Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 30

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Dalam pekerjaan Geofisika, terdapat beberapa metode geofisika yang
digunakan untuk mengeksplorasi sumber daya alam . dalam metode geofisika
itu sendiri terdapat metode geofisika aktif dan metode geofisika pasif. Metode
geofisika aktif digunakkan jika sumbernya merupakan gangguan dari alat,
seperti metode seismik refleksi dan metode seismik refraksi sedangkan
metode geofisika pasif digunakan jika sumbernya dari sumber alami, misal
gelombang eleektromagnetik, gravitasi dll. Salah satu metode pasif yang
sedang dipelajari yaitu metode elektromagnetik.
Metode elektromagnetik merupakan metode geofisika yang dalam
eksplorasinya digunakan untuk pencarian bahan-bahan yang memiliki sifat
konduktif. Sumber dari metode elektromagnetik yaitu dengan menggunakan
medan elektromagnetik pada daerah observasi. Terdapat konsep penjalaran
gelombang elektromagnetik yaitu terdapat medan pemancar yaitu medan
elektromagnetik primer, lalu gelombang elektromagnetik primer tersebut
menjalar kebawah permukaan dan dipermukaan, dan jika pada saat menjalar
dibawah permukaan terdapat bidang konduktif, maka gelombang tersebut
timbul gaya gerak listrik yang terubah menjadi arus eddy, setelah itu arus
eddy tersebut berubah menjadi gelombang elektromagnetik sekunder dan
tertangkap oleh receiver.
Dalam pengerjaan praktikum kali ini, salah satu metode yang
digunakan yaitu metode CMD, dimana metode CMD adalah salah satu
metode elektromagnetik yang mengukur nilai konduktivitas suatu medium
dengan menggunakan induksi medan elektromagnetik dari aliran listrik. Pada
metode CMD ini sourcenya bisa dari gelombang elektromagnetik sendiri,
maupun dari gelombang elektromagnetik alami. Diharapkan pada lapangan
metode CMD ini dapat menampilkan benda konduktif dilapangan tersebut.

1
1.2. Maksud dan Tujuan
Maksud dari kegiatan praktikum lapangan CMD ini yaitu dapat mengetahui
dan memahami proses akuisisi data dilapangan, mengetahui dan mampu
mengolah dalam processing data dan mampu menginterpretasi data berdasarkan
hasil dari pengolahan data dan geologi lokal maupun regional.
Tujuan dari kegiatan praktikum lapangan CMD ini yaitu dapat membuat peta
inphase dan peta konduktivitas berdasarkan high and low frequency dan dapat
membuat pemodelan 3D

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Geologi Lokal


Endapan Merapi muda tersusun atas endapan alluvial sungai dan pantai
(Rahardjo, dkk, 1995) yang menenmpati sebagian besar Depresi Yogyakarta dan
wilayah pesisir rendahan sekitar aliran Sungai Opak. Pada Kali Boyong, terdapat
3 satuan. Satuan vulkanik merapi tuatersusun atas breksi laharik, aglomerat dan
leleran lava termasuk andesitdan basalt (Bemmelen, 1949), endapan ini tersebar di
daerah Turgo,Plawangan, dan sekitar Kinahrejo.Satuan vulkanik merapi muda
terbentuk setelah terjadipengendapan satuan vulkanik merapi tua, tersusun atas
breksi laharik.
Satuan vulkanik merapi terbaru merupakan endapan termuda,satuan ini terdiri
dari material-material gunungapi lepas yang tersusundari campuran abu, pasir,
dan fragmen-fragmen andesit berukuran kerikilhingga bongkah, dengan penyusun
utama berupa abu dan pasirgunugnapi, berasal dari hasil kegiatan Gunung Merapi
yang paling akhirditambah hasil erosi dari batuan-batuan yang dilalui lahar hujan.
Tersebarpada hulu Kali Boyong dan Kali Krasak.Kali Code termasuk kedalam
Cekungan Yogyakarta, yakni Formasi Sleman dan Formasi Yogyakarta . Formasi
Sleman merupakan kenampakan bagian bawah dari unit volkanik klastik hasil
Merapi Muda dengan dominasi litologi berupa kerikilbongkah yang terdiri dari
tuf, lanau, pasir, kerikil dan breksi. Formasi ini melampar dari lereng gunungapi
ke selatan sampai disekitar Bantul, ketebalannya dari utara ke selatan semakin
tipis.Formasi Yogyakarta merupakan kenampakan bagian atas dari inti volanik
klastik Merapi Muda yang didominasi litologi pasir-kerikilan dan terdiri dari
perselang-selingan pasir, kerikil, tuf, lanau dan lempung. Formasi ini melampar
dari morfologi lereng gunungapi ke selatan. Secara umum Formasi Sleman
mempunyai ukuran butir yang lebih kasar daripada Formasi Yogyakarta.

