Ossa Extremitas Cranial Badak Sumatera

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 13

TUGAS PAPER

ANATOMI VETERINER II

OSSA EXTREMITAS CRANIAL BADAK SUMATERA


(Dicerorhinus sumatrensis)

OLEH :

PUTU DIVA ADIWINATA 1709511073

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN


UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2018

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala

rahmat dan karunia-Nya sehingga paper yang berjudul “Ossa Extremitas Cranial

Badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis)” ini dapat tersusun hingga selesai.

penulis juga mengucapkan terima kasih atas bantuan dari pihak yang telah

berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya,

sehingga penulis dapat menyelesaikan paper ini, walaupun dalam proses

penyusunannya mengalami berbagai kesulitan.

Tulisan ini dibuat untuk memenuhi tugas Anatomi Veteriner II. Meskipun

dalam penyusunan paper masih terdapat kekurangan, baik dalam penyajian materi

maupun dalam penulisan. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari

pembaca agar paper selanjutnya dapat tersusun lebih baik.

Harapan saya semoga paper ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman

bagi para pembacanya.

Denpasar, 10 Mei 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i


KATA PENGANTAR ............................................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
1. Latar Belakang .............................................................................................. 1
2. Rumusan Masalah ......................................................................................... 2
3. Tujuan ........................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................... 3
1. Klasifikasi dan Distribusi ............................................................................. 3
2. Morfologi ...................................................................................................... 4
3. Habitat dan Status Konservasi ...................................................................... 5
4. Anatomi Ossa Extremitas Cranial ................................................................ 6
BAB III PENUTUP ................................................................................................. 8
1. Kesimpulan ................................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang.
Badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis), adalah satu-satunya badak Asia
yang memiliki dua cula. Badak Sumatera adalah badak yang memiliki ukuran terkecil
dibandingkan semua sub-spesies badak di dunia, meskipun masih tergolong hewan
mamalia yang besar. Populasi terbesar dan mungkin paling memadai untuk
berkembang biak (viable) saat ini terdapat di Sumatera, sementara populasi yang lebih
kecil terdapat di Sabah dan Semenanjung Malaysia. Populasinya di alam saat ini
diperkirakan kurang dari 300 ekor. Meskipun demikian, indikasi yang ada
menunjukkan jumlah populasi sebenarnya lebih rendah dari perkiraan tersebut. Satwa
ini termasuk dalam klasifikasi satwa kritis yang terancam punah (critically
endangered) - dalam daftar merah spesies terancam lembaga konservasi dunia, IUCN.

Para ahli memperkirakan tidak ada satu pun populasi Badak Sumatera yang
jumlah individunya dalam satu wilayah jelajah melebihi 75 ekor. Kondisi tersebut
menyebabkan mamalia besar ini sangat rentan terhadap kepunahan baik akibat
bencana alam, penyakit, perburuan, atau kerusakan genetis. Kurang dari 25 ekor
diyakini saat ini bertahan hidup di Sabah, sedangkan untuk Kalimantan tidak ada
informasi atau data yang akurat tentang keberadaan satwa bercula dua ini.

Badak Sumatera adalah anggota famili Rhinocerotidae dan merupakan satu


dari lima spesies badak yang ada di dunia. Badak memiliki tinggi sekitar 120–145 cm,
dengan panjang sekitar 240-270 cm. Berat tubuh badak Sumatera dapat mencapai
1000 kg. Badak Sumatera ini merupakan spesies badak paling kecil dan primitif dari
famili Rhinocerotidae (Van Strien 1974). Kaki badak Sumatera relatif pendek yang
berfungsi untuk menunjang tubuhnya yang berat dan besar. Kaki depan berperan
dalam menahan berat leher dan kepala, sehingga bidang tumpu kaki depan lebih lebar.
Anatomi sangat berkaitan erat dengan pola aktivitas keseharian serta perilaku
badak tersebut terutama saat bergerak. Paper mengenai otot-otot dan skelet daerah
Extremitas Cranial ini semoga dapat memberi informasi kepada pembaca.

1
1.2. Rumusan Masalah
1.2.1. Bagaimana klasifikasi dan distribusi geografis Badak Sumatera ?
1.2.2. Bagaimana morfologi Badak Sumatera ?
1.2.3. Bagaimana habitat dan status konservasi Badak Sumatera ?
1.2.4. Bagaimana anatomi otot dan skelet daerah extremitas cranial Badak Sumatera?

