Professional Documents
Culture Documents
Ossa Extremitas Cranial Badak Sumatera
Ossa Extremitas Cranial Badak Sumatera
Ossa Extremitas Cranial Badak Sumatera
ANATOMI VETERINER II
OLEH :
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat dan karunia-Nya sehingga paper yang berjudul “Ossa Extremitas Cranial
penulis juga mengucapkan terima kasih atas bantuan dari pihak yang telah
Tulisan ini dibuat untuk memenuhi tugas Anatomi Veteriner II. Meskipun
dalam penyusunan paper masih terdapat kekurangan, baik dalam penyajian materi
maupun dalam penulisan. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari
Harapan saya semoga paper ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang.
Badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis), adalah satu-satunya badak Asia
yang memiliki dua cula. Badak Sumatera adalah badak yang memiliki ukuran terkecil
dibandingkan semua sub-spesies badak di dunia, meskipun masih tergolong hewan
mamalia yang besar. Populasi terbesar dan mungkin paling memadai untuk
berkembang biak (viable) saat ini terdapat di Sumatera, sementara populasi yang lebih
kecil terdapat di Sabah dan Semenanjung Malaysia. Populasinya di alam saat ini
diperkirakan kurang dari 300 ekor. Meskipun demikian, indikasi yang ada
menunjukkan jumlah populasi sebenarnya lebih rendah dari perkiraan tersebut. Satwa
ini termasuk dalam klasifikasi satwa kritis yang terancam punah (critically
endangered) - dalam daftar merah spesies terancam lembaga konservasi dunia, IUCN.
Para ahli memperkirakan tidak ada satu pun populasi Badak Sumatera yang
jumlah individunya dalam satu wilayah jelajah melebihi 75 ekor. Kondisi tersebut
menyebabkan mamalia besar ini sangat rentan terhadap kepunahan baik akibat
bencana alam, penyakit, perburuan, atau kerusakan genetis. Kurang dari 25 ekor
diyakini saat ini bertahan hidup di Sabah, sedangkan untuk Kalimantan tidak ada
informasi atau data yang akurat tentang keberadaan satwa bercula dua ini.
1
1.2. Rumusan Masalah
1.2.1. Bagaimana klasifikasi dan distribusi geografis Badak Sumatera ?
1.2.2. Bagaimana morfologi Badak Sumatera ?
1.2.3. Bagaimana habitat dan status konservasi Badak Sumatera ?
1.2.4. Bagaimana anatomi otot dan skelet daerah extremitas cranial Badak Sumatera?
1.3. Tujuan.
1.3.1. Mengetahui klasifikasi dan distribusi geografis Badak Sumatera.
1.3.2. Mengetahui morfologi Badak Sumatera.
1.3.3. Dapat mengetahui habitat dan status konservasi Badak Sumatera.
1.3.4. Mengetahui anatomi otot dan skelet daerah extremitas cranial dari Badak
Sumatera.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Kingdom : Animalia
Phylum : Chrodata
Kelas : Mammalia
Ordo : Perrisodactyla
Famili : Rhinocerotidae
Habitat Badak Sumatera mencakup hutan rawa dataran rendah hingga hutan
perbukitan, meskipun umumnya satwa langka ini sangat menyukai hutan dengan
vegetasi yang sangat lebat. Badak Sumatera adalah penjelajah dan pemakan buah
(khususnya mangga liar dan buah fikus), daun-daunan, ranting-ranting kecil dan kulit
kayu. Mereka lebih menyukai dataran rendah, khususnya di hutan-hutan sekunder di
mana banyak terdapat sumber makanan yang tumbuh rendah. Badak Sumatera hidup
di alam dalam kelompok kecil dan umumnya menyendiri (soliter) (WWF 2008).
Badak Sumatera memiliki daerah penyebaran yang cukup luas, yaitu meliputi
Kalimantan, Brunei Darussalam, Sumatera, Semenanjung Malaysia, Thailand, Laos,
Kamboja sampai dengan Vietnam (Foose et al. 1997). Namun, akibat perburuan yang
berlangsung terus menerus maka penyebaran di habitat alamnya menjadi terbatas.
Menurut IUCN (2008) penyebaran badak Sumatera saat ini hanya di Pulau Sumatera,
Semenanjung Malaysia, dan Sabah. Jumlah populasi badak Sumatera di kawasan
3
hutan habitat alaminya diperkirakan kurang dari 200 ekor, dan sebagian besar berada
di Pulau Sumatera.