3
2.2. Penelitian Mengenai Benda Terpendam Menggunakan Elektromagnetik
Investigasi Tangki Bawah Permukaan dengan Menggunakan
Conductivity Multi Depth (CMD) di Perta Arun Gas (PAG)
Lhokseumawe
Oleh :
Asrillah1, Marwan1,2, Muzakir Zainal1
1
Jurusan Teknik Kebumian Prodi Teknik Geofisika, Fakultas Teknik Unsyiah
2
Jurusan Fisika FMIPA Unsyiah

Investigasi keberadaan tank/bunker yang tertimbun telah dilakukan dibagian


area PT Perta Arun Gas (PAG)Lhokseumawe dengan menggunakan metode
Conductivity Multi Depth (CMD) yang dilengkapi dengan satuset alat CMD.
Enam buah lintasan pengukuran yang memiliki panjang 66 m dan memiliki spasi
diantaranya1 m telah didesain untuk mecakup area dugaan target. Hasil
investigasi menunjukkan bahwa adanyakeberadaan tangki/bunker. Keberadaan
tangki/bunker tersebut sebagai hasil interpretasi nilai-nilaikonduktivitas listrik
yang bervariasi mulai dari 1210-1320 mS.m-1 atau setara dengan -227,26
sampaidengan -227,82 ppt. Dari variasi nilai konduktivitas listrik, maka dapat
disketsa dimensi dari tangki/bunkerdimana tangki tersebut terdiri dari 3 bagian
dengan ukuran yang berbeda. Bagian pertama memiliki diameter1 m dan panjang
8 m. Bagian kedua memiliki diameter 2,8 m dan panjang 11 m, sedangkan bagian
terakhirmemiliki diameter 2,5 m dan panjannya 19 m, sehingga panjang
keseluruhan tangki adalah 38 m.Kedalaman tangki tersebut dari bagian yang
paling kecil ke besar secara berturut-turut adalah 1 m, 3 m dan4 m. Secara umum
dapat dikatakan bahwa metode ini berhasil diaplikasikan untuk mendeteksi benda-
bendalogam yang tertanam.

4
BAB III
DASAR TEORI

3.1. Pengertian dan Prinsip Dasar CMD


CMD (Electromagnetic Conductivity Meter Depth) adalah suatu alat
yangdapat mengukur secara cepat nilai konduktivitas benda memanfaatkan
induksielektromagnetik dari aliran listrk yang dipancarkan ke bawah permukaan
hingga
kedalaman ± 6 meter dengan frekuensi 14.6 kHz. Proses kerja dari instrumen
CMD (Electromagnetic Conductivity Meter Depth) ini yaitu dengan mengirim
sinyalberupa gelombang elektromagnetik baik yang dibuat sendiri maupun yang
berasaldari alam melalui suatu transmiter (Tx), material bawah permukaan bumi
merespongelombang elektromagnetik tadi dan menginduksi arus eddy.Gelombang
S(sekunder) yaitu induksi medan magnet terhadap arus eddy. Kemudian,
dipermukaan, gelombang S yang datang ini di terima oleh reciever (Rx)
secaralangsung dari pemancar. Arus Eddy berbanding lurus dengan konduktivitas
batuan.Sehingga dalam pengukuran arus eddy, secara tidak langsung
mendapatkan nilaikonduktivitas batuan.

Gambar 3.1. Sistem Induksi Elektromagnetik

3.2. Perambatan Medan Elektromagnetik


Penjalaran gelombang elektromagnetik bisa terjadi melalui dua cara
yaknihorisontal dipol dan vertikal dipol. Pada penelitian metode EM-

5
Conductivitymenggunakan CMD ini menjalarkan gelombang secara vertical
dipole, berikutilustrasi penjalaran gelombangnya.

Gambar 3.2. Penjalaran Gelombang Elektromagnetik (Vertical Dipole)

Sedangkan persamaan untuk harga konduktivitas dapat diperoleh dari :


Hs 𝑖 𝜔𝜇0 𝑠2 𝜎
≅ (III.1)
𝐻𝑝 4

Keterangan :
Hs = medan magnet sekunder pada koil penerima
Hp = medan magnet primer pada koil penerima
Ω=2πf
f = frekuensi (Hz)
μo = permeabilitas ruang hampa
σ = konduktivitas (mS/m)
s = intercoil spacing
i =√−1
Jadi persamaan untuk mendapatkan harga konduktivitas (σa) suatu medium
yakni :
4 𝐻𝑠
𝜎𝑎 = 𝜔𝜇 𝑠2 (𝐻𝑝)        (III.2)
0

3.3. Konduktivitas
Konduktivitas merupakan parameter utama yang terukur dariinstrumen CMD,
hal ini dikarenakan adanya proses induksi gelombangelektromagnetik di bawah
permukaan bumi yang menginduksi material yangbersifat konduktif.

6
Konduktivitas itu sendiri merupakan kemampuanmaterial atau bahan yang
terdapat di bawah permukaan untukmenghantarkan arus ataupun panas.
Konduktivitas didefinisikan sebagaikuantitas dalam mS/m.
3.4. Inphase
Parameter kedua yang diukur secara simultan dengan konduktivitasjelas
adalah In Phase. Hal ini didefinisikan sebagai kuantitas relatif dalamppt dari
medan magnet primer dan terkait erat dengan kerentanan magnetikbahan diukur.
Jadi peta InPhase dapat membantu membedakan strukturbuatan dari geologi alam
di peta konduktivitas terlihat jelas.
3.5. Moving Average
Moving Average dapat diartikan sebagai perubahan harga rata – rata darisuatu
time frame tertentu. MA berfungsi mengkompensasi noise acak yang muncul
selama pengukuran akibat aktivitas kelistrikan maupun ketidakhomogenan bawah
permukaan.
Dalam pengolahan data CMD, data yang diperoleh dilapangan adalah
datakonduktivitas serta data inphase. Data – data tersebut tak lepas dari gangguan
atau
noise, maka pengolahan data MA ini sangat diperlukan. Dalam pengolahan
dataEM terdapat langkah ini, yang sebenarnya disebut dengan filter moving
averageatau dapat diartikan sebagai rata – rata nilai anomali, yang kemudian
dibagi denganjumlah jendela yang digunakan. Hal ini digunakan untuk
memisahkan data yangmengandung frekuensi yang tinggi dan rendah. Setelah
dilakukannya tahap ini,diharapkan sinyal yang ada benar – benar menggambarkan
anomali yangdisebabkan oleh benda – benda konduktif dibawah permukaan.
MA Xn =X(n-1)+2Xn + X(n+1)/4

