritis dan pengujiannya
No. Tahap Parameter Kritis Pengujian
1. Mixing 1 Organoleptis Cairan putih-kekuningan,
berbau mawar dan rasa pahit
Pencampuran Homogen
2. Mixing 2 Organoleptis Cairan putih, berbau mawar
dan rasa pahit
Pencampuran Homogen
Viskositas Kental
3. Mixing 3 Pemcampuran Homogen
4. Pencampuran Organoleptis Putih Bening
akhir & filtrasi Viskositas 100000-300000
pH 7-9
Halaman13dari17
13. Stabilitas ambient 25°C untuk 3 Emulsion
tahun stability and
Testing: 2
14. Stabilitas elevated 37°C selama 6 Emulsion
bulan dan 45°C stability and
selama 6 bulan Testing: 2
15. Freeze thaw 5 siklus sekitar - Emulsion
10°C hingga stability and
ambient Testing: 2
VII Rancangan Pengemasan
VII.1 Kemasan Primer
Jenis :Tube
Bahan :Plastik
Dimensi : 18,5 cm x 25 cm
Volume :50 ml
VII.2 Kemasan Sekunder
Jenis :Folding Box
Bahan : Kertas
Dimensi : 7,9 cm x 13 cm
VII.3 Label
Jenis : Stiker
Bahan : Kertas
Dimensi : 7,68 cm x 13 cm
.
VIII. Perhitungan produksi, batch trial, dan perhitungan lain
Formula 1
4
Alumunium Kalium sulfat : 100 x 50 mL = 2 g
5
Setil alkohol : x 50 mL = 2,5 g
100
20
Vaselin putih : 100 x 30 mL = 10 g
30
Parafin : x 50 mL = 15 g
100
5
Gliserin: 100 x 50mL = 2,5 g
5
Tween80 : 100 x 50mL = 2,5 g
0,18
Metil Paraben : 100 x 50mL = 0,09 g
0,02
Propil paraben : x 50mL = 0,01 g
100
0,02
Oleum rosae: 100 x 50mL = 0,01 g
Aquadest : 50 - (2+2,5+15+10+5+0,09+0,01+0,01)
: 50-34,61
: 15,39 ml
Halaman14dari17
Formula II
4
Alumunium Kalium sulfat : 100 x 50 mL = 2 g
5
Setil alkohol : 100 x 50 mL = 2,5 g
20
Vaselin putih : 100 x 30 mL = 10 g
30
Parafin : 100 x 50 mL = 15 g
5
Gliserin: 100 x 50mL = 2,5 g
10
Tween80 : 100 x 50mL = 5 g
0,18
Metil Paraben : 100 x 50mL = 0,09 g
0,02
Propil paraben : x 50mL = 0,01 g
100
0,02
Oleum rosae: 100 x 50mL = 0,01 g
Aquadest : 50 - (2+2,5+15+10+5+0,09+0,01+0,01)
: 50-37,11
: 12,89ml
Formula III
4
Alumunium Kalium sulfat : x 50 mL = 2 g
100
5
Setil alkohol : 100 x 50 mL = 2,5 g
20
Vaselin putih : 100 x 30 mL = 10 g
30
Parafin : 100 x 50 mL = 15 g
5
Gliserin: 100 x 50mL = 2,5 g
0,18
Metil Paraben : 100 x 50mL = 0,09 g
0,02
Propil paraben : 100 x 50mL = 0,01 g
0,02
Oleum rosae: 100 x 50mL = 0,01 g
5 20 30
HLB campuran : (55 x 15 + 55 x 12 + 55 x 12) = 1,36 + 4, 36 + 6,54 = 12,26
HLB Span 80 : 15 -12,26 = 2,74
HLB Tween 80 : 12,26- 4,5 = 7,76
Jumlah : 10,5
2,74
Span 80 : : x 10% = 2,6
10,5
7,76
Tween 80 : : 10,5 x 10% = 7,4
Perhitungan Produksi
4
Alumunium Kalium sulfat : 100 x 50 mL = 2 g
5
Setil alkohol : 100 x 50 mL = 2,5 g
20
Vaselin putih : 100 x 30 mL = 10 g
30
Parafin : 100 x 50 mL = 15 g
5
Gliserin: 100 x 50mL = 2,5 g
10
Tween80 : 100 x 50mL = 5 g
0,18
Metil Paraben : 100 x 50mL = 0,09 g
0,02
Propil paraben : 100 x 50mL = 0,01 g
0,02
Oleum rosae: x 50mL = 0,01 g
100
Halaman15dari17
Aquadest : 50 - (2+2,5+15+10+5+0,09+0,01+0,01)
: 50-37,11
: 12,89ml
Halaman16dari17
5. British Pharmacopoeia Commission, 2013. British Pharmacopoeia 2013, Har/Cdr
edition. ed. Stationery Office, London.
6. Jones, D., 2008. FASTtrack: Pharmaceutics - Dosage Form and Design. 1st ed.
Chicago: Pharmaceutical Press.
7. Kulshreshtha, Alok K. et al. 2010. Pharmaceutical Suspension: From Formulation to
Manufacturing. LodonL AAPS Press.
8. Loyd V. Allen, N. G. P. H. C. A., 2010. Ansel's Pharmaceutical Dosage Forms and Drug
Delivery Systems. 9th ed. New York: Lippincott Williams & Wilkins
9. Sweetman, S. C., 2009. Martinadale: The Complete Drug Reference. 36th ed. London:
Pharmaceutical Press.
10. Ditjen POM. 2014. Farmakope Indonesia Edisi V. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.Lachman, Leon dkk. 2012. Teori dan Praktek Farmasi Industri.
Edisi Ketiga. Jilid 3.
11. Pouchers. W. A. 1978. Parfumes cosmetics and soap. Volume III. Florida : The
continental Press.
12. Cappelli, David P & Connie C. Mobley. Prevention in Clinicak Oral Health Care. Mosby
Elsevier:USA.
13. Ruzicka, J ring & B przybilla. 1991. Handbook of atopic aczema.New York : Springer-
Verlag Berlin.
14. Keithler, William R. 1956. The formulation of cosmetics specialist. New York : Drug
and Cosmetic Industry.
15. Schueller, Randy & Perry Romanowski. 1999. Conditioning Agents for Hair and Skin.
Marcel Dekker : Switzerland.
16. Lachman, Lieberman. 1994. Teori dan praktek farmasi industri. Universitas Indonesia
: Jakarta.
17. Rosen, Meyer R. 2005.Delivery System Handbook for Personal Care and Cosmetics
Products Technology, Application dan Formulation. William Andrew Publishing : USA.
18. Swarbick,James. Ensiklopedia of Pharmaceutical Technology ,Third
Edition,USA:Pharmaceutical Inc
Halaman17dari17