1.3. Tujuan.
1.3.1. Mengetahui klasifikasi dan distribusi geografis Badak Sumatera.
1.3.2. Mengetahui morfologi Badak Sumatera.
1.3.3. Dapat mengetahui habitat dan status konservasi Badak Sumatera.
1.3.4. Mengetahui anatomi otot dan skelet daerah extremitas cranial dari Badak
Sumatera.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Klasifikasi dan Distribusi Badak Sumatera.

Badak Sumatera secara taksomnomi diklasifikasikan sebagai berikut (IUCN


2008) :

Kingdom : Animalia

Phylum : Chrodata

Kelas : Mammalia

Ordo : Perrisodactyla

Famili : Rhinocerotidae

Nama Ilmiah : Dicerorhinus sumatrensis ( G. Fischer, 1814 )

Sinonim : Rhinoceros sumatrensis G. Fischer, 1814

Habitat Badak Sumatera mencakup hutan rawa dataran rendah hingga hutan
perbukitan, meskipun umumnya satwa langka ini sangat menyukai hutan dengan
vegetasi yang sangat lebat. Badak Sumatera adalah penjelajah dan pemakan buah
(khususnya mangga liar dan buah fikus), daun-daunan, ranting-ranting kecil dan kulit
kayu. Mereka lebih menyukai dataran rendah, khususnya di hutan-hutan sekunder di
mana banyak terdapat sumber makanan yang tumbuh rendah. Badak Sumatera hidup
di alam dalam kelompok kecil dan umumnya menyendiri (soliter) (WWF 2008).

Badak Sumatera memiliki daerah penyebaran yang cukup luas, yaitu meliputi
Kalimantan, Brunei Darussalam, Sumatera, Semenanjung Malaysia, Thailand, Laos,
Kamboja sampai dengan Vietnam (Foose et al. 1997). Namun, akibat perburuan yang
berlangsung terus menerus maka penyebaran di habitat alamnya menjadi terbatas.
Menurut IUCN (2008) penyebaran badak Sumatera saat ini hanya di Pulau Sumatera,
Semenanjung Malaysia, dan Sabah. Jumlah populasi badak Sumatera di kawasan

3
hutan habitat alaminya diperkirakan kurang dari 200 ekor, dan sebagian besar berada
di Pulau Sumatera.

Penyebaran badak Sumatera di Indonesia pada habitat alamnya terdapat di


kawasan hutan Taman Nasional Gunung Leuser (Provinsi Nangroe Aceh Darussalam),
Taman Nasional Kerinci Seblat (Provinsi Jambi, Sumatera Barat, Bengkulu dan
Sumatera Selatan), Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (Provinsi Bengkulu) dan
Taman Nasional Way Kambas (Provinsi Lampung).

Spesies ini terdaftar sebagai Critically Endangered karena keputusan lebih dari
80% selama tiga generasi (panjang generasi diperkirakan 20 tahun); dan karena ukuran
populasinya diperkirakan kurang dari 250 individu dewasa dan ada penurunan
berkelanjutan yang diharapkan setidaknya 25% dalam satu generasi; dan karena
ukuran populasinya diperkirakan berjumlah kurang dari 50 individu, dan mengalami
penurunan berkelanjutan (IUCN 2008).

2.2. Morfologi Badak Sumatera

Badak Sumatera adalah satu-satunya badak berbulu di dunia, badak sumatera


termasuk jenis badak terkecil dari seluruh spesies badak di dunia. Bentuk tubuhnya
gemuk dan agak membulat, dengan berat tubuh mencapai sekitar 909 Kg. Badak
Sumatera berukuran tinggi 120 hingga 145 Cm, dan panjang sekitar 250 Cm. Badak
Sumatera memiliki dua cula. Panjang cula depan sekitar 15-25 Cm, sementara cula
belakang lebih kecil dengan ukuran sekitar 10 Cm. Cula pada badak betina lebih kecil
dan lebih pendek daripada badak jantan.