7
BAB IV
METODOLOGI

4.1. Waktu dan Lokasi Penelitian


Dalam lapangan metode elektromagnetik CMD ini dilaksanakan pada hari sabtu
sampai minggu dengan pukul 07.30-17.30 WIB. Lokasi pengukuran berada di
daerah Tironimolo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa
Yogyakarta. Jadwal akuisisi data kelompok 3 yaitu dihari sabtu pukul 15.30
sampai 17.30 dengan azimuth tititk sebesar N 100 E dan azimuth lintasan sebesar
N 10 E. Koordinat awal pada kelompok 3 berada di X yaitu 428085.7 dan Y yaitu
9134800

4.2. Desain Survei

Gambar 4.1. Desain Survei


Pada .gambar diatas terdapat desain survey yang berlokasi di daerah
Tironimolo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa
Yogyakarta. Pada desain survey tersebut terdapat 6 lintasan yang masing-masing
berarah ke timur laut dengan skala 1:1000. Lokasi 6 lintasan tersebut berada di
sawah-sawah dan dekat dengan jalan raya dan perumahan warga.

8
4.3. Peralatan dan Perlengkapan

Gambar 4.2. Peralatan dan Perlengkapan

Pada metode CMD terdapat alat yang dipakai pada saar akuisisi data yaitu

sebagai berikut :

 CMD Display
Alat ini digunakan untuk menampilkan hasil ndari konduktivitas,
inphase dan error.
 Koil
Koil ini digunakan sebagai tempat pemasangan receiver dan transmitter
 Baterai.
Digunakan sebagai daya pada saat pengukuran
 Kabel Konektor
Digunakan untuk penghubung antara CMD Display dengan koil
 Meteran
Digunakan untukmengukur panjang lintasan total.
 Kompas dan GPS
Digunakan untuk menentukan titik koordinat dan arah lintasan

9
4.4. Diagram Alir Pengambilan Data

Mulai

Persiapan Alat

Pemasangan alat

Menentukan Lintasan Pengukuran

Akuisisi Data

Low Frequency High Frequency

Nilai Konduktivitas,
Inphase, error

Mencatat Hasil

Packing Alat

Selesai

Gambar 4.3. Diagram Alir Pengambilan Data

10
4.5. Pembahasan Diagram Alir Pengambilan Data
Pada masalah ini akan dijelaskan diagram alir pada proses pengambilan data
sebagai berikut :
 Pertama langkah yang harus dilakukan yaitu persiapan alat, persiapan alat
seperti mengkoreksi keadaan alat dan sebagainya.
 Setelah itu dilakukan pemasangan alat yang meliputi pemasangan koil
satelit ke display agar terbaca nilai konduktivitas dan nilai inphasenya.
Setelah itu alat display dipasang ke pinggang.
 Setelah itu lakukan pemasangan lintasan menggunakan meteran
 Selanjutnya melakukan proses pengukuran dengan cara setiap 2 meter
dihitung nilai konduktivitas dan inphase menggunakan alat. Dalam
akuisisi data dilakukan sebanyak 2 kali menggunakan low frequency dan
high frequency
 Setelah mengukur akan dihasilkan nilai konduktivitas dan nilai inphase
dann nilai error
 Selanjutnya catat hasil tersebut kedalam tabulasi data. Ulangi langkah ini
sampai lintasan akhir.
 Setelah selsai pengukuran, akan dilakukan packing alat

11
4.6. Diagram AlirPengolahan Data

Gambar 4.4. Diagram AlirPengolahan Data

12
4.7. Pembahasan Diagram Alir Pengolahan Data
Pada bagian ini, akan dijelaskan maksud dari diagram alir pengoolahan data
sebagai berikut :
 Pada langkah awal, masukkan data yng sudah ditulis ditabulasi data ke
Microsoft excel. Data tersebut berisikan data inphase dan conductivity
yang masing masing memiliki high dan low penetration
 Setelah itu setelah data dimasukan kedalam excel, maka hitung nilai MA
pada inphase high and low penetration dan conductivity high and low
penetration.
 setelah itu dibuat grafik yaitu konduktivitas vs inphase dan MA
konduktivitas vs inphase.
 Selanjutnya data tersebut dimasukan ke notepad dan simpan dalam format
txt lalu masukan data ke software Surfer untuk diolah sehingga
menghasilkan output berupa peta 2D. Pada peta ini terdapat 4 jenis yaitu
MA low conductivity, MA low Inphase, MA high conductivity and MA high
inphase.
 Setelah membuat peta, maka akan dibuat penampang 3D dengan software
voxler dengan memasukan data koordinat, kedalaman dan parameter
kedalam notepad dan setelah itu buka notepad yang disimpan dalam
software Voxler lalu buat penampang 3D.
 Setelah dibuat penampang dalam bentuk 3D, maka pada grafik, peta 2D
dan penampang 3D diinterpretasi.