Spesies ini terdaftar sebagai Critically Endangered karena keputusan lebih dari
80% selama tiga generasi (panjang generasi diperkirakan 20 tahun); dan karena ukuran
populasinya diperkirakan kurang dari 250 individu dewasa dan ada penurunan
berkelanjutan yang diharapkan setidaknya 25% dalam satu generasi; dan karena
ukuran populasinya diperkirakan berjumlah kurang dari 50 individu, dan mengalami
penurunan berkelanjutan (IUCN 2008).
Selain bercula dua, ciri khas Badak Sumatera adalah bulunya yang cukup
panjang menyelimuti seluruh tubuh. Mulai dari samping luar kaki depan, perut, sampai
di kedua kaki belakangnya. Bahkan, untuk Badak Sumatera yang hidup di alam liar,
bulunya lebih lebat dibandingkan dengan yang hidup di penangkaran. Badak khas
Sumatera ini adalah satu-satunya badak di dunia yang berbulu.
Pada masa bayi, hewan asli Sumatera ini dipenuhi rambut sangat lebat. Seiring
pertambahan usia, pertumbuhan rambut itu menjadi semakin berkurang sehingga tidak
4
selebat awalnya. Kondisi cuaca di tempat tinggalnya juga ikut berpengaruh pada
kondisi bulu hewan endemik Sumatera ini. Bulu yang dimilikinya akan tumbuh
semakin pendek di daerah panas. Sebaliknya, akan tumbuh dengan lebat di daerah
dingin.
Sama halnya dengan badak jenis lainnya, Badak Sumatera berkulit tebal antara
10 hingga 16 milimeter. Pada pangkal paha, kaki depan, dan kaki belakang terdapat
lipatan kulit tebal. Sehingga dari kejauhan akan nampak seperti baju zirah atau baju
perang. Ciri lainnya dari hewan endemik Sumatera ini adalah mempunyai bibir atas
melengkung-mengait ke bawah, warna kulitnya cokelat kemerahan.
Spesies ini mendiami hutan hujan tropis dan hutan lumut pegunungan, dan
kadang-kadang berada di tepi hutan dan di hutan sekunder (Nowak, 1999). Spesies ini
tinggal terutama di daerah perbukitan dekat sumber air, dan menunjukkan pergerakan
musiman, bergerak menanjak pada saat banjir dataran rendah (van Strien, 1975).
Spesies pemalu ini bergantung pada jilatan garam, dan kebanyakan terjadi di hutan
primer di kawasan lindung, tetapi berkeliaran ke hutan sekunder di luar kawasan
lindung, terutama di musim kemarau untuk mencari air (Van Strien, 1975; Boeadi
pers.comm. ). ; IUCN 2008.
5
Program konservasi in situ dikembangkan di Indonesia dan Malaysia untuk
melindungi spesies badak Sumatera. Banyak upaya dilakukan untuk mendukung
program ini seperti adanya Rhino Protection Units yang merupakan kekuatan utama
untuk menghentikan perburuan liar badak Sumatera. Rhino Protection Units sendiri
terdiri dari banyak organisasi yang terlibat termasuk Pemerintah Indonesia.
Os humerus merupakan tulang besar yang memiliki satu corpus dan dua
ekstremitas. Os humerus memiliki bungkul yang terdapat di crista humeri yaitu
tuberositas deltoidea. Tuberositas deltoidea ini pada badak memiliki ukuran yang
besar dan menjulur sangat panjang mengarah ke caudolateral dengan permukaan yang
kasar pada bagian lateral, sedangkan tuberositas teres major hanya membentuk
bungkul kecil ( Susanti 2012).
Ossa carpi badak Sumatera terdiri dari delapan buah dengan os carpale I dan
os carpale II yang terpisah sedangkan os carpale IV dan os carpale V bersatu. Ossa
6
digitorum manus badak Sumatera terdiri dari tiga digit, yaitu digit II, digit III, dan
digit IV.
7
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Ossa Extremitas cranial Badak Sumatera memiliki ukuran yang relatif pendek,
dengan struktur yang solid dan kompak. Tulang-tulang hewan ini memiliki beberapa
penonjolon besar, serta beberapa bagian tulang ini memiliki permukaan kasar. Struktur
ini mungkin mendukung fungsi ossa extremitas cranial untuk kegiatan sehari-hari.
8
DAFTAR PUSTAKA