Selain bercula dua, ciri khas Badak Sumatera adalah bulunya yang cukup
panjang menyelimuti seluruh tubuh. Mulai dari samping luar kaki depan, perut, sampai
di kedua kaki belakangnya. Bahkan, untuk Badak Sumatera yang hidup di alam liar,
bulunya lebih lebat dibandingkan dengan yang hidup di penangkaran. Badak khas
Sumatera ini adalah satu-satunya badak di dunia yang berbulu.

Pada masa bayi, hewan asli Sumatera ini dipenuhi rambut sangat lebat. Seiring
pertambahan usia, pertumbuhan rambut itu menjadi semakin berkurang sehingga tidak

4
selebat awalnya. Kondisi cuaca di tempat tinggalnya juga ikut berpengaruh pada
kondisi bulu hewan endemik Sumatera ini. Bulu yang dimilikinya akan tumbuh
semakin pendek di daerah panas. Sebaliknya, akan tumbuh dengan lebat di daerah
dingin.

Sama halnya dengan badak jenis lainnya, Badak Sumatera berkulit tebal antara
10 hingga 16 milimeter. Pada pangkal paha, kaki depan, dan kaki belakang terdapat
lipatan kulit tebal. Sehingga dari kejauhan akan nampak seperti baju zirah atau baju
perang. Ciri lainnya dari hewan endemik Sumatera ini adalah mempunyai bibir atas
melengkung-mengait ke bawah, warna kulitnya cokelat kemerahan.

2.3. Habitat dan Status Konservasi.

Spesies ini mendiami hutan hujan tropis dan hutan lumut pegunungan, dan
kadang-kadang berada di tepi hutan dan di hutan sekunder (Nowak, 1999). Spesies ini
tinggal terutama di daerah perbukitan dekat sumber air, dan menunjukkan pergerakan
musiman, bergerak menanjak pada saat banjir dataran rendah (van Strien, 1975).
Spesies pemalu ini bergantung pada jilatan garam, dan kebanyakan terjadi di hutan
primer di kawasan lindung, tetapi berkeliaran ke hutan sekunder di luar kawasan
lindung, terutama di musim kemarau untuk mencari air (Van Strien, 1975; Boeadi
pers.comm. ). ; IUCN 2008.

Convention on International Trade in Endangered Species (CITES 2012)


memasukkan badak Sumatera dalam Appendix I yang berarti hewan tersebut terancam
punah. Selain itu, hewan ini juga masuk dalam daftar merah International Union for
Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN 2008) sebagai satwa yang
mengalami critically endangered sejak tahun 1996. Hal ini disebabkan oleh penurunan
populasi badak Sumatera hingga mencapai 50% dalam 20 tahun terakhir (IRF 2012).
Pemerintah Indonesia juga menyatakan bahwa badak Sumatera juga termasuk hewan
yang dilindungi seperti terlampir dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No
7 Tahun 1999.

5
Program konservasi in situ dikembangkan di Indonesia dan Malaysia untuk
melindungi spesies badak Sumatera. Banyak upaya dilakukan untuk mendukung
program ini seperti adanya Rhino Protection Units yang merupakan kekuatan utama
untuk menghentikan perburuan liar badak Sumatera. Rhino Protection Units sendiri
terdiri dari banyak organisasi yang terlibat termasuk Pemerintah Indonesia.

2.4. Anatomi ossa extremitas cranial Badak Sumatera

Tulang-tulang kaki depan terdiri atas os scapula, os humerus, os radius ulna,


ossa carpi, ossa metacarpalia, dan ossa digitorum manus. Os scapula sangat
berkembang pada hewan piara. Tuber spinae scapulae badak Sumatera berukuran
besar, mengarah ke caudolateral dan berbentuk segitiga, bentuk os scapula ini mirip
dengan os scapula pada babi. Tuber spinae scapulae merupakan origo dari m.
deltoideus pada ruminansia dan kuda. Fossa supraspinata pada kuda, babi,
ruminansia, dan badak Sumatera lebih luas dibandingkan fossa supraspinata,
sedangkan pada anjing sebaliknya ( Susanti 2012 ).

Os humerus merupakan tulang besar yang memiliki satu corpus dan dua
ekstremitas. Os humerus memiliki bungkul yang terdapat di crista humeri yaitu
tuberositas deltoidea. Tuberositas deltoidea ini pada badak memiliki ukuran yang
besar dan menjulur sangat panjang mengarah ke caudolateral dengan permukaan yang
kasar pada bagian lateral, sedangkan tuberositas teres major hanya membentuk
bungkul kecil ( Susanti 2012).