13
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Tabel Data Kelompok 3

14
5.2. Grafik Analisis Lintasan 3
5.2.1. Grafik Konduktivitas Vs Inphase Low Penetration Lintasan 3

Grafik Konduktivitas vs Inphase Low


Penetration
20

15

10
Low Penetration

5 Konduktivitas low
Inphase Low
0
0 10 20 30 40
-5

-10
lintasan

Gambar 5.1 Grafik Konduktivitas vs Inphase Low Penetration


Pada gambar diatas terdapat gambar grafik yang menujukan hubungan
antara nilai konduktivitas low penetration dengan nilai inphase low penetration.
Dilihar secara sekilas hubungan nilai konduktivitas low penetration dengan
inphase low penetration memiliki pola yang sama dengan nilai inphase low
memiliki nilai yang tinggi dibandingan konduktivitas low. Pada inphase low
dengan lintasan 1 sampai dengnan lintasan 11 memiliki nilai inphase low
penetration yaitu dari 1.3767 ppt sampai 1.68 ppt yang mana nilai tersebut tidak
terlalu jauh berbeda dan tidak terlalu fluktuatif. Selanjutnya pada konduktivitas
low Pada lintasan 1 sampai 7 memiliki nilai konduktivitas yang relatif konstan
jika dilihat dengan grafik yaitu -3 mS, sedangkan pada lintasan 8 sampai 10 grafik
mengalami fluktuasi dan nilai yaitu lintasan 8 bernilai -2 mS, lintasan 9 bernilai -1
mS dan lintasan 10 bernilai -3 mS. Selanjutnya pada grafik inphase low dengan
lintasan 12 sampai 15 nilai inphase melonjak tinggi dengan lintasan 12 bernilai
12.8 ppt sampai lintasan 15 bernilai 16.2 ppt. Hal ini menandakan pada lintasan
tersebut memiliki nilai kemagnetan yang besar sehingga dilihat dari grafik,

15
lintasan tersebut kemungkinan terdapat pipa milik PT.Pertamina. setelah itu pada
grafik konduktivitas low, lintasan 12 sampai 15 nilai konduktivitasnya juga
melonjak tinggi yaitu pada lintasan 12 bernilai 14.6 mS dan lintasan 15 bernilai 17
mS. Ini menandakan bahwa pada lintasan tersebut terdapat pipa milik
PT.Pertamina. pada lintasan 12 sampai 15 nilai dari grafik konduktivitas dan
inphase pada low penetration menunjukan pola yang sama, hal ini menandakan
bahwa nilai konduktivitas dan inphase berbanding lurus pada masalah ini. Setelah
itu pada grafik inphase lintasan 16 sampai 35, nilai inphase mengalami penurunan
jika dibandingkan dengan lintasan 12 sampai lintasan 15 yang mana lintasan 16
memiliki nilai 1.54 ppt dan pada lintasan 35 bernilai 1.5 ppt. Sedangkan pada
grafik konduktivitas, pada lintasan 16 sampai 35 juga mengalami penurunan
drastis jika dibandingkan dengan lintasan 12 sampai 15, yang mana lintasan 16
sampai lintasan 35 bernilai konstan yaitu -3 mS.

16
5.2.2. Grafik MA Konduktivitas Vs MA Inphase Low Penetration
Lintasan 3

Grafik MA Konduktivitas vs Inphase


Low Penetration
20

15
MA Low Penetration

10
MA Konduktivitas Low
5 MA Inphase Low

0
0 10 20 30 40

-5
lintasan

Gambar 5.2 Grafik MA Konduktivitas vs Inphase Low Penetration


Pada gambar diatas terdapat gambar grafik yang menujukan hubungan
antara nilai MA konduktivitas low penetration dengan nilai inphase low
penetration. Dilihar secara sekilas hubungan nilai konduktivitas low penetration
dengan inphase high penetration memiliki pola yang sama dengan nilai MA
inphase low memiliki nilai yang tinggi dibandingan MA konduktivitas low. Pada
MA inphase low dengan lintasan 1 sampai dengnan lintasan 10 memiliki nilai
inphase low penetration yaitu dari 1.6783 ppt sampai 1.68 ppt yang mana nilai
tersebut tidak terlalu jauh berbeda dan tidak terlalu fluktuatif. Selanjutnya pada
grafik MA Konduktivitas Low Pada lintasan 1 sampai 6 memiliki nilai
konduktivitas yang relatif konstan jika dilihat dengan grafik yaitu -3 mS,
sedangkan pada lintasan 7 sampai 11 grafik mengalami fluktuasi dan nilai yaitu
lintasan 7 bernilai -2.75 mS, lintasan 8 bernilai -2 mS dan lintasan 9 bernilai -
1.75 mS d, lintasan 10 bernilai -2.5 mS dan lintasan 11 dengan nilai 1.4 mS .
Selanjutnya pada grafik inphase low dengan lintasan 12 sampai 15 nilai inphase
melonjak tinggi dengan lintasan 12 bernilai 10.57 ppt sampai lintasan 15 bernilai
12.76 ppt dengan nilai inphase tertinggi sebesar 16.35 ppt pada lintasan 14. Hal

17
ini menandakan pada lintasan tersebut memiliki nilai kemagnetan yang besar
sehingga dilihat dari grafik, lintasan tersebut kemungkinan terdapat pipa milik
PT.Pertamina. setelah itu pada grafik konduktivitas low, lintasan 12 sampai 15
nilai konduktivitasnya juga melonjak tinggi yaitu pada lintasan 12 bernilai 10.35
mS dan lintasan 15 bernilai 11.8 mS. Ini menandakan bahwa pada lintasan
tersebut terdapat pipa milik PT.Pertamina dengan nilai konduktivitas tertinggi
terletak pada lintasan 14 yang bernilai 16,15. pada lintasan 12 sampai 15 nilai
dari grafik konduktivitas dan inphase pada low penetration menunjukan pola
yang sama, hal ini menandakan bahwa nilai konduktivitas dan inphase
berbanding lurus pada masalah ini. Setelah itu pada grafik inphase lintasan 16
sampai 35, nilai inphase mengalami penurunan jika dibandingkan dengan
lintasan 12 sampai lintasan 15 yang mana lintasan 16 memiliki nilai 5.1825 ppt
dan pada lintasan 35 bernilai 1.1375 ppt. Sedangkan pada grafik konduktivitas,
pada lintasan 16 sampai 35 juga mengalami penurunan drastis jika dibandingkan
dengan lintasan 12 sampai 15, yang mana lintasan 16 bernilai 2 mS lintasan 17
sampai 34 bernilai -3 mS dan lintasan 35 bernilai -2.25 mS.

18
5.2.3. Grafik Konduktivitas Vs Inphase High Penetration Lintasan 3

Grafik Konduktivitas vs Inphase High


Penetration
10
8
6
High penetration

4
2 Konduktivitas High
0 Inphase High
-2 0 10 20 30 40

-4
-6
Lintasan

Gambar 5.3 Grafik Konduktivitas vs Inphase high Penetration


Pada gambar diatas terdapat gambar grafik yang menujukan hubungan
antara nilai konduktivitas high penetration dengan nilai inphase high penetration.
Dilihar secara sekilas hubungan nilai konduktivitas high penetration dengan
inphase high penetration memiliki pola yang sama dengan nilai inphase high
memiliki nilai yang tinggi dibandingan konduktivitas high. Pada inphase high
dengan lintasan 1 sampai dengnan lintasan 11 memiliki nilai inphase high
penetration yaitu dari 1.3767 ppt sampai 1.31 ppt dengan nilai tertingi sebesar
1.44 pada lintasan 2 yang mana nilai tersebut tidak terlalu jauh berbeda dan tidak
terlalu fluktuatif. Pada lintasan 1 sampai 11 pada grafik konduktivitas high
memiliki nilai konduktivitas yang relatif fluktuatif jika dilihat dengan grafik yaitu
pada lintasan 1 sampai 4 sebesar -3 mS, pada lintasan 5 sampai 6 bernilai -2 mS,
lintasan 7 sampai 8 memiliki nikai konduktivitas sebesar -1 mS dan lintasan 9
sampai lintasan 11 memiliki nilai -3 mS. Selanjutnya pada grafik inphase high
dengan lintasan 12 sampai 15 nilai inphase melonjak tinggi dengan lintasan 12
bernilai 7 ppt sampai lintasan 15 bernilai 6.9 ppt. Dengan nilai tertinggi yaitu7 ppt
pada lintasan 12 Hal ini menandakan pada lintasan tersebut memiliki nilai
kemagnetan yang besar sehingga dilihat dari grafik, lintasan tersebut
kemungkinan terdapat pipa milik PT.Pertamina. setelah itu pada grafik
konduktivitas High, lintasan 12 sampai 15 nilai konduktivitasnya juga melonjak

19
tinggi yaitu pada lintasan 12 bernilai 4.8 mS dan lintasan 15 bernilai 4.2 mS
dengan nilai tertinggi yaitu 7.1 mS yang terletak pada lintasan 13. Ini menandakan
bahwa pada lintasan tersebut terdapat pipa milik PT.Pertamina. pada lintasan 12
sampai 15 nilai dari grafik konduktivitas dan inphase pada high penetration
menunjukan pola yang sama, hal ini menandakan bahwa nilai konduktivitas dan
inphase berbanding lurus pada masalah ini. Setelah itu pada grafik inphase
lintasan 16 sampai 35, nilai inphase mengalami penurunan jika dibandingkan
dengan lintasan 12 sampai lintasan 15 yang mana lintasan 16 memiliki nilai 1.267
ppt dan pada lintasan 35 bernilai 1.556667 ppt yang mana pada lintasan tersebut
mengalami kenaikan dan penurunan nilai yang kurang berarti Sedangkan pada
grafik konduktivitas, pada lintasan 16 sampai 35 juga mengalami penurunan
drastis jika dibandingkan dengan lintasan 12 sampai 15, yang mana lintasan 16
sampai lintasan 35 bernilai konstan yaitu -3 mS.