Otot-otot lengan atas umumnya memiliki origo pada os scapula dan os


humerus yang selanjutnya akan berinsersio di proximal os radius dan ulna. Os radius
pada badak berbentuk relative bulat dengan bagian distal besar, lebar, tetapi relatif
lebih kecil dan pendek dibandingkan os ulna. Os radius tidak bersatu dengan os ulna
tetapi hanya menyatu sedikit di bagian proksimal dan distal yaitu di facies caudalis os
radius (Susanti 2012)

Ossa carpi badak Sumatera terdiri dari delapan buah dengan os carpale I dan
os carpale II yang terpisah sedangkan os carpale IV dan os carpale V bersatu. Ossa

6
digitorum manus badak Sumatera terdiri dari tiga digit, yaitu digit II, digit III, dan
digit IV.

Gambar : Ossa Extremitas cranial Badak Sumatera.


Keterangan Gambar :
A. Ossa Extremitas Cranial ; B. Os. Scapula; C. Os. Humerus; D. Ossa. Radius-
ulna; E. Carpal et metacarpal; F. Scapula bagian medial ; G. Permukaan Ossa
Carpal palmar; H. Ossa Phalanges; 1. fossa Supraspinatus; 2. fossa Infraspinatus;
3. Tuber spina os scapula; 4. Spina Scapula; 5. Tuber Supraglenoidalis; 6. Tuberculum
humeri lateralis; 7. Sulcus Intertubercularis; 8.Tuberculum humeri medialis; 9.
Tuberositas Deltoidius; 10. Condylus os humerus; 11. Inscisura Semilunaris; 12.
Olecranon; 13. Tuberositas Olecranon ; 14. Processus styloideus Lateralis; 15. Radial
carpal; 16. Intermediate carpal; 17. Ulnar carpal; 18. Second carpal; 19. Third carpal;
20. Fourth and Fifth carpal; 21. Metacarpal II; 22. Metacarpal III; 23. Metacarpal IV,
24. Accessory carpal; 25. Metacarpal V; 26. Serrated surface; 27. Proximal phalanx;
28. Middle phalanx; 29. Distal phalanx; a. Digit II; b. Digit III; c. Digit IV. Bar = 2
cm.

7
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Ossa Extremitas cranial Badak Sumatera memiliki ukuran yang relatif pendek,
dengan struktur yang solid dan kompak. Tulang-tulang hewan ini memiliki beberapa
penonjolon besar, serta beberapa bagian tulang ini memiliki permukaan kasar. Struktur
ini mungkin mendukung fungsi ossa extremitas cranial untuk kegiatan sehari-hari.

8
DAFTAR PUSTAKA

Nurhidayat, Sigit K, Setijanto H, Agungpriyono S, Nisa’ C, Novelina S, Supratikno.


2014. Osteologi dan Miologi Veteriner. Bogor (ID): IPB Press
Nurhidayat, Lestari EP, Nisa C, CahyadiDD, Supratikno. (2015) Anatomical
Characteristic of Forelimb Skeleton of Sumatran Rhino (Dicerorhinus
sumatrensis). Proceeding of the 5th Congress of Asian Association of
Veterinary Anatomists. AH-03 : 23-24
Susanti (2012). Anatomi otot daerah bahu dan lengan atas badak Sumatera
(Dicerorhinus sumatrensis). (Thesis). Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Wahyuni ( unknown ). goSumatera.com “Badak Sumatera, Badak yang Unik dan
Langka dari Sumatera”, diakses di : http://www.gosumatra.com/badak-
sumatera/ pada tanggal 8 Mei 2018.
(WWF) World Wildlife Fund (2008). WWF-Indonesia “Badak Sumatera”, ( Internet
) diunduh pada tanggal 8 Mei 2018. Tersedia pada :
https://d2d2tb15kqhejt.cloudfront.net/downloads/badak_bahasa_all.pdf
(IUCN) International Union for Conservation of Nature and Natural Resources (2008).
IUCN Red List of Threatened Species “Dicerorhinus sumatrensis” diakses di
: http://www.iucnredlist.org/details/6553/0 pada tanggal 9 Mei 2018

You might also like