20
5.2.4. Grafik MA Konduktivitas Vs MA Inphase High Penetration
Lintasan 3

Grafik MA Konduktivitas vs Inphase


High Penetration
8

6
MA High Penetration

2 MA Konduktivitas High
MA Inphase High
0
0 10 20 30 40
-2

-4
lintasan

Gambar 5.4 Grafik MA konduktivitas vs Inphase High Penetration


Pada gambar diatas terdapat gambar grafik yang menujukan hubungan
antara nilai MA konduktivitas high penetration dengan nilai MA inphase high
penetration. Dilihar secara sekilas hubungan nilai konduktivitas low penetration
dengan inphase high penetration memiliki pola yang sama dengan nilai MA
inphase low memiliki nilai yang tinggi dibandingan MA konduktivitas low. Pada
MA inphase high dengan lintasan 1 sampai dengnan lintasan 11 memiliki nilai
inphase high penetration yaitu dari 1.405 ppt sampai 2.71 ppt yang mana nilai
tersebut tidak terlalu jauh berbeda dan tidak terlalu fluktuatif tetapi pada lintasan
9 ke lintasan 10 terjadi kenaikan dari nilai 1.3 ppt samapi 2.75. Selanjutnya pada
grafik MA Konduktivitas High Pada lintasan 1 sampai 11 memiliki nilai
konduktivitas yang relatif fluktuatif tetapi tidak terlalu besar, jika dilihat dengan
grafik lintasan 1 sampai 3 sebesar -3 mS, pada lintasan 4 sampai 5 bernilai -2.75
ppt, lintasan 6 dan lintasan 7 bernilai -1.75 ppt dan -1.25 ppt , nilai lintasan 8
dan 9 sebesar -1.5 ppt dan -2.5 pptdan lintasan 10 sampai lintasan 11 sebesar -3
ppt dan -1.05 ppt. Selanjutnya pada grafik inphase high dengan lintasan 12
sampai 15 nilai inphase melonjak tinggi dengan lintasan 12 bernilai 5.8275 ppt
sampai lintasan 15 bernilai 5.76 ppt dengan nilai inphase tertinggi sebesar
6.04167 ppt pada lintasan 14. Hal ini menandakan pada lintasan tersebut

21
memiliki nilai kemagnetan yang besar sehingga dilihat dari grafik, lintasan
tersebut kemungkinan terdapat pipa milik PT.Pertamina. setelah itu pada grafik
konduktivitas high, lintasan 12 sampai 15 nilai konduktivitasnya juga melonjak
tinggi yaitu pada lintasan 12 bernilai 3.425 mS dan lintasan 15 bernilai 2.15 mS
dengan nilai tertinggi yaitu 5.55 ppt pada lintasan 13. Ini menandakan bahwa
pada lintasan tersebut terdapat pipa milik PT.Pertamina. Pada lintasan 12 sampai
15 nilai dari grafik konduktivitas dan inphase pada low penetration menunjukan
pola yang sama, hal ini menandakan bahwa nilai konduktivitas dan inphase
berbanding lurus pada masalah ini. Setelah itu pada grafik inphase lintasan 16
sampai 35, nilai inphase mengalami penurunan jika dibandingkan dengan
lintasan 12 sampai lintasan 15 yang mana lintasan 16 memiliki nilai 2.66 ppt dan
pada lintasan 35 bernilai 1.164 ppt. Sedangkan pada grafik konduktivitas, pada
lintasan 16 sampai 35 juga mengalami penurunan drastis jika dibandingkan
dengan lintasan 12 sampai 15, yang mana lintasan 16 bernilai -1.2 mS lintasan
17 sampai 34 bernilai -3 mS dan lintasan 35 bernilai -2.25 mS.

22
5.3. Pembahasan Peta
5.3.1. Peta MA Konduktivitas Low Penetration

Gambar 5.5 Peta MA Konduktivitas Low Penetration


Pada gambar diatas terdapat peta MA Konduktivitas Low Penetration
yang datanya dihasilkan menggunakan metode CMD. Dalam peta MA
Konduktivitas Low Penetration ini, terdapat skala yang mencerminkan nilai
konduktivitas dengan penetrasi yang rendah. Warna merah mencerminkan nilai
konduktivitas yang tinggi dengan nilai 7.5 sampai 4.5 mS, sedangkan warna
kuning memiliki nilai konduktivitas sebesar 4 sampai 3 mS, warna hijau
memiliki nilai konduktivitas sebesar 2.5 sampai 0.5 mS dan warna biru memiliki
nilai konduktivitas yang sangat rendah dengan rentang 0 sampai 3.5 mS. Dalam
peta ini target yang ingin dicari merupakan keberadaan pipa milik PT.Pertamina.
dalam peta ini memiliki nilai kedalaman penetrasi sebesar 6 meter. pada peta
tersebut dapat dilihat terdapat anomali-anomali yang mengarah ke tenggara
dengan nilai konduktivitas sebesar 7.5 sampai 2 mS yang kemungkinan anomali
tersebut merupakan keberadaan dari pipa PT.Pertamina. sedangkan warna biru
dengan nilai konduktivitas sebesar 0 sampai -3.5 mS kemungkinan merupakan
sawah milik warga. Sedangkan warna hijau dibagian utara memiliki nilai
konduktivitas tinggi dimungkinkan karena terdapat medium konduktif dan di
daerah tersebut dekat dengan perumahan warga. Pada peta MA Konduktivitas
Low Penetration ini menggunakan frekuensi yang tinggi sehingga kedalaman
penetrasi yang didapat menjadi lebih rendah, dan pada peta ini menyelidiki nilai

23
konduktivias suatu medium dimana, nilai konduktivitas ini didapat dari suatu
medium yang dapat mengalirakn suatu arus listrik. Jika kemampuan suatu
medium dapat menghantarkan arus listrik sangat besar, maka nilai
konduktivitasnya sangat tinggi dan jika kemampuan suatu medium
menghantarkan arus listrik sangat rendah maka nilai konduktivitasnya rendah..

5.3.2. Peta MA Konduktivitas High Pentration

Gambar 5.6 Peta MA Konduktivitas High Penetration


Pada gambar diatas terdapat peta MA Konduktivitas High Penetration
yang datanya dihasilkan menggunakan metode CMD. Dalam peta MA
Konduktivitas High Penetration ini, terdapat skala yang mencerminkan nilai
konduktivitas dengan penetrasi yang tinggi. Warna merah mencerminkan nilai
konduktivitas yang tinggi dengan nilai 16-12 mS, sedangkan warna kuning
memiliki nilai konduktivitas sebesar 10-8 mS, warna hijau memiliki nilai
konduktivitas sebesar 7-4 mS dan warna biru memiliki nilai konduktivitas yang
sangat rendah dengan rentang 3 sampai -4 mS. Dalam peta ini target yang ingin
dicari merupakan keberadaan pipa milik PT.Pertamina. dalam peta ini memiliki
nilai kedalaman pennetrasi sebesar 1.3 meter. pada peta tersebut dapat dilihat
terdapat anomali-anomali yang mengarah ke tenggara dengan nilai konduktivitas
sebesar 16 sampai 6 mS yang kemungkinan anomali tersebut merupakan
keberadaan dari pipa PT.Pertamina. sedangkan warna biru dengan nilai

24
konduktivitas sebesar 2 sampai -4 mS kemungkinan merupakan sawah milik
warga. Pada peta MA Konduktivitas Low Penetration ini menggunakan
frekuensi yang tinggi sehingga kedalaman penetrasi yang didapat menjadi lebih
rendah, dan pada peta ini menyelidiki nilai konduktivitas suatu medium dimana,
nilai konduktivitas ini didapat dari suatu medium yang dapat mengalirkan suatu
arus listrik. Jika kemampuan suatu medium dapat menghantarkan arus listrik
sangat besar, maka nilai konduktivitasnya sangat tinggi dan jika kemampuan
suatu medium menghantarkan arus listrik sangat rendah maka nilai
konduktivitasnya rendah. . Jika dibandingkan antara peta MA Konduktivitas
High Penetration dengan peta MA Konduktivitas Low penetration didapatkan
nilai konduktivitas yang tinggi dimiliki oleh low penetration dan nilai
konduktivitas yang rendah dimiliki oleh high penetration yang mana ini
disebabkan oleh pegunaan frekuensi yang berbeda.

5.3.3. Peta MA Inphase Low Penetration

Gambar 5.7 Peta MA Inphase Low Penetration


Pada gambar diatas terdapat peta MA Inphase Low Penetration yang
datanya dihasilkan menggunakan metode CMD. Dalam peta MA Inphase Low
Penetration ini, terdapat skala yang mencerminkan nilai kemagnetan dengan
penetrasi yang renda. Warna merah mencerminkan nilai kemgnetan yang tinggi
dengan nilai 16-12 mS, sedangkan warna kuning memiliki nilai kemagnetan

25
sebesar 10-8 mS, warna hijau memiliki nilai kemagnetan sebesar 7-4 mS dan
warna biru memiliki nilai kemagnetan yang sangat rendah dengan rentang 3
sampai -4 mS. Dalam peta ini target yang ingin dicari merupakan keberadaan pipa
milik PT.Pertamina. dalam peta ini memiliki nilai kedalaman penetrasi sebesar
1..3 meter. pada peta tersebut dapat dilihat terdapat anomali-anomali yang
mengarah ke tenggara dengan nilai kemagnetan sebesar 16 sampai 6 mS yang
kemungkinan anomali tersebut merupakan keberadaan dari pipa PT.Pertamina.
sedangkan warna biru dengan nilai kemagnetan sebesar 5 sampai 0 mS
kemungkinan merupakan sawah milik warga. Pada peta MA Inphase Low
Penetration ini menggunakan frekuensi yang tinggi sehingga kedalaman penetrasi
yang didapat menjadi lebih rendah, dan pada peta ini menyelidiki nilai
kemagnetan suatu medium. Jika nilai kemagnetan suatu medium tinggi maka
nilai inphase akan semakin membesar dan jika nilai kemagnetan suatu medium
rendah maka nilai inphase menjadi lebih rendah.

5.3.4. Peta MA Inphase High Penetration

Gambar 5.8 Peta MA Inphase High Penetration


Pada gambar diatas terdapat peta MA Inphase Low Penetration yang
datanya dihasilkan menggunakan metode CMD. Dalam peta MA Inphase Low
Penetration ini, terdapat skala yang mencerminkan nilai kemagnetan dengan
penetrasi yang renda. Warna merah mencerminkan nilai kemgnetan yang tinggi

26
dengan nilai 7 sampai 5.5 PPT, sedangkan warna kuning memiliki nilai
kemagnetan sebesar 5 sampai 4.5 PPT, warna hijau memiliki nilai kemagnetan
sebesar 4.5 sampai 3 mS dan warna biru memiliki nilai kemagnetan yang sangat
rendah dengan rentang 3 sampai 0.5 PPT. Dalam peta ini target yang ingin dicari
merupakan keberadaan pipa milik PT.Pertamina. dalam peta ini memiliki nilai
kedalaman penetrasi sebesar 6 meter. Pada peta tersebut dapat dilihat terdapat
anomali-anomali yang mengarah ke tenggara dengan nilai kemagnetan sebesar 7
sampai 3.5 PPT yang kemungkinan anomali tersebut merupakan keberadaan dari
pipa PT.Pertamina. sedangkan warna biru dengan nilai kemagnetan sebesar 2.5
sampai 0 PPT kemungkinan merupakan sawah milik warga. Selanjutnya pada
koordinat X dari 428100 sampai 428110 dan koordinat Y sebesar 9134800
sampai 9134810 anomali pipa menjadi warna hijau yang kemungkinan pipa
tersebut nilai kemagnetanya berkurang yang disebabkan karena proses berkarat
dan aliran fluida dalam pipa sedangkan warna hijau pada peta disebelah utara
kemungkinan akibat pengaruh dari lapisan konduktif atau karena sawah-sawah
tersebut dekat dengan perumahan warga maka dari itu nilai kemagnetanya
semakin tinggi . Pada peta MA Inphase High Penetration ini menggunakan
frekuensi yang rendah sehingga kedalaman penetrasi yang didapat menjadi lebih
tinggi, dan pada peta ini menyelidiki nilai kemagnetan suatu medium. Jika nilai
kemagnetan suatu medium tinggi maka nilai inphase akan semakin membesar dan
jika nilai kemagnetan suatu medium rendah maka nilai inphase menjadi lebih
rendah. Jika dibandingkan antara peta MA Inphase High Penetration dengan peta
MA Inphase Low penetration didapatkan nilai Inphase yang tinggi dimiliki oleh
low penetration dan nilai Inphase yang rendah dimiliki oleh high penetration
yang mana ini disebabkan oleh pegunaan frekuensi yang berbeda yang mana
frekuensi tinggi dimiliki oleh low Penetration dan frekuensi rendah dimiliki oleh
high penetration

27
5.4. Pemodelan 3D
5.4.1. Pemodelan 3D Konduktivitas

Gambar 5.9 Pemodelan 3D Konduktivitas


Pada gambar diatas terdapat pemodelan 3D konduktivitas yang memiliki
skala warna dan skala warna tersebut mewakili nilai konduktivitas. Warna merah
dengan konduktivitas tinggi memiliki nilai konduktivitas sebesar 15.13367 mS,
setelah itu warna kuning memiliki nilai konduktivitas sebesar 6.083457 sampai
10.60856 mS, warna hijau memiliki nilai konduktivitas yang relatif sedang
dengan nilai konduktivitas sebesar 6.083457 mS dan warna biru merupakan nilai
konduktivitas paling rendah dengan nilai antara 1.558348 mS sampai -2.96676
mS. Pada pemodelan ini kedalaman minimal sebesar 1.3 meter dan kedalaman
maksimal sebesar 6 meter. pada pemodelan diatas terdapat anomali warna hijau
yang diinterpretasikan merupakan pipa milik PT.Pertamina yang konduktif
sedangkan warna biru pada pemodelan tersebut merupakan lapisan atau medium
yang masih terpengaruh oleh sawah-sawah warga. Pada pemodelan 3D ini
terdapat anomali warna hijau pada bagian atas pemodelan yang diinterpretasikan
merupakan lapisan konduktif yang mengandung fluida sehingga nilai
konduktivitas lapisan tersebut menjadi lebih tinggi tetapi lapisan konduktif
tersebut sifatnya hanya bersifat setempat dan tidak menyebar atau juga bisa
disebabkan karena letak persawahan yang dekat dengan perumahan warga
menyebabkan nilai anomlai disebelah utara menjadi tinggi.

28
5.4.2. Pemodelan 3D Inphase

Gambar 5.10 Pemodelan 3D Inphase


Pada gambar diatas terdapat pemodelan 3D inphase yang menyelidiki
nilai kemagnetan atau suseptibilitas dibawah permukaan. Pada pemodelan 3D
inphase diatas memiliki skala warna dan skala warna tersebut mewakili nilai
inphase. Warna merah dengan inphase tinggi memiliki nilai inphase sebesar
15.54285 ppt, setelah itu warna kuning memiliki nilai inphase sebesar 11.86092
ppt sampai 8.178991 ppt, warna hijau memiliki nilai konduktivitas yang relatif
sedang dengan nilai konduktivitas sebesar 8.178991 ppt dan warna biru
merupakan nilai konduktivitas paling rendah dengan nilai antara 4.497063 ppt
sampai 0.8151347 mS. Pada pemodelan ini kedalaman minimal sebesar 1.3 meter
dan kedalaman maksimal sebesar 6 meter. pada pemodelan diatas terdapat
anomali warna hijau yang diinterpretasikan merupakan pipa milik PT.Pertamina
yang konduktif sedangkan warna biru pada pemodelan tersebut merupakan
lapisan atau medium yang masih terpengaruh oleh sawah-sawah warga.
Diperkirakaan bahwa nilai inphase pada pipa milik PT.Pertamina menjadi sedang
disebabkan karena proses pengkaratan pada pipatersebut yang dikarenakan letak
pipa tersebut dibawah sawah yang mempunyai banyak fluida cair sehingga proses
pengkaratan lebih intens dan mengalami pengurangan nilai kemagnetan tersebut,
selain itu pipa tersebut digunakan untuk mengalirkan fluida ke peerumahan
warga, otomatis fluida tersebut akan bergesekan dengan pipa yang meimbulkan
proses pengkaratan sehingga mentebabkan nilai kemagnetanya menurun

29
BAB VI
PENUTUP

6.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari pembuatan laporan langan CMD ini
adalah :
 Pada saat akuisisi data, parameter yang dibutuhkan untuk menentukan
target yaitu nilai konduktivitas dan nilai inphase.
 Nilai konduktivitas tertinggi pada low penetration yaitu 16 mS dan
pada high penetration yaitu 7.5 mS
 Nilai inphase tertinggi pada low penetration sebesar 16 ppt dan pada
high penetration sebesar 7 ppt.
 Pada peta dan pemodelan, daerah yang terindikasi keterdapatan pipa
yaitu daerah yang membentuk pola anomali warna merah. Yang
berarah ke tenggara.

6.2. Saran
Saran pada praktikum lapangan CMD elektromagnetik yaitu harus
mengetahui dan mengerti tentang metode CMD, baik pada saat akuisisi data
maupun saat proesnya dan interpretasi. Sebelum mulai interpretasi data harus tau
terlebih dahulu geologi lokal pada daerah tersebut.

30

You